Bagian 1
Mengambil kapak.
Mengayun ke atas.
Menebas ke bawah.
Mungkin hanya itu yang dilakukan, tapi jika pikiran kita teralihkan
bahkan untuk sesaat, reaksi dari kulit kayu keras itu akan menghantam
kembali pada kedua tangan kita tanpa henti. Mengambil nafas, waktu,
kecepatan, pemindahan berat tubuh, semua itu harus dikontrol dengan
tepat sejak awal, mengirimkan kekuatan tersembunyi dari mata kapak ke
pohon, membuat suara jernih, yang enak dan keras.
Sementara dia dapat memahami teori tersebut dengan baik,
melakukannya tidaklah semudah teorinya. Eugeo telah diberi tugas ini
ketika dia berumur sepuluh tahun di musim semi, dan ini akan menjadi
musim panas kedua sejak saat itu, tapi dia hanya bisa berhasil membuat
suara nyaman setiap sekali dari sepuluh ayunan. Dia telah diberi tahu oleh
pengguna kapak pendahulunya, kakek Garitta yang selalu mengenai
sasaran, dan bahkan dia tidak menunjukkan rasa lelah lelah setelah
mengayunkan kapak berat tersebut, tapi setelah lima puluh kali, tangan
Eugeo menjadi kaku, pundaknya terasa sakit, dan dia tidak dapat
mengangkat kedua tangannya lagi.
"Empat puluh....tiga! Empat puluh....empat!"
Dia menghitung dengan suaranya yang paling keras untuk
mendorong dirinya sementara mengayun kapak itu ke kulit kayu dari
pohon besar, keringat yang mengalir keluar membuat pandangnnya
kabur, tangannya menjadi licin, dan akurasinya menjadi lebih berkurang.
Yang sebagian besar disebabkan oleh rasa putus asa, dia memegang
kapak itu dengan erat dan mengayunkannya dengan kekuatan dari
seluruh tubuhnya.
"Empat puluh....sembilan! Li...ma...puluh!"
Ayunan terakhirnya sangatlah berbeda dari ayunan sebelumnya,
itu mengenai kulit kayu yang sedikit jauh dari potongan dalam di pohon itu
2|Prolog 1
pagi berikutnya, pohon ini telah memulihkan setengah luka tebasan dari
hari sebelumnya.
Eugeo menghela nafas secara pelan saat dia melihat kembali
pohon yang menjulang ke langit itu.
Pohon besar itu————«Gigas Cedar», Pengucapan Suci yang
diberikan oleh penduduk desa, adalah monster dengan diameter empat
mel, dan memliki tinggi tujuh puluh mel. Menara lonceng di Gereja, yang
merupakan bangunan tertinggi di desa,hanya seperempat tinggi dari
pohon tersebut. Untuk Eugeo dan Kirito yang tingginya baru saja satu
setengah mel tahun ini, monster kuno ini adalah lawan yang tepat.
Bukannya mustahil menebangnya hingga jatuh dengan kekuatan
manusia?———— Eugeo tidak dapat melakukan apapun selain dari
memikirkan tentang itu setelah melihat bekas potongan di batang kayu.
Bekas potongannya telah mencapai satu mel, tapi bagian dari pohon kayu
yang tersisa dengan ketebalan tiga kali darinya masih baik-baik saja.
Di musim semi tahun lalu, ketika dia dan Kirito dibawa menuju
rumah kepala desa, saat mereka memiliki umur yang cukup untuk
melaksanakan tugas «Memotong Pohon Besar», dia telah mendengar
cerita yang membuatnya bingung.
Gigas Cedar sudah tumbuh sebelum desa Rulid telah terbentuk,
dan tugas untuk menebang pohon tersebut telah diturunkan dari generasi
ke generasi sejak pertama kali terbentuknya desa. Menghitung dari
generasi pertama hingga generasi pendahulunya, kakek Garitta yang
merupakan generasi keenam, Eugeo dan Kirito adalah generasi ketujuh,
lebih dari tiga ratus tahun telah berlalu semenjak mereka telah diberikan
tugas ini.
————————Tiga ratus tahun!
Ini adalah waktu yang tidak dapat dibayangkan oleh Eugeo yang
baru saja mencapai umur sepuluh tahun. Tentu saja, hal itu tidak berubah
bahkan meskipun dia sekarang berumur sebelas tahun. Apa yang entah
bagaiamana dia mengerti adalah, dari waktu orang tuanya, waktu sebelum
itu, dan bahkan jauh sebelumnya, jumlah ayunan kapak dari semua orang
yang melakukan tugas ini dapat dibilang tidak terbatas, dan hasilnya cuma
luka bekas tebangan yang kurang dari satu mel dalamnya.
Kenapa menebang pohon besar itu sangatlah penting? Alasannya
dijelaskan oleh kepala desa dengan nada berat.
4|Prolog 1
Gigas Cedar, dengan batang yang besar dan daya hidup yang
sangat banyak, mengambil anugerah dari Dewi Matahari dan Tanah dari
sekelilingnya dalam jarak yang sangat jauh. Bibit yang ditanam dibawah
bayangan pohon besar ini tidak akan bisa tumbuh, berbagai usaha untuk
menanam tanaman didekatnya berakhir sia-sia.
Desa Rulid merupakan bagian dari «Kerajaan Norlangath Utara»,
salah satu dari empat kerajaan yang membagi dan memerintah «Dunia
Manusia», dan itu juga terletak di daerah perbatasan di utara. Dengan
kata lain, tempat ini dapat dikatakang sebagai ujung dunia. Utara, timur,
dan barat, ketiga sisi ini dibatasi oleh barisan pegunungan yang curam,
jadi untuk memperluas ladang dan padang rumput, tidak ada cara lain
selain menebang hutan di selatan. Tetapi, hal itu tidak dapat dilakukan
karena adanya Gigas Cedar yang tumbuh di jalan masuk hutan.
Itu dapat dikatakan bahwa kulit kayunya sama kerasnya dengan
besi, dan bahkan api tidak dapat menyebabkan bekas hangus,
menggalinya juga tidak mungkin karena akarnya memiliki panjang yang
sama dengan tinggi pohon. Akhirnya leluhur desa memutuskan untuk
menebang pohon tersebut menggunakan «Dragon Bone Axe» yang
bahkan dapat memotong besi sekalipun, dan tugas untuk melakukannya
telah diturunkan ke generasi selanjutnya semenjak saat itu ————
Kepala desa selesai menceritakan kisah tentang Sacred Task ini
dengan suara yang bergetar, membuat Eugeo merasa ketakutan, jadi dia
bertanya, mengapa mereka tidak meninggalkan Gigas Cedar saja dan
membuka hutan lebih jauh ke selatan.
Kepala desa menjawab dengan suara yang bergetar bahwa
menebang pohon itu adalah sebuah sumpah dari leluhur mereka,
pekerjaan itu telah berubah menjadi kebiasaan desa untuk memberikan
tugas ini kepada dua orang. Kemudian Kirito, yang memiringkan
kepalanya sementara bertanya dengan keras kenapa leluhur mereka
memilih untuk membangun desa di tempat ini sejak awal. Kepala desa
kehilangan kata-katanya untuk sesaat sebelum menjadi sangat marah dan
memukul kepala Kirito dan bahkan kepala Eugeo dengan tangannya.
Sudah satu tahun dan tiga bulan berlalu semenjak mereka berdua
terus bergantian menebang dengan Dragon Bone Axe dan menantang
Gigas Cedar. Tetapi, kelihatannya dikarenakan tangan mereka yang belum
dewasa, ayunan kapak mereka tidak dapat membuat potongan yang
dalam ke batang kayu. Bekas tebangan di batang kayu yang sampai
sekarang ada adalah hasil kerja keras selama tiga ratus tahun, jadi itu
cukup normla jika kerja keras dua anak muda tidak membuat perbedaan
Bagian 1 |5
yang besar, mereka tidak dapat merasakan pencapaian apapun dari hasil
kerja mereka.
Tidak————perasaan mereka, tidak hanya tidak dapat terlihat,
perasaan depresi mereka yang kelihatannya terbentuk dengan jelas
terlihat di kenyataan juga.
Kirito, berdiri di samping Eugeo sementara menatap pada Gigas
Cedar tanpa mengatakan apapun,terlihat memikirkan hal yang sama, lalu
dia berjalan dengan cepat menuju pohon sementara mengulurkan tengan
kirinya.
"Oi, Kirito, jangan lakukan itu. Kepala desa bilang jangan sering
melihat «Life» pohon itu, bukan?"
Eugeo dengan cepat memanggilnya, tapi Kirito hanya menatapnya
dengan senyuman jahil yang terlihat di ujung mulutnya.
"Terakhir kali kita melihatnya adalah dua bulan yang lalu, ini tidak
lagi terlalu sering, hanya kadang-kadang."
"Selalu seperti itu, huh, aku tidak dapat melakukan apapun kalau
begitu...Oi, tunggu aku, biarkan aku melihatnya juga."
Eugeo yang akhirnya mulai tenang segera berdiri dengan gerakan
yang sama seperti Kirito sebelumnya dan berlari menuju ke samping
patnernya.
"Sudah siap? Aku akan membukanya sekarang."
Kirito mengatakannya suara nada rendah, tangan kirinya terulur ke
depan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya terulur keluar, sedangkan
jarinya yang lain tertutup. Bentuk gambar yang terlihat seperti ular yang
merayap tergambar di udara di saat sebelumnya. Itu adalah simbol dasar
dari pengabdian terhadap Dewi Penciptaan.
Setelah memotong simbol tadi dengan ujung jarinya, Kirito dengan
segera menyentuh kulit kayu dari Gigas Cedar. Itu tidak membuat suara
ketukan pelan seperti biasanya, tapi suara jelas seolah-olah itu berasal
dari bermain dengan peralatan perak yang bersuara dengan halus. Lalu
cahaya kecil dari kotak window itu keluar dari batang pohon.
Semua di dunia ini, tidak peduli apakah benda itu dapat bergerak
atau tidak, memiliki keberadaan yang dikuasai oleh Dewi Pencipta Stacia
dalam bentuk «Life». Serangga dan bunga hanya memiliki sedikit «Life»,
kucing dan kuda memiliki lebih banyak, dan manusia memiliki «Life» yang
jauh lebih banyak. Lalu pohon di hutan dan lumut yang menutupi batu
memiliki «Life» yang lebih banyak dari manusia. Semuanya memiliki satu
6|Prolog 1
persamaan, Itu terus meningkat setelah lahir, dan saat itu mencapai
puncaknya, itu terus menurun. Ketika Life itu benar-benar habis, hewan
atau manusia berhenti bernafas, tanaman menjadilayu, dan bebatuan
menjadi hancur.
«Stacia Window» adalah dimana sacred text dari Life yang tersisa
tertulis. Itu dapat dikeluarkan ketika seseorang dengan sacred power yang
cukup memotong simbolnya, lalu menyentuh benda yang diinginkan.
Sementara sebagian besar orang bisa memanggil window ini pada rumput
dan kerikil,itu entah mengapa cukup sulit untuk melakukannya pada
hewan, dan untuk manusia, itu tidak mungkin mengeluarkannya jika tidak
memiliki pengetahuan yang cukup tentang sacred art sebelumnya.————
Di sisi ini, itu akan sedikit menakutkan ketika melihat window miliknya
sendiri.
Secara umum, window dari pohon ini lebih mudah dilihat
dibandingkan dengan manusia, tapi tingkat kesulitan dari pohon iblis
Gigas Cedar sangat tinggi seperti yang diduga, Eugeo dan Kirito baru bisa
memanggil window itu sekitar satu setengah tahun yang lalu.
Dahulu ada sebuah cerita , di «Katedral Pusat Gereja Axiom» di
Centoria Pusat, master tetua dari pengguna Sacred Art berhasil
memanggil window dari Dewi Tanah Terraria setelah upacara selama tujuh
hari tujuh malam tanpa henti. Tetapi, saat tetua tadi melihat Life tanah itu,
dia menjadi depresi, kehilangan akal sehatnya, dan kemudian menghilang.
Saat mendengar cerita tersebut, Eugeo menjadi sedikit takut untuk
tidak hanya saat melihat window miliknya sendiri, tapi juga winodw dari
sesuatu yang besar seperti Gigas Cedar, tapi Kirito terlihat tidak
mempedulikannya. Untuk kali ini juga, Kirito menaruh wajah penasarannya
di dekat window yang bersinar itu. Sementara Eugeo berpikir bahwa dia
terkadang tidak bisa mengerti sahabat terbaiknya ini, Eugeo menjadi kalah
dengan rasa penasarannya, dan melihat ke arah permukaan itu.
Window persegi berwarna ungu pucat yang memiliki tulisan yang
merupakan kombinasi dari kalimat berbentk lurus dan melengkung. Itu
adalah sacred letter yang kuno, jika itu hanya membaca beberapa kata,
Eugeo masih dapat melakukannya, hanya menulis huruf tersebut yang
dilarang.
"Baiklah......"
Eugeo menggunakan jarinya untuk mengeceknya satu demi satu
sambil mengucapkan kata-kata yang tertulis,
"235.542."
Bagian 1 |7
berwarna coklat muda terang yang lembut, rambut hitam lurus Kirito
membuat serangannya tidak berarti. Eugeo lalu berganti menjadi
menggelitik perut Kirito.
"Ugya, kau....h-hahah...."
Kirito kehabisan nafas saat dia berjuang melawan penahanan dan
digelitik , tiba-tiba terdengar suara keras yang datang dari belakang
mereka.
"Kalian berdua————! Bermain-main lagi!!"
Pada saat itu, pertarungan antara Kirito dan Eugeo menjadi benar-
benar berhenti.
"Uu....."
"Ini buruk...."
Mereka berdua mengangkat bahu mereka lalu dengan takut
melihat ke belakang.
Di atas batu yang sedikit jauh dari mereka berdua, dengan kedua
tangannya berada di pinggang, sosok manusia dengan dadanya sedikit
menonjol berdiri. Eugeo sedikit mengangkat tubuhnya, lalu berbicara
dengan tersenyum.
"H....Hei, Alice, kau datang cukup cepat hari ini."
"Sama sekali tidak, ini adalah waktu yang sama."
Bagian 1 |9
10 | P r o l o g 1
adalah hadiah perlindungan suci dari Stacia, tapi Eugeo dapa mengingat
secara samar-samar ketidaksesuaian dari cerita mereka.
Kenapa, jika orang dewasa berpikir ingin memperluas desa,
kenapa tidak ada satupun kesempatan sampai sekarang? Dia masih tidak
dapat mengerti. Jika mereka ingin memperluas lahan, mereka tingal
pindah sedikit ke selatan dan membiarkan pohon besar ini saja untuk
memperluas hingga ke hutan selatan. Tapi, kepala desa yang merupakan
orang terbijak, tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk mengubah tradisi
lama tersebut.
Lagipula, tidak peduli sudah berapa waktu telah berlalu, desa Rulid
masih tetap miskin, jadi Alice yang merupakan anak kepala desa, hanya
dapat belajar di pagi hari saat dia mengerjakan pekerjaan penting untuk
merawat hewan ternak dan membersihkan rumah di siang hari. Tugas
pertamanya setelah belajar adalah untuk membawa bekal makan siang
pada Eugeo dan Kirito.
Dengan keranjang rotan di tangan kanannya, Alice melompat
dengan lincah dari batu besar. Saat dia hendak mengeluarkan kemarahan
dari mulutnya, Eugeo langsung berdiri semnetara menggelengkan
kepalanya.
"Kami tidak sedang bermain-main, sungguh! Kami sudah
menyelesaikan tugas pagi kami."
Bersamaan dengan alasan Eugeo yang cepat, Kirito, di
belakangnya, bereaksi dengan cepat sambil berkata "Ya, ya."
Mata Alice mengeluarkan cahaya kuat saat melihat mereka berdua
lagi, lalu kemarahannya menjadi melunak.
"Jika kalian punya kekuatan untuk berkelahi setelah selesai
bekerja, aku ingin tahu jika aku seharusnya meminta pada kakek Garitta
untuk meningkatkan beban pekerjaan untuk kalian berdua?"
"A-Apapun selain itu!"
"Hanya bercanda.————Ayo, cepat makan siang. Hari ini sangat
panas, jika kita tidak segera memakannya, ini akan menjadi tidak enak."
Alice kemudian meletakkan keranjang rotan itu di tanah,
mengambil kain berukuran besar dari dalamnya, lalu membentangkan itu.
Dia memilih tempat yang landai dan membentangkannya, yang membuat
Kirito dengan cepat melepas sepatunya dan segera mendudukinya. Eugeo
duduk setelahnya, lalu makanan itu dijejerkan satu demi satu di depan
dua pekerja yang lapar.
12 | P r o l o g 1
Menu hari ini adalah daging asin dan pai dengan isi kacang
panggang, roti hitam berlapis keju dan irisan daging asap, beberapa jeni
buah dikeringkan, dan susu hasil perahan tadi pagi. Bahkan meskipun
semua makanan selain susu dapat disimpan untuk dimakan nanti, tapi
sinar matahari yang kuat di bulan ketujuh masih dapat menghabiskan
«Life» dari makanan ini tanpa ampun.
Alice memberitahu Kirito dan Eugeo, yang hampir mengambil
makanan, untuk 'menunggu', seolah-olah dia memerintah kepada seekor
anjing, lalu dengan cepat memotong simbol di udara dan mengkonfirmasi
«Window» dari setiap makanan yang dimulai dari toples yang berisi susu.
"Uwa, susunya hanya memiliki waktu sepuluh menit tersisa, dan
painya hanya memiliki waktu kurang dari lima belas menit. Bahkan saat
aku berlari kesini...Kalau begitu, jadi kita harus memakannya dengan
cepat. Tapi pastikan untuk mengunyahnya dengan lembut."
Ketika Life dari suatu makanan habis, makanan itu akan berubah
menjadi «Makanan Busuk», yang bahkan satu gigitannya dapat
menyebabkan suatu gejala penyakit seperti sakit perut untuk yang tidak
mempunyai perut yang kuat. Eugeo dan Kirito yang sudah cukup lapar dan
mulai menggigit potongan besar pai itu tanpa mengatakan apapun.
Mereka bertiga melanjutkan makan tanpa mengatakan apapun. Itu
sudah jelas dengan dua anak laki-laki yang kelaparan, tapi Alice juga
membuat seseorang berpikir dimana dia menaruh semua makanan yang
dia makan dengan perut kecilnya. Semua makanan segera habis satu
demi satu. Pertama tiga potong pai, diikuti oleh sembilan potong roti
hitam, lalu sebotol toples susu itu habis, dan, setelah itu mereka bertiga
menghela nafas lega.
"————————Bagaimana rasanya?"
Itu adalah Eugeo yang menjawab pertanyaan Alice dengan nada
yang seriusnya, saat dia menatap pada mereka berdua.
"Ya, pai hari ini sangat enak. Kemampuan sudah sangat
meningkat, Alice."
"B-Benarkah? Aku masih merasa ada yang sesuatu yang kurang
dari rasanya bagaimanapun juga."
Tersipu, Alice mengatakannya sambil mengalihkan wajahnya,
Eugeo saling berganti kedipan dengan Kirito sebelum tersenyum. Kotak
makan siang mereka dibuat oleh Alice semenjak bulan lalu, tapi meskipun
mengatakan hal itu, perbedaan diantara makanan yang dibuatnya dengan
B a g i a n 1 | 13
secepat yang dia bisa———itu adalah ringkasan ceritanya. Judul cerita itu
adalah 『Bercouli dan Naga Putih Utara』.
Bahkan untuk Kirito yang nakal, pastinya dia tidak akan berpikir
untuk melanggar peraturan desa untuk pergi melewati Perbatasan Utara
dan mencari naga yang asli, bukan? Sementara setengah berdoa, Eugeo
bertanya dengan penuh ketakutan.
"Maksudmu, kita akan mengawasi sungai Ruhr dan menunggu
sebongkah es mengapung turun...... benar?"
Tetapi, Kirito menghela nafasnya sebelum hanya mengatakan.
"Menunggu seperti itu, musim panas ini akan berakhir sebelum
kita mendapatkan apapun. Aku tidak ingin mengikuti Bercouli dan pergi
mencari naga. Dalam cerita, itu disebutkan bahwa ada es di jalan masuk
gua, bukan? Cukup dua atau tiga buah sudah cukup untuk mengetesnya
pada kotak makanan itu."
"Kau, seperti yang aku bilang......"
Eugeo menjadi terdiam untuk beberapa detik, lalu berbalik menuju
ke samping, melihat ke arah Alice untuk membantunya membantah ide
anak laki-laki yang berani itu. Lalu dia menyadari bahwa mata birunya
bersinar dengan cahaya yang kuat, dia menurunkan bahunya dengan
pemikiran itu.
Eugeo dan Kirito adalah dua anak nakal nomor satu di desa,
mereka membuat banyak orang tua mengeluh dan memarahi mereka
berdua di setiap hari. Tapi, hanya beberapa orang yang tahu bahwa
banyak kenakalan mereka yang dibantu dan direncakan dari belakang
oleh Alice, siswa teladan nomor satu di desa.
Alice sementara meletakkan jari telunjuknya ke mulutnya, saat dia
terdiam beberapa saat, lalu tiba-tiba berkedip dan berkata,
"——Itu bukan ide yang buruk."
"J-Jangan kau juga, Alice....."
"Memang benar, hanya anak kecil yang dilarang pergi menuju
Perbatasan Utara. Coba untuk mengingat baik-baik. Kalimat sebenarnya
yang tertulis di peraturan, [Tanpa pengawasan orang dewasa, anak kecil
tidak boleh bermain melewati Perbatasan Utara]."
Eugeo dan Kirito tanpa sadar saling bertukaran pandangan.
Peraturan desa atau «Perturan Dasar Penduduk Rulid» sebagai
nama resminya adalah tulisan lama yang setengahnya ditulis di atas
18 | P r o l o g 1
kertas dan setengahnya di atas kulit, yang tebalnya hanya dua cen
tersimpan di dalam rumah kepala desa. Ini adalah hal pertama yang
semua anak-anak yang pergi ke sekolah gereja untuk mengahafalnya. Dan
setelah itu, setelah mendengar dari orang tua mereka dan para tetua
terus berkata 'Di dalam peraturan', 'Berdasarkan peraturan', peraturan ini
tertanam di dalam kepala mereka sampai mereka berumur sebelas tahun
——apa yang mereka pikirkan, tetapi, kelihatannya Alice secara akurat
mengingat semua teks, kata demi kata.
.......Tidak mungkin, jangan bilang padaku bahkan hukum dasar
kerajaan yang tebalnya dua kali lipat juga..... tidak, bahkan mengingat
dengan sempurna peraturan desa sudah......
Sementara pandangan Eugeo dipenuhi dengan pemikiran seperti
itu, Alice menjelaskan suara di tenggorokannya lagi, lalu melanjutkan
perkataan dengan nada seperti seorang guru.
"Bukankah itu benar? Kita tidak pergi kesana untuk bermain, itu
dilarang oleh peraturan. Tapi mencari bongkahan es bukanlah bermain.
Memperpanjang Life dari kotak makanan bukan hanya untuk kita, ini juga
membantu orang yang bekerja di lahan dan peternakan, benar? Jadi ini
juga dapat dianggap sebagai bagian dari pekerjaan."
Setelah perkataannya yang keluar selesai, Eugeo saling bertukar
pandangan dengan Kirito lagi. Meskipun mata hitam partnernya yang
awalnya memiliki sedikit keraguan, tapi itu dengan segera meleleh seperti
balok es yang mengapung di sungai saat musim panas——
"Ya, itu benar, itu sangat benar."
Sambil melipat tangannya, Kirito mengangguk dengan wajah
serius.
"Karena ini pekerjaan, bahkan jika kita pergi melewati batas
hingga sampai ke ≪Puncak Barisan Pegunungan≫, itu masih tidak
dianggap sebagai melanggar peraturan desa. Lihat, Balbossa-san selalu
mengatakannya, bukan? 'Pekerjaan bukan hanya sesuatu yang
diperintahkan, jika kamu sedang bebas maka carilah pekerjaan!', seperti
itu. Jika mereka menjadi marah, kita cukup menunjuk pada perkataannya,
lalu itu semua seharusnya akan baik-baik saja."
Keluarga Balbossa adalah keluarga kaya yang memiliki lahan
gandum terluas di desa. Kepala keluarganya yang sekarang, Nigel
Balbossa adalah orang tua berumur lima puluh tahun yang masih memiliki
tubuh sehat, bahkan meskipun keluarganya bisa memanen gandum lebih
banyak dibandingkan dengan keluarga lainnya, dia masih belum puas, dan
B a g i a n 1 | 19