Anda di halaman 1dari 36

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

“ STROKE ”

OLEH KELOMPOK 10 :

HELMINA N. BAGUL (1807010186) (41) MARIA M.R.NELE (1807010057) (20)

MARIA A. FEBIANI (1807010034) (48) OLIVA Y. CAMPU (1807010029) (32)

MARIA F. ARVIDIANI (1807010033) (49) GIOVANI K. UY (1807010176) (61)

MARIA L. D. NIRON (1807010231) (19)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan perkenanan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penyakit Stroke” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Epidemilogi
Penyakit Tidak Menular yang diberikan.
Dalam penyelesaian Makalah ini, banyak pihak yang turut terlibat baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada teman-teman
dan segenap pihak yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang tulus serta
yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan kritik konstruktif demi
penyempurnaan makalah ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa meskipun makalah ini diupayakan sedemikian
rupa agar dapat mempersembahkan yang terbaik, namun sebagai insan yang memiliki
keterbatasan tentunya ada saja ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu, segala saran, masukan
dan kritikan yang membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah kami.
Semoga makalah ini dapat berguna dan menjadi referensi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.

Kupang, 02 Februari 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................3
2.1 Defenisi......................................................................................................................3
2.2 Faktor resiko penyakit stroke................................................................................3
2.3 Patofisiologi penyakit stroke..............................................................................8
2.4 Gambaran Klinis...............................................................................................12
2.5 Diagnosis............................................................................................................13
BAB III..............................................................................................................................16
EPIDEMIOLOGI............................................................................................................16
3.1 Distribusi Penyakit.................................................................................................16
3.2 Determinan penyakit..............................................................................................21
3.3 Frekuensi penyakit stroke.....................................................................................23
BAB IV..............................................................................................................................25
PENANGGULANGAN...................................................................................................25
4.1 Pengobatan penyakit..............................................................................................25
4.2 Pencegahan penyakit stroke.............................................................................27
BAB V...............................................................................................................................29
PENUTUP.........................................................................................................................29
5.1 Kesimpulan............................................................................................................29
5.2 Saran........................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke sebagai bagian dari penyakit kardioserebrovaskular yang digolongkan ke
dalam penyakit katastropik karena mempunyai dampak luas secara ekonomi dan
social. Stroke menjadi penyebab kematian nomor satu didunia setiap tahunny. Data
menunjukkan 1 dari4 orang mengalami stroke, jangan sampai kita menjadi salah satu
diantaranya. (Kementrian Kesehatan RI).
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak
tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat
gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Stroke
diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Kurang lebih 83% dari
seluruh kejadian stroke berupa stroke iskemik, dan kurang lebih 51% stroke
disebabkan oleh trombosis arteri, yaitu pembentukan bekuan darah dalam arteri
serebral akibat proses aterosklerosis.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, stroke masih merupakan masalah
utama dibidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi
maslah krusial ini dierlukan strategi penanggulangan stroke yang mencakup aspek
preventif, terapi rehabilitasi dan promotive.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi penyakit stroke?
2. Apa saja faktor risiko penyakit stroke?
3. Bagaiman patofisiologi dari penyakit stroke?
4. Bagaimana gambaran klinin penyakit stroke?
5. Bagaimana diagnosis penyakit stroke?
6. Bagaimana epidemiologi penyakit stroke?
7. Bagaimana penanggulangan penyakit stroke?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui definisi, faktor
risiko,patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, epidemiologi serta penanggulangan
dari penyakit stroke.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Defenisi
Definisi stroke menurut menurut WHO (World Health Organization)
adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan
tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam, atau dapat menimbulkn kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak.
Stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Kurang lebih 83% dari seluruh kejadian stroke berupa stroke iskemik, dan kurang
lebih 51% stroke disebabkan oleh trombosis arteri, yaitu pembentukan bekuan
darah dalam arteri serebral akibat proses aterosklerosis. Trombosis dibedakan
menjadi dua subkategori, yaitu trombosis pada arteri besar (meliputi arteri karotis,
serebri media dan basilaris), dan trombosis pada arteri kecil. Tiga puluh persen
stroke disebabkan trombosis arteri besar, sedangkan 20% stroke disebabkan
trombosis cabang-cabang arteri kecil yang masuk ke dalam korteks serebri
(misalnya arteri lentikulostriata, basilaris penetran, medularis) dan yang
menyebabkan stroke trombosis adalah tipe lakuner. Kurang lebih 32% stroke
disebabkan oleh emboli, yaitu tertutupnya arteri oleh bekuan darah yang lepas dari
tempat lain di sirkulasi. Stroke perdarahan frekuensinya sekitar 20% dari seluruh
kejadian stroke (Washington University, 2011).

2.2 Faktor resiko penyakit stroke


Faktor risiko stroke dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah
dan faktor risiko yang dapat diubah.

Berikut adalah faktor risiko penyebab penyakit stroke:

3
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a. Usia
Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia,
termasuk anak-anak. Kejadian penderita stroke iskemik biasanya
berusia lanjut (60 tahun keatas) dan resiko stroke meningkat
seiring bertambahnya usia dikarenakan mengalaminya degeneratif
organ-organ dalam tubuh.
Status umur berpengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu. Semakin
bertambah umur maka penalaran dan pengetahuan semakin
bertambah. Tingkat kematangan seseorang merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan dimana
individu yang matang mempunyai daya adaptasi yang besar
terhadap stresor yang muncul. Sebaliknya individu yang
berkepribadian tidak matang akan bergantung dan peka terhadap
rangsangan sehingga sangat mudah mengalami gangguan
kecemasan. Berikut kategori umur menurut depkes RI (2009) :
 Usia muda 18-40 tahun
 Usia tua 41-65 tahun

b. Jenis kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke pada
usia dewasa awal dibandingkan dengan wanita dengan
perbandingan 2:1. Insiden stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan rata-rata 25%-30% Walaupun para
pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang lebih muda, tetapi
para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai
menopause. Hal ini, hormon merupakan yang berperan dapat
melindungi wanita sampai mereka melewati masa-masa
melahirkan anak. Usia dewasa awal (18-40 Tahun) perempuan
memiliki peluang yang sama juga dengan laki-laki untuk terserang
stroke. Hal ini membuktikan bahwa resiko laki-laki dan perempuan
untuk terserang stroke pada usia dewasa awal adalah sama. Pria
4
memiliki risiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intra
sereberal lebih tinggi sekitar 20% daripada wanita. Namun, wanita
memiliki resiko perdarahan subaraknoid sekitar 50%. Sehingga
baik jenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki peluang
yang sama untuk terkena stroke pada usia dewasa awal 18-40
Tahun.

c. Genetic (herediter)
Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa faktor genetic
juga merupakan faktor risiko terjadinya penyakit stroke. Akan
tetapi sampai saat ini belum diketahui pasti gen mana yang dapat
menyebabkan stroke.

d. Ras dan etnis


Insiden stroke lebih tinggi pada orang berkulit hitam daripada
berkulit putih setelah dilakukan kontrol terhadap hipertensi, dan
diabetes mellitus.

2. Faktor resiko yang dapat diubah


a. Hipertensi
Hipertensi mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak sehingga
timbul perdarahan otak. Hipertensi dapat mempengaruhi hampir
seluruh organ tubuh, terutama otak, jantung, ginjal, mata, dan
pembuluh darah perifer. Kemungkinan terjadinya komplikasi
tergantung kepada seberapa besar tekanan darah itu, seberapa lama
dibiarkan, seberapa besar kenaikan dari kondisi sebelumnya, dan
kehadiran faktor risiko lain.
Insiden stroke dapat bertambah dengan meningkatnya tekanan
darah dan berkurang bila tekanan darah dapat dipertahankan di
bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke iskemik, perdarahan
intrakranial, maupun perdarahan subaraknoid.

b. Hiperkolestrolemia
5
Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentuk kolesterol
sekitar 1000 mg setiap hari dari lemak jenuh. Selain itu, tubuh
banyak dipenuhi kolesterol jika mengkonsumsi makanan berbasis
hewani, kolesterol inilah yang menempel pada permukaan dinding
pembuluh darah yang semakin hari semakin menebal dan dapat
menyebabkan penyempitan dinding pembuluh darah yang disebut
aterosklerosis. Bila di daerah pembuluh darah menuju ke otot
jantung terhalang karena penumpukan kolesterol maka akan terjadi
serangan jantung. Sementara bila yang tersumbat adalah pembuluh
darah pada bagian otak maka sering disebut stroke.
Kolestrol merupakan zat di dalam aliran darah di mana semakin
tinggi kolestrol semakin besar kolestrol tertimbun pada dinding
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan saluran pembuluh darah
menjadi lebih sempit sehingga mengganggu suplai darah ke otak.
Hiperkolestrol akan meningkatkanya LDL (lemak jahat) yang akan
mengakibatkan terbentuknya arterosklerosis yang kemudian diikuti
dengan penurunan elastisitas pembuluh darah yang akan
menghambat aliran darah.

c. Diabetes Melitus (DM)


Diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriskelorosis baik pada
pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah besar atau
pembuluh darah otak dan jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi
akan menghambat aliran darah dikarenakan pada kadar gula darah
tinggi terjadinya pengentalan darah sehingga menghamabat aliran
darah ke otak. Hiperglikemia dapatmenurunkan sintesis
prostasiklin yang berfungsi melebarkan saluran arteri,
meningkatkanya pembentukan trombosis dan menyebabkan
glikolisis protein pada dinding arteri.
Diabetes melitus juga dapat menimbulkan perubahan pada sistem
vaskular (pembuluh darah dan jantung), diabetes melitus
mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang lebih berat, lebih
tersebar sehingga risiko penderita stroke meninggal lebih besar.
6
Pasien yang memiliki riwayat diabetes melitus dan menderita
stroke mungkin diakibatkan karena riwayat diabetes melitus
diturunkan secara genetik dari keluarga dan diperparah dengan
pola hidup yang kurang sehat seperti banyak mengkonsumsi
makanan yang manis dan makanan siap saji yang tidak diimbangi
dengan berolahraga teratur atau cenderung malas bergerak.

d. Penyakit Jantung
Penyakit atau kelainan jantung dapat mengakibatkan iskemia pada
otak. Ini disebabkan karena denyut jantung yang tidak teratur dapat
menurunkan total curah jantung yang mengakibatkan aliran darah
di otak berkurang (iskemia). Selain itu terjadi pelepasan embolus
yang kemudian dapat menyumbat pembuluh darah otak. Ini disebut
dengan stroke iskemik akibat trombosis. Seseorang dengan
penyakit atau kelainan jantung beresiko terkena atroke 3 kali lipat
dari yang tidak memiliki penyaki atau kelainan jantung.

e. Obesitas
Obesitas merupakan faktor predisposisi penyakit kardiovaskuler
dan stroke. Jika seseorang memiliki berat badan yang berlebihan,
maka jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke
seluruh tubuh, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.
Obesitas dapat juga mempercepat terjadinya proses aterosklerosis
pada remaja dan dewasa muda. Oleh karena itu, penurunan berat
badan dapat mengurangi risiko terserang stroke. Penurunan berat
badan menjadi berat badan yang normal merupakan cerminan dari
aktivitas fisik dan pola makan yang baik.

f. Merokok
Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke yang lebih banyak
terjadi pada usia dewasa awal dibandingkan lebih tua. Risiko
stroke akan menurun setelah berhenti merokok dan terlihat jelas
dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok.Perlu diketahui
7
bahwa merokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal
darah) lebih banyak sehingga merangsang timbulnya
aterosklerosis. Arteriskle rosis dapat menyebabkan pembuluh
darah menyempit dan aliran darah yang lambat karena terjadi
viskositas (kekentalan). Sehingga dapat menimbulkan tekanan
pembuluh darah atau pembekuaan darah pada bagian dimana aliran
melambat dan menyempit. Merokok meningkatkan juga oksidasi
lemak yang berperan pada perkembangan arteriskelorosis dan
menurunkan jumlah HDL (kolestrol baik) atau menurunkan
kemampuan HDL dalam menyingkirkan kolesterol LDL yang
berlebihan.

2.3 Patofisiologi penyakit stroke


Dalam keadaan normal aliran darah otak dipertahankan oleh suatu mekanisme
otoregulasi kurang lebih 58mil/100 gr/menit dan dominan pada daerah abu-abu,
dengan mean arterial blood pressure (MABP) antara 50-160 mmHg. Mekanisme
ini gagal bila terjadi perubahan tekanan yang berlebihan dan cepat atau pada
stroke fase akut. Jika MABP kurang dari 50 mmHg akan terjadi iskemia sedang,
jika lebih dari 160 mmHg akan terjadi gangguan sawar darah otak dan terjadi
edema serebri atau ensefalopati hipertensif. Selain itu, terdapat mekanisme
otoregulasi yang peka terhadap perubahan kadar oksigen dan karbodioksidasi.
Kenaikan kadar karbodioksidasi darah mkenyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah dan kenaikan oksigen menyebabkan vasokontriksi. Nitrik-oksida
merupakan fasidilator lokak yang dilepaskan oleh sel endotel Vaskuler.

Gangguan aliran darah otak akibat oklusi mengakibatkan produksi energy


menurun, yang pada gilirannya menyebabkan kegagalan pompa ion, cedera
mitokondria, aktivasi leukosit (dengan pelepasan mediator inflamasi), generasi
radial oksigen, dan kalsium dalam sel, stimulasi phospholipase dan protease,
diikuti oleh pelepasan prostaglandin dan leukotriene kerusakan DNA dan
sitoskeleton, dan akibatnya terjadi kerusakan membaran sel. Perubahan
komponen genetic mengatur unsur kaskade untuk mengubah tingkat cedera.

8
Tujuan utama dari intervensi adalah untuk memulihkan aliran darah normal
otak sesegera mungkin dan melindungi neuron karena mengganggu atau
memperlambat cascade iskemik. Studi menggunakan magnetic Resonance
Imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET) menunjukkan bahwa
iskemia akan cepat menghasilkan kerusakan jaringan otak yang permanen
(ischemic core) dan dikelilingi oleh hipoksia tetapi berpotensi untuk diselamatkan
(penumbra) bila segera dilakukan intervensi secepat mungkin.

Otak sangat bergantung kepada oksigen dan otak tidak mempunyai cadangan
oksigen apabila tidak adanya suplai oksigen maka metabolism di otak mengalami
perubahan, kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam waktu 3
sampai 10 menit. Iskemia dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan
berakibat menjadi infark otak yang disertai odem otak sedangkan bagian tubuh
yang terserang stroke secara permanen akan tergantung kepada daerah otak mana
yang terkena. Stroke itu sendiri disebabkan oleh adanya arterioskelorosis (Junaidi,
2011).

Arterosklerosis terjadi karena adanya penimbunan lemak yang terdapat di


dinding-dinding pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah ke jaringan
otak. Arterosklerosis juga dapat menyebabkan supli darah ke jaringan serebral
tidak adekuat sehingga menyebabkan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
(Nurarif et a;;, 2013)

Secara patologi stroke dibedakan mejadi sebagai berikut :

a. Stroke Hemoragik
Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang
tidak terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan
membunuh sel otak, sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik. Jenis
perdarahan (stroke hemoragik), disebabkan pecahnya pembuluh darah
otak, baik intracranial maupun subarkhnoid. Pada perdarahan intracranial,
pecahnya pembuluh darah otak dapat karena berry aneurysm akibat
hipertensi tak terkontrol yang mengubah morfologi arteriol otak atau
pecahnya pembuluh darah otak karena kelainan kongenital pada pembuluh
darah otak tersebut. Perdarahan subrakhnoid disebabkan pecahnya

9
aneurysma congenital pembuluh arteri otak di ruang subrakhnoidal
( Misbach, 2007).

b. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-
tiba terganggu oleh oklusi. Penyakit serebrovaskuler iskemik terutama
disebabkan oleh thrombosis, emboli dan hipoperfusi fokal, yang semuanya
dapat menyebabkan penurunan atau gangguan dalam aliran darah otak
(CBF) yang mempengaruhi fungsi neurologis akibat perampasan glukosa
dan oksigen. Sekitar 45% dari stroke iskemik disebabkan oleh thrombus
arteri kecil atau besar, 20% adalah emboli berasal, dan lain-lain memiliki
penyebab yang tidak diketahui. Stroke iskemik fokal disebabkan oleh
gangguan aliran darah arteri ke daerah tergantung dari parenkim otak oleh
trombus atau embolus. Dengan kata lain, stroke iskemik didefenisikan
sebagai onset akut, (menit atau jam), dari defisit neurologis fokal
konsisten dengan lesi vascular yang berlangsung selama lebih dari 24 jam.
Stroke iskemik adalah penyakit yang kompleks dengan beberapa
etiologi dan manifestasi klinis. Dalam waktu 10 detik setelah tidak ada
aliran darah ke otak, maka akan terjadi kegagalan metabolism jaringan
otak. EEG menunjukkan penurunan aktivitas listrik dan secara klinis otak
mengalami disfungsi. Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka
oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk pembentukan ATP akan
menurun, akan terjadi penurunan Na+ K+ ATP- ase, sehingga membrane
potensial akan menurun. 13 K+ berpindah ke ruang ekstraseluler,
sementara ion Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini menyebabkan
permukaan sel menjadi lebih negative. Sehingga terjadi membrane
depolarisasi. Saat awal depolarisasi membrane sel masih reversible, tetapi
bila menetap terjadi perubahan structural ruang menyebabkan kematian
jaringan otak. Keadaan ini terjadi segera apabila perfusi menurun dibawah
ambang batas kematian jaringan, yaitu bila aliran darah berkurang hingga
dibawah 10 ml/100 gr/ menit. Akibat kekurangan ksigen terjadi asidosis
yang menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim, karena tingginya ion
H. selanjutnya asidosis menimbulkan edema serebral yang ditandai
10
pembengkakan sel, terutama jaringan glia, dan berakibat terhadap
mikrosirkulasi. Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi vaskuler dan
kemudian penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadi perluasan
daerah iskemik.
Terdapat 2 patologi utama stroke iskemik :
a) Trombosis
Aterosklerosis adalah salah satu obstruksi vascular yang terjadi
akibat perubahan patologis pada pembuluh darah, seperti hilangnya
elastisitas dan menyempitnya lumen pembuluh darah. Proses
aterosklerosis ini lebih mudah terjadi pada pembuluh darah arteri
karena arteri lebih banyak memiliki sel otot polos dibandingkan
vena. Proses aterosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang
terjadi secara lambat pada dinding arteri yang disebut plak,
sehingga dapat memblokir atau menghalangi sama sekali aliran
pembuluh darah ke otak. Akibat terjadinya aterosklerosis ini
disebabkan oleh terbentuknya bekuan darah atau thrombus yang
teragregasi platelet pada dinding pembuluh darah dan akan
membentuk fibrin kecil yang menjadikan sumbatan atau plak pada
pembuluh darah, ketika arteri dalam otak buntu akibat plak
tersebut, menjadikan kompensasi sirkulasi dalam otak akan gagal
dan perfusi terganggu, sehingga akan mengakibatkan kematian sel
dan mengaktifkan banyak enzim fosfolipase yang akan memacu
mikroglia memproduksi nitrit oxside secara banyak dan pelepasan
sitokin pada daerah iskemik yang akan menyebabkan kerusakan
atau kematian sel.
Apabila bagian thrombus tadi terlepas dari dinding arteri dan
ikut terbawa aliran darah menuju ke arteri yang lebih kecil, maka
hal ini dapat menyebabkan sumbatan pada arteri tersebut, bagian
dari thrombus yang terlepas tadi disebut emboil.
b) Emboli
Hampir 20% stroke iskemik disebabkan oleh emboli yang
berasal dari jantung. Sekali stroke emboli dari jantung terjadi,
maka kemungkinan untuk rekuren relative tinggi. Resiko terjadi
11
stroke emboli dari jantung meningkat dengan bertambahnya umur,
karena meningkanya prevalensi fibrilasi atrial pada lansia.
Umumnya prognosis stroke kardioemboli memburuk dan
menyebabkan kecacatan yang lebih besar. Timbulnya perdarahan
otak tanpa tanda-tanda klinis memburuk dan terjadi 12-48 jam
setelah onset stroke emboli yang disertai infark besar.

2.4 Gambaran Klinis


Proses penyumbatan pembuluh darah otak mempunyai beberapa sifat klinis
yang spesifik :

1. Timbul mendadak. Timbulnya gejala mendadak dan jarang didahului oleh


gejala pendahuluan (warning signs) seperti sakit kepala, mual, muntah,
dan sebagainya.
2. Menunjukkan gejala neurologis kontraleteral terhadap pembuluh yang
tersumbat. Tampak sangat jelas pada penyakit pembuluh darah otak
system karotis dan perlu lebih teliti pada observasi sistem vertebra-basilar
meskipun prinsipnya sama.
3. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak
sedangkan pada stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.
Gangguan peredaran darah arteri serebri anterior menyebabkan
hemiparesis dan hemihipetesi kontralateral yang terutama melibatkan
tungkai

4. Gangguan peredaran darah arteri serebri media menyebabkan hemiparesis


dan hemihipestesi kontgralateral yang terutama mengenai lengan disertai
gangguan funsgi luhur berupa afasia (bila mengena area otak dominan)
atau hemispatial neglect (bila mengenai area otak nondominan)
5. Gangguan peredaran darah arteri serebri posterior menimbulkan
hemianopsi homonym atau kuadrantanopsi kontralateral tanpa disertai
gangguan motorik maupun sensorik. Gangguan daya ingat terjadi bila
infark pada lobus temporalis medial. Aleksia tanpa agrafia timbul bila
infark terjadi pada korteks visual dominan dan splenium korpus kolosum.
Agnosia dan prosopagnosia (ketidakmampuan mengenali wajah) timbul
akibat infark pada korteks temporooksipital inferior.
12
6. Gangguan peredaran darah batang otak menyebabkan gangguan saraf
cranial seperti disartri, diplopic dan vertigo gangguan serebelar, seperti
ataksia atau hilang keseimbangan atau penurunan kesadaran
7. Infark lakunar merupakan infark kecil dengan klinis gangguan murni
motorik atau sensorik tanpa disertai gangguan fungsi luhur.
8. Tanda rangsang meningeal : mual, muntah, fotofobia, kaku kuduk.

9. Serangan epileptic pada 6 % kasus SAH

2.5 Diagnosis

1. Anamnesis
Proses anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah
badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi
dengan baik. Keadaan ini timbul sangat mendadak, dapat sewaktu bangun
tidur, sedang bekerja, ataupun sewaktu istirahat.

2. Pemeriksaan fisik
Penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital seperti
tekanan darah kiri dan kanan, nadi, pernafasan, tentukan juga tingkat
kesadaran penderita. Jika kesadaran menurun, tentukan skor dengan skala
koma glasglow agar pemantauan selanjutnya lebih mudah, tetapi seandainya
penderita sadar tentukan berat kerusakan neurologis yang terjadi, disertai
pemeriksaan saraf – saraf otak dan motorik apakah fungsi komunikasi masih
baik atau adakah disfasia. Jika kesadaran menurun dan nilai skala koma
glasglow telah ditentukan, setelah itu lakukan pemeriksaan refleks – refleks
batang otak yaitu :
 Reaksi pupil terhadap cahaya.
 Refleks kornea.
 Refleks okulosefalik.
 Keadaan (refleks) respirasi, apakah terdapat pernafasan Cheyne
Stoke, hiperventilasi neurogen, kluster, apneustik dan ataksik.
Setelah itu tentukan kelumpuhan yang terjadi pada saraf – saraf

13
otak dan anggota gerak. Kegawatan kehidupan sangat erat
hubungannya dengan kesadaran menurun, karena makin dalam
penurunan kesadaran, makin kurang baik prognosis neurologis
maupun kehidupan. Kemungkinan perdarahan intra serebral dapat
luas sekali jika terjadi perdarahan – perdarahan retina atau
preretina pada pemeriksaan funduskopi.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cek laboratorium,
pemeriksaan neurokardiologi, pemeriksaan radiologi, penjelasanya adalah
sebagai berikut :
 Laboratorium
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan kimia darah lengkap
a. Gula darah sewaktu
Stroke akut terjadi hiperglikemia reaktif. Gula darah
dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian
berangsur – angsur kembali turun.
b. Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi
hati, enzim SGOT/SGPT/CPK, dan profil lipid
(trigliserid, LDH-HDL kolesterol serta total lipid).
3. Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap)

a. Waktu protrombin.

b. Kadar fibrinogen.

c. Viskositas plasma.
4. Pemeriksaan neurokardiologi
Sebagian kecil penderita stroke terdapat perubahan
elektrokardiografi. Perubahan ini dapat berarti kemungkinan mendapat
serangan infark jantung, atau pada stroke dapat terjadi perubahan –
perubahan elektrokardiografi sebagai akibat perdarahan otak yang
menyerupai suatu infark miokard. Pemeriksaan khusus atas indikasi
misalnya CK-MB follow up nya akan memastikan diagnosis. Pada
pemeriksaan EKG dan pemeriksaan fisik mengarah kepada kemungkinan
14
adanya potensial source of cardiac emboli (PSCE) maka pemeriksaan
echocardiografi terutama transesofagial echocardiografi (TEE) dapat
diminta untuk visualisasi emboli cardial.

5. Pemeriksaan radiologi
a. CT-scan otak
Perdarahan intraserebral dapat terlihat segera dan pemeriksaan ini
sangat penting karena perbedaan manajemen perdarahan otak dan
infark otak. Pada infark otak, pemeriksaan CT-scan otak mungkin
tidak memperlihatkan gambaran jelas jika dikerjakan pada hari –
hari pertama, biasanya tampak setelah 72 jam serangan. Jika
ukuran infark cukup besar dan hemisferik. Perdarahan/infark di
batang otak sangat sulit diidentifikasi, oleh karena itu perlu
dilakukan pemeriksaan MRI untuk memastikan proses patologik di
batang otak.
b. Pemeriksaan foto thoraks

1. Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat


pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke dan adakah
kelainan lain pada jantung.

2. Dapat mengidentifikasi kelainan paru yang potensial


mempengaruhi proses manajemen dan memperburuk
prognosis

15
BAB III

EPIDEMIOLOGI

3.1 Distribusi Penyakit

A. Orang (Person)
Person adalah kateristik dari individu yang mempengaruhi keterpaparan yang
mereka dapatkan dan susceptibilitasnya terhadap penyakit. Karakteristik dari
person ini bisa berupa faktor genetik, umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan,
dan status sosial.
 Genetik
Stroke juga terkait dengan keturunan. Gaya dan pola hidup keluarga dapat
mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil)
mungkin merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan
faktor risiko stroke lainnya. Tetapi ada beberapa penelitian mengatakan
bahwa faktor keturunan Faktor genetik yang sangat berperan antara lain
adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung diabetes dan cacat pada
bentuk pembuluh darah.belum dapat dipastikan gen mana penentu
terjadinya stroke.
 Jenis Kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke dari pada wanita. Tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke.
Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi dan pada wanita. Tetapi serangan
stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan
hidup lebih tinggi. Sementara, wanita lebih berpotensi terserang stroke

16
pada usia lanjut hingga kemungkinan meninggal karena penyakit itu lebih
besar.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa prevalensi penyakit stroke antara
perempuan dan laki-laki hanya memiliki selisih yang sedikit, hal ini
menunjukkan bahwa pada tahun 2018 laki-laki dan perempuan memiliki
peluang yang sama terkena penyakit stroke, walaupun sesungguhnya
masih memiliki selisih dimana yang berjenis kelamin paling banyak
menderita penyakit stroke.

 Pekerjaan
Jenis pekerjaan mempengaruhi terjadinyat stroke berkaitan dengan apakah
pekerjaan yang dilakukan mengeluarkan tenaga yang kuat/berlebih atau
tidak. Orang yang bekerja di kantor lebih berisiko terkena stroke daripada
yang bekerja sebagai buruh. Begitupun dengan orang yang tidak bekerja
beresiko lebih besar dari orang yang bekerja sebagai buruh.

17
Sumber: Riskesdas. 2018

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa prevalensi kasus penyakit stroke
tertinggi terdapat menurut jenis pekerjaan terdapat pada yang tidak
memiliki pekerjaan yaitu sebesar 21,8 permil, dan terendah pada mereka
yang bersekolah yaitu 1,1 permil. Artinya bahwa penyakit stroke
cenderung menyerang mereka yang usia tua yang notabene tidak memiliki
pekerjaan ataupun pension.

 Umur
Semakin bertambah usia, semakin tinggi risiko untuk mendapat kan
serangan stroke. Setelah berusia 55 tahun, risiko stroke berlipat ganda.
Dua per tiga serangan stroke terjadi pada orang berusia di atas 65 tahun.
Tetapi tidak berarti hanya pada orang lanjut usia, stroke dapat menyerang
semua kelompok umur. Menurut Schutz penderita yang berumur antara
70-79 tahun banyak menderita perdarahan intracranial.

18
Sumber: Riskesdas. 2018

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa prevalensi tertinggi menurut


kelompok umur terdapat pada golongan umur 75 tahun keatas. Swdangkan
terendah pada kelompok umur 14-4 tahun yaitu 0,6 permil. Grafik diatas
juka menunjukkan bahwa tren penakit stroke paling banyak pada usia 55
tahun keatas.

 Status sosial ekonomi


Status sosial ekonomi seseorang biasanya juga akan berpengaruh terhadap
timbulnya penyakit stroke. Individu yang mempunyai status sosial-
ekonomi yang tinggi cenderung lebih sering memanjakan tubuh dengan
mengkonsumsi makanan dengan kadar kolesterol, kadar gula, dan nutrisi
yang berlebih. Hal ini akan berbanding terbalik dengan individu yang
status sosial-ekonominya rendah. Sehingga resiko penyakit stroke akan
cenderung terjadi pada individu atau masyarakat yang status sosial-
ekonominya tinggi. Tetapi perlu diingat bahwa masyarakat dengan status
sosial-ekonomi rendah pun bisa terkena stroke, karena rokok yang
merupakan salah satu penyebab penyakit stroke rata-rata dikonsumsi oleh
mereka dari golongan ke bawah.
 Kebiasaan
Bila dilihat dari segi kebiasaan atau gaya hidup maka hal ini juga akan
sangat berkaitan dengan sosial ekonomi individu tersebut. Adanya
kebiasaan individu untuk selalu mengkonsumsi makanan, minuman, obat-
obatan, ataupun rokok yang memang bisa menjadi pencetus stroke tentu
akan lebih mempercepat seseorang untuk menderita penyakit stroke.

 Pendidikan
Dari segi pendidikan orang yang beresiko terkena stroke adalah mereka
yang memiliki tingkat pendidikn rendah, hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan, serta gaya hidup yang cenderung tidak sehat, yang memicu
timbulnya penyakit stroke.Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka semakin semakin rendah resiko terserang penyakit stroke.

19
Sumber: Riskesdas.2018

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa prevalensi penyakit stroke


menurut tingkat pendidikan paling tinggi terdapat pada tidak/belum pernah
sekolah yaitu sebesar 12,2 permil dan palin terendah pada tamat
SLTP/MA. Berarti dpat disimpulkan bahwa yang paling banyak terserang
stroke adalah mereka yang memiliki tingkat pendidikn rendah, hal ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan, serta gaya hidup yang cenderung
tidak sehat, seperti merokok, minum alcohol dan lain-lain.

B. Tempat (place)
Epidemiologi juga tertarik terhadap tempat kejadian. Faktor tempat ini berkaitan
degan karakteristik geografis. Perbedaan ditribusi penyakit menurut tempat ini
memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit yang dapat menjadi pegangan
dalam mencari faktor-faktor lain yang belum diketahui.
Penyakit stroke ini terkadang dianalogikan sebagai penyakitnya orang kaya,
karena memang rata-rata menyerang mereka yang memiliki status sosial-ekonomi
tinggi. Sehingga penyakit ini rata-rata menyerang masyarakat di perkotaan, yang
juga memiliki gaya hidup yang sering terkesan hura-hura dengan mengkonsumsi
makanan junk food, alcohol, dll. Selain dikaitkan dengan tingkat sosial-ekonomi
tersebut seperti yang kita ketahui bahwa dari segi lingkungan perkotaan, memang
akan mendukung terjadinya beberapa penyakit degeneratif khususnya stroke.
Tingkat polusi udara yang tinggi dengan berjuta-juta polutan setiap detiknya yang
bersifat karsinogenik dan mengandung bahan kimia berbahaya, bila setiap waktu

20
terus-menerus menumpuk dan terakumulasi dalam tubuh tentu akan lebih
mempercepat seseorang terjangkit penyakit stroke.
Dibandingkan dengan kondisi alam pedesaan yang memiliki udara sejuk, tingkat
polusi udara rendah, dan makanan yang rata-rata masih alami tentu resiko
terjangkit stroke akan berbeda dengan masyarakat kota.

C. Waktu (time)
Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau tahun.
Informasi waktu bisa menjadi pedoman tentang kejadian yang timbul dalam
masyarakat. Misalnya banyaknya kelahiran dalam setahun dapat menunjukkan
keberadaan faktor-faktor terkait lainnya seperti banyaknya perkawinan dan
perceraian, banyaknya anak yang diinginkan, keadaan ekonomi, migrasi yang
terjadi, pelayanan abortus yang ada, dan Progarm Keluarga Berencana. Bila
dikaitkan antara waktu dengan angka kejadian stroke di suatu wilayah memang
terkadang sering diabaikan. Padahal memiliki hubungan yang cukup erat terhadap
kejadian stroke.
Misalnya saja untuk beberapa negara tertentu terdapat beberapa tradisi
kebudayaan yang dikaitkan juga dengan kesehatan. Contohnya di Negara
Amerika terdapat perayaan Thank’s Giving dan Indonesia terdapat perayaan hari-
hari besar agama seperti Hari Raya Lebaran bagi umat Islam dan Natal untuk
umat Nasrani. Dalam perayaan-perayaan hari-hari besar tersebut biasanya
masyarakat mengkonsumsi makanan-makanan yang banyak mengandung
kolesterol, gula, dan nutrisi yang berlebih bagi tubuh. Sehingga untuk waktu-
waktu tersebut resiko seseorang untuk terserang penyakit stroke akan lebih tinggi
dibandingkan dengan hari-hari biasa.

3.2 Determinan penyakit

Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:

a) Stroke iskemik.

Sekitar 80% stroke adalah jenis stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika
pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami
21
penyempitan atau terhambat, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat
berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi
lagi ke dalam 2 jenis, di antaranya:

 Stroke trombotik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di
salah satu pembuluh darah arteri yang memasok darah ke otak. Pembentukan
gumpalan darah ini disebabkan oleh timbunan lemak atau plak yang
menumpuk di arteri (aterosklerosis) dan menyebabkan menurunnya aliran
darah.

 Stroke embolik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah atau
gumpalan yang terbentuk di bagian tubuh lain, umumnya jantung, terbawa
melalui aliran darah dan tersangkut di pembuluh darah otak, sehingga
menyebabkan arteri otak menyempit. Jenis gumpalan darah ini disebut
embolus. Salah satu gangguan irama jantung, yaitu fibrilasi atrium, sering
menyebabkan stroke embolik.

b) Stroke hemoragik.

Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan
perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang
memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi:

 Hipertensi yang tidak terkendali.

 Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma otak).

 Pengobatan dengan antikoagulan (pengencer darah).

Ada dua jenis stroke hemoragik, antara lain:

 Perdarahan intraserebral.

22
Perdarahan intraserebral adalah kondisi ketika terjadi kebocoran pada
pembuluh darah yang menyuplai jaringan otak pada pembuluh darah yang
menyuplai jaringan otak. Pendarahan intraserebral dapat menyebabkan
kerusakan otak secara permanen.
Pada perdarahan intraserebral, pembuluh darah di otak pecah dan
menumpahkan isinya ke jaringan otak di sekitarnya, sehingga merusak sel
otak. Pendarahan intraserebral biasanya muncul secara tiba – tiba.
Perdarahan intrasebral tidak seperti stroke iskemik, tetapi pendarahan
intraserebral memiliki dampak yang lebih serius.

 Perdarahan subarachnoid.

Perdarahan subarachnoid adalah salah satu jenis stroke yang terjadi akibat
adanya perdarahan pada ruang subarachnoid, yang berada di lapisan
pelindung otakn atau meningen, akibat pecah atau rusaknya pembuluh
darah pada selaput meningen.
Pada perdarahan subarachnoid, pembuluh darah arteri yang berada dekat
permukaan otak, pecah dan menumpahkan isinya ke rongga subarachnoid,
yaitu ruang antara permukaan otak dan tulang tengkorak.

3.3 Frekuensi penyakit stroke


Besarnya masalah kesehatan yaitu penyakit stroke dapat diketahui dengan
melihat prevalensi dari penyakit stroke. Menurut Riskesdas 2013 Prevalensi
penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis tenaga kesehatan serta yang
didiagnosis tenaga kesehatan berdasarkan gejala meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, tertinggi pada umur ≥75 tahun (43,1‰ dan 67,0‰).
Prevalensi stroke yang terdiagnosis tenaga kesehatan maupun berdasarkan
diagnosis gejala sama tinggi pada laki-laki dan perempuan.
Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan
pendidikan rendah baik yang didiagnosis tenaga kesehatan (16,5‰) maupun
diagnosis tenaga kesehatan berdasarkan gejala (32,8‰). Prevalensi stroke di kota
lebih tinggi dari di desa, baik berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (8,2‰)

23
maupun berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan berdasarkan gejala (12,7‰).
Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bekerja baik yang didiagnosis
tenaga kesehatan (11,4‰) maupun yang didiagnosis tenaga kesehatan
berdasarkan gejala (18‰). Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis atau gejala
lebih tinggi pada kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah
masing masing 13,1 dan 12,6 per mil.
Menurut Riskasdes 2018 prevalensi stroke berdasarkan umur, jenis
kelamin, pekerjaan, serta wilayah tidak jauh berbeda dengan prevalensi pada
tahun 2013. Untuk umur 75+ (50,2‰), jenis kelamin laki-laki (11,9‰) sedangkan
perempuan (10,9‰), berdasarkan tingkat pekerjaan lebih banyak yang tidak
bekerja (21,8‰), serta berdasarkan wilayah lebih tinggi pada perkotaan (12,6‰)
sedangkan pedesaan (8,8‰).
Untuk perbandingan frekuensi 2013 dengan 2018 skala nasional
berdasarkan prevalensi stroke untuk 2013 adalah 12,1 per 1000 penduduk.
Sedangkan pada Riskasdes 2018 prevalensi stroke 10,9 per 1000 penduduk,
tertinggi di provinsi Kalimantan Timur (14,7 per 1000 penduduk), terendah di
Provinsi Papua (4,1 per 1000 penduduk).

24
BAB IV

PENANGGULANGAN

4.1 Pengobatan penyakit

A. Pengobatan Stroke Iskemik Akut

1. Terapi non farmakologi

a) Pembedahan (Surgical Intervention)


Pembedahan yang dilakukan meliputi carotid endarcerectomy, dan
pembedahan lain. Tujuan terapi pembedahan adalah mencegah
kekambuhan TIA dengan menghilangkan sumber oklusi.
Carotidendarterectomy diindikasikan untuk pasien dengan stenois
lebih dari 70%.
b) Intervensi Endovaskuler
Intervensi Endovaskuler terdiri dari : angioplasty and stenting,
mechanical clot distruption dan clot extraction. Tujuan dari
intervensi endovaskuler adalah menghilangkan trombus dari arteri
intrakarnial.
2. Terapi Farmakologi
Pendekatan terapi pada stroke akut adalah menghilangkan sumbatan pada
aliran darah dengan menggunakan obat. Terapi yang dilakukan
antara lain :
a) Terapi Suportif dan Terapi Komplikasi Akut
1. Pernafasan, Ventilatory support dan suplementasi oksigen.
2. Pemantauan temperatur.
3. Terapi dan pemantauan fungsi jantung.
4. Pemantauan tekanan darah arteri (hipertensi atau hipotensi).
5. Pemantauan kadar gula darah (hipoglikemia atau hiperglikemia)

25
b) Terapi Trombolitik
1. Trombolitik Intravena
Terapi trombolitik intravena terdiri dari pemberian
Recombinant Tissue Plasminogen Activator (rtPA), pemberian
agen trombolitik lain dan enzim defibrogenating. Pemberian
rtPA dapat meningkatkan perbaikan outcame dalam 3 bulan
setelah serangan stroke apabila diberikan pada golden period
yaitu dalam onset 3 jam. rtPA memiliki mekanisme aksi
mengaktifkan plasmin sehingga melisiskan tromboemboli.
Penggunaan rtPA harus dilakukan dengan hati-hati karena
dapat menimbulkan resiko perdarahan. Agen trombolitik yang
lain seperti streptokinase, tenecteplase, reteplase, urokinase,
anistreplase dan staphylokinase masih prlu dikaji secara luas
(Ikawati, 2014).
2. Trombolitik Intraarteri
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan outcame terapi stroke
dengan perbaikan kanal middle cerebral artery (MCA). Contoh
agen trombolitik intrarteri adalah prourokinase (Ikawati, 2014)

3. Terapi Antiplatelet
Terapi antiplatelet bertujuan untuk meningkatkan kecepatan rekanalisasi
spontan dan perbaikan mikrovaskuler. Agen antiplatelet ada oral dan
intravena. Contoh agen atiplatelet oral yaitu aspirin, clopidogrel,
dipiridamol-aspirin (ASA), tiklopidin. Agen antiplatelet intravena adalah
platelet glikopotein IIb/IIIa,
abvicimab intravena.
4. Terapi Antikoagulan
Terapi antikoagulan bertujuan mencegah kekambuhan stroke secara dini
dan meningkatkan outcame secara neurologis. Contoh agen atikoagulan
adalah heparin, unfractionated heparin, lowmolecular-weight heparins
(LMWH), heparinoids warfarin (Ikawati, 2014).

26
B. Stroke hemoragik
1. Terapi Non Farmakologi
Pembedahan (Surgical Intervention), contoh pembedahan nya adalah carotid
endarcerectomy dan carotid stenting. Pembedahan hanya efektif bila lokasi
perdarahan dekat dengan permukaan otak.
2. Terapi farmakologi
a) Terapi suportif dengan infus manitol bertujuan untuk mengurangi
edema disekitar perdarahan.
b) Pemberian Vit K dan fresh frozen plasma jika perdarahannya
karena komplikasi pemberian warfarin.
c) Pemberian protamin jika perdarahannya akibat pemberian heparin.
d) Pemberian asam traneksamat jika perdarahnnya akibat komplikasi
pemberian trombolitik (Ikawati, 2014)

4.2 Pencegahan penyakit stroke


Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder.
Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum
pernah terkena stroke. Pencegahan sekunder ditujukan untuk mereka yang pernah
terkena stroke termasuk TIA. (Wahjoepramono, 2005).

Pencegahan terjadinya stroke harus dilakukan sepanjang masa. Dengan


bertambahnya usia, kemungkinan untuk terserang stroke. Oleh karena itu, harus
diusahakan untuk selalu mengurangi atau menghilangkan berbagai faktor resiko,
terutama dengan melakukan diet dan olahraga secara teratur. (Wirakusumah,
2001).

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan
mengatasi berbagai factor resiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat
maupun kelompok resiko tinggi yang belum pernah terserang stroke.

27
Menurut (Wahjoepramono, 2005), pencegahan primer dapat dilakukan dengan
modifikasi gaya hidup yang meliputi :
a) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal
b) Pola makan yang tidak memicu hipertensi : mengkonsumsi buah-
buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak serta mengurangi
konsumsi lemak jenuh.
c) Diet rendah garam : mengurangi intake garam <100 mmol per hari
(2,4 g Na atau 6 g NaCl).
d) Aktivitas fisik : aktivitas fisik rutin seperti jalan santai minimal 30
menit per hari.

Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer pada
penyakit stroke:

a. Mengatur pola makan yang sehat


b. Melakukan olah raga yang teratur
c. Menghentikan rokok
d. Menghindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat
e. Memelihara berat badan
f. Menghentikan Pemakaian kontrasepsi oral
g. Penanganan Stress dan Beristirahat Cukup
h. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Teratur dan Taat
Nasihat Dokter dalam hal Diet dan Obat

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan melalui pengobatan pada faktor risiko. Ini
dilakukan melalui terapi obat untuk mengatasi penyakit dasarnya, seperti
penyakit jantung, diebetes, hipertensi dengan obatobatan seperti obat
antihipertensi, antihiperlipidemik, antidiabetes.

28
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkn kematian, disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak. Stroke dapat dibedakan menjadi dua yaitu Stroke
Hemoragik dan stroke ikemik. Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah
perdarahan yang tidak terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan
membunuh sel otak, sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik. Jenis
perdarahan (stroke hemoragik), disebabkan pecahnya pembuluh darah otak,
sedangkan stroke ikemik adalah stroke yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba tiba terganggu oleh oklusi. Penyakit serebrovaskular iskemik
terutama disebabkan oleh trombosis, emboli dan hipoperfusi fokal, yang
semuanya dapat menyebabkan penurunan atau gangguan dalam aliran darah otak
(CBF) yang mempengaruhi fungsi neurologis akibat perampasan glukosa dan
oksigen.
Faktor risiko yang mempengaruhi penyakit stroke dibedakan menjadi dua yaitu
faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. untuk mendiagnosis
penyakit stroke dilakukan dengan berbagai cara antara lain anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta pemeriksaan neurokardiologi,
pemeriksaan radiologi.
Untuk perbandingan frekuensi 2013 dengan 2018 skala nasional
berdasarkan prevalensi stroke untuk 2013 adalah 12,1 per 1000 penduduk.

29
Sedangkan pada Riskasdes 2018 prevalensi stroke 10,9 per 1000 penduduk,
tertinggi di provinsi Kalimantan Timur (14,7 per 1000 penduduk), terendah di
Provinsi Papua (4,1 per 1000 penduduk).

5.2 Saran
Penyakit stroke dari tahun ke tahun cenderung meningkat dikarenakan majunya
zaman, yang menyebabkan segala bentuk aktifitas dilakukan dengan instan. Hal
inilah yang menyebabkan meningkatnya penyakit stroke.
Oleh karena itu kami menyarankan agar:
1. Menjaga pola makan
2. Olahraga secara teratur
3. Berhenti merokok
4. Hindari konsumsi minuman beralkohol
5. Hindari penggunaan NAPZA

Semoga pembaca dapat mengikuti saran yang kami sampaikan, agar dapat
mengurangi faktor risiko terjadinya penyakit stroke serta dapat mengurangi
angka kematian akibat stroke.

30
DAFTAR PUSTAKA

Akbar,Hairil.2018.Pengantar Epidemiologi.Bandung: PT Refika Aditama.

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar;Riskesdas. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI
Balitbang Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar ;Riskesdas. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
https://www.alodokter.com/stroke/penyebab (diakses pada tanggal 01 Februari 17.32
WITA)

https://www.academia.edu/15703422/Ruang_Lingkup_Penyakit_Stroke (diakses tanggal


01 Februari 2020, 18.16 WITA)

https://id.scribd.com/doc/50588184/STROKE-EPID-2003 (diakses pada tangga 01


Februari 2020, 17.00 WITA)

https://www.cdc.gov/dpdx/stroke /index.html(diakses pada tanggal 01 Februari 2020,

31
32
33

Anda mungkin juga menyukai