Makalah Aktiva Tidak Berwujud (Akm2)
Makalah Aktiva Tidak Berwujud (Akm2)
Disusun Oleh:
Kelompok : IV
Nama Anggota : 1. Sheryl Milentika Lena Bengu (331 18 095)
2. Yohana Desiani Manik (331 18 100)
3. Zamgar Wahyudio AnggaLie (331 18 105)
4. Rivaldo K. Bundar (331 18 112)
5. Erni T. Seran (331 18 119)
6. Titania J. Maskarenhas (331 18 130)
7. Gradiana Virgilia Mau (331 18 131)
8. Bernadeta A. Tanggur (331 18 134)
9. Gaspar S. D. B Fios (331 18 142)
10. Ivonia Maria Da Silva (331 18 147)
11. Apolonia E. Hadia (331 18 154)
12. Erina Srikandi Loasana (331 18 202)
13. Fransiskus N. Bana (331 17 081)
14. Marianus H. Geroda (331 17 137)
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aktiva Tidak Berwujud.......................................................... 2
2.2 Penilaian Aktiva Tidak Berwujud............................................................ 2
2.2.1 Merek.............................................................................................. 3
2.2.2 Software (Piranti Lunak Komputer)................................................. 4
2.2.3 Lisensi dan Waralaba (Franchise).................................................. 5
2.2.4 Paten ............................................................................................... 5
2.2.5 Hak Cipta (Copyrights)................................................................... 6
2.2.6 Resep, Formula, Model, Desain, dan Prototipe ............................. 6
2.2.7 Goodwill (Muhibah)........................................................................ 7
2.2.8 Beban yang Ditangguhkan.............................................................. 10
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 13
3.2 Saran...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi
dicatat untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama bagi
operasi perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah mengenal proses
penyusunan laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor
akun yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dengan
bukti transaksi, jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca saldo,
jurnal penyesuaian, neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan
perubahan ekuitas), jurnal penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal balik.
Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap,
kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva tidak berwujud. Oleh
karena itu perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva tidak
berwujud. Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di
dalam aktiva tidak berwujud sebuah perusahaan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
wajar aktiva yang diterima atau aktiva yang diserahkan. Untuk aktiva tidak berwujud yang
diperoleh dari pertukaran dengan aktiva lain yang sejenis, maka harga perolehannya
ditentukan berdasarkan nilai wajar aktiva yang diserahkan. Selama umurnya, harga
perolehan aktiva tidak berwujud harus diamortisasi, PSAK No. 19 menyatakan bahwa:
Jumlah yang dapat diamortisasikan dari aktiva tidak berwujud harus dialokasikan
secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Pada umnumnya
masa manfaat suatu aktiva tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal
aktiva siap digunakan. Amortisasi harus mulai dihitung saat aktiva siap digunakan.
Metode amortisasi yang dapat digunakan adalah metode garis lurus atau metode
lain yang dianggap lebih cocok bagi perusahaan selama metode tersebut mencerminkan
manfaat ekonomis. Aktiva tidak berwujud akan dicantumkan dalam neraca sebesar harga
perolehannya dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi penurunan nilai.
Setelah aktiva tidak berwujud dimiliki oleh perusahaan, maka biaya-biaya yang
akan dikeluarkan selama umur aktiva tidak berwujud tersebut harus dibebankan pada laba
rugi periode berjalan. Pengeluaran selama umur aktiva tidak berwujud dapat dikapitalisasi
jika memenuhi syarat: (1) pengeluaran tersebut menambah nilai ekonomis, dan (2)
pengeluaran tersebut dapat diukur secara andal.
Untuk menghitung amortisasi, nilai sisa aktiva tidak berwujud biasanya ditetapkan
sebesar 0 rupiah, kecuali bila: (1) ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aktiva
pada akhir masa manfaatnya, dan (2) ada pasar yang aktif bagi aktiva tersebut.
Aktiva tidak berwujud yang dihentikan pemakaiannya atau tidak lagi memiliki nilai
ekonomis tidak boleh diakui dan dimasukkan dalam neraca. Bila terdapat selisih antara
jumlah penerimaan bersih karena penghentian aktiva tidak berwujud dengan nilai bukunya,
maka diakui sebagai keuntungan atau kerugian. Berikut ini uraian untuk setiap aktiva tidak
berwujud.
2.2.1 Merek
Merek atau cap dagang adalah hak untuk menggunakan merek dagang. Merek
atau dagang bisa didaftarkan sehingga akan dilindungi oleh undang-undang. Hak untuk
3
menggunakan suatu merek dagang adalah tidak terbatas. Merek dagang bisa juga
menggunakan suatu diperoleh dari suatu pembelian, dalam keadaan ini harga perolehan
yang dicatat adalah harga beli dan semua biaya pembelian sampai merek itu siap
digunakan.
Apabila merek dagang ini dibuat sendiri maka harga perolehannya adalah biaya-
biaya untuk merencanakan dan mendaftarkan. Karena umurnya tidak terbatas maka tidak
dilakukan amortisasi, tetapi kadang-kadang karena anggapan akan adanya perubahan-
perubahan di masa yang akan datang (misalnya adanya perubahan permintaan terhadap
produk) maka harga perolehan merek dagang akan dihapuskan dalam periode yang
pendek. Jurnal untuk mencatat perolehan merek dagang adalah:
Merek Rpxx
Kas Rpxx
4
software aplikasinya, maka harga perolehannya adalah semua biaya yang dikeluarkan
untuk membuat software tersebut. Harga perolehan software aplikasi dan software sistem
akan diamortisasi selama umur ekonomis atau masa manfaatnya.
2.2.4 Paten
Paten adalah suatu hak yang diberikan kepada pihak yang menemukan sesuatu hal
baru untuk membuat, menjual atau mengawasi pernemuannya selama jangka waktu
tertentu. Kalau paten itu tidak dapat diperpanjang maka penemuan tadi akan diperbarui
atau diubah sehingga bisa diperoleh paten baru. Paten mungkin digunakan sendiri oleh
penemunya atau diserahkan pada pihak lain dengan perjanjian-perjanjian tertentu. Yang
termasuk harga perolehan paten, jika paten itu diperoleh karena pengembangan, adalah
biaya-biaya pendaftaran, biaya pembuatan model dan gambar-gambar dan biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk membuat percobaan-percobaan dan pengembangan. Paten yang
dibeli dari pihak lain akan dicatat sebesar harga perolehannya yang terdiri dari harga beli
dan semua biaya yang dikeluarkan sampai paten itu siap digunakan.
5
Apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap hak paten, maka biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk menjaga hak ini akan dikapitalisir, Paten akan diamortisir selama
umur kegunaannya. Umur paten bisa juga dihitung atas dasar unit produk yang akan
dibuat. Amortisasi paten di catat dengan jurnal sebagai berikut:
Amortisasi paten akan di kelompokkan dalam biaya produksi, jika paten itu
digunakan dalam proses produksi, tetapi jika paten itu digunakan untuk kegiatan yang
berhubungan dengan penjualan maka amortisasi paten akan di bebankan sebagai biaya
penjualan.
6
2.2.7 Goodwill (Muhibah)
Yang dimaksudkan dengan goodwill (muhibah) adalah semua kelebihan Yang
terdapat dalam suatu usaha seperti letak perusahaan yang baik, nama yang terkenal,
pimpinan yang ahli dan lain-lain. Dari tinjauan akuntansi, goodwill (muhibah) adalah
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba di atas keadaan normal yang diakibatkan
oleh adanya faktor-faktor di atas. Laba di atas keadaan normal adalah suatu tingkat
pendapatan dari investasi yang melebihi jumlah yang akan dapat menarik investor dalam
bidang usaha tersebut. PSAK No. 19 (revisi 2000) paragraf 11 dan 12 menyatakan
bahwa:
Muhibah (Goodwill) yang tinmbul dari Suatu penggabungan usaha berbentuk akuisisi
mencerminkan pembayaran yang dilakukan oleh pihak yang mengakuisisi dengan
harapan akan meniperoleh manfaat ekonomis di masa depan.
Suatu aktiva tidak berwujud dapat dibedakan secara jelas dengan muhibah
(goodwill) jika aktiva tersebut dapat dipisahkan. Suatu aktiva disebut "dapat dipisahkan"
jika perusahaan dapat menyewakan, menjual, menukarkan, atau mendistribusikan
manfaat ekonomis masa depan yang terdapat pada aktiva tersebut tanpa melepaskan
manfaat ekonomis dimasa depan yang timbul dari aktiva lain yang digunakan dalam
aktivitas yang sama dalam menghasilkan usaha.
Goodwill yang yang dihasilkan secara internal (internally generated) tidak boleh
diakui. Goodwill internal adalah pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan manfaat ekonomis di masa datang, tetapi pengeluaran tersebut bukan
merupakan suatu sumber daya teridentifikasi yang dikendalikan oleh perusahaan dan bisa
diukur secara andal menurut biaya perolehannya (paragraf 31).
Dalam pembelian suatu perusahaan, pendapatan perusahaan di masa lalu dipakai
sebagai dasar untuk menaksir pendapatan-pendapatan yang akan datang. Jadi taksiran
laba yang akan datang ini yang akan dibeli dan dipakai untuk menentukan besarny
goodwill (muhibah) yang akan dibayar. Sebelum menghitung goodwill (muhibah), harus
ditentukan terlebih dulu nilai aktiva yang ada {selain goodwill (muhibah)}. Dasar yang
7
dipakai biasanya adalah harga pasar atau jumlah yang akan dapat direalisasi dari aktiva
tersebut. Perbedaan antara jumlah uang yang dibayarkan dengan nilai bersih aktiva
merupakan jumlah goodwill (muhibah). Besarnya jumlah goodwill (muhibah) tergantung
kepada perundingan harga, tetapi pembeli bisa memakai beberapa metode untuk
menentukan besarnya goodwill (muhibah). Metode-metode yang dapat dipakai untuk
menghitung goodwill (muhibah) akan diuraikan di bawah. Sebagai ilustrasi penggunaan
metode perhitungan goodwill (muhibah) dipakai contoh Perusahaan X sebagai berikut:
Laba bersih (tidak termasuk elemen-elemen luar biasa):
2002 Rp5.000.000,00
2003 4.500.000,00
2004 4.500.000,00
2005 6.000.000,00
2006 5.500.000,00
Jumlah Rp 25.500.000,00
8
(2) Kapitalisasi Kelebihan Penghasilan Rata-rata
Di dalam cara ini perhitungan goodwill (muhibah) didasarkan pada penghasilan
bersih rata-rata dan nilai aktiva yang akan dibeli. Misalnya dari contoh di muka, hasil
yang diharapkan dari investasi tersebut sebesar 10% dan kelebihan penghasilan akan
dikapitalisir dengan tarif 20%. Kelebihan penghasilan dihitung sebagai berikut:
9
Aktiva Rp40.000.000,00
Goodwill (muhibah) ` 5.0000.000,00
Modal saham Rp40.000.000,00
Agio saham ` 5.0000.000,00
10
1. Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru.
2. Pencarian, evaluasi, dan seleksi pernerapan temuan riset atau pengetahuan
lainnya.
3. Pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa.
4. Perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi berbagai alternatif kemungkinan bahan
baku, peralatan, produk, proses, sistem, dan jasa.
Sedangkan yang dimaksud pengembangan adalah penerapan temuan riset atau
pengetahuan lainnya pada suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat,
produk, proses, sistem, atau jasa yang sifatnya baru atau yang mengalami perbaikan
yang substansial sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian. Perusahaan
dimungkinkan untuk mengakui biaya pengembangan sebagai aktiva tidak berwujud
jika memenuhi syarat berikut:
a. Ada jaminan tentang kelayakan teknis penyelesaiannya.
b. Biaya untuk menyelesaikan, menggunakan, dan menjualnya dapat dihitung.
c. Perusahaan memiliki kemampuan untuk menggunakan atau menjualnya.
d. Menghasilkan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang.
e. Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang
terkait selama masa penggunaannya.
Menurut PSAK No. 19, biaya riset dan pengembangan harus diakui sebagai beban
pada periode terjadinya, namun apabila perusahaan mengalokasikannya (diamortisasi)
maka harus dilakukan secara rasional dan konsisten.
11
(b) Biaya pendirian ini tidak memberikan manfaat langsung kepada operasi
perusahaan, oleh karena itu biaya pendirian akan diamortisir. Jangka waktu
amortisasi tidak tentu tetapi tergantung pada kebijaksanaan perusahaan. Kadang-
kadang tidak diamortisir, tetapi dihapuskan sekaligus dalam tahun pertama.Tetapi
dengan adanya APB Nomor 17, amortisasi harus dilakukan tidak melebihi 40
tahun.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kita mengupas beberapa masalah seputar tidak berwujud, dapat
disimpulkan bahwa aktiva tidak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara
fisik tidak dapat dinyatakan, tetapi berpengaruh terhadap kontinuitas perusahaan, seperti
hak paten, merk dagang, hak cipta, dan lain-lain.
Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud menyangkut masalah yang tidak berbeda
dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap, diantaranya adalah penentuan nilai
perolehan, perlakuan akuntansi selanjutnya terhadap nilai perolehan tersebut dalam
kondisi usaha normal (amortisasi), dan perlakuan akuntansi atas penurunan nilai aktiva
tak berwujud yang material dan permanen. Kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan
masalah perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud pada umumnya disebabkan oleh sifat
aktiva tersebut, seperti tidak adanya wujud fisik yang menyebabkan bukti keberadaannya
kabur, dan kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa manfaat
keekonomiannya.
3.2 Saran
Setelah disusunnya makalah mengenai aktiva tidak berwujud, diharapkan dapat
menambah wawasan pembaca khususnya dimata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah
II. Begitu juga alangkah baiknya apabila kita mencari sumber referensi lebih banyak dari
berbagai sumber sehingga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan semakin luas.
13
DAFTAR PUSTAKA
14