Anda di halaman 1dari 16

38 | P r o l o g 1

Bagian 3
INTEGRITY KNIGHT , penjelmaan hukum dan peraturan mutlak, dan juga
simbol pelayan dari dewi, membunuh naga putih, yang juga penjaga Dunia
Manusia. Jenis cerita seperti ini, yang umur sebelas tahun telah dijalani
Eugeo, tidak pernah memikirkannya, jadi dia tidak berpikir bahwa dia
dapat menerimanya dengan mudah. Setelah menderita karena pertanyaan
yang dia tidak mampu telan atau memikirkannya untuk sesaat, dia
menggerakkan tatapannya ke samping, meminta jawaban dari partnernya.
"….Aku tidak mengerti."
Tetapi, jawaban Kirito juga dipenuhi oleh kebingungan yang besar.
"Mungkin…..Mungkin juga Tanah Kegelapan juga memiliki seorang
knight yang sangat kuat, dan knight itulah yang membunuh naga putih
ini…Tapi jika itu memang benar, maka itu sangat aneh karena sampai
sekarang bahkan tidak pernah satu kalipun pasukan kegelapan melewati
Puncak Barisan Pegunugan. ——setidaknya, ini bukanlah perbuatan oleh
pencuri bagaimanapun juga…"
Setelah dia selesai berbicara, Kirito melangkah menuju sisa-sisa
naga itu dan perlahan meletakkan kembali cakar tadi pada gunungan
tulang belulang. Kemudian, dia menarik sesuatu yang panjang dari dasar
gunungan tulang belulang itu.
"Uo….Ini benar-benar sangat berat…."
Dia memperlihatnya pada Eugeo dan Alice setelah dia terhuyung-
huyung saat dia itu sekitar satu mel.
Itu adalah pedang panjang, dengan gagang perak dan sarung
pedang yang tebuat dari kulit putih. Penahannya dihiasi oleh pahatan
mawar biru yang indah, dengan sekali pandangan saja, mereka mengerti
bahwa nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan semua pedang di
desa.
"Ah…ini, mungkin…"
Alice berkata saat dia melihatnya, Kirito mengangguk pada
perkataannya.
"Yeah. «Blue Rose Sword» yang Bercouli hendak curi dari
pangkuan naga putih yang tertidur. Aku ingin tahu kenapa orang yang
membunuh naga itu tidak mengambilnya…"
Dia menunduk sementara berbicara, dan mengangkat gagang
pedang itu dari tanah dengan kedua tangannya, tetapi, bahkan dengan
B a g i a n 3 | 39

seluruh kekuatannya, dia hanya mampu mengangkatnya ke atas beberapa


cens saja dari lantai.
"….Terlalu berat."
40 | P r o l o g 1
B a g i a n 3 | 41

Kirito melepaskan tangannya saat berteriak, pedang panjang itu terjatuh


ke lantai es sekali lagi dengan suara berat. Sebuah retakan kecil dapat
terlihat di atas es tebal, pedang itu kelihatannya memiliki berat yang tidak
dapat dibayangkan meskipun dengan penampilan tipisnya.

"….Apa yang akan kita lakukan dengan pedang ini?"




Kirito melepaskan tangannya saat berteriak, pedang panjang itu
terjatuh ke lantai es sekali lagi dengan suara berat. Sebuah retakan kecil
dapat terlihat di atas es tebal, pedang itu kelihatannya memiliki berat
yang tidak dapat dibayangkan meskipun dengan penampilan tipisnya.
"….Apa yang akan kita lakukan dengan pedang ini?"
"Tidak bisa, tidak bisa, bahkan dengan kita berdua mengangkatnya
secara bersamaan, itu tidak mungkin membawanya kembali ke desa.
Bahkan meskipun kita terbiasa menangani kapak penebang pohon setiap
hari….Selain itu, kelihatannya masih ada banyak harta karun di bawah
tulang belulang itu bagaimanapun juga…"
"….Ya, tapi jangan berpikir tentang mengambil apapun dari itu…."
Keduannya mengangguk pada nada serius Alice.
Bahkan meskipun mengambil piala kecil kembali dan
membanggakan diri pada anak-anak lain dengan mengatakan bahwa
mereka telah mengambilnya tanpa membangunkan naga itu maka itu
akan menjadi sebuah cerita petualangan yang hebat, tindakan mengambil
harta karun dari tempat ini sudah jelas akan dianggap sebagai pencurian
makam. Meskipun peraturan Taboo Index tentang «Mencuri» terhadap
manusia tidak berlaku pada situasi ini, itu bukan berarti mereka dapat
melakukan apapun yang mereka inginkan selama itu tidak dilarang.
Eugeo melihat pada Kirito dan Alice sekali lagi sebelum
mengangguk.
"Mari mengikuti rencana kita, hanya mengambil es. Kalau hanya es
saja, bahkan kalau naga itu masih hidup, naga itu akan memaafkan kita,
pasti."
Setelah dia mengatakan itu, Eugeo berjalan mendekati bongkahan
es, dan menghentakkan kaki di kristal es kecil yang menonjol dari dasar es
seperti tunas yang baru tumbuh. Pakin, dengan suara yang bagus, dia
mengambil bongkahan yang hancur itu itu sebelum menyerahkannya pada
42 | P r o l o g 1

Alice, yang membuka tutup keranjang rotan yang kosong dan menaruh es
tadi kedalamnya.
Mereka bertiga berkosentrasi kerja untuk menaruh pecahan es ke
dalam keranjang rotan tanpa berbicara untuk beberapa saat. Ketika dasar
dari es tadi sudah habis, mereka bergerak menuju kolom es berikutnya
dan mengulangi perbuatan mereka. Hanya dalam beberapa menit,
keranjang rotan besar telah penuh dengan kristal es yang terlihat seperti
permata biru transparan.
"Yo....sho-tto."
Alice mengerahkan kekuatannya untuk mengangkat keranjang
rotan sementara melihat kumpulan cahaya di antara tangannya.
"…..Indahnya. Entah mengapa, itu terasa sangat sia-sia untuk
membawa ini pulang dan membiarkan itu semua mencair."
"Bukannya kita membawa pulang ini untuk memperpanjang Life
kotak makan siang kita?"
Kirito mengatakan sesuatu yang merupakan fakta sementara
mengerutkan dahinya, Alice tiba-tiba menyerahkan keranjang itu pada
anak laki-laki berambut hitam itu.
"Eh? Aku harus membawa keranjang di perjalanan pulang juga?"
"Bukannya sudah jelas? Lagipula ini terlalu berat untukku
bagaimanapun juga."
Mencoba untuk melerai dari pertengkaran mereka yang biasanya,
Eugeo dengan cepat mengatakan.
"Aku akan membantumu, kita bisa bergantian membawanya——
Baiklah, jika kita tidak segera kembali sekarang, kita tidak akan sampai di
desa sebelum malam hari. Bukankah kita sudah berada di dalam gua ini
selama satu jam?"
"Ah…karena aku tidak dapat melihat Solus, aku tidak tahu waktu
sekarang. Apa ada suatu sacred art yang bisa menunjukkan waktu
sekarang?"
"Tidak ada!"
Alice dengan cepat memalingkan wajahnya, sebuah jalan keluar
kecil dapat terlihat dari salah satu sisi danau es yang luas ini.
Kemudian, melihat sekitar, di sisi yang berlawanan ada jalan keluar
lainnya.
B a g i a n 3 | 43

Kemudian, dia menurunkan bahunya sebelum berbicara.


"——Hei, jalan mana yang kita lalui saat datang barusan?"
Eugeo dan Kirito dengan segera menunjuk ke arah yang mereka
yakin sebagai jalan keluarnya. Tentu saja, mereka menunjuk jalan keluar
yang berbeda.
Seharusnya ada jejak kaki——sayangnya, tidak ada satupun jejak
kaki pada permukaan es yang halus itu, sisi dimana air dari danau ini
mengalir pasti jalan keluarnya——sayangnya, itu mengalir dari kedua sisi,
arah dimana tengkorak itu melihat adalah jalan keluarnya——sayangnya,
itu tidak melihat ke arah manapun setelah semua pilihan tadi telah
berakhir sia-sia, akhirnya Alice mulai menjelaskan sesuatu yang
kelihatannya menjadi petunjuk.
"Ingat, bukankah tadi ada genangan air membeku yang diijak
Eugeo dan pecah? Jika kita berjalan mendekati jalan keluar dan
melihatnya, maka itu adalah jalan keluar yang benar."
Aku mengerti, seperti yang dia katakan. Seolah-olah
menyembunyikan perasaan malu karena dia sendiri tidak dapat
memikirkan hal itu, Eugeo terbatuk, sebelum mengangguk.
"Baiklah, sudah diputuskan, mari kita mengecek sisi yang
terdekat."
"Aku berpikir jalan itu yang benar bagaimanapun juga....."
Sementara Kirito menggerutu dengan enggan, Eugeo
menggunakan tangan kirinya untuk mendorong punggungnya sementaral
memegang rumput di tangan kanannya dengan tinggi, dan melangkah
menuju saluran air di depannya.
Ketika kolom es yang memantulkan cahaya tadi telah menghilang
dari sekeliling mereka, apa yang awalnya sacred light yang dapat
diandalkan sekarang terasa tidak dapat diandalkan. Ketiganya
mempercepat langkah kaki mereka.
"….Hmm, kita tidak tahu jalan pulang, hampir sama seperti Berin
bersaudara dalam dongeng. Itu akan sangat bagus jika kita menebarkan
kacang di perjalanan kota, karena tidak ada burung yang memakannya
bagaimanapun juga."
Perkataan aneh dari Kirito entah bagaimana terasa dipenuhi
dengan kepura-puraan, Jadi partnernya yang santai seperti dia bisa
merasa gelisah juga, huh? Eugeo sebaliknya menjadi sedikit tertawa.
44 | P r o l o g 1

"Apa yang kau katakan? Kita tidak memiliki kacang sejak awal.
Kalau kau mau memanfaatkan apa yang telah kau pelajari, bagaimana
kalau kau meletakkan bajumu di setiap percabangan jalan yang kita lalui
tadi?"
"Hentikan, aku akan tekena flu jika seperti itu."
Saat Kirito meniru bersin yang disengaja, Alice menepuk
punggungnya.
"Berhenti berbicara yang tidak berguna dan dan lihat tanah itu
dengan hati-hati. Jika kita melewatkannya, ini akan menjadi
masalah….atau bahkan…."
Saat dia memotong perkataannya, dia mengerutkan dahinya
sebelum melanjutkan berbicara.
"Hei, kita sudah berjalan cukup lama sampai sekarang tapi masih
belum melihat genangan es yang pecah tadi…. Jadi, itu sebenarnya berada
di jalan lainnya?"
"Tidak, mari pergi sedikit lebih jauh… Ah, dengar."
Saat Kirito tiba-tiba meletakkan jarinya ke mulutnya, Eugeo dan
Alice berhenti bicara. Mereka mendengar dengan teliti.
Memang benar, ada suara lain yang tercampur dengan suara dari
aliran air tanah. Itu terdengar seperti siulan sedih dengan nada yang naik
dan turun.
"Ah.....suara angin."
Alice bergumam. Memang benar, Eugeo juga menyadari bahwa
suara ini mirip dengan suara puncak pohon yang dimainkan oleh angin.
"Jalan keluarnya sudah dekat! Itu sangat bagus kita mengambil
jalan ini, ayo cepat!"
Saat dia memanggil mereka dengan perasaan lega, dia mulai
berlari untuk melanjutkan perjalanannya.
"Hei, kau akan terpeleset jika kau lari di tempat seperti ini."
Tapi bahkan meskipun dia berkata mengatakan itu, Alice juga
mempercepat langkah kakinya. Mengikuti mereka dari belakang adalah
Kirito, yang membuat ekspresi keraguan.
"Tapi.....Apakah angin musim panas terdengar seperti ini? Entah
kenapa….itu terdengar seperti suara angin dingin di musim dingin....."
B a g i a n 3 | 45

"Angin lembah yang kuat berhembus seperti itu. Bagaimanapun


juga, mari segera keluar dari tempat ini."
Cahaya di tangan kanan Eugeo terayun dengan keras saat dia
mendekat menuju jalan keluar gua, Hatiku telah dipenuhi dengan
perasaan yang menginginkan untuk cepat pulang menuju desa, ke
rumahku. Aku yakin keluargaku akan terkejut saat aku memperlihatkan
pada mereka pecahan es yang aku dapatkan dari Alice.
Tapi, es ini akan dengan cepat mencair. Mungkin itu akan lebih
baik jika aku mengambil satu koin perak dari tempat itu.......Saat dia
memikirkan hal itu, dia melihat sebuah cahaya kecil dari kegelapan yang
ada di depan.
"Jalan keluar!"
Dia yang berteriak dengan wajah tersenum, kemudian
mengerutkan dahinya. Cahaya itu berubah menjadi merah yang samar-
samar. Mereka memasuki ke dalam gua sekitar waktu makan siang, itu
kelihatannya waktu yang mereka habiskan di dalam sekitar satu jam atau
lebih, itu kelihatannya mereka berada di dalam gua bawah tanah lebih
lama daripada yang mereka sadari. Jika Solus mulai terbenam di barat,
dan mereka tidak segera pulang, mereka tidak akan sampai ke desa pada
saat waktu makan malam.
Eugeo mempercepat langkah kakinya. Suara angin keras yang
menggema di dalam gua telah mempengaruhi suara sungai.
"Hei, Eugeo, berhenti sebentar! Ini aneh, ini baru dua jam telah
berlalu tapi...."
Alice yang berlari di belakangnya menaikkan volume suaranya
karena kegelisahan. Tetapi Eugeo tidak berhenti. Aku sudah merasa cukup
dengan petualangan ini. Sekarang ini, aku ingin segera pulang ke rumah
bahkan meskipun beberapa saat lebih cepat——
Berbelok ke kanan, berbelok ke kiri, dan berbelok ke kanan lagi,
akhirnya cahaya itu benar-benar menyebar di seluruh pandangnya. Jalan
keluar itu hanya tinggal beberapa mel di depan. Dia menyipitkan matanya
yang sudah terbiasa dengan kegelapan sementara perlahan mengurangi
kecepatan larinya, sebelum benar-benar berhenti.
Gua ini berakhir tepat di situ.
Tetapi, di depan mata Eugeo bukanlah dunia yang dia ketahui.
Seluruh langitnya berwarna merah tua. Tapi itu bukanlah warna
dari matahari yang tenggelam. Pertama dari semuanya, Solus tidak dapat
46 | P r o l o g 1

terlihat di bagian manapun dari langitnya. Seperti jus dari dari anggur
gunung yang menggantung yang terlalu matang——atau darah domba
yang merembes keluar, hanya kepudaran, dari warna merah tua pucat
yang tersebar di sepanjang pandangannya.
Tanahnya berwarna hitam. Di sisi lain terdapat barisan
pegunungan curam aneh yang memiliki titik di depan pegunungan berbatu
yang memiliki bentuk aneh, permukaan air yang dapat terlihat dari sini
dan dari sana telah dikotori dengan warna hitam dengan sesuatu yang
mengingatkan pada abu. Kulit yang membengkok dari pohon mati
berwarna putih seperti tulang yang dipoles.
Angin, yang bertiup kencang seolah-olah ingin dapat merobek
apapun menjadi bagian kecil, menggetarkan ujung pohon mati itu,
menyebabkan suara menjerit yang keras. Ini adalah tanpa keraguan,
adalah suara angin yang mereka dengar dari dalam gua.
Tempat seperti ini, sebuah dunia yang diabaikan oleh dewi,
bukanlah Dunia Manusia yang Eugeo tinggali. Lalu——apa yang mereka
sedang lihat, pemandangan ini adalah——
"Dark.....Territory....."
Suara serak Kirito dengan segera terbawa oleh suara angin.
Tempat dimana kekuasaan Gereja Axiom tidak dapat
mencapainya, tanah dimana suku mosnter yang melayani dibawah Dewa
Kegelapan, Vector, dunia yang mereka pikir hanya ada di dalam dongeng
yang dikisahkan oleh para tetua desa, hanya tinggal beberapa langkah ke
depan. Saat dia memikirkan hal itu, bagian tengah dari kepala Eugeo
menjadi dingin membeku, dia tidak dapat melakukan apapun selain tetap
berdiri. Seolah-olah mengetahui informasi itu untuk pertama kalinya dalam
hidupnya, sejumlah besar dari itu itu terbang terlintas masuk ke dalam
bagian pikiran yang belum pernah dia gunakan sebelumnya, dia bahkan
tidak mampu untuk mengendalikan pikirannya sendiri.
Di dalam kepalanya, yang dipenuhi warna putih bersih, terdapat
satu kalimat yang tertulis dalam bagian awal dari Taboo Index, bersinar
terang dan jelas. Bab pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas yang
seharusnya telah dia telah lupakan setelah berbicara dengan Alice hari
sebelumnya. 『 Tidak ada seorangpun yang boleh pergi melewati Puncak
Barisan Pegunungan yang membatasi batas Dunia Manusia』.
"Tidak.... jangan pergi lebih jauh lagi....."
B a g i a n 3 | 47

Eugeo dengan berani menggerakkan mulutnya yang kaku dan


memaksa kata-kata itu keluar. Dia membentangkan tangannya seolah-
olah mencegah Kirito dan Alice, yang ada dibelakangnya, agar tidak
terjatuh.
Saat itulah. Suara hantaman logam keras bergema dari atas,
membuat tubuh Eugeo bergetar karena keterkejutan. Dia melihat ke atas
pada langit merah dengan refleks.
Di dalam latar yang berwarna merah darah, dia dapat melihat
sesuatu yang berwarna putih terjalin dengan sesuatu yang berwarna
hitam.
Saat mereka terbang pada ketinggian yang menakutkan, mereka
terlihat seperti cahaya yang kecil. Itu kelihatannya ukuran mereka yang
sebenarnya jauh melebihi manusia. Di saat kedua tubuh yang terbang itu
saling bertukar tempat, mereka berpisah sebelum mendekat satu sama
lain lagi, pada saat mereka tergabung, suara logam yang berhantaman
bergema beberapa saat kemudian.
"Ksatria naga....."
Kirito yang melihat ke atas langit di samping Eugeo, berbisik
dengan suara serak.
Seperti yang dikatakan partnernya, keduanya yang bertarung satu
sama lain memiliki leher dan ekor panjang, mereka adalah naga terbang
besar, dengan setiap dari mereka memiliki sepasang sayap berbentuk
segitiga. Tubuh penunggang mereka dapat terlihat di punggungnya, yang
memiliki senjata pedang dan perisai. Seseorang yang menunggangi naga
putih memiliki armor berwarna perak putih, dan penunggang naga hitam
adalah knight yang memiliki armor hitam legam. Pedang mereka berwarna
seperti itu juga, sinar cahaya menyilaukan dari pedang knight putih itu
tertahan oleh cahaya hitam yang keluar dari pedang knight hitam.
Sementara kedua knight tadi saling bertarung satu sama lain
dengan pedang mereka, suara gemuruh dari hantaman yang bergema,
saat sejumlah besar percikan api yang kecil menari di udara.
"Aku ingin tahu jika knight putih itu adalah…. Integrity Knight dari
Gereja...."
Kepada perkataan Alice, Kirito perlahan mengangguk.
"Benar….Knight hitam adalah Darkness Knight dari pasukan
kegelapan, aku rasa….Dengan kekuatan yang sebanding dengan seorang
Integrity Knight."
48 | P r o l o g 1

"Tidak mungkin...."
Eugeo menggelengkan kepalanya dengan sembarangan.
"Integrity Knight adalah yang knight terkuat di dunia. Dia tidak
dapat dikalahkan oleh seorang Darkness Knight."
"Aku ingin tahu tentang hal itu. Dari melihatnya, tidak terlalu ada
banyak perbedaan dalam sword skill mereka. Keduanya tidak mampu
menembus pertahanan lawan mereka."
Dengan segera setelah Kirito mengatakan itu. Seolah-olah
mendengar suaranya, knight putih menarik tali kekang naganya dan
menciptakan celah yang lebar. Naga hitam itu mengepakan sayapnya
dengan keras untuk memperpendek jarak.
Tetapi, sebelum jarak itu dapat berkurang, naga putih itu
membalikkan kepalanya secara tajam dengan membengkokkan lehernya,
bersamaan dengan tindakan yang terlihat seperti mengumpulkan
kekuatan. Dengan segera setelah itu, sementara masih tetap
mengayunkan lehernya, rahangnya terbuka lebar. Sebuah api tidak
berwarna menyembur keluar dalam garis lurus di antara taringnya, dan
membungkus tubuh knight naga hitam secara keseluruhan.
Teriakan yang mempengaruhi suara angin yang menusuk telinga
Eugeo. Naga hitam memutar tubuhnya dengan kesakitan, begetar dengan
hebat di tengah udara dan menurun. Tanpa melewatkan kesempatan itu,
Integrity Knight mengganti pedangnya dengan busur panah besar
berwarna coklat kemerahan dan menarik tali busur hingga batasnya,
sebelum melepaskan anak panah panjang. Anak panah samar-samar
menarik sebuah jalur api di tengah udara, tanpa meleset, itu menusuk
pada dada knight hitam itu.
"Ah....."
Alice mengeluarkan suara kecil yang terdengar seperti jeritan.
Saat kulit dari kedua sayapnya benar-benar telah terbakar, naga
hitam itu kehilangan kemampuan untuk terbang dan menggeliat dengan
keras di tengah udara. Knight hitam terpisah dari punggungnya, dan
dengan jejak darah yang keluar, yang mulai jatuh tepat menuju jalan
masuk gua dimana mereka bertiga berdiri.
Pertama, pedang hitam tadi tertusuk ke dalam tanah yang
tercampur kerikil, menciptakan suara keras. Selanjutnya, di tempat yang
sepuluh mels jauhnya dari mereka bertiga, knight terjatuh. Terakhir, naga
hitam tadi menabrak pada pegunungan berbatu yang sangat jauh
B a g i a n 3 | 49

jaraknya, menggerakkan ekor panjangnya sambil berteriak kesakitan,


sebelum itu berhenti bergerak sama sekali.
Di depan ketiga anak kecil yang menatap tanpa mampu
mengatakan apapun, knight hitam menahan rasa sakit, mencoba untuk
mengangkat bagian atas tubuhnya. Di atas armor metal pelindung dada
yang bersinar pudar, lubang dalam dari luka tusukan anak panah dapat
terlihat. Wajah knight, yang tersembunyi di balik pelindung wajah yang
tebal, memandang lurus ke arah mereka bertiga.
Tangan kanannya yang sedikit gemetaran terulur keluar seolah-
olah meminta pertolongan. Tapi dengan segera setelah itu, sejumlah besar
darah segar tersembur keluar dari leher armor tersebut, knight itu terjatuh
ke tanah. Cairan merah tersebar luas dari tubuhnya yang tidak lagi
bergerak, membasahi pada celah pada tanah kerikil hitam itu.
"Ah.....Ah...."
Suara lemah keluar dari Alice yang berada di samping kanan
Eugeo. Bergerak seolah-olah dia terhisap menuju kesana, dengan
terhuyung-huyung dia melangkah ke depan——menuju bagian luar gua.
Eugeo tidak sempat bereaksi. Tetapi, Kirito di yang berada
samping kirinya membuat teriakan pelan namun tajam "Jangan!!" Alice
mendengar suara itu, tubuhnya bergetar, mencoba untuk berhenti. Tapi
kakinya tersandung, tubuhnya terjatuh ke depan. Kali ini Eugeo
mengulurkan tangannya bersamaan dengan Kirito secara refleks,
mencoba menggenggam baju Alice.
Tetapi, ujung jari mereka hanya menyentuh udara.
Alice terjatuh ke tanah gua dan mengeluarkan suara nafas yang
pelan, diikuti dengan jejak rambut pirang panjangnya.
Dia hanya terjatuh. Bahkan jika aku mengecek «Window», Life nya
hanya berkurang satu atau dua point saja. Tetapi masalahnya bukan itu.
Pada saat Alice terjatuh, tangan kanannya terulur ke depan, dan melewati
sekitar dua puluh cens perbatasan yang anehnya terlihat jelas diantara
lantai gua yang abu-abu kebiruan dengan tanah berwarna abu di depan.
Telapak tangan putih bersihnya menyentuh kerikil hitam legam Tanah
Kegelapan, tanah Dark Territory.
"Alice―……!"
Kirito dan Eugeo secara bersamaan memanggilnya, mereka
mengulurkan kedua tangan mereka dan memegangi tubuh Alice dengan
erat. Normalnya, melakukan hal seperti ini akan membuat mereka
50 | P r o l o g 1

dimarahi sampai mereka menyesalinya, tapi untuk kali ini, dia hanya
berdiri saja seolah-olah dalam keadaan tidak sadar, dan ditarik kembali ke
dalam gua.
Alice, yang berpegangan pada tangan Eugeo dan Kirito, mendapati
matanya terbuka lebar saat melihat knight hitam yang kalah, sebelum
kemudian, tatapan matanya melihat ke bawah pada tangan kanannya. Di
telapak tangan halusnya masih terdapat pasir dan kerikil kecil yang
menempel, setiap butiran pasir tadi berwarna hitam legam.
".....Aku…Aku, ......"
Alice bergumam dengan nada yang sangat ketakutan, saat Eugeo
tanpa berpikir panjang mengulurkan tangannya pada tangan kanannya.
Dia mengelus telapak tangannya, menyingkirkan semua butiran pasir dan
berkata dengan sungguh-sungguh.
"T-Tidak apa-apa, Alice. Kau tidak keluar gua. Tanganmu hanya
menyentuhnya saja. Itu, sudah pasti, tidak dilarang, bukan? Benar,
Kirito?!"
Eugeo mengangkat wajahnya dan menatap pada wajah partnernya
seolah-olah mengandalkannya. Tapi Kirito tidaak melihat pada Eugeo
maupun Alice. Sementara menekukkan lututnya, tatapannya dengan
tajam mengamati keadaan sekitarnya.
"A-Ada apa, Kirito?"
".....Apa kau tidak merasakannya, Eugeo? Ini
seperti...seseorang.....sesuatu….."
Dia merengut dan mulai mengamati sekitarnya sekali lagi, tetapi,
di dalam gua bahkan tak ada satu ekor pun serangga, kupakan manusia.
Satu-satunya yang terlihat di pandangnya adalah tempat yang berjarak
sepuluh mels jauhnya, knight hitam yang mati. Sosok dari Integrity Knight
yang memenangkan pertarungan telah menghilang dari langit.
"Itu hanya imajinasimu saja, dibandingkan dengan itu....."
Mari kita bawa Alice ke sisi lain gua ini dengan cepat.
Di saat Eugeo hendak mengatakan hal tersebut, Kirito memegangi
bahunya dengan kekuatan yang penuh. Sementara merengut, Eugeo
mengikuti arah pandangan partnernya, dengan segera setelah
itu,tubuhnya menjadi sangat kaku.
Di dekat langit-langit gua, ada sesuatu yang aneh.
B a g i a n 3 | 51

Sebuah lingkaran ungu tua berguncang seperti permukaan air.


Dengan diameter kira-kira lima puluh cens, samar-samar yang melihat
keluar dari tempat itu adalah——wajah manusia. Itu sangat sulit sekali
untuk mengatakan bahwa itu adalah laki-laki atau perempuan, muda atau
tua dari wajah datarnya. Kulitnya pucat, kepalanya tidak memiliki satu
helai rambut. Kedua matanya yang terbuka lebar dalam bentuk lingkaran
sempurna juga tidak memiliki emosi. Tetapi, Eugeo secara insting dapat
menebak. Mata tersebut tidak melihat ke arah dirinya ataupun Kirito, tapi
orang yang duduk dengan tidak sadarkan diri di tanah, Alice.
Mulut wajah asing itu mulai bergerak, melalui selaput ungu tua,
kata-kata aneh dapat terdengar,
"シンギュラー・ユニット・ディテクティド。アイディー・トレーシン
グ……"
Kedua matanya, yang terlihat seperti rumput bola berkedip sesaat,
lalu sekali lagi, suara misterius itu mengatakan.
"コーディネート・フィクスト。リポート・コンプリート"

Lalu, Window ungu tadi tadi tiba-tiba menghilang. Saat Eugeo


menyadarinya meskipun terlambat bahwa kata-kata aneh itu mungkin
suatu jenis kalimat upacara untuk sacred art tertentu, dia dengan cepat
melihat Alice, Kirito, dan lalu akhirnya dirinya sendiri, tapi dia tidak
merasakan suatu hal yang telah berubah.
Bahkan meskipun begitu, kejadian itu terlalu aneh untuk
diabaikan. Eugeo bertukar pandangan dengan partnernya, lalu mereka
berdua membantu untuk menangkat Alice ke atas, hanya untuk membawa
teman masa kecil mereka yang masih gemetaran, kembali ke dalam gua
——dan mulai berlari ke arah dimana mereka datang sebelumnya.
Eugeo tidak dapat mengingat bagaimana mereka kembali ke Desa
Rulid.
Kembali melintasi danau dimana naga putih itu terbaring, dan
terus berlari setelah mereka melompat menuju jalan keluar yang berada di
sisi berlawanan. Mereka berkali-kali tergelincir saat mereka berlari di atas
batu yang basah, tapi mereka menjelajahi gua yang panjang ini dalam
waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan ketika mereka datang,
ketika mereka melompat ke dalam cahaya putih akhirnya mereka melihat,
cahaya matahari sore masih bersinar menerangi hutan.
52 | P r o l o g 1

Tetapi, kegelisahan Eugeo yang berhasil terambil tidak mudah


untuk menghilang. Bahkan sampai sekarang, dia masih memiliki perasaan
bahwa Window ungu tua akan terbuka tepat di belakangnya, dengan
wajah pucat aneh akan muncul sekali lagi, jadi dia tak membiarkan dirinya
untuk beristirahat.
Dibawah pepohonan dimana burung berkicau, melewati tepi sungai
dimana sekelompok ikan kecil berenang ke sana dan kemari, mereka
bertiga berjalan dengan cepat dalam keheningan. Melintasi bukit yang
seharusnya menjadi Perbatasan Utara, melewati dua kolam kembar,
sebelum akhirnya mereka sampai di jembatan utara Rulid.
Dengan sedikit lagi berjalan, mereka telah kembali dan beristirahat
di dasar pohon tua, yang menjadi tempat pertemuan mereka fajar tadi,
tapi mereka masih belum banyak bicara. Mereka bertiga bertukar
pandangan sebelum sedikit tersenyum.
"Hei, Alice, ini."
Kirito mengatakan itu sementara menyerahkan keranjang rotan
yang terlihat berat itu ke depan. Didalamnya dipenuhi dengan hasil
petualangan mereka hari ini, «Es Musim Panas», Eugeo sekarang baru
menyadari keberadaan keranjang yang benar-benar dia lupakan. Untuk
meyembunyikan rasa malunya, dia berkata dengan wajah tenang.
"Ketika kau sampai rumah, kau lebih baik segera membawanya
menuju ruang bawah tanah. Dengan begitu, ini seharusnya akan mampu
bertahan sampai besok, bukan?"
"....Ya, baiklah."
Alice yang biasanya tidak menurut segera mengangguk, setelah
mengambil keranjang itu, dia berbalik untuk melihat kedua wajah anak
laki laki itu, akhirnya senyum cerahnya yang biasa terlihat dari wajahnya.
"Kalian dapat berharap untuk kotak makan siang besok. Sebagai
hadiah untuk kerja keras kalian, aku akan melakukan yang terbaik."
Maksudmu Sadina-obasan yang akan melakukan yang terbaik,
bukan? yang tentu saja, Kirito dan Eugeo tidak mengatakannya secara
keras. Mereka berdua bertukar pandang untuk sesaat sebelum
mengangguk pada saat yang bersamaan.
"….Hei, apa yang kalian berdua pikirkan?"
Alice bertanya sementara memperlihatkan ekspresi kebingungan,
dua anak laki-laki itu menepuk bahu Alice, sebelum berkata secara
bersamaan——
B a g i a n 3 | 53

"Tidak ada apa-apa! Baiklah, mari kita kembali ke desa!"


Pada saat mereka berjalan menuju alun-alun desa, tempat dimana
mereka berpisah, cahaya matahari terbenam yang sesungguhnya berada
di langit yang melayang di atas mereka. Kirito tinggal di gereja, Alice
pulang kembali ke rumah kepala desa. Eugeo tiba di rumahnya di sisi
barat desa tepat beberapa menit sebelum lonceng jam enam malam
berbunyi.
Eugeo tetap diam saja sepanjang makan malam yang pada saat
dia tiba, hampir ketika waktunya. Meskipun dia sangat yakin bahwa
saudara laki-laki dan saudara perempuannya, bahkan ayah dan kakeknya
tidak pernah mengalami petualangan sepertinya hari ini, dia entah kenapa
tidak mampu membuat dirinya untuk menceritakan hal tersebut.
Kelihatannya dia tidak dapat berbicara tentang fakta bahwa dia
telah melihat Tanah Kegelapan dengan matanya sendiri——pertarungan
sengit diantara Integrity Knight melawan Darkness Knight, dan kemudian
wajah aneh yang muncul di akhir petualangan, karena sekali dia berbicara
mengenai itu, itu tidak sulit baginya untuk menebak bagaimana reaksi
keluarganya nantinya, dan itu yang membuatnya takut.
Malam itu, Eugeo yang pergi untuk tidur lebih awal yang berpikir
dia akan melupakan semua yang dia lihat di akhir petualangannya. Tetapi
dia tidak mampu melakukannya, sebab Gereja Axiom dan Integrity Knight
yang begitu dia kagumi dan hormati sampai saat ini telah berubah
menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda.

Anda mungkin juga menyukai