Anda di halaman 1dari 17

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II

AKTIVA TIDAK BERWUJUD

Disusun Oleh:

Kelompok : IV
Nama Anggota : 1. Sheryl Milentika Lena Bengu (331 18 095)
2. Yohana Desiani Manik (331 18 100)
3. Zamgar Wahyudio AnggaLie (331 18 105)
4. Rivaldo K. Bundar (331 18 112)
5. Erni T. Seran (331 18 119)
6. Titania J. Maskarenhas (331 18 130)
7. Gradiana Virgilia Mau (331 18 131)
8. Bernadeta A. Tanggur (331 18 134)
9. Gaspar S. D. B Fios (331 18 142)
10. Ivonia Maria Da Silva (331 18 147)
11. Apolonia E. Hadia (331 18 154)
12. Erina Srikandi Loasana (331 18 202)
13. Fransiskus N. Bana (331 17 081)
14. Marianus H. Geroda (331 17 137)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Katolik Widya Mandira
Kupang
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Aktiva tidak
berwujud”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah
ini.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini, kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan mampu
menambah wawasan bagi semua semua orang.

Kupang, 14 Maret 2020

Penyusun,

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aktiva Tidak Berwujud.......................................................... 2
2.2 Penilaian Aktiva Tidak Berwujud............................................................ 2
2.2.1 Merek.............................................................................................. 3
2.2.2 Software (Piranti Lunak Komputer)................................................. 4
2.2.3 Lisensi dan Waralaba (Franchise).................................................. 5
2.2.4 Paten ............................................................................................... 5
2.2.5 Hak Cipta (Copyrights)................................................................... 6
2.2.6 Resep, Formula, Model, Desain, dan Prototipe ............................. 6
2.2.7 Goodwill (Muhibah)........................................................................ 7
2.2.8 Beban yang Ditangguhkan.............................................................. 10
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 13
3.2 Saran...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi
dicatat untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama bagi
operasi perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah mengenal proses
penyusunan laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor
akun yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dengan
bukti transaksi, jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca saldo,
jurnal penyesuaian, neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan
perubahan ekuitas), jurnal penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal balik.
Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap,
kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva tidak berwujud. Oleh
karena itu perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva tidak
berwujud. Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di
dalam aktiva tidak berwujud sebuah perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari aktiva tidak berwujud?
2. Bagaimana cara penilaian aktiva tidak berwujud?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah
Akuntansi Keuangan Menengah II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk membantu
dan mempermudah pemahaman mahasiswa/i mengenai pengertian dari aktiva tidak
berwujud dan penilaian aktiva tidak berwujud.
Materi-materi tersebut merupakan salah satu materi penting dalam mata kuliah
Akuntansi Keuangan Menengah II yang harus dikuasai.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aktiva Tidak Berwujud


Istilah aktiva tidak berwujud digunakan untuk menunjukkan aktiva-aktiva yang
umurnya lebih dari satu tahun dan tidak mempunyai bentuk fisik. Dalam PSAK No. 19
(Revisi 2000) dinyatakan bahwa aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang
dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai bentuk fisik serta dimiliki untuk digunakan
dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan pada pihak lainnya
atau untuk tujuan administratif. Suatu aktiva dapat dimasukkan dalam kategori aktiva tidak
berwujud jika memenuhi persyaratan: (1) aktiva tersebut dapat diidentifikasikan, (2)
perusahaan mempunyai kendali atas aktiva tersebut, dan (3) perusahaan memperoleh
manfaat dari aktiva tersebut dimasa yang akan datang. Aktiva seperti ini mempunyai nilai
karena diharapkan dapat memberikan sumbangan pada laba. Yang termasuk dalam
pengertian aktiva tidak berwujud adalah (PSAK No. 16):
1. Merek.
2. Piranti lunak komputer (Software).
3. Lisensi dan waralaba.
4. Hak kekayaan intelektual seperti: hak cipta, paten dan hak kekayaan intelektual lainnya.
5. Aktiva tidak berwujud dalam pengembangan.
6. resep, formula, model, desain, dan prototype.
Golongan-golongan tersebut dapat lebih dirinci atau digabungkan menjadi golongan
yang lebih kecil atau yang lebih besar selama dapat memberi intormasi yang relevan bagi
pemakai laporan keuangan.

2.2 Penilaian Aktiva Tidak Berwujud


Aktiva tidak berwujud yang dimiliki dicatat dalam rekening (akun) sebesar harga
perolehannya. Harga perolehan ini tergantung pada cara perolehan aktiva tidak berwujud.
Jika diperoleh dari pembelian maka harga perolehannya sebesar jumlah uang yang
dikeluarkan dalam pembeliannya sampai siap untuk digunakan. Jika aktiva tidak berwujud
diperoleh melalui pertukaran dengan aktiva lain maka harga perolehannya sebesar nilai

2
wajar aktiva yang diterima atau aktiva yang diserahkan. Untuk aktiva tidak berwujud yang
diperoleh dari pertukaran dengan aktiva lain yang sejenis, maka harga perolehannya
ditentukan berdasarkan nilai wajar aktiva yang diserahkan. Selama umurnya, harga
perolehan aktiva tidak berwujud harus diamortisasi, PSAK No. 19 menyatakan bahwa:

Jumlah yang dapat diamortisasikan dari aktiva tidak berwujud harus dialokasikan
secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Pada umnumnya
masa manfaat suatu aktiva tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal
aktiva siap digunakan. Amortisasi harus mulai dihitung saat aktiva siap digunakan.

Metode amortisasi yang dapat digunakan adalah metode garis lurus atau metode
lain yang dianggap lebih cocok bagi perusahaan selama metode tersebut mencerminkan
manfaat ekonomis. Aktiva tidak berwujud akan dicantumkan dalam neraca sebesar harga
perolehannya dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi penurunan nilai.
Setelah aktiva tidak berwujud dimiliki oleh perusahaan, maka biaya-biaya yang
akan dikeluarkan selama umur aktiva tidak berwujud tersebut harus dibebankan pada laba
rugi periode berjalan. Pengeluaran selama umur aktiva tidak berwujud dapat dikapitalisasi
jika memenuhi syarat: (1) pengeluaran tersebut menambah nilai ekonomis, dan (2)
pengeluaran tersebut dapat diukur secara andal.
Untuk menghitung amortisasi, nilai sisa aktiva tidak berwujud biasanya ditetapkan
sebesar 0 rupiah, kecuali bila: (1) ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aktiva
pada akhir masa manfaatnya, dan (2) ada pasar yang aktif bagi aktiva tersebut.
Aktiva tidak berwujud yang dihentikan pemakaiannya atau tidak lagi memiliki nilai
ekonomis tidak boleh diakui dan dimasukkan dalam neraca. Bila terdapat selisih antara
jumlah penerimaan bersih karena penghentian aktiva tidak berwujud dengan nilai bukunya,
maka diakui sebagai keuntungan atau kerugian. Berikut ini uraian untuk setiap aktiva tidak
berwujud.

2.2.1 Merek
Merek atau cap dagang adalah hak untuk menggunakan merek dagang. Merek
atau dagang bisa didaftarkan sehingga akan dilindungi oleh undang-undang. Hak untuk

3
menggunakan suatu merek dagang adalah tidak terbatas. Merek dagang bisa juga
menggunakan suatu diperoleh dari suatu pembelian, dalam keadaan ini harga perolehan
yang dicatat adalah harga beli dan semua biaya pembelian sampai merek itu siap
digunakan.
Apabila merek dagang ini dibuat sendiri maka harga perolehannya adalah biaya-
biaya untuk merencanakan dan mendaftarkan. Karena umurnya tidak terbatas maka tidak
dilakukan amortisasi, tetapi kadang-kadang karena anggapan akan adanya perubahan-
perubahan di masa yang akan datang (misalnya adanya perubahan permintaan terhadap
produk) maka harga perolehan merek dagang akan dihapuskan dalam periode yang
pendek. Jurnal untuk mencatat perolehan merek dagang adalah:

Merek Rpxx
Kas Rpxx

Amortisasi merek di catat dengan jurnal berikut :

Amortisasi merek Rpxx


Merek (akumulasi amortisasi merek) Rpxx

2.2.2 Software (Piranti Lunak Komputer)


Software (piranti lunak komputer) adalah kumpulan konsep, aktivitas dan
prosedur yang digunakan dalam program komputer untuk melaksanakan suatu fungsi atau
pekerjaan tertentu. Ada dua jenis software komputer, yaitu software aplikasi dan
software sistem. Software aplikasi merupakan softrware yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan tugas/pekerjaan tertentu, seperti word processing, spreadsheet, software
akuntansi dan lain lain. Software sistem merupakan software yang dibutuhkan agar sistem
komputer dapat berfungsi seperti sistem operasi, sistem manajemen basis data, program
utilitas dan lain-lain. Software sistem biasanya dibeli bersamaan dengan pembelian
perangkat keras lain komputer. Software aplikasi dapat dibeli atau dibuat sendiri. Harga
perolehan software aplikasi yang dibeli adalah sebesar harga beli ditambah semua biaya
sampai software itu siap digunakan. Apabila perusahaan mengembangkan sendiri

4
software aplikasinya, maka harga perolehannya adalah semua biaya yang dikeluarkan
untuk membuat software tersebut. Harga perolehan software aplikasi dan software sistem
akan diamortisasi selama umur ekonomis atau masa manfaatnya.

2.2.3 Lisensi dan Waralaba (Franchise)


Lisensi atau waralaba (franchises) adalah hak yang diberikan oleh suatu pihak
(disebut franchisor) kepada pihak lain untuk menggunakan fasilitas yang dimiliki
menggunakan hak merek atau nama dagang, ataupun menjual barang dan jasa. Pihak
yang memberikan hak (franchisor) bisa badan pemerintah atau perusahaan swasta. Akhir-
akhir ini perkembangan sistem franchise menunjukkan kemajuan pesat di bidang usaha
swasta. Perkembangan ini terjadi karena manfaat yang ditimbulkan oleh sistem franchise
itu sendiri, baik bagi masyarakat maupun bagi franchisee. Terdapat berbagai jenis
franchise dalam praktek. Jenis-jenis ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1)
sistem franchise untuk produk dan jasa, dan (2) sistem franchise lisensi untuk merek
dagang. Akuntansi untuk franchise fee revenue (oleh franchisor) diatur dalam FASB
Statement Nomor 45. Jika lisensi dan waralaba diperoleh dengan suatu kontrak yang
harganya dibayarkan sekaligus pada saat penandatanganan kontrak, maka jumlah yang
dibayarkan tersebut merupakan harga perolehan yang akan diamortisasi selama masa
manfaat.

2.2.4 Paten
Paten adalah suatu hak yang diberikan kepada pihak yang menemukan sesuatu hal
baru untuk membuat, menjual atau mengawasi pernemuannya selama jangka waktu
tertentu. Kalau paten itu tidak dapat diperpanjang maka penemuan tadi akan diperbarui
atau diubah sehingga bisa diperoleh paten baru. Paten mungkin digunakan sendiri oleh
penemunya atau diserahkan pada pihak lain dengan perjanjian-perjanjian tertentu. Yang
termasuk harga perolehan paten, jika paten itu diperoleh karena pengembangan, adalah
biaya-biaya pendaftaran, biaya pembuatan model dan gambar-gambar dan biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk membuat percobaan-percobaan dan pengembangan. Paten yang
dibeli dari pihak lain akan dicatat sebesar harga perolehannya yang terdiri dari harga beli
dan semua biaya yang dikeluarkan sampai paten itu siap digunakan.

5
Apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap hak paten, maka biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk menjaga hak ini akan dikapitalisir, Paten akan diamortisir selama
umur kegunaannya. Umur paten bisa juga dihitung atas dasar unit produk yang akan
dibuat. Amortisasi paten di catat dengan jurnal sebagai berikut:

Amortisasi paten Rpxx


Paten (atau akumulasi amortisasi paten) Rpxx

Amortisasi paten akan di kelompokkan dalam biaya produksi, jika paten itu
digunakan dalam proses produksi, tetapi jika paten itu digunakan untuk kegiatan yang
berhubungan dengan penjualan maka amortisasi paten akan di bebankan sebagai biaya
penjualan.

2.2.5 Hak Cipta (Copyrights)


Hak cipta adalah hak yang diberikan kepada pengarang atau pemain (artis/aktor)
untuk menerbitkan, menjual atau mengawasi karangannya, musik atau pekerjaan
pementasan dan karya seni lainnya. Hak cipta seperti halnya paten termasuk dalam hak
cipta intelektual yang dilindungi undang-undang. Hak cipta bisa digunakan sendiri, dijual
atau diberikan pada pihak lain dengan perjanjian-perjanjian tertentu.
Yang termasuk dalam harga perolehan hak cipta adalah semua biaya yang
berhubungan dengan penyusunan pekerjaan itu, termasuk juga biaya-biaya untuk
mendaftarkan dan memperoleh hak. Jika hak cipta itu dibeli maka harga perolehannya
adalah jumlah uang yang dibayarkan. Harga perolehan hak cipta akan diamortisasi
sepanjang masa manfaatnya.

2.2.6 Resep, Formula, Model, Desain, dan Prototipe


Resep, formula, desain, dan prototipe merupakan penemuan-penemuan yang
didapat perusahaan yang selanjutnya digunakan dalam operasi perusahaan. Ada kalanya
bisa merupakan keunggulan atau ciri khas yang membedakan produk perusahaan itu
dengan produk perusahaan lain. Umumnya penemuan resep, formula, model, desain, atau
prototipe akan didaftarkan perusahaan sebagai paten atau hak cipta.

6
2.2.7 Goodwill (Muhibah)
Yang dimaksudkan dengan goodwill (muhibah) adalah semua kelebihan Yang
terdapat dalam suatu usaha seperti letak perusahaan yang baik, nama yang terkenal,
pimpinan yang ahli dan lain-lain. Dari tinjauan akuntansi, goodwill (muhibah) adalah
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba di atas keadaan normal yang diakibatkan
oleh adanya faktor-faktor di atas. Laba di atas keadaan normal adalah suatu tingkat
pendapatan dari investasi yang melebihi jumlah yang akan dapat menarik investor dalam
bidang usaha tersebut. PSAK No. 19 (revisi 2000) paragraf 11 dan 12 menyatakan
bahwa:

Muhibah (Goodwill) yang tinmbul dari Suatu penggabungan usaha berbentuk akuisisi
mencerminkan pembayaran yang dilakukan oleh pihak yang mengakuisisi dengan
harapan akan meniperoleh manfaat ekonomis di masa depan.

Suatu aktiva tidak berwujud dapat dibedakan secara jelas dengan muhibah
(goodwill) jika aktiva tersebut dapat dipisahkan. Suatu aktiva disebut "dapat dipisahkan"
jika perusahaan dapat menyewakan, menjual, menukarkan, atau mendistribusikan
manfaat ekonomis masa depan yang terdapat pada aktiva tersebut tanpa melepaskan
manfaat ekonomis dimasa depan yang timbul dari aktiva lain yang digunakan dalam
aktivitas yang sama dalam menghasilkan usaha.
Goodwill yang yang dihasilkan secara internal (internally generated) tidak boleh
diakui. Goodwill internal adalah pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan manfaat ekonomis di masa datang, tetapi pengeluaran tersebut bukan
merupakan suatu sumber daya teridentifikasi yang dikendalikan oleh perusahaan dan bisa
diukur secara andal menurut biaya perolehannya (paragraf 31).
Dalam pembelian suatu perusahaan, pendapatan perusahaan di masa lalu dipakai
sebagai dasar untuk menaksir pendapatan-pendapatan yang akan datang. Jadi taksiran
laba yang akan datang ini yang akan dibeli dan dipakai untuk menentukan besarny
goodwill (muhibah) yang akan dibayar. Sebelum menghitung goodwill (muhibah), harus
ditentukan terlebih dulu nilai aktiva yang ada {selain goodwill (muhibah)}. Dasar yang

7
dipakai biasanya adalah harga pasar atau jumlah yang akan dapat direalisasi dari aktiva
tersebut. Perbedaan antara jumlah uang yang dibayarkan dengan nilai bersih aktiva
merupakan jumlah goodwill (muhibah). Besarnya jumlah goodwill (muhibah) tergantung
kepada perundingan harga, tetapi pembeli bisa memakai beberapa metode untuk
menentukan besarnya goodwill (muhibah). Metode-metode yang dapat dipakai untuk
menghitung goodwill (muhibah) akan diuraikan di bawah. Sebagai ilustrasi penggunaan
metode perhitungan goodwill (muhibah) dipakai contoh Perusahaan X sebagai berikut:
Laba bersih (tidak termasuk elemen-elemen luar biasa):
2002 Rp5.000.000,00
2003 4.500.000,00
2004 4.500.000,00
2005 6.000.000,00
2006 5.500.000,00
Jumlah Rp 25.500.000,00

Penghasilan bersih rata-rata per tahun Rp25.500.000,00 : 5 = Rp5.100.000,00.


Penghasilan tiap tahun yang akan datang ditaksir sebesar = Rp5.000.000,00. Pada tanggal
1 Januari 2007, aktiva {tanpa goodwill (muhibah)} dinilai sebesar Rp45.000.000,00,
utang sebesar Rp5.000.000,00.

(1) Kapitalisasi Pendapatan Bersih Rata-rata


Dalam cara ini jumlah yang akan dibayarkan untuk perusahaan yang dibeli
dihitung dengan mengkapitalisasi taksiran penghasilan yang akan datang dengan
tarif.Tarif ini menunjukkan hasil yang diharapkan dari investasi tersebut. Selisih jumlah
yang akan dibayarkan dengan nilai bersih aktiva adalah jumlah yang akan dicatat sebagai
goodwill (muhibah). Misalnya: hasil dari investasi diharapkan sebesar 10% maka
jumlahyang akan dibayar dihitung sebagai berikut:
Jumlah yang dibayarkan: Rp5.000.000,00 x 100/10 = Rp50.000.000,00
Taksiran nilai aktiva: Rp45.000.000,00 - Rp5.000.000,00 = 40.000.000,00

Goodwill (muhibah) Rp10.000.000,00

8
(2) Kapitalisasi Kelebihan Penghasilan Rata-rata
Di dalam cara ini perhitungan goodwill (muhibah) didasarkan pada penghasilan
bersih rata-rata dan nilai aktiva yang akan dibeli. Misalnya dari contoh di muka, hasil
yang diharapkan dari investasi tersebut sebesar 10% dan kelebihan penghasilan akan
dikapitalisir dengan tarif 20%. Kelebihan penghasilan dihitung sebagai berikut:

Hasil yang normal: 10% x Rp40.000.000,00 = Rp4.000.000,00


Taksiran penghasilan/tahun yang akan datang = 5.000.000,00

Kelebihan penghasilan/tahun: Rp1.000.000,00

Harga beli perusahaan (termasuk goodwill (muhibah)) dihitung sebagai berikut:

Nilai aktiva : Rp45.000.000,00 - Rp5.000.000,00 = Rp40.000.000,00


Nilai goodwill (muhibah) : Rp1.000.000,00 x 100/20 = 5.000.000,00

Jumlah aktiva + goodwill (muhibah) Rp45.000.000,00

Kadang-kadang pembayaran terhadap kelebihan penghasilan dinyatakan dalam


bentuk waktu. Jadi kapitalisasi kelebihan penghasilan dengan tarif 20% adalah sama
dengan pembayaran kelebihan penghasilan selama 5 tahun (100% : 20% = 5).
Apabila perusahaan dibeli tanpa perhitungan goodwill (muhibah) tersendiri maka
aktiva yang dibeli harus dinilai dan selisih dengan jumlah yang dibayarkan dicatat
sebagai goodwill (muhibah). Apabila perusahaan ditukar dengan saham maka jika ada
selisih antara nilai nominal saham dengan nilai aktiva {termasuk goodwill (muhibah)}
dicatat sebagai agio/disagio saham. Misalnya:
Aktiva nilainya Rp40.000.000,00
Goodwill (muhibah) ` 5.0000.000,00
ditukar dengan 40.000 lembar saham, nominal Rp1.000,00. Jurnal yang dibuat oleh
perusahaan yang mengeluarkan saham untuk mencatat transaksi diatas adalah sebagai
berikut:

9
Aktiva Rp40.000.000,00
Goodwill (muhibah) ` 5.0000.000,00
Modal saham Rp40.000.000,00
Agio saham ` 5.0000.000,00

Goodwill (muhibah) yang diperkirakan umurnya tidak terbatas akan dicatat


dengan dasar harga perolehannya. Tetapi apabila keadaan menunjukkan bahwa
kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh perusahaan sudah berkurang dan kelebihan-
kelebihan ini tadinya dicatat sebagai goodwill (muhibah) maka diadakan penyesuaian
terhadap goodwill (muhibah). Pengurangan ini akan dibebankan sebagai elemen-elemen
luar biasa. Kadang-kadang pengurangan ini akan dibebankan sebagai biaya apabila
dianggap ada hubungannya dengan pendapatan periode tersebut. Jika goodwill (muhibah)
umurnya terbatas makadilakukan amortisasi setiap periode.

2.2.8 Beban yang Ditangguhkan


Beban yang ditangguhkan juga merupakan aktiva tidak berwujud. Bedanya
dengan aktiva tidak berwujud yang telah disebutkan di muka adalah bahwa aktiva tidak
berwujud itu mempunyai nilai karena merupakan hak yang diharapkan dapat membantu
mendapatkan laba, sedangkan beban yang ditangguhkan itu mempunyai nilai karena
merupakan pembayaran di muka untuk beberapa periode yang relatif lama. Karena
pembayaran biaya di muka ini dilakukan untuk beberapa periode maka setiap periode
dilakukan amortisasi. Yang termasuk dalam beban yang ditangguhkan adalah biaya
pendirian perusahaan. Beban ditangguhkan dapat juga dilaporkan dalam neraca terpisah
dari kelompok aktiva tidak berwujud.
1) Biaya Riset (Penelitian) dan Pengembangan
Di dalam perusahaan-perusahaan besar, sering dilakukan penelitian/percobaan
untuk memperbaiki/mengembangkan proses produksi maupun produknya. PSAK No.
19 menyatakan bahwa riset adalah penelitian orisinal dan terencana yang
dilaksanakandengan harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman
teknis atas ilmu yang baru. Biaya yang dikeluarkan untuk riset harus diakui sebagai
beban dalam period terjadinya . Contoh kegiatan riset adalah:

10
1. Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru.
2. Pencarian, evaluasi, dan seleksi pernerapan temuan riset atau pengetahuan
lainnya.
3. Pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa.
4. Perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi berbagai alternatif kemungkinan bahan
baku, peralatan, produk, proses, sistem, dan jasa.
Sedangkan yang dimaksud pengembangan adalah penerapan temuan riset atau
pengetahuan lainnya pada suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat,
produk, proses, sistem, atau jasa yang sifatnya baru atau yang mengalami perbaikan
yang substansial sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian. Perusahaan
dimungkinkan untuk mengakui biaya pengembangan sebagai aktiva tidak berwujud
jika memenuhi syarat berikut:
a. Ada jaminan tentang kelayakan teknis penyelesaiannya.
b. Biaya untuk menyelesaikan, menggunakan, dan menjualnya dapat dihitung.
c. Perusahaan memiliki kemampuan untuk menggunakan atau menjualnya.
d. Menghasilkan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang.
e. Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang
terkait selama masa penggunaannya.
Menurut PSAK No. 19, biaya riset dan pengembangan harus diakui sebagai beban
pada periode terjadinya, namun apabila perusahaan mengalokasikannya (diamortisasi)
maka harus dilakukan secara rasional dan konsisten.

2) Biaya Pendirian Perusahaan (Organization Costs)


Biaya-biaya yang terjadi dalam mendirikan perusahaan seperti izin, pajak,
biaya cetak saham, formulir dan lain-lain dikapitalisasi dalam rekening biaya
pendirian. Ada beberapa pendapat yang berhubungan dengan biaya pendirian sebagai
berikut:
(a) Karena biaya pendirian itu memberikan manfaat selama perusahaan berdiri maka
biaya pendirian tidak diamortisir dan akan nampak di dalam neraca selama
perusahaan itu masih ada.

11
(b) Biaya pendirian ini tidak memberikan manfaat langsung kepada operasi
perusahaan, oleh karena itu biaya pendirian akan diamortisir. Jangka waktu
amortisasi tidak tentu tetapi tergantung pada kebijaksanaan perusahaan. Kadang-
kadang tidak diamortisir, tetapi dihapuskan sekaligus dalam tahun pertama.Tetapi
dengan adanya APB Nomor 17, amortisasi harus dilakukan tidak melebihi 40
tahun.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kita mengupas beberapa masalah seputar tidak berwujud, dapat
disimpulkan bahwa aktiva tidak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara
fisik tidak dapat dinyatakan, tetapi berpengaruh terhadap kontinuitas perusahaan, seperti
hak paten, merk dagang, hak cipta, dan lain-lain.
Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud menyangkut masalah yang tidak berbeda
dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap, diantaranya adalah penentuan nilai
perolehan, perlakuan akuntansi selanjutnya terhadap nilai perolehan tersebut dalam
kondisi usaha normal (amortisasi), dan perlakuan akuntansi atas penurunan nilai aktiva
tak berwujud yang material dan permanen. Kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan
masalah perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud pada umumnya disebabkan oleh sifat
aktiva tersebut, seperti tidak adanya wujud fisik yang menyebabkan bukti keberadaannya
kabur, dan kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa manfaat
keekonomiannya.

3.2 Saran
Setelah disusunnya makalah mengenai aktiva tidak berwujud, diharapkan dapat
menambah wawasan pembaca khususnya dimata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah
II. Begitu juga alangkah baiknya apabila kita mencari sumber referensi lebih banyak dari
berbagai sumber sehingga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan semakin luas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Badriawan, Zaki. 2017. INTERMEDIATE ACCOUNTING Edisi Kedelapan. Yogyakarta:


BPFE-YOGYAKARTA.

14

Anda mungkin juga menyukai