Filsafat Print
Filsafat Print
ILMUDASAR KESEHATAN
Teknologi : Merupakan ketrampilan untuk: MASYARAKAT
• Budaya : Cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi dan Terbentuk dari banyak unsur yang rumit (sistem agama, politik, adat
istiadat, budaya, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, karya seni)
Dasar Kebenaran
EMPERISM
Dipelopori oleh Francis Bacon-Thomas Hobbes-John Locke-David Hume (1561-1776)
Menurut Emperism, pengetahuan bermanfaat, pasti dan benar hanya dapat diperoleh lewat indera
Menurut Hobbes, pengalaman indrawi sbg permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yg dapat
ditangkap indera, yang merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasional) yang didapat
secara deduktif hanya merupakan penggabungan data indrawi belaka.
Menurut John Locke, semua pengetahuan berasal dari pengalaman. Akal ibarat kertas putih yg
ditulisi pengalaman lewat proses kerjasama antara refleksi (pengenalan intuitif dari jiwa) dan
sensasi (pengenalan yang datang dari luar) lahir ide.
Pengertian Filsafat Manusia
Filsafat adalah metode pemikiran yang membahas tentang sifat dasar dan hakikat kebenaran yang
ada di dunia ini. Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang membahas apa arti manusia sendiri
secara mendetil.
Antropologi filsafat atau yang lebih dikenal dengan filsafat manusia adalah bagian integral dari
sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Objek material filsafat
manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia (misalnya psikologi dan antropologi) adalah gejala
manusia. Pada dasarnya ilmu ini bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami
gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia.
Kedudukan filsafat manusia dalam kehidupan manusia
a.Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang
kenyataan yang diberikan oleh filfafat.
b.Berdasarkan atas dasar hasil-hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan pedoman hidup
kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar manusia sendiri, seperti
kedudukan dalam hubungannyadengan yang lain. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat
kewajiban manusia meliputi akal, rasa, dan kehendak. Dengan akal filsafat memberikan
pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak,
maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.
Untuk apakah kita terlahir sebagai manusia?, pertanyaan itulah yang akan
selalu ada dari dahulu hingga sekarang, pertanyaan yang akan selalu terdengar
dari saat manusia lahir hingga manusia meninggal. Sesuai dengan tinjauan
kefilsafatan tentang manusia, disebutkan bahwa manusia adalah mahluk yang
bertanya, dalam hal ini manusia sebagai mahluk yang mempertanyakan dirinya
sendiri dan keberadaannya dalam kosmos secara menyeluruh. Atas keingintahuan
manusia akan posisinya dalam alam itulah manusia sadar bahwa dirinya adalah
seorang penanya. Jika kita merunut jauh kebelakang sebelum manusia mengenal
peradaban, persoalan persoalan filsafati sudah menjadi bagian dari kehidupan
seorang manusia.
Jika kita melihat segi dayanya, manusia memiliki dua macam daya, di satu sisi
manusia memiliki daya untuk mengenal dunia rohani, yang nous, intuitip,
supranatural, dikarenakan oleh kerjasama yang dilakukan dengan akal (dianoia)
menjadikan manusia dapat memikirkan serta memperbincangkan hal-hal yang
bersifat rohani. Di lain sisi manusia memiliki daya pengamatan (aesthesis), karena
pengamatan yang disertai dengan daya penggambaran atau penggagasan manusia
pada akhirnya memiliki pengetahuan yang luas.
Namun saya punya pandangan lain tentang manusia, Manusia adalah jiwa dan
raga (tubuh) yang satu, keduanya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lain. Jika ada jiwa tanpa tubuh, maka ia hanya dapat disebut sebagai ruh, dan jika
ada raga tanpa jiwa maka ia hanya dapat disebut dengan mayat. Jiwa itu bagaikan
seorang pemimpin, dan raga adalah fasilitatornya. Sebuah jiwa akan berarti
menjadi seorang manusia apabila ia memiliki raga yang akan dikendalikannya,
begitupun sebaliknya raga akan berarti menjadi seorang manusia apabila ia
memiliki jiwa yang mengendalikannya. Kesatuan antara jiwa dan raga itu
merupakan wujud keutuhan seorang manusia yang sejati, hal itu mutlak sifatnya
dan tidak kekal.