Eptm BLM Revisi
Eptm BLM Revisi
“ STROKE ”
OLEH KELOMPOK 10 :
KUPANG
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan perkenanan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penyakit Stroke” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Epidemilogi
Penyakit Tidak Menular yang diberikan.
Dalam penyelesaian Makalah ini, banyak pihak yang turut terlibat baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada teman-teman
dan segenap pihak yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang tulus serta
yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan kritik konstruktif demi
penyempurnaan makalah ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa meskipun makalah ini diupayakan sedemikian
rupa agar dapat mempersembahkan yang terbaik, namun sebagai insan yang memiliki
keterbatasan tentunya ada saja ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu, segala saran, masukan
dan kritikan yang membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah kami.
Semoga makalah ini dapat berguna dan menjadi referensi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................3
2.1 Defenisi......................................................................................................................3
2.2 Faktor resiko penyakit stroke................................................................................3
2.3 Patofisiologi penyakit stroke..............................................................................8
2.4 Gambaran Klinis...............................................................................................12
2.5 Diagnosis............................................................................................................13
BAB III..............................................................................................................................16
EPIDEMIOLOGI............................................................................................................16
3.1 Distribusi Penyakit.................................................................................................16
3.2 Determinan penyakit..............................................................................................21
3.3 Frekuensi penyakit stroke.....................................................................................23
BAB IV..............................................................................................................................25
PENANGGULANGAN...................................................................................................25
4.1 Pengobatan penyakit..............................................................................................25
4.2 Pencegahan penyakit stroke.............................................................................27
BAB V...............................................................................................................................29
PENUTUP.........................................................................................................................29
5.1 Kesimpulan............................................................................................................29
5.2 Saran........................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui definisi, faktor
risiko,patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, epidemiologi serta penanggulangan
dari penyakit stroke.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Definisi stroke menurut menurut WHO (World Health Organization)
adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan
tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam, atau dapat menimbulkn kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak.
Stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Kurang lebih 83% dari seluruh kejadian stroke berupa stroke iskemik, dan kurang
lebih 51% stroke disebabkan oleh trombosis arteri, yaitu pembentukan bekuan
darah dalam arteri serebral akibat proses aterosklerosis. Trombosis dibedakan
menjadi dua subkategori, yaitu trombosis pada arteri besar (meliputi arteri karotis,
serebri media dan basilaris), dan trombosis pada arteri kecil. Tiga puluh persen
stroke disebabkan trombosis arteri besar, sedangkan 20% stroke disebabkan
trombosis cabang-cabang arteri kecil yang masuk ke dalam korteks serebri
(misalnya arteri lentikulostriata, basilaris penetran, medularis) dan yang
menyebabkan stroke trombosis adalah tipe lakuner. Kurang lebih 32% stroke
disebabkan oleh emboli, yaitu tertutupnya arteri oleh bekuan darah yang lepas dari
tempat lain di sirkulasi. Stroke perdarahan frekuensinya sekitar 20% dari seluruh
kejadian stroke (Washington University, 2011).
3
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a. Usia
Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia,
termasuk anak-anak. Kejadian penderita stroke iskemik biasanya
berusia lanjut (60 tahun keatas) dan resiko stroke meningkat
seiring bertambahnya usia dikarenakan mengalaminya degeneratif
organ-organ dalam tubuh.
Status umur berpengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu. Semakin
bertambah umur maka penalaran dan pengetahuan semakin
bertambah. Tingkat kematangan seseorang merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan dimana
individu yang matang mempunyai daya adaptasi yang besar
terhadap stresor yang muncul. Sebaliknya individu yang
berkepribadian tidak matang akan bergantung dan peka terhadap
rangsangan sehingga sangat mudah mengalami gangguan
kecemasan. Berikut kategori umur menurut depkes RI (2009) :
Usia muda 18-40 tahun
Usia tua 41-65 tahun
b. Jenis kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke pada
usia dewasa awal dibandingkan dengan wanita dengan
perbandingan 2:1. Insiden stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan rata-rata 25%-30% Walaupun para
pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang lebih muda, tetapi
para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai
menopause. Hal ini, hormon merupakan yang berperan dapat
melindungi wanita sampai mereka melewati masa-masa
melahirkan anak. Usia dewasa awal (18-40 Tahun) perempuan
memiliki peluang yang sama juga dengan laki-laki untuk terserang
stroke. Hal ini membuktikan bahwa resiko laki-laki dan perempuan
untuk terserang stroke pada usia dewasa awal adalah sama. Pria
4
memiliki risiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intra
sereberal lebih tinggi sekitar 20% daripada wanita. Namun, wanita
memiliki resiko perdarahan subaraknoid sekitar 50%. Sehingga
baik jenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki peluang
yang sama untuk terkena stroke pada usia dewasa awal 18-40
Tahun.
c. Genetic (herediter)
Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa faktor genetic
juga merupakan faktor risiko terjadinya penyakit stroke. Akan
tetapi sampai saat ini belum diketahui pasti gen mana yang dapat
menyebabkan stroke.
b. Hiperkolestrolemia
5
Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentuk kolesterol
sekitar 1000 mg setiap hari dari lemak jenuh. Selain itu, tubuh
banyak dipenuhi kolesterol jika mengkonsumsi makanan berbasis
hewani, kolesterol inilah yang menempel pada permukaan dinding
pembuluh darah yang semakin hari semakin menebal dan dapat
menyebabkan penyempitan dinding pembuluh darah yang disebut
aterosklerosis. Bila di daerah pembuluh darah menuju ke otot
jantung terhalang karena penumpukan kolesterol maka akan terjadi
serangan jantung. Sementara bila yang tersumbat adalah pembuluh
darah pada bagian otak maka sering disebut stroke.
Kolestrol merupakan zat di dalam aliran darah di mana semakin
tinggi kolestrol semakin besar kolestrol tertimbun pada dinding
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan saluran pembuluh darah
menjadi lebih sempit sehingga mengganggu suplai darah ke otak.
Hiperkolestrol akan meningkatkanya LDL (lemak jahat) yang akan
mengakibatkan terbentuknya arterosklerosis yang kemudian diikuti
dengan penurunan elastisitas pembuluh darah yang akan
menghambat aliran darah.
d. Penyakit Jantung
Penyakit atau kelainan jantung dapat mengakibatkan iskemia pada
otak. Ini disebabkan karena denyut jantung yang tidak teratur dapat
menurunkan total curah jantung yang mengakibatkan aliran darah
di otak berkurang (iskemia). Selain itu terjadi pelepasan embolus
yang kemudian dapat menyumbat pembuluh darah otak. Ini disebut
dengan stroke iskemik akibat trombosis. Seseorang dengan
penyakit atau kelainan jantung beresiko terkena atroke 3 kali lipat
dari yang tidak memiliki penyaki atau kelainan jantung.
e. Obesitas
Obesitas merupakan faktor predisposisi penyakit kardiovaskuler
dan stroke. Jika seseorang memiliki berat badan yang berlebihan,
maka jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke
seluruh tubuh, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.
Obesitas dapat juga mempercepat terjadinya proses aterosklerosis
pada remaja dan dewasa muda. Oleh karena itu, penurunan berat
badan dapat mengurangi risiko terserang stroke. Penurunan berat
badan menjadi berat badan yang normal merupakan cerminan dari
aktivitas fisik dan pola makan yang baik.
f. Merokok
Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke yang lebih banyak
terjadi pada usia dewasa awal dibandingkan lebih tua. Risiko
stroke akan menurun setelah berhenti merokok dan terlihat jelas
dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok.Perlu diketahui
7
bahwa merokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal
darah) lebih banyak sehingga merangsang timbulnya
aterosklerosis. Arteriskle rosis dapat menyebabkan pembuluh
darah menyempit dan aliran darah yang lambat karena terjadi
viskositas (kekentalan). Sehingga dapat menimbulkan tekanan
pembuluh darah atau pembekuaan darah pada bagian dimana aliran
melambat dan menyempit. Merokok meningkatkan juga oksidasi
lemak yang berperan pada perkembangan arteriskelorosis dan
menurunkan jumlah HDL (kolestrol baik) atau menurunkan
kemampuan HDL dalam menyingkirkan kolesterol LDL yang
berlebihan.
8
Tujuan utama dari intervensi adalah untuk memulihkan aliran darah normal
otak sesegera mungkin dan melindungi neuron karena mengganggu atau
memperlambat cascade iskemik. Studi menggunakan magnetic Resonance
Imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET) menunjukkan bahwa
iskemia akan cepat menghasilkan kerusakan jaringan otak yang permanen
(ischemic core) dan dikelilingi oleh hipoksia tetapi berpotensi untuk diselamatkan
(penumbra) bila segera dilakukan intervensi secepat mungkin.
Otak sangat bergantung kepada oksigen dan otak tidak mempunyai cadangan
oksigen apabila tidak adanya suplai oksigen maka metabolism di otak mengalami
perubahan, kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam waktu 3
sampai 10 menit. Iskemia dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan
berakibat menjadi infark otak yang disertai odem otak sedangkan bagian tubuh
yang terserang stroke secara permanen akan tergantung kepada daerah otak mana
yang terkena. Stroke itu sendiri disebabkan oleh adanya arterioskelorosis (Junaidi,
2011).
a. Stroke Hemoragik
Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang
tidak terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan
membunuh sel otak, sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik. Jenis
perdarahan (stroke hemoragik), disebabkan pecahnya pembuluh darah
otak, baik intracranial maupun subarkhnoid. Pada perdarahan intracranial,
pecahnya pembuluh darah otak dapat karena berry aneurysm akibat
hipertensi tak terkontrol yang mengubah morfologi arteriol otak atau
pecahnya pembuluh darah otak karena kelainan kongenital pada pembuluh
darah otak tersebut. Perdarahan subrakhnoid disebabkan pecahnya
9
aneurysma congenital pembuluh arteri otak di ruang subrakhnoidal
( Misbach, 2007).
b. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-
tiba terganggu oleh oklusi. Penyakit serebrovaskuler iskemik terutama
disebabkan oleh thrombosis, emboli dan hipoperfusi fokal, yang semuanya
dapat menyebabkan penurunan atau gangguan dalam aliran darah otak
(CBF) yang mempengaruhi fungsi neurologis akibat perampasan glukosa
dan oksigen. Sekitar 45% dari stroke iskemik disebabkan oleh thrombus
arteri kecil atau besar, 20% adalah emboli berasal, dan lain-lain memiliki
penyebab yang tidak diketahui. Stroke iskemik fokal disebabkan oleh
gangguan aliran darah arteri ke daerah tergantung dari parenkim otak oleh
trombus atau embolus. Dengan kata lain, stroke iskemik didefenisikan
sebagai onset akut, (menit atau jam), dari defisit neurologis fokal
konsisten dengan lesi vascular yang berlangsung selama lebih dari 24 jam.
Stroke iskemik adalah penyakit yang kompleks dengan beberapa
etiologi dan manifestasi klinis. Dalam waktu 10 detik setelah tidak ada
aliran darah ke otak, maka akan terjadi kegagalan metabolism jaringan
otak. EEG menunjukkan penurunan aktivitas listrik dan secara klinis otak
mengalami disfungsi. Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka
oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk pembentukan ATP akan
menurun, akan terjadi penurunan Na+ K+ ATP- ase, sehingga membrane
potensial akan menurun. 13 K+ berpindah ke ruang ekstraseluler,
sementara ion Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini menyebabkan
permukaan sel menjadi lebih negative. Sehingga terjadi membrane
depolarisasi. Saat awal depolarisasi membrane sel masih reversible, tetapi
bila menetap terjadi perubahan structural ruang menyebabkan kematian
jaringan otak. Keadaan ini terjadi segera apabila perfusi menurun dibawah
ambang batas kematian jaringan, yaitu bila aliran darah berkurang hingga
dibawah 10 ml/100 gr/ menit. Akibat kekurangan ksigen terjadi asidosis
yang menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim, karena tingginya ion
H. selanjutnya asidosis menimbulkan edema serebral yang ditandai
10
pembengkakan sel, terutama jaringan glia, dan berakibat terhadap
mikrosirkulasi. Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi vaskuler dan
kemudian penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadi perluasan
daerah iskemik.
Terdapat 2 patologi utama stroke iskemik :
a) Trombosis
Aterosklerosis adalah salah satu obstruksi vascular yang terjadi
akibat perubahan patologis pada pembuluh darah, seperti hilangnya
elastisitas dan menyempitnya lumen pembuluh darah. Proses
aterosklerosis ini lebih mudah terjadi pada pembuluh darah arteri
karena arteri lebih banyak memiliki sel otot polos dibandingkan
vena. Proses aterosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang
terjadi secara lambat pada dinding arteri yang disebut plak,
sehingga dapat memblokir atau menghalangi sama sekali aliran
pembuluh darah ke otak. Akibat terjadinya aterosklerosis ini
disebabkan oleh terbentuknya bekuan darah atau thrombus yang
teragregasi platelet pada dinding pembuluh darah dan akan
membentuk fibrin kecil yang menjadikan sumbatan atau plak pada
pembuluh darah, ketika arteri dalam otak buntu akibat plak
tersebut, menjadikan kompensasi sirkulasi dalam otak akan gagal
dan perfusi terganggu, sehingga akan mengakibatkan kematian sel
dan mengaktifkan banyak enzim fosfolipase yang akan memacu
mikroglia memproduksi nitrit oxside secara banyak dan pelepasan
sitokin pada daerah iskemik yang akan menyebabkan kerusakan
atau kematian sel.
Apabila bagian thrombus tadi terlepas dari dinding arteri dan
ikut terbawa aliran darah menuju ke arteri yang lebih kecil, maka
hal ini dapat menyebabkan sumbatan pada arteri tersebut, bagian
dari thrombus yang terlepas tadi disebut emboil.
b) Emboli
Hampir 20% stroke iskemik disebabkan oleh emboli yang
berasal dari jantung. Sekali stroke emboli dari jantung terjadi,
maka kemungkinan untuk rekuren relative tinggi. Resiko terjadi
11
stroke emboli dari jantung meningkat dengan bertambahnya umur,
karena meningkanya prevalensi fibrilasi atrial pada lansia.
Umumnya prognosis stroke kardioemboli memburuk dan
menyebabkan kecacatan yang lebih besar. Timbulnya perdarahan
otak tanpa tanda-tanda klinis memburuk dan terjadi 12-48 jam
setelah onset stroke emboli yang disertai infark besar.
2.5 Diagnosis
1. Anamnesis
Proses anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah
badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi
dengan baik. Keadaan ini timbul sangat mendadak, dapat sewaktu bangun
tidur, sedang bekerja, ataupun sewaktu istirahat.
2. Pemeriksaan fisik
Penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital seperti
tekanan darah kiri dan kanan, nadi, pernafasan, tentukan juga tingkat
kesadaran penderita. Jika kesadaran menurun, tentukan skor dengan skala
koma glasglow agar pemantauan selanjutnya lebih mudah, tetapi seandainya
penderita sadar tentukan berat kerusakan neurologis yang terjadi, disertai
pemeriksaan saraf – saraf otak dan motorik apakah fungsi komunikasi masih
baik atau adakah disfasia. Jika kesadaran menurun dan nilai skala koma
glasglow telah ditentukan, setelah itu lakukan pemeriksaan refleks – refleks
batang otak yaitu :
Reaksi pupil terhadap cahaya.
Refleks kornea.
Refleks okulosefalik.
Keadaan (refleks) respirasi, apakah terdapat pernafasan Cheyne
Stoke, hiperventilasi neurogen, kluster, apneustik dan ataksik.
Setelah itu tentukan kelumpuhan yang terjadi pada saraf – saraf
13
otak dan anggota gerak. Kegawatan kehidupan sangat erat
hubungannya dengan kesadaran menurun, karena makin dalam
penurunan kesadaran, makin kurang baik prognosis neurologis
maupun kehidupan. Kemungkinan perdarahan intra serebral dapat
luas sekali jika terjadi perdarahan – perdarahan retina atau
preretina pada pemeriksaan funduskopi.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cek laboratorium,
pemeriksaan neurokardiologi, pemeriksaan radiologi, penjelasanya adalah
sebagai berikut :
Laboratorium
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan kimia darah lengkap
a. Gula darah sewaktu
Stroke akut terjadi hiperglikemia reaktif. Gula darah
dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian
berangsur – angsur kembali turun.
b. Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi
hati, enzim SGOT/SGPT/CPK, dan profil lipid
(trigliserid, LDH-HDL kolesterol serta total lipid).
3. Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap)
a. Waktu protrombin.
b. Kadar fibrinogen.
c. Viskositas plasma.
4. Pemeriksaan neurokardiologi
Sebagian kecil penderita stroke terdapat perubahan
elektrokardiografi. Perubahan ini dapat berarti kemungkinan mendapat
serangan infark jantung, atau pada stroke dapat terjadi perubahan –
perubahan elektrokardiografi sebagai akibat perdarahan otak yang
menyerupai suatu infark miokard. Pemeriksaan khusus atas indikasi
misalnya CK-MB follow up nya akan memastikan diagnosis. Pada
pemeriksaan EKG dan pemeriksaan fisik mengarah kepada kemungkinan
14
adanya potensial source of cardiac emboli (PSCE) maka pemeriksaan
echocardiografi terutama transesofagial echocardiografi (TEE) dapat
diminta untuk visualisasi emboli cardial.
5. Pemeriksaan radiologi
a. CT-scan otak
Perdarahan intraserebral dapat terlihat segera dan pemeriksaan ini
sangat penting karena perbedaan manajemen perdarahan otak dan
infark otak. Pada infark otak, pemeriksaan CT-scan otak mungkin
tidak memperlihatkan gambaran jelas jika dikerjakan pada hari –
hari pertama, biasanya tampak setelah 72 jam serangan. Jika
ukuran infark cukup besar dan hemisferik. Perdarahan/infark di
batang otak sangat sulit diidentifikasi, oleh karena itu perlu
dilakukan pemeriksaan MRI untuk memastikan proses patologik di
batang otak.
b. Pemeriksaan foto thoraks
15
BAB III
EPIDEMIOLOGI
A. Orang (Person)
Person adalah kateristik dari individu yang mempengaruhi keterpaparan yang
mereka dapatkan dan susceptibilitasnya terhadap penyakit. Karakteristik dari
person ini bisa berupa faktor genetik, umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan,
dan status sosial.
Genetik
Stroke juga terkait dengan keturunan. Gaya dan pola hidup keluarga dapat
mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil)
mungkin merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan
faktor risiko stroke lainnya. Tetapi ada beberapa penelitian mengatakan
bahwa faktor keturunan Faktor genetik yang sangat berperan antara lain
adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung diabetes dan cacat pada
bentuk pembuluh darah.belum dapat dipastikan gen mana penentu
terjadinya stroke.
Jenis Kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke dari pada wanita. Tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke.
Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi dan pada wanita. Tetapi serangan
stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan
hidup lebih tinggi. Sementara, wanita lebih berpotensi terserang stroke
16
pada usia lanjut hingga kemungkinan meninggal karena penyakit itu lebih
besar.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa prevalensi penyakit stroke antara
perempuan dan laki-laki hanya memiliki selisih yang sedikit, hal ini
menunjukkan bahwa pada tahun 2018 laki-laki dan perempuan memiliki
peluang yang sama terkena penyakit stroke, walaupun sesungguhnya
masih memiliki selisih dimana yang berjenis kelamin paling banyak
menderita penyakit stroke.
Pekerjaan
Jenis pekerjaan mempengaruhi terjadinyat stroke berkaitan dengan apakah
pekerjaan yang dilakukan mengeluarkan tenaga yang kuat/berlebih atau
tidak. Orang yang bekerja di kantor lebih berisiko terkena stroke daripada
yang bekerja sebagai buruh. Begitupun dengan orang yang tidak bekerja
beresiko lebih besar dari orang yang bekerja sebagai buruh.
17
Sumber: Riskesdas. 2018
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa prevalensi kasus penyakit stroke
tertinggi terdapat menurut jenis pekerjaan terdapat pada yang tidak
memiliki pekerjaan yaitu sebesar 21,8 permil, dan terendah pada mereka
yang bersekolah yaitu 1,1 permil. Artinya bahwa penyakit stroke
cenderung menyerang mereka yang usia tua yang notabene tidak memiliki
pekerjaan ataupun pension.
Umur
Semakin bertambah usia, semakin tinggi risiko untuk mendapat kan
serangan stroke. Setelah berusia 55 tahun, risiko stroke berlipat ganda.
Dua per tiga serangan stroke terjadi pada orang berusia di atas 65 tahun.
Tetapi tidak berarti hanya pada orang lanjut usia, stroke dapat menyerang
semua kelompok umur. Menurut Schutz penderita yang berumur antara
70-79 tahun banyak menderita perdarahan intracranial.
18
Sumber: Riskesdas. 2018
Pendidikan
Dari segi pendidikan orang yang beresiko terkena stroke adalah mereka
yang memiliki tingkat pendidikn rendah, hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan, serta gaya hidup yang cenderung tidak sehat, yang memicu
timbulnya penyakit stroke.Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka semakin semakin rendah resiko terserang penyakit stroke.
19
Sumber: Riskesdas.2018
B. Tempat (place)
Epidemiologi juga tertarik terhadap tempat kejadian. Faktor tempat ini berkaitan
degan karakteristik geografis. Perbedaan ditribusi penyakit menurut tempat ini
memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit yang dapat menjadi pegangan
dalam mencari faktor-faktor lain yang belum diketahui.
Penyakit stroke ini terkadang dianalogikan sebagai penyakitnya orang kaya,
karena memang rata-rata menyerang mereka yang memiliki status sosial-ekonomi
tinggi. Sehingga penyakit ini rata-rata menyerang masyarakat di perkotaan, yang
juga memiliki gaya hidup yang sering terkesan hura-hura dengan mengkonsumsi
makanan junk food, alcohol, dll. Selain dikaitkan dengan tingkat sosial-ekonomi
tersebut seperti yang kita ketahui bahwa dari segi lingkungan perkotaan, memang
akan mendukung terjadinya beberapa penyakit degeneratif khususnya stroke.
Tingkat polusi udara yang tinggi dengan berjuta-juta polutan setiap detiknya yang
bersifat karsinogenik dan mengandung bahan kimia berbahaya, bila setiap waktu
20
terus-menerus menumpuk dan terakumulasi dalam tubuh tentu akan lebih
mempercepat seseorang terjangkit penyakit stroke.
Dibandingkan dengan kondisi alam pedesaan yang memiliki udara sejuk, tingkat
polusi udara rendah, dan makanan yang rata-rata masih alami tentu resiko
terjangkit stroke akan berbeda dengan masyarakat kota.
C. Waktu (time)
Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau tahun.
Informasi waktu bisa menjadi pedoman tentang kejadian yang timbul dalam
masyarakat. Misalnya banyaknya kelahiran dalam setahun dapat menunjukkan
keberadaan faktor-faktor terkait lainnya seperti banyaknya perkawinan dan
perceraian, banyaknya anak yang diinginkan, keadaan ekonomi, migrasi yang
terjadi, pelayanan abortus yang ada, dan Progarm Keluarga Berencana. Bila
dikaitkan antara waktu dengan angka kejadian stroke di suatu wilayah memang
terkadang sering diabaikan. Padahal memiliki hubungan yang cukup erat terhadap
kejadian stroke.
Misalnya saja untuk beberapa negara tertentu terdapat beberapa tradisi
kebudayaan yang dikaitkan juga dengan kesehatan. Contohnya di Negara
Amerika terdapat perayaan Thank’s Giving dan Indonesia terdapat perayaan hari-
hari besar agama seperti Hari Raya Lebaran bagi umat Islam dan Natal untuk
umat Nasrani. Dalam perayaan-perayaan hari-hari besar tersebut biasanya
masyarakat mengkonsumsi makanan-makanan yang banyak mengandung
kolesterol, gula, dan nutrisi yang berlebih bagi tubuh. Sehingga untuk waktu-
waktu tersebut resiko seseorang untuk terserang penyakit stroke akan lebih tinggi
dibandingkan dengan hari-hari biasa.
a) Stroke iskemik.
Sekitar 80% stroke adalah jenis stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika
pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami
21
penyempitan atau terhambat, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat
berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi
lagi ke dalam 2 jenis, di antaranya:
Stroke trombotik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di
salah satu pembuluh darah arteri yang memasok darah ke otak. Pembentukan
gumpalan darah ini disebabkan oleh timbunan lemak atau plak yang
menumpuk di arteri (aterosklerosis) dan menyebabkan menurunnya aliran
darah.
Stroke embolik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah atau
gumpalan yang terbentuk di bagian tubuh lain, umumnya jantung, terbawa
melalui aliran darah dan tersangkut di pembuluh darah otak, sehingga
menyebabkan arteri otak menyempit. Jenis gumpalan darah ini disebut
embolus. Salah satu gangguan irama jantung, yaitu fibrilasi atrium, sering
menyebabkan stroke embolik.
b) Stroke hemoragik.
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan
perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang
memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi:
Perdarahan intraserebral.
22
Perdarahan intraserebral adalah kondisi ketika terjadi kebocoran pada
pembuluh darah yang menyuplai jaringan otak pada pembuluh darah yang
menyuplai jaringan otak. Pendarahan intraserebral dapat menyebabkan
kerusakan otak secara permanen.
Pada perdarahan intraserebral, pembuluh darah di otak pecah dan
menumpahkan isinya ke jaringan otak di sekitarnya, sehingga merusak sel
otak. Pendarahan intraserebral biasanya muncul secara tiba – tiba.
Perdarahan intrasebral tidak seperti stroke iskemik, tetapi pendarahan
intraserebral memiliki dampak yang lebih serius.
Perdarahan subarachnoid.
Perdarahan subarachnoid adalah salah satu jenis stroke yang terjadi akibat
adanya perdarahan pada ruang subarachnoid, yang berada di lapisan
pelindung otakn atau meningen, akibat pecah atau rusaknya pembuluh
darah pada selaput meningen.
Pada perdarahan subarachnoid, pembuluh darah arteri yang berada dekat
permukaan otak, pecah dan menumpahkan isinya ke rongga subarachnoid,
yaitu ruang antara permukaan otak dan tulang tengkorak.
23
maupun berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan berdasarkan gejala (12,7‰).
Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bekerja baik yang didiagnosis
tenaga kesehatan (11,4‰) maupun yang didiagnosis tenaga kesehatan
berdasarkan gejala (18‰). Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis atau gejala
lebih tinggi pada kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah
masing masing 13,1 dan 12,6 per mil.
Menurut Riskasdes 2018 prevalensi stroke berdasarkan umur, jenis
kelamin, pekerjaan, serta wilayah tidak jauh berbeda dengan prevalensi pada
tahun 2013. Untuk umur 75+ (50,2‰), jenis kelamin laki-laki (11,9‰) sedangkan
perempuan (10,9‰), berdasarkan tingkat pekerjaan lebih banyak yang tidak
bekerja (21,8‰), serta berdasarkan wilayah lebih tinggi pada perkotaan (12,6‰)
sedangkan pedesaan (8,8‰).
Untuk perbandingan frekuensi 2013 dengan 2018 skala nasional
berdasarkan prevalensi stroke untuk 2013 adalah 12,1 per 1000 penduduk.
Sedangkan pada Riskasdes 2018 prevalensi stroke 10,9 per 1000 penduduk,
tertinggi di provinsi Kalimantan Timur (14,7 per 1000 penduduk), terendah di
Provinsi Papua (4,1 per 1000 penduduk).
24
BAB IV
PENANGGULANGAN
25
b) Terapi Trombolitik
1. Trombolitik Intravena
Terapi trombolitik intravena terdiri dari pemberian
Recombinant Tissue Plasminogen Activator (rtPA), pemberian
agen trombolitik lain dan enzim defibrogenating. Pemberian
rtPA dapat meningkatkan perbaikan outcame dalam 3 bulan
setelah serangan stroke apabila diberikan pada golden period
yaitu dalam onset 3 jam. rtPA memiliki mekanisme aksi
mengaktifkan plasmin sehingga melisiskan tromboemboli.
Penggunaan rtPA harus dilakukan dengan hati-hati karena
dapat menimbulkan resiko perdarahan. Agen trombolitik yang
lain seperti streptokinase, tenecteplase, reteplase, urokinase,
anistreplase dan staphylokinase masih prlu dikaji secara luas
(Ikawati, 2014).
2. Trombolitik Intraarteri
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan outcame terapi stroke
dengan perbaikan kanal middle cerebral artery (MCA). Contoh
agen trombolitik intrarteri adalah prourokinase (Ikawati, 2014)
3. Terapi Antiplatelet
Terapi antiplatelet bertujuan untuk meningkatkan kecepatan rekanalisasi
spontan dan perbaikan mikrovaskuler. Agen antiplatelet ada oral dan
intravena. Contoh agen atiplatelet oral yaitu aspirin, clopidogrel,
dipiridamol-aspirin (ASA), tiklopidin. Agen antiplatelet intravena adalah
platelet glikopotein IIb/IIIa,
abvicimab intravena.
4. Terapi Antikoagulan
Terapi antikoagulan bertujuan mencegah kekambuhan stroke secara dini
dan meningkatkan outcame secara neurologis. Contoh agen atikoagulan
adalah heparin, unfractionated heparin, lowmolecular-weight heparins
(LMWH), heparinoids warfarin (Ikawati, 2014).
26
B. Stroke hemoragik
1. Terapi Non Farmakologi
Pembedahan (Surgical Intervention), contoh pembedahan nya adalah carotid
endarcerectomy dan carotid stenting. Pembedahan hanya efektif bila lokasi
perdarahan dekat dengan permukaan otak.
2. Terapi farmakologi
a) Terapi suportif dengan infus manitol bertujuan untuk mengurangi
edema disekitar perdarahan.
b) Pemberian Vit K dan fresh frozen plasma jika perdarahannya
karena komplikasi pemberian warfarin.
c) Pemberian protamin jika perdarahannya akibat pemberian heparin.
d) Pemberian asam traneksamat jika perdarahnnya akibat komplikasi
pemberian trombolitik (Ikawati, 2014)
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan
mengatasi berbagai factor resiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat
maupun kelompok resiko tinggi yang belum pernah terserang stroke.
27
Menurut (Wahjoepramono, 2005), pencegahan primer dapat dilakukan dengan
modifikasi gaya hidup yang meliputi :
a) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal
b) Pola makan yang tidak memicu hipertensi : mengkonsumsi buah-
buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak serta mengurangi
konsumsi lemak jenuh.
c) Diet rendah garam : mengurangi intake garam <100 mmol per hari
(2,4 g Na atau 6 g NaCl).
d) Aktivitas fisik : aktivitas fisik rutin seperti jalan santai minimal 30
menit per hari.
Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer pada
penyakit stroke:
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan melalui pengobatan pada faktor risiko. Ini
dilakukan melalui terapi obat untuk mengatasi penyakit dasarnya, seperti
penyakit jantung, diebetes, hipertensi dengan obatobatan seperti obat
antihipertensi, antihiperlipidemik, antidiabetes.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkn kematian, disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak. Stroke dapat dibedakan menjadi dua yaitu Stroke
Hemoragik dan stroke ikemik. Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah
perdarahan yang tidak terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan
membunuh sel otak, sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik. Jenis
perdarahan (stroke hemoragik), disebabkan pecahnya pembuluh darah otak,
sedangkan stroke ikemik adalah stroke yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba tiba terganggu oleh oklusi. Penyakit serebrovaskular iskemik
terutama disebabkan oleh trombosis, emboli dan hipoperfusi fokal, yang
semuanya dapat menyebabkan penurunan atau gangguan dalam aliran darah otak
(CBF) yang mempengaruhi fungsi neurologis akibat perampasan glukosa dan
oksigen.
Faktor risiko yang mempengaruhi penyakit stroke dibedakan menjadi dua yaitu
faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. untuk mendiagnosis
penyakit stroke dilakukan dengan berbagai cara antara lain anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta pemeriksaan neurokardiologi,
pemeriksaan radiologi.
Untuk perbandingan frekuensi 2013 dengan 2018 skala nasional
berdasarkan prevalensi stroke untuk 2013 adalah 12,1 per 1000 penduduk.
29
Sedangkan pada Riskasdes 2018 prevalensi stroke 10,9 per 1000 penduduk,
tertinggi di provinsi Kalimantan Timur (14,7 per 1000 penduduk), terendah di
Provinsi Papua (4,1 per 1000 penduduk).
5.2 Saran
Penyakit stroke dari tahun ke tahun cenderung meningkat dikarenakan majunya
zaman, yang menyebabkan segala bentuk aktifitas dilakukan dengan instan. Hal
inilah yang menyebabkan meningkatnya penyakit stroke.
Oleh karena itu kami menyarankan agar:
1. Menjaga pola makan
2. Olahraga secara teratur
3. Berhenti merokok
4. Hindari konsumsi minuman beralkohol
5. Hindari penggunaan NAPZA
Semoga pembaca dapat mengikuti saran yang kami sampaikan, agar dapat
mengurangi faktor risiko terjadinya penyakit stroke serta dapat mengurangi
angka kematian akibat stroke.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
32
33