Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENTINGNYA PENGUNGKAPAN

CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN


PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI
PROPOSAL
Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian yang di ampu
oleh :
Dr. Whedy Prasetyo, S.E., M.SA, Ak.

Disusun Oleh :

Novi Ariyani 170810301276

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaiakan proposal ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam selalu kita panjatkan
kepada Rasullullah SAW, karena kegigihan beliau dan ridho-Nyalah kita dapat merasakan
kenikmatan dunia seperti sekarang ini.
Adapun tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen mata kuliah Metodologi Penelitian, proposal ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca sekalian.
Tidak lupa juga kami ucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak.
Terutama kepada Bapak Dr. Whedy Prasetyo, S.E., M.SA, Ak. selaku dosen mata kuliah
Metodologi Penelitian, sehingga proposal ini dapat disusun dengan baik. Semoga proposal yang
telah saya susun ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, dan
untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi proposal ini agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam menyusun proposal ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dami kesempurnaan proposal ini.

Bondowoso, 12 September 2019

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini di sebuah perusahaan tidak hanya berfokus pada peningkatan dan
memaksimalkan labanya saja. Tetapi juga harus menjunjung tinggi moralitas serta
mengedepankan prinsip moral dan etis mengenai pencapaian suatu hasil tujuan perusahaan yang
terbaik tanpa harus merugikan kelompok dan masyarakat lain. Seharusnya perusahaan tidak
hanya bertanggung jawab terhadap pemiliknya (shareholder) tetapi juga harus bertanggung
jawab terhadap seluruh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (shareholder). Karena
semakin berkembangnya suatu perusahaan maka akan semakin besar pula tingkat eksploitasi
sumber daya alamnya. Hal inilah yang menjadikan disetiap perusahaan terutama perusahaan
yang bergerak dibidang pemanfaatan sumber daya alam seperti pertambangan sangat perlukan
adanya penerapan Corporate Social Responsibility (CSR). Jadi perusahaan yang aktivitasnya
terkait dengan sumber daya alam diwajibkan mengungkapkan CSR sesuai dengan peraturan UU
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Utama 2007). Untuk penerapan CSR ini
diharapkan tidak lagi dianggap sebagai biaya namun sebagai investasi jangka panjang
perusahaan (Erni 2007). McWilliams dan Siegel (2001) juga mengidentifikasi Corporate Social
Responsibility (CSR) sebagai aksi yang muncul akan lanjutan dari kesadaran tindakan social
perusahaan terhadap lingkungan yang bukan berdasarkan karena adanya kepentingan dan
diwajibkannya oleh hukum.

Industri pertambangan adalam industri yang serangkaian kegiatannya dalam rangka


upaya penambangan (penggalian), pencarian, pemanfaatan, pengolahan, dan penjualan bahan
galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Industry pertambangan ini sangat berkaitan erat
dengan adanya konsep CSR, karena dalam kegiatannya terbukti jelas bahwa industry ini yang
paling banyak berhubungan dengan alam. “Sekitar tujuh puluh persen kerusakan lingkungan di
Indonesia disebabkan oleh industry pertambangan”, kata Harris di depan Kantor Kementrian
ESDM di Jakarta, Jumat (28/9) dalam AlbiWahyudi. Hal ini membuktikan bahwa jenis industry
pertambangan memang paling banyak melakukan pengeksploitasian sumber daya alam sehingga
banyak menyumbang kerusakan terhadap alam. Oleh karena itu sudah seharusnya perusahaan

3
pertambangan dapat merubah cara pandang perusahaan untuk lebih banyak tertuju pada
lingkungan dan tidak terlalu cenderung memikirkan jumlah profit saja. Jadi perusahaan bisa
menerapka akan Triple Bottom Line (TBL atau 3BL) yaitu People, Planet, and Profit, sehingga
tiga kriteria perusahaan akan ekonomi, lingkungan, dan social bisa berjalan dengan seimbang.
Dan akuntansilah yang memegang peran penting sebagai alat pertanggung jawaban dan alat
pengendali terhadap aktivitas setiap unit bisnis usaha yang dituding sebagai salah satu penyebab
kerusakan lingkungan. Tudingan ini disebabkan karena selama ini akuntansi hanya berpihak
kepada stockholders (mainstream accounting atau conventional accounting). Namun dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan kelestarian alam untuk kelangsungan hidup semua
makhluk dan penekanan pada kesejahteraan social, kini telah mengubah konsep akuntansi untuk
lebih memperhatikan akan kepedulian lingkungan dan social. (Andreas dan Lawyer, 2011).

Dengan meningkatnya kesadaran public menganai pentingnya peran perusahaan


keuangan yang berkontribusi pada perkembangan ekonomi di masyarakat, hal ini akan
berdampak juga terhadap kepedulian masyarakat terhadap aktivitas suatu perusahaan tersebut.
Dan beberapa perusahaan yang lebih berorientasi pada tingginya laba dapat lebih menunjukkan
performa kinerjanya kepada para investor sehingga seringkali perusahaan memanfaatkan dengan
adanya konsep CSR ini untuk menunjang nama baik perusahaan. Selain itu dengan adanya
pelaporan CSR ini bisa memberikan informasi yang relevan bagi para pemakai laporan keuangan
untuk membantu dalam menjustifikasi atau mengoreksi ekspektasi harapan masa lalu, yaitu
dengan timbulnya umpan balik yang didapatkan perusahaan. Namun para pemangku kepentingan
menuntut akan penerapan menganai pelaporan pertanggung jawaban CSR ini tidak hanya kepada
perusahaan yang di industry pertambangan atau penghasil limbah saja.

Menurut Pambudi (2006), terdapat berbagai variasi cara pandang perusahaan terhadap
CSR, apakah hal ini dianggap sebagai hal penting atau tidak. Cara pandang ini kemudian akan
mempengaruhi praktik CSR yang dilakukan oleh perusahaan dan juga akan berdampak pada
pengungkapan CSR yang disusunnya. Pelaporan CSR dilakukan oleh berbagai perusahaan yang
melakukan kegiatan CSR sebagai bukti juga sumber informasi bila perusahaan tersebut benar-
benar telah melakukan sesuatu dalam rangka peduli dan ikut berperan dalam kegiatan yang
bertujuan meningkatkan dampak positif pada komunitas social. Menurut Mulyanita (2009) dalam
Purwitasari (2011), alasan perusahaan mengungkapkan mengenai keuangan tentang pelaporan

4
social adalah karena adanya perubahan paradigm pertanggung jawaban, yang awalnya dari
manajemen ke pemilikan saham menjadi manajemen kepada seluruh stakeholder. Hal ini telah
ditegaskan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Persyaratan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 1 (revisi 1998) di paragraph sembilan yang secara implisit menyarankan
agar melakukan pengungkapan tanggung jawab terhadap masalah lingkungan dan social.
Tantangan untuk menajaga citra perusahaan di masyarakat menjadi alasan mengapa perusahaan
di bidang keuangan di Indonesia melakukan pelaporan social.

Dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada Bab IV bagian kedua
Pasal 66 (2) poin C menyebutkan bahwa dalam laporan tahunan perusahaan harus memuat
laporan pelaksanaan tanggung jawab sosil dan lingkungan, yang hal ini berarti laporan tanggung
jawab social merupakan laporan yang wajib di laporkan pada laporan tahunan perusahaan yang
dipublikasikan untuk shareholder dan stakeholder oleh perusahaan. Menurut Hackston dan Milne
(1996) walaupun fenomena pengungkapan tanggung jawab social ini telah muncul lebih dari dua
decade, namun penelitian tentang praktik pengungkapan tanggung jawab sisial sepertinya
terpusat di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Hanya sedikit penelitian yang dilakukan di
negara lain seperti Kanada, Jerman, Jepang, Selandia Baru, Malaysia, dan Singapura. Adapun
dampak social yang ditimbulkan oleh masing-masing perusahaan tentunya tidak selalu sama,
mengingat banyak factor yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan lainnya
sekalipun mereka berada dalam satu jenis usaha yang sama.

Factor-faktor yang dapat membedakan antar perusahaan adalah dari karakteristiknya,


yang diantaranya yaitu dari ukuran perusahaan (size), tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas,
tingkat leverage, struktur dewan komisaris, negara pemilik suatu perusahaan, negara tempat
didirikannya perusahaan, profit perusahaan, kendala social yang dimiliki, umur perusahaa, dll.
Semakin kuat karakteristik yang dimiliki suatu perusahaan tersebut dalam menghasilkan dampak
social bagi public tentunya akan semakin kuat juga pemenuhan tanggung jawab sosialnya
kepaada public. Dengan begitu perusahaan juga akan mendapatkan umpan balik yang besar dari
public dengan penerapan CSR yang dilakukan. Salah satu contohnya yaitu perusahaan akan
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dalam beroperasinya perusahaan tersebut dan harga
saham perusahaan itupun juga bisa ikut naik karena permintaan akan ketertarikan kepemilikan
perusahaan yang tinggi. (Veronica, 2009) Penelitian mengenai hubungan karakteristik

5
perusahaan dengan CSR disclosure telah banyak dilakukan dan memiliki hasil yang beragam.
Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Karina (2013), Wardani (2013), Anggraini (2006),
dan Septiani (2013). Beberapa studi telah mencoba membahas konten pelaporan tanggung jawab
social, namun melihat penelitian yang menggunakan data perusahaan asuransi masih belum
ditemui. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Wardhani (2013) mengungkapkan bahwa
karakteristik perusahaan merupakan factor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan pelaporan
tanggung jawab social.

Dalam melakukan penerapan CSR perusahaan harus melaporkan pada laporan keuangan
tahunan perusahaan beserta rincian biaya yang dikeluarkan. Dan perusahaan juga harus
memperhatikan standar-standar dalam pelaporan CSR. Untuk dapat mengetahui bagaimana
standar dalam pelaporannya perusahaan dapat mengacu pada Global Reporting Initiative (GRI)
dalam membuat laporan keuangan keberlanjutan (sustainability report) CSR (Herdberg and
MAlmborg, 2003; Brown, Jong and Lessidrenska, 2007; Cheng and Christiawan, 2011; Juniarti
and Nugraha, 2015). Sustainability report memuat prinsip yang terdapat pada pembuatan laporan
keuangan, yaitu laporan tersebut harus seimbang, teliti, tepat waktu, dapat dibandingkan, dan
dapat dipercaya. Implementasi atau penerapan pembuatan laporan tersebut mamakai standar
yang terdapat dalam GRI, yaitu : profit dan strategi, pendekatan manajemen dan implementasi
(Milne and Gray, 2012).

Sehingga dengan adanya penerapan CSR ini diharapkan perusahaan beserta pemerintah
bisa bersama-sama untuk mewujudkan serta memberi kontribusi dalam kemajuan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu dengan perusahaan menerapkan CSR juga
mendapatkan manfaat lain seperti mampu menciptakan brand image bagi perusahaan di tengah
pasar yang kompetitif sehingga pada gilirannya nanti akan mampu menciptakan customer loyalty
dan membangun atau mempertahankan reputasi bisnis. Kemudian CSR dapat membantu
perusahaan untuk mendapatkan atau melanjutkan license to operate dari pemerintah maupun dari
public karena perusahaan dinilai telah memenuhi standar tertentu dan memiliki kepedulian social
dan CSR dapat menjadi iklan produk bagi perusahaan sehingga dengan beberapa keuntungan
bisnis yang didapat dalam pelaporan CSR hal itu diharapkan akan mempengaruhi harga saham
perusahaan menajdi naik.

6
Namun sampai saat ini mengenai pengungkapan tanggung jawab social dalam laporan
keuangan perusahaan masih belum ada pedoman pasti dan masih menjadi pro dan kontra. Karena
di berbagai negara asing, yang utamanya negara berindustri maju, CSR dianggap sebagai sebuah
konsep yang berdimensi etis dan moral sehingga pelaksanaanya pun pada prinsipnya masih
bersifat sukarela bukan sebagai kewajiban hukum. Sedangkan di Indonesia telah dijadikan
sebuah kewajiban hukum yang harus dipatuhi oleh perusahaan, sebagaimana yang telah
ditegaskan dalam Pasal 27 ayat (1) UU PT. Namun di dalam pasal tersebut tidak dijelaskan
secara rinci mengenai pasal-pasal terkait sanksi yang akan diberikan kepada perusahaan yang
melanggarnya. Dan pasal tersebut juga belum cukup memberikan batasan yang tegas tentang
perseroan dengan kegiatan usaha di bidang dan/atau yang berkaitan dengan sumber daya alam
yang bagaimana saja yang wajib melakukan CSR dan bagaimana dengan perseroan yang
kegiatan usahanya tidak berhubungan dengan sumber daya alam, termasuk badan usaha yang
bukan perseroan seperti koperasi, CV, firma, dan usaha dagang. Jadi perlu adanya kejelasan
hukun yang lebih rinci terkait pengungkapan dan penerapan CSR di laporan keuangan
perusahaaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Factor apa yang menjadikan pentingnya pengungkapan CSR di laporan keuangan pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI?
2. Apa keuntungan melakukan pengungkapan CSR di laporan keuangan pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI?
3. Apakah tingkat profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, dan usia perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di laporan keuangan pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI?
4. Bagaimana ketentuan mengenai dasar hukum dalam pengungkapan CSR di laporan
keuangan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang menjadikan pentingnya pengungkapan CSR di laporan
keuangan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
2 Untuk mengetahui keuntungan melakukan pengungkapan CSR di laporan keuangan pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.

7
3 Untuk mengetahui apakah tingkat profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, dan usia
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di laporan keuangan
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
4 Untuk mengetahui ketentuan mengenai dasar hukum dalam pengungkapan CSR di
laporan keuangan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.

Anda mungkin juga menyukai