Anda di halaman 1dari 8

Nama: Muhammad Hafizh Alfarisi

NPM: 1119210208

Matkul: Hukum Bisnis

Dosen: Zaenah , S.H., M.H

Soal:

1. Buat suatu kontrak bisnis dengan metode menyusun kontrak yang terdapat
didalam slide ppt ke 14
2. Pasal 1320 KUHPerdata mengatur syarat sahnya perjanjian. Coba jelaskan
dari kontrak yang anda sudah buat, mana yang meliputi syarat subjektif dan
syarat objektif, serta apa akibat hukumannya jika syarat objektif tidak
terpenuhi?
3. Berikan contoh kasus masing-masing 3 macam wanprestasi apa akibat
hukumnya dan kasus force majeur apa akibat hukumnya jika terjadi
wanprestasi bisakah dimintai kerugian, berikan alasannya?
Jawaban:

1. Kontrak Hukum Bisnis.

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA USAHA PERTANIAN KOMODITAS


KOPI

Nomor: 06-TF/Kerma/IV/2017

Pada hari ini, Kamis tanggal lima belas bulan Agustus, tahun dua ribu tujuh belas (15 Agustus
2017) bertempat di Kota Bandung, telah ditandatangani perjanjian kerjasama antara :

Nama : Jaka Abdi Negara


No KTP : 320945004630003
Alamat : Jasmin Town House Blok E 10 Jalan Terusan Jakarta Raya – Antapani Bandung

Bertindak atas nama pribadi, selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA

Nama : Pathway Annerizka


No KTP : 3209832004680008
Alamat : Kp. Rancabali RT 02/17, Desa Pangsor, Kec. Ranca Bango Kab. Bandung –
Jawa Barat

Bertindak atas nama pribadi, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA adalah pribadi yang bermaksud untuk berinvestasi kepada PIHAK KEDUA.
PIHAK KEDUA adalah petani dan pedagang Kopi yang mempunyai jaringan pemasok dan
pembeli. PIHAK KEDUA mempunyai merk dagang Harum Manis Asli

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dengan ini mengikat suatu perjanjian kerjasama
dengan kondisi sebagai berikut:

PASAL 1
MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan perjanjian kerjasama ini adalah PARA PIHAK sepakat untuk melakukan
kerjasama usaha trading Kopi

PASAL 2
OBJEK PERJANJIAN

Objek Perjanjian kerjasama ini adalah berupa pengelolaan permodalan untuk pemasaran Kopi
PASAL 3
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup perjanjian kerjasama ini adalah:

1. PARA PIHAK sepakat bahwa dalam kerjasama ini membagi kewajiban, dimana PIHAK
PERTAMA menyediakan permodalan sebesar 25.000.000,00 (dua puluh lima juta
rupiah).
2. Dan PIHAK KEDUA akan mengoptimalkan kemampuan, pengalaman dan jaringan
usaha

PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK

PIHAK PERTAMA berkewajiban:

• Menyediakan dana sebesar 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) untuk
pengelolaan usaha.
• Memberikan kewenangan kepada pihak kedua untuk mengatur pembiayaan budidaya dan
pemasaran Kopi.

PIHAK PERTAMA berhak :

• Menerima bagi hasil setara 2,5 % (dua koma lima persen) dari total modal yaitu sebesar
Rp 625.000,00 (enam ratus dua puluh lima ribu rupiah) setiap bulan.

PIHAK KEDUA berkewajiban :

• Melakukan pengelolaan pemasaran Kopi


• Mentransfer bagi hasil kepada PIHAK PERTAMA setiap tanggal 15, yang dimulai sejak
tanggal 15 Januari 2018 sampai perjanjian ini berakhir.
• Mengembalikan total modal dari PIHAK PERTAMA (Rp 25.000.000,00) pada saat
perjanjian ini berakhir

PIHAK KEDUA berhak :

• Mendapat kewenangan untuk mengatur biaya operasional.


• Menerima keuntungan dari pengelolaan budidaya Kopi

PASAL 5
PELAKSANAAN

• Dana disiapkan PIHAK PERTAMA


• Dana dikeluarkan sesuai dengan keperluan PIHAK KEDUA untuk pemasaran dan biaya
operasional lainnya
PASAL 6
BAGI HASIL

PIHAK PERTAMA mendapatkan bagi hasil sebesar 2,5 % dari total modal.

PASAL 7
JANGKA WAKTU

Perjanjian kerjasama ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun, terhitung mulai tanggal
15 Desember 2017 sampai dengan tanggal 15 Desember 2019.

PASAL 8
BERAKHIRNYA PERJANJIAN

PARA PIHAK sepakat bahwa Perjanjian Kerjasama ini berakhir bilamana :

1. Jangka waktu Perjanjian Kerjasama ini telah berakhir dan tidak diperpanjang lagi.
2. Salah satu pihak tidak memenuhi salah satu ketentuan dalam pasal-pasal serta ayat-ayat
Perjanjian Kerjasama ini.
3. Force Majeur yang menyebabkan tidak mungkin dilaksanakannya kembali Perjanjian
Kerjasama ini.

PASAL 9
PERSELISIHAN

1. Apabila dikemudian hari timbul perselisihan dalam pelaksanaan Perjanjian Kerjasama


ini, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan melalui jalan musyawarah dan
mufakat.

PASAL 10
KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Ketentuan yang tidak tercantum dalam perjanjian harus dicantumkan dalam perjanjian
terpisah yang disepakati oleh PARA PIHAK atas dasar niat baik.
2. Setiap addendum pada perjanjian ini harus dituangkan secara tertulis dan ditandatangani
oleh PARA PIHAK.
3. Perjanjian ini ditujukan bagi pihak-pihak yang tercantum dalam perjanjian ini dan pihak
lain yang ditujukan dan disepakati oleh PARA PIHAK, serta tidak dapat dialihkan
kepada pihak lain tanpa kesepakatan PARA PIHAK.
4. PARAH PIHAK sepakat untuk menjaga kerahasiaan ini, kecuali bila dinyatakan untuk
dibuka berdasarkan hukum yang berlaku.
PASAL 11
PENUTUP

1. Perjanjian ini dibuat rangkap 2 (dua) asli masing-masing sama bunyinya di atas kertas
bermaterai cukup serta mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani
PARA PIHAK.
2. Perjanjian ini berlaku efektif sejak tanggal ditandatangani bersama oleh PARA PIHAK.

Hal-hal yang tidak atau belum diatur dalam Perjanjian Kerjasama ini akan diatur kemudian oleh
PARA PIHAK berdasarkan kesepakatan bersama.

Bandung, 15 Agustus 2017

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

(Jaka Abdi Negara) (Pathway Annerizka)

Saksi-saksi:

1. Ekosista Purwacaraka
2. Tijar Gandi

2. Syarat subyektif: 1. PARA PIHAK sepakat bahwa dalam kerjasama ini membagi kewajiban,
dimana PIHAK PERTAMA menyediakan permodalan sebesar
25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
2. Dan PIHAK KEDUA akan mengoptimalkan kemampuan, pengalaman
dan jaringan usaha
Syarat objektif: Objek Perjanjian kerjasama ini adalah berupa pengelolaan permodalan
untuk pemasaran Kopi
Akibat hukum bila syarat objektif tidak terpenuhi: Null and Void = jika syarat objektif, tidak
terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum. Yang berarti perjanjian
itu dianggap tidak pernah ada.

3. Contoh kasus wanprestasi dan Force Majeur


• Wanprestasi:

Di Desa Kecamatan Karangbatu, Kelurahan Makmur Jaya, terjadi suatu perjanjian


antara dua kepala keluarga berkenaan dengan perjanjian tempat tinggal antara keduanya
(25/05/2013). Sebut saja pihak pertama yaitu Bapak Suherman beserta istri dan kedua
anaknya sebagai pihak yang membutuhkan tempat tinggal sementara karena keluarga ini
sedang mengalami masalah ekonomi sehingga hilang kepemilikan tempat tinggal
sebelumnya. Bapak Suherman memiliki teman akrab bernama Bapak Jali yang berperan
sebagai pihak kedua dalam kejadian ini. Bapak Jali bersedia membantu keluarga Bapak
Suherman dengan beberapa ketentuan yang harus dipenuhi oleh pak Suherman dan
keluarganya.
Bahwa keluarga Pak Suherman bisa menempati salah satu dari rumah yang
dimiliki oleh pak Jali, tetapi Pak Suherman harus mampu membayar uang sewa rumah
tersebut sebesar Rp.500.000/bulan tepat setiap tanggal 25. Apabila terjadi
tunggakan/penundaan pembayaran sewa rumah tersebut berdasarkan waktu yang telah
ditetapkan, maka Bapak Jali berhak mengusir keluarga Pak Suherman dari rumahnya.
Hingga pada bulan ketiga Bapak Suherman menempati rumah tersebut, ia dan
keluarganya belum juga mampu membayar sewa rumah sesuai kesepakatan dengan pak
Jali. Pak Jali pun menderita kerugian dengan kejadian ini. Sehingga beliau dengan
terpaksa harus mengusir keluarga pak Suherman setelah memberikan beberapa
dispensasi sebagai seorang teman seperti memaklumi penundaan pembayaran selama 3
bulan lamanya dan tidak menuntut ganti rugi bayaran selama 3 bulan tersebut.
Analisa:
· Jenis perbuatan : Wanprestasi/Cidera Janji
· Subyek hukum : Bapak Suherman dan Bapak Jali
· Peristiwa hukum adalah Segala kejadian kemasyarakatan yang akibatnya diatur oleh
hukum.
Perjanjian sewa-menyewa diatur di dalam babVII Buku III KUH Perdata yang
berjudul “Tentang Sewa-Menyewa” yang meliputi pasal 1548 sampai dengan pasal 1600
KUH Perdata. Definisi perjanjian sewa-menyewa menurut Pasal 1548 KUH Perdata
menyebutkan bahwa: “ Perjanjian sewa-menyewa adalah suatu perjanjian, dengan mana
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainya
kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu
harga, yang oleh pihak tersebut belakangan telah disanggupi pembayaranya

• Force Majeur: seseorang menjanjikan akan menjual seekor kuda


(schenking) dan kuda ini sebelum diserahkan mati karena disambar sakit.

• Wanprestasi:
Kontrak Bisnis antara Biro Perjalanan Wisata “Goh” dengan Jayakarta
Hotel di Legian menggunakan Perjanjian tertulis. Disini Biro Perjalanan Wisata
“Goh” menyewa kamar hotel selama dua minggu untuk tamunya sebanyak 15
kamar dan pihak hotel menyediakan kamar yang telah dipesan. Perjanjian terebut
menentukan hari dan tanggal pembayaran, kedatangan serta keberangkatan tamu
dari Biro Perjalanan Wisata “Goh”. Klausula yang dilanggar oleh Biro Perjalanan
Wisata “Goh” yaitu sepakat untuk melaksanakan kewajibannya membayar uang
sewa kamar pada tanggal 02 Januari 2013 dan berjanji membawa tamu yang telah
memesan kamar hotel. Disini Biro Perjalanan Wisata “Goh” belum juga membayar
uang sewa kamar selama 3 hari. Kemudian pihak hotel memberikan teguran
kepada Biro Perjalanan Wisata “Goh” agar segera melunasi pembayarannya, dan
meminta ganti rugi. Ketentuan Pasal 1243 KUHPerdata hanya menetapkan, bahwa
tuntutan ganti rugi yang muncul sebagai akibat prestasi yang terlambat, harus
didahului dengan somasi. Dalam konteks penelitian dan penulisan jurnal ini, pola
penyelesaian ditempuh hanya negosiasi yang dilakukan kedua belah pihak.
Oleh karena Biro Perjalanan Wisata “Goh” yang melakukan wanprestasi
yaitu tidak melaksanakan prestasinya yang telah disepakati (Biro Perjalanan
Wisata “Goh” tidak membayar uang sewa kamar tepat pada waktunya sesuai
dengan isi perjanjian), setelah mendapatkan teguran dari pihak Hotel, dan pihak
Hotel memberikan sanksi berupa dikenakan kewajiban untuk membayar denda
sebesar 10%-15% dari total pembayaran untuk setiap hari keterlambatan (isi
perjanjian). Agar terhindar dari sanksi pihak hotel, maka Direktur Biro Perjalanan
Wisata “Goh” berusaha datang langsung menemui manajemen hotel untuk
menjelaskan kondisi yang sebenarnya. Setelah melakukan perundingan dan
negosiasi yang cukup alot dengan pihak hotel, maka dengan didasari oleh
hubungan kerjasama yang sudah terjalin dengan baik selama ini serta berdasarkan
penjelasan dari Direktur Biro Perjalanan Wisata “Goh” dan akhirnya pihak hotel
tidak memperpanjang masalah tersebut. Mengenai pembatalan reservasi pada saat
tanggal kedatangan karena tamu tidak datang (no show),Biro Perjalanan Wisata
“Goh” tetap berharap akan adanya keringanan sanksi tersebut. Untuk itu pihak
Biro Perjalanan Wisata “Goh” meminta kebijaksanaan pihak hotel atas penjatuhan
sanksi. Setelah melalui perundingan dan negosiasi diantara kedua belah pihak dan
dengan didasari oleh itikad baik untuk tidak saling memberatkan para pihak,
akhirnya disepakati bahwa Biro Perjalanan Wisata “Goh” harus tetap mengganti
kerugian atas pembatalan tersebut sebesar 3 (tiga) malam saja dari harga sewa
kamar yang telah disepakati dalam kontrak serta mengganti kerugian sebesar 50%
saja dari keuntungan yang akan didapat dan kamar yang telah dipesan akan
disewakan kepada wisatawan lainya.
Pada prinsipnya, upaya penyelesaian yang ditempuh oleh Biro Perjalanan
Wisata “Goh” dengan Jayakarta Hotel dalam mengatasi permasalahan hukum yang
terjadi tersebut diatas adalah dengan jalan penyelesaian di luar pengadilan (non
litigasi) yaitu Negosiasi dimana antara dua orang atau lebih/para pihak yang
mempunyai hal atau bersengketa saling melakukan kompromi atau tawar menawar
terhadap kepentingan penyelesaian suatu hal atau sengketa untuk mencapai
kesepakatan

Anda mungkin juga menyukai