Bagian 3
INTEGRITY KNIGHT , penjelmaan hukum dan peraturan mutlak, dan juga
simbol pelayan dari dewi, membunuh naga putih, yang juga penjaga Dunia
Manusia. Jenis cerita seperti ini, yang umur sebelas tahun telah dijalani
Eugeo, tidak pernah memikirkannya, jadi dia tidak berpikir bahwa dia
dapat menerimanya dengan mudah. Setelah menderita karena pertanyaan
yang dia tidak mampu telan atau memikirkannya untuk sesaat, dia
menggerakkan tatapannya ke samping, meminta jawaban dari partnernya.
"….Aku tidak mengerti."
Tetapi, jawaban Kirito juga dipenuhi oleh kebingungan yang besar.
"Mungkin…..Mungkin juga Tanah Kegelapan juga memiliki seorang
knight yang sangat kuat, dan knight itulah yang membunuh naga putih
ini…Tapi jika itu memang benar, maka itu sangat aneh karena sampai
sekarang bahkan tidak pernah satu kalipun pasukan kegelapan melewati
Puncak Barisan Pegunugan. ——setidaknya, ini bukanlah perbuatan oleh
pencuri bagaimanapun juga…"
Setelah dia selesai berbicara, Kirito melangkah menuju sisa-sisa
naga itu dan perlahan meletakkan kembali cakar tadi pada gunungan
tulang belulang. Kemudian, dia menarik sesuatu yang panjang dari dasar
gunungan tulang belulang itu.
"Uo….Ini benar-benar sangat berat…."
Dia memperlihatnya pada Eugeo dan Alice setelah dia terhuyung-
huyung saat dia itu sekitar satu mel.
Itu adalah pedang panjang, dengan gagang perak dan sarung
pedang yang tebuat dari kulit putih. Penahannya dihiasi oleh pahatan
mawar biru yang indah, dengan sekali pandangan saja, mereka mengerti
bahwa nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan semua pedang di
desa.
"Ah…ini, mungkin…"
Alice berkata saat dia melihatnya, Kirito mengangguk pada
perkataannya.
"Yeah. «Blue Rose Sword» yang Bercouli hendak curi dari
pangkuan naga putih yang tertidur. Aku ingin tahu kenapa orang yang
membunuh naga itu tidak mengambilnya…"
Dia menunduk sementara berbicara, dan mengangkat gagang
pedang itu dari tanah dengan kedua tangannya, tetapi, bahkan dengan
B a g i a n 3 | 39
Alice, yang membuka tutup keranjang rotan yang kosong dan menaruh es
tadi kedalamnya.
Mereka bertiga berkosentrasi kerja untuk menaruh pecahan es ke
dalam keranjang rotan tanpa berbicara untuk beberapa saat. Ketika dasar
dari es tadi sudah habis, mereka bergerak menuju kolom es berikutnya
dan mengulangi perbuatan mereka. Hanya dalam beberapa menit,
keranjang rotan besar telah penuh dengan kristal es yang terlihat seperti
permata biru transparan.
"Yo....sho-tto."
Alice mengerahkan kekuatannya untuk mengangkat keranjang
rotan sementara melihat kumpulan cahaya di antara tangannya.
"…..Indahnya. Entah mengapa, itu terasa sangat sia-sia untuk
membawa ini pulang dan membiarkan itu semua mencair."
"Bukannya kita membawa pulang ini untuk memperpanjang Life
kotak makan siang kita?"
Kirito mengatakan sesuatu yang merupakan fakta sementara
mengerutkan dahinya, Alice tiba-tiba menyerahkan keranjang itu pada
anak laki-laki berambut hitam itu.
"Eh? Aku harus membawa keranjang di perjalanan pulang juga?"
"Bukannya sudah jelas? Lagipula ini terlalu berat untukku
bagaimanapun juga."
Mencoba untuk melerai dari pertengkaran mereka yang biasanya,
Eugeo dengan cepat mengatakan.
"Aku akan membantumu, kita bisa bergantian membawanya——
Baiklah, jika kita tidak segera kembali sekarang, kita tidak akan sampai di
desa sebelum malam hari. Bukankah kita sudah berada di dalam gua ini
selama satu jam?"
"Ah…karena aku tidak dapat melihat Solus, aku tidak tahu waktu
sekarang. Apa ada suatu sacred art yang bisa menunjukkan waktu
sekarang?"
"Tidak ada!"
Alice dengan cepat memalingkan wajahnya, sebuah jalan keluar
kecil dapat terlihat dari salah satu sisi danau es yang luas ini.
Kemudian, melihat sekitar, di sisi yang berlawanan ada jalan keluar
lainnya.
B a g i a n 3 | 43
"Apa yang kau katakan? Kita tidak memiliki kacang sejak awal.
Kalau kau mau memanfaatkan apa yang telah kau pelajari, bagaimana
kalau kau meletakkan bajumu di setiap percabangan jalan yang kita lalui
tadi?"
"Hentikan, aku akan tekena flu jika seperti itu."
Saat Kirito meniru bersin yang disengaja, Alice menepuk
punggungnya.
"Berhenti berbicara yang tidak berguna dan dan lihat tanah itu
dengan hati-hati. Jika kita melewatkannya, ini akan menjadi
masalah….atau bahkan…."
Saat dia memotong perkataannya, dia mengerutkan dahinya
sebelum melanjutkan berbicara.
"Hei, kita sudah berjalan cukup lama sampai sekarang tapi masih
belum melihat genangan es yang pecah tadi…. Jadi, itu sebenarnya berada
di jalan lainnya?"
"Tidak, mari pergi sedikit lebih jauh… Ah, dengar."
Saat Kirito tiba-tiba meletakkan jarinya ke mulutnya, Eugeo dan
Alice berhenti bicara. Mereka mendengar dengan teliti.
Memang benar, ada suara lain yang tercampur dengan suara dari
aliran air tanah. Itu terdengar seperti siulan sedih dengan nada yang naik
dan turun.
"Ah.....suara angin."
Alice bergumam. Memang benar, Eugeo juga menyadari bahwa
suara ini mirip dengan suara puncak pohon yang dimainkan oleh angin.
"Jalan keluarnya sudah dekat! Itu sangat bagus kita mengambil
jalan ini, ayo cepat!"
Saat dia memanggil mereka dengan perasaan lega, dia mulai
berlari untuk melanjutkan perjalanannya.
"Hei, kau akan terpeleset jika kau lari di tempat seperti ini."
Tapi bahkan meskipun dia berkata mengatakan itu, Alice juga
mempercepat langkah kakinya. Mengikuti mereka dari belakang adalah
Kirito, yang membuat ekspresi keraguan.
"Tapi.....Apakah angin musim panas terdengar seperti ini? Entah
kenapa….itu terdengar seperti suara angin dingin di musim dingin....."
B a g i a n 3 | 45
terlihat di bagian manapun dari langitnya. Seperti jus dari dari anggur
gunung yang menggantung yang terlalu matang——atau darah domba
yang merembes keluar, hanya kepudaran, dari warna merah tua pucat
yang tersebar di sepanjang pandangannya.
Tanahnya berwarna hitam. Di sisi lain terdapat barisan
pegunungan curam aneh yang memiliki titik di depan pegunungan berbatu
yang memiliki bentuk aneh, permukaan air yang dapat terlihat dari sini
dan dari sana telah dikotori dengan warna hitam dengan sesuatu yang
mengingatkan pada abu. Kulit yang membengkok dari pohon mati
berwarna putih seperti tulang yang dipoles.
Angin, yang bertiup kencang seolah-olah ingin dapat merobek
apapun menjadi bagian kecil, menggetarkan ujung pohon mati itu,
menyebabkan suara menjerit yang keras. Ini adalah tanpa keraguan,
adalah suara angin yang mereka dengar dari dalam gua.
Tempat seperti ini, sebuah dunia yang diabaikan oleh dewi,
bukanlah Dunia Manusia yang Eugeo tinggali. Lalu——apa yang mereka
sedang lihat, pemandangan ini adalah——
"Dark.....Territory....."
Suara serak Kirito dengan segera terbawa oleh suara angin.
Tempat dimana kekuasaan Gereja Axiom tidak dapat
mencapainya, tanah dimana suku mosnter yang melayani dibawah Dewa
Kegelapan, Vector, dunia yang mereka pikir hanya ada di dalam dongeng
yang dikisahkan oleh para tetua desa, hanya tinggal beberapa langkah ke
depan. Saat dia memikirkan hal itu, bagian tengah dari kepala Eugeo
menjadi dingin membeku, dia tidak dapat melakukan apapun selain tetap
berdiri. Seolah-olah mengetahui informasi itu untuk pertama kalinya dalam
hidupnya, sejumlah besar dari itu itu terbang terlintas masuk ke dalam
bagian pikiran yang belum pernah dia gunakan sebelumnya, dia bahkan
tidak mampu untuk mengendalikan pikirannya sendiri.
Di dalam kepalanya, yang dipenuhi warna putih bersih, terdapat
satu kalimat yang tertulis dalam bagian awal dari Taboo Index, bersinar
terang dan jelas. Bab pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas yang
seharusnya telah dia telah lupakan setelah berbicara dengan Alice hari
sebelumnya. 『 Tidak ada seorangpun yang boleh pergi melewati Puncak
Barisan Pegunungan yang membatasi batas Dunia Manusia』.
"Tidak.... jangan pergi lebih jauh lagi....."
B a g i a n 3 | 47
"Tidak mungkin...."
Eugeo menggelengkan kepalanya dengan sembarangan.
"Integrity Knight adalah yang knight terkuat di dunia. Dia tidak
dapat dikalahkan oleh seorang Darkness Knight."
"Aku ingin tahu tentang hal itu. Dari melihatnya, tidak terlalu ada
banyak perbedaan dalam sword skill mereka. Keduanya tidak mampu
menembus pertahanan lawan mereka."
Dengan segera setelah Kirito mengatakan itu. Seolah-olah
mendengar suaranya, knight putih menarik tali kekang naganya dan
menciptakan celah yang lebar. Naga hitam itu mengepakan sayapnya
dengan keras untuk memperpendek jarak.
Tetapi, sebelum jarak itu dapat berkurang, naga putih itu
membalikkan kepalanya secara tajam dengan membengkokkan lehernya,
bersamaan dengan tindakan yang terlihat seperti mengumpulkan
kekuatan. Dengan segera setelah itu, sementara masih tetap
mengayunkan lehernya, rahangnya terbuka lebar. Sebuah api tidak
berwarna menyembur keluar dalam garis lurus di antara taringnya, dan
membungkus tubuh knight naga hitam secara keseluruhan.
Teriakan yang mempengaruhi suara angin yang menusuk telinga
Eugeo. Naga hitam memutar tubuhnya dengan kesakitan, begetar dengan
hebat di tengah udara dan menurun. Tanpa melewatkan kesempatan itu,
Integrity Knight mengganti pedangnya dengan busur panah besar
berwarna coklat kemerahan dan menarik tali busur hingga batasnya,
sebelum melepaskan anak panah panjang. Anak panah samar-samar
menarik sebuah jalur api di tengah udara, tanpa meleset, itu menusuk
pada dada knight hitam itu.
"Ah....."
Alice mengeluarkan suara kecil yang terdengar seperti jeritan.
Saat kulit dari kedua sayapnya benar-benar telah terbakar, naga
hitam itu kehilangan kemampuan untuk terbang dan menggeliat dengan
keras di tengah udara. Knight hitam terpisah dari punggungnya, dan
dengan jejak darah yang keluar, yang mulai jatuh tepat menuju jalan
masuk gua dimana mereka bertiga berdiri.
Pertama, pedang hitam tadi tertusuk ke dalam tanah yang
tercampur kerikil, menciptakan suara keras. Selanjutnya, di tempat yang
sepuluh mels jauhnya dari mereka bertiga, knight terjatuh. Terakhir, naga
hitam tadi menabrak pada pegunungan berbatu yang sangat jauh
B a g i a n 3 | 49
dimarahi sampai mereka menyesalinya, tapi untuk kali ini, dia hanya
berdiri saja seolah-olah dalam keadaan tidak sadar, dan ditarik kembali ke
dalam gua.
Alice, yang berpegangan pada tangan Eugeo dan Kirito, mendapati
matanya terbuka lebar saat melihat knight hitam yang kalah, sebelum
kemudian, tatapan matanya melihat ke bawah pada tangan kanannya. Di
telapak tangan halusnya masih terdapat pasir dan kerikil kecil yang
menempel, setiap butiran pasir tadi berwarna hitam legam.
".....Aku…Aku, ......"
Alice bergumam dengan nada yang sangat ketakutan, saat Eugeo
tanpa berpikir panjang mengulurkan tangannya pada tangan kanannya.
Dia mengelus telapak tangannya, menyingkirkan semua butiran pasir dan
berkata dengan sungguh-sungguh.
"T-Tidak apa-apa, Alice. Kau tidak keluar gua. Tanganmu hanya
menyentuhnya saja. Itu, sudah pasti, tidak dilarang, bukan? Benar,
Kirito?!"
Eugeo mengangkat wajahnya dan menatap pada wajah partnernya
seolah-olah mengandalkannya. Tapi Kirito tidaak melihat pada Eugeo
maupun Alice. Sementara menekukkan lututnya, tatapannya dengan
tajam mengamati keadaan sekitarnya.
"A-Ada apa, Kirito?"
".....Apa kau tidak merasakannya, Eugeo? Ini
seperti...seseorang.....sesuatu….."
Dia merengut dan mulai mengamati sekitarnya sekali lagi, tetapi,
di dalam gua bahkan tak ada satu ekor pun serangga, kupakan manusia.
Satu-satunya yang terlihat di pandangnya adalah tempat yang berjarak
sepuluh mels jauhnya, knight hitam yang mati. Sosok dari Integrity Knight
yang memenangkan pertarungan telah menghilang dari langit.
"Itu hanya imajinasimu saja, dibandingkan dengan itu....."
Mari kita bawa Alice ke sisi lain gua ini dengan cepat.
Di saat Eugeo hendak mengatakan hal tersebut, Kirito memegangi
bahunya dengan kekuatan yang penuh. Sementara merengut, Eugeo
mengikuti arah pandangan partnernya, dengan segera setelah
itu,tubuhnya menjadi sangat kaku.
Di dekat langit-langit gua, ada sesuatu yang aneh.
B a g i a n 3 | 51