Anda di halaman 1dari 31

FARMAKOLOGI SISTEM IMUN-

HEMATOLOGI
“OBAT ANEMIA & HEMATOLOGIK”
Magdarita Riwu, S.Farm., M.Farm., Apt
Apoteker Farmasi Klinik
Kupang, 10 Mei 2016
Sindrom Anemia:
• Rasa lemah
• Lesu
• Cepat lelah
• Telinga berdenging (tinnitus)
• Mata berkunang-kunang
• Kaki terasa dingin
• Sesak nafas, dan
• dispepsia
OBAT ANTI ANEMIA

1. Besi
2. Vitamin B12
3. Asam folat
TERAPI
Yang perlu diperhatikan:
1. Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan
diagnosis definitif yang telah ditegakkan terlebih
dahulu
2. Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak
dianjurkan
3. Pengobatan anemia dapat berupa:
a). Terapi untuk keadaan darurat seperti misalnya,
pada perdarahan akut akibat anemia aplastik yang
mengancam jiwa pasien, atau pada anemia pasca
perdarahan akut yang disertai gangguan
hemodinamik
b). Terapi suportif
c). Terapi yang khas untuk masing-masing anemia
d). Terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar
yang menyebabkan anemia tersebut
TERAPI con’t
Yang perlu diperhatikan:
4. Dalam keadaan dimana diagnosis definitif tidak dapat
ditegakkan, kita terpaksa memberikan terapi percobaan
(terapi ex.juvantivus)  harus dipantau ketat terhadap
respon terapi dan perubahan perjalanan penyakit
pasien dan dilakukan evaluasi terus menerus tentang
kemungkinan perubahan diagnosis
5. Tranfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut
dengan tanda – tanda gangguan hemodinamik. Pada
anemia kronik tranfusi hanya diberikan jika anemia
bersifat aimtomatik atau adanya ancaman payah
jantung  disini diberikan packed red cell, jangan
whole blood, Pada anemia kronik sering dijumpai
peningkatan volume darah, OKI tranfusi diberikan
tetesan pelan. Dapat juga diberikan diuretika kerja
cepat seperti Furosemide sebelum tranfusi
ANEMIA APLASTIK
• Merupakan kegagalan hemopoiesis 
ditandai oleh pansitopenia dan aplasia
sumsum tulang
• KRITERIA:
TERAPI
• Terapi standar : Imunosupresi atau transplantasi
sumsum tulang (TST)
• Obat Imunosupresif : Antithymocyte Globulin
(ATG) atau Antilymphocyte Globulin (ALG)
• MK ATG atau ALG pada kegagalan sumsum tulang
tidak diketahui, mungkin melalui:
a. Koreksi terhadap destruksi T-cell
immunomediated pada sel asal
b. Stimulasi langsung atau tidak langsung terhadap
hemopoiesis
ATG atau ALG diindikasikan pada:
a. Anemia aplastik bukan berat
b. Pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang
cocok
c. Anemia aplastik berat, yang berumur >20 tahun, dan
pada saat pengobatan tidak terdapat infeksi atau
perdarahan atau dengan granulosit lebih dari 200/mm3
 karena merupakan produk biologis, pada terapi ATG dapat
terjadi reaksi alergi ringan sampai berat, sehingga selalu
diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid.
• Kortikosteroid ditambahkan untuk melawan penyakit
serum instrinstik terhadap terapi ATG yaitu: prednison
1mg. Kgbb selama 2 minggu pertama pemberian ATG
• Respon terhadap ATG 2-3 bulan (hampir tidak pernah
dalam 2-3 minggu pertama) pada kira-kira 40-60% pasien
SIKLOSPORIN
• Bekerja dengan menghambat aktivasi dan proliferasi
prekursor limfosit sitotoksik.
• Dosis: 3-10mg/kgbb/hari peroral dan diberikan selama
4-6 bulan, dapat diberikan iv
• Angka keberhasilan setara dengan ATG. Pada 50%
pasien yang gagal dengan ATG dapat berhasil dengan
Siklosporin
• Dosis siklosporin yang diberikan 6mg/kg BB peroral
selama 3 bulan. Dosis metilprednisolon 5 mg/kg BB
peroral setiap hari selama seminggu kemudian
berangsur-angsur dikurangi selama 3 minggu
ANEMIA DEFISIENSI BESI
• ANEMIA yang timbul karena berkurangnya zat besi untuk
eritropoesis yang mengakibatkan pembentukan
hemoglobin berkurang
Terapi:
a. Kausal: terhadap penyebab perdarahan, Mis: pengobatan
cacing tambang, pengobatan haemoroid, menorhaga.
Terapi Kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia
akan kambuh kembali
b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan
besi dalam tubuh: Ferrous sulfat (SF) pilihan pertama
dosis: 3x200 mg; Preparat lain: Ferrous gluconate, ferrous
fumarat, ferrous laktat, dan ferrous succinate  sediaan
ini harganya mahal tetapi lebih efektif dan ES hampir = SF
• Preparat besi  sebaiknya diberikan saat perut kosong,
tetapi ES lebih sering dibandingkan pemberian PC. Pada
pasien yang mengalami intoleransi, SF dapat diberikan saat
makan atau PC
• ES: peroral: ggn GI: 15-20%, yang sangat mengurangi
kepatuhan pasien. Keluhan berupa: mual, muntah, serta
konstipasi.  untuk mengurangi ES diberikan saat makan
atau dosis dikurangi menjadi 3x100mg
• Pengobatan diberikan 3-6 bulan ada juga yang menganjurkan
sampai 12 bulan, setelah kadar hemoglobin normal untuk
mengisi cadangan besi tubuh.
• Dosis pemeliharaan yang diberikan 100-200mg. Jika tidak
diberikan dosis pemeliharaan, anemia sering kambuh kembali
• Untuk meningkatkan penyerapan besi dapat diberikan
preparat vitamin C, tetapi dapat meningkatkan ES terapi.
• Dianjurkan pemberian diet yang banyak mengandung hati
dan daging yang banyak mengandung besi
ADB jarang diberikan tranfusi darah. Indikasi
tranfusi darah pada anemia kekurangan besi:
a. Adanya penyakit jantung anemik dengan
ancaman payah jantung
b. Anemia yang sangat simtomatik, mis: anemia
dengan gejala pusing yang sangat menyolok
c. Pasien memerlukan peningkatan kadar
hemoglobin yang cepat seperti pada kehamilan
trisemester akhr atau preoperasi
•  jenis darah yang diberikan: PRC (packed red
cell)  untuk mengurangi overload. Sebagai
premedikasi dapat dipertimbangkan pemberian
furosemid iv.
RESPON TERHADAP TERAPI
• Respon baik bila: retikulosit naik pada minggu pertama,
mencapai puncak pada hari ke-10 dan normal lagi setelah
hari ke-14, diikuti kenaikan Hb 0,15 g/hari atau 2 g/dl
setelah 3-4 minggu.
• Jika respon terhadap terapi tidak baik, maka perlu
dipikirkan:
a. Pasien tidak patuh sehingga obat tidak diminum
b. Dosis besi kurang
c. Masih ada perdarahan cukup banyak
d. Ada penyakit lain seperti: penyakit kronik, radang
menahun, atau pada saat yang sama defisiensi asam
folat
e. Diagnosis defisiensi besi salah
 lakukan evaluasi kembali dan ambil tindakan yang tepat
ANEMIA PADA PENYAKIT KRONIS
• TANDA: lemah badan, penurunan BB, pucat
• TERAPI: obati penyakit dasarnya
• Beberapa pilihan dalam mengobati anemia jenis ini:
a. Tranfusi
b. Preparat besi (meski msh dalam perdebatan
sampai saat ini belum direkomendasikan untuk
diberikan pada anemia penyakit kronis)
c. Eritropoietin (alfa, beta, dan darbopoietin) 
keuntungannya: mempunyai efek antiiflamasi dengan
cara menekan TNF-alfa dan interferon-gamma, juga
dapat menambah proliferasi sel-sel kanker ginjal serta
meningkatkan rekurensi pada kanker kepala dan leher
•  harus paham mekanisme terjadinya anemi pada
penyakit kronis
ANEMIA MEGALOBLASTIK
• Kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA
dan ditandai oleh sel megaloblastik
• Terapi : berkaitan dengan penyakit dasar yang melatar
belakangi. Mis: adanya pertumbuhan bakteri yang
berlebihan dalam intestinum perlu diberi antibiotik,
sedangkan terapi utama untuk defisiensi kobalamin
adalah: terapi pengganti, sebab defek yang ada,
biasanya selalu malabsorpsi atau malnutrisi kronik,
hendaknya terus menerus dianjurkan diet yang optimal
dengan kecukupan folat
• Obatnya: B12 dan Asam Folat
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
• Atau Autoimmune hemolytic anemia = AIHA/ AHA  mrp: suatu kelainan
dimana terdapat antibodi terhadap sel-sel eritrosit sehingga memendek
TERAPI :
• Kortikosteroid :1-1,5 mg/kgBB/hari  dalam dua minggu sebagian besar
akan menunjukkan respon klinis baik (Hmt meningkat, retikulosit
meningkat, tes coombs direk positif lemah, tes coombs indirek negatif).
Nilai normal dan stabil akan dicapai pada hari ke 30 0 90. Bila ada tanda
respon terhadap steroid, dosis diturunkan tiap 10-20 mg/hari. Terapi
steroid dosis <30mg/hari diberikan secara selang sehari
• Splenektomi  bila terapi steroid tidak adekuat atau tidak bisa dilakukan
tappering dosis selama 3 bulan
• Imunosupresi, Azatioprin 50-200mg/hari (80 mg/m2), siklofosfamid 50-
150 mg/hari (60 mg/m2)
• Terapi lain: Danazol 600-800 mg/hari, biasanya diberikan bersama
steroid. Bila terjadi perbaikan steroid diturunkan atau dihentikan dan
dosis danazol diturunkan menjadi 200-400mg/hari
• Tranfusi  dalam kondisi mengancam jiwa (misal Hb ≤ 3g/dl), sambil
menunggu steroid dan imunoglobulin untuk berefek
PROSES PEMBEKUAN DARAH
LUKA TROMBOSIT PECAH

KELUAR
TROMBOKINASE
Vit K

PROTROMBIN

TROMBIN Ca2+

LUKA TERTUTUP FIBRINOGEN


BENANG2 FIBRIN
OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM
KOAGULASI DARAH
• Pembentukan trombus berlangsung melalui 3tahap:
1. Pemajanan/pemaparan darah-sirkulasi pada suatu
permukaan trombogenik (endotel vaskuler yang
rusak)
2. Suatu rangkaian peristiwa yang terkait dengan
platelet (trombosit), meliputi adhesi platelet, agregasi
platelet, dan pelepasan aneka zat yang lebih lanjut
menyebabkan agregasi dan vasokontriksi
3. Pengaktifan mekanisme pembekuan dengan suatu
peran penting bagi trombin dalam pembentukan
fibrin. Trombin sendiri merupakan suatu perangsang
agregasi dan adhesi platelet yang sangat kuat
Berdasarkan pembentukan trombus,  obat
golongan anti trombotik:
1. Antikoagulasi
2. Antiplatelet
3. Fibrinolitik
4. Hemostatik dan antifibrinolitik
ANTIKOAGULAN
• Parenteral (Heparin, Enoksaparin, Heparinoid)&
Oral(natrium walfarin, protamin sulfat)
• Terutama untuk mencegah pembentukan/perluasan
trombus yang ada dalam sirkulasi vena yang alirannya
lambat, dimana trombus terdiri dari suatu jaringan
fibrin dengan platelet dan sel darah merah
terperangkap didalamnya
• Berdasarkan MK dibagi 2:
1. Antikoagulan langsung (zat berkhasiat
berinteraksi langsung dengan faktor pembekuan)
2. Tak langsung: yang menghambat biosintesis
faktor pembekuan
HEPARIN
• Efek antikoagulasi cepat, masa kerja singkat
• Untuk pengobatan awal trombosis vena-dalam dan embolisme
paru, angina tidak stabil, propilaksis bedah umum, infark
miokard
• Peringatan: gangguan hati dan ginjal (hindarkan bila berat),
kehamilan
• KI: hemofilia, dan gangguan hemoragik lain, trombositopenia,
tukak lambung, perdarahan serebral yang baru terjadi,
hipertensi berat, penyakit hati berat(tms varises esofagus),
gagal ginjal, sehabis cedera berat atau pembedahan (terutama
pada mata atau SSP), hipersensitivitas terhadap heparin
• ES: Perdarahan, nekrosis kulit, trombositopenia, rx
hipersensitivitas (urtikaria, angiodema, dan anafilaksis);
osteoporosis setelah penggunaan jangka panjang
• Dosis: pengobatan trombosis vena-dalam dan embolisme paru
: iv dosis muatan 5000 unit (10.000 unit pada embolisme paru
yang berat) diikuti dengan infus berkesinambungan 1000-2000
unit/jam atau secara sc 15.000 unit setiap 12 jam 
pemantauan lab penting, sebaiknya setiap hari)
HEPARINOID
• Danaparoid  suatu heparinoid yang
digunakan untuk propilaksis trombosis vena-
dalam pada pasien bedah umum atau bedah
ortopedik  asal tidak ada bukti rx silang
• Berperan pada pasien yang mengalami
trombositopenia akibat heparin
Na. Walfarin
• Indikasi: propilaksis embolisasi pada peny. Jantung rematik dan
fibrilasi atrium; propilaksis setelah pemasangan katup jantung
prostetik; propilaksis dan pengobatan trombosis vena dan
embolisme paru; serangan iskemik serebral yang transien
• Peringatan: Penyakit hati dan ginjal, baru saja mengalami
pembedahan
• KI: kehamilan, tukak peptik, hipertensi berat, endokarditis
bakterial
• ES: perdarahan, hipersensitivitas ruam kulit, alopesia, diare,
hematokrit turun, nekrosis kulit, disfungsi hati, mual, muntah,
pankreatitis
• Dosis: dosis awal ditentukan berdasarkan waktu awal
protrombin. Dosis induksi walfarin yang lazim pada orang
dewasa: 10 mg/hari selama 2 hari (<10 mg jika nilai awal waktu
protrombin panjang, jika uji fungsi hati abnormal, atau jika
pasien mengalami gagal jantung, mendapat makanan
parenteral, BB<rata-rata, atau usia>80 tahun)
PROTAMIN SULFAT
• Untuk melawan over dosis heparin, jika
digunakan berlebihan memiliki efek antikoagulan
• ES: muka merah, hipotensi, bradikardi
• Dosis: iv selama ± 10menit, 1mg menetralkan 100
unit heparin (mukosa) atau 80 unit heparin (paru)
bila diberikan dalam waktu 15 menit setelah
heparin; jika waktunya lebih panjang, diperlukan
protamin yang lebih sedikit  karena heparin
dengan cepat diekskresi; max 50mg
• Sediaan: cairan inj 10mg/ml
ANTIPLATELET
• (antitrombosit)  bekerja dengan cara
mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat
menghambat pembentukan trombus pada
sirkulasi arteri, dimana trombi terbentuk
melalui agregasi platelet dan antikoagulan
menunjukkan efek yang kecil
ASETOSAL :
• Indikasi: profilaksis peny serebrovaskuler atau infark
miokard
• Peringatan: asma, hipertensi yang tak terkendali,
kehamilan
• ES: bronkospasme, perdarahan sal pencernaan (kadang
parah), perdarahan lain (mis: subkonjungtiva)
• Dosis: 75-300 mg/hari  untuk pencegahan sekunder
penyakit serebrovaskular atau kardiovaskuler
trombotik
• 150-300 mg/hari  untuk mengurangi kematian
setelah infark miokard
• 75-100 mg/hari (dosis rendah) juga diberikan setelah
pembedahan bypass
DIPIRIDAMOL
• Indikasi: sebagai tambahan antikoagulan oral untuk
tujuan profilaksis tromboembolisme pada katup
jantung prostetik
• Peringatan: angina yang memburuk dengan cepat,
stenosis aorta infark, miokard yang baru terjadi, gagal
jantung, dapat menyebabkan eksaserbasi migren,
hipotensi
• ES: efek sal cerna, pusing, mialgia, sakit kepala
berdenyut, hipotensi, muka merah dan panas,
takikardi; jarang penyakit jantung koroner, reaksi
hipersensitivitas (ruam kulit, urtikaria), perdarahan
meningkat selama dan setelah pembedahan
FIBRINOLITIK
• Sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan
plasminogen untuk pembentukan plasmin, yang
lebih lanjut mendegradasi fibrin dan dengan
demikian memecah trombus
• Contoh: Streptokinase, urokinase, alteplase, dan
anistreplase  diberikan iv
• Manfaat pemberian dalam 12 jam pertama
• Streptokinase+asetosal  mengurangi kematian
• Alteplase+heparin  efektifitas penuh
HEMOSTATIK DAN ANTIFIBRINOLITIK
• Defisiensi faktor pembekuan darah
menyebabkan perdarahan
• Defisiensi faktor VIII (hemofilia klasik atau
hemofilia A)
• Defisiensi faktor IX (penyakit Christmas atau
hemofilia B)
• Keadaan ini dapat diatasi dengan hemostatik
yang berupa sediaan fraksi plasma (mis: faktor
VIII, faktor IX, fibrinogen)
ANTIFIBRINOLITIK
• Obat penghambat fibrinolisis untuk kejadian
terhambatnya faktor pembekuan darah oleh produk
pecahan fibrinogen dan fibrin
• Asam traneksamat : menghambat aktivasi plasminogen
dan fibrinolisis
• Desmopresin: hemofilia ringan sampai sedang
• Aprotinin: penghambat enzim proteolitik yang bekerja
pada plasmin dan kalidinogenase (kalikrein)  diindikasi
untuk pasien risiko tinggi kehilangan darah selama dan
setelah bedah jantung terbuka, juga perdarahan akibat
hiperplasminemia (kadang teramati selama mobilisasi dan
diseksi tumor ganas pada leukemia promielositik akut, dan
setelah terapi trombolitik)
• Etamsilat: mengurangi perdarahan kapiler dengan adanya
jumlah trombosit yang normal, kerjanya dengan cara
mengoreksi adhesi platelet (trombosit) yang abnormal
Magdarita Riwu, S.Farm., M.Farm., Apt

Anda mungkin juga menyukai