Anda di halaman 1dari 15

PERCOBAAN IV

SINTESIS IMINA

I. Tujuan
1. Mempelajari reaksi adisi nukleofilik pada senyawa karbonil dengan
amina primer
2. Mempelajari pemurnian hasil reaksi dengan teknik rekristalisasi

II. Landasan Teori


Dalam jumlah yang relative kecil, senyawa alam yang berwujud padat
yang didapatkan dari hasil isolasi suatu tanaman dapat terkotori atau
terkontaminasi oleh zat pengotor. Pada umumnya, pemurnian senyawa
menggunakan teknik rekristalisasi yang menggunakan dasar pada perbedaan
kelarutan dalam keadaan panas maupun dingin dalam suatu pelarut. Kelarutan
cenderung bersifat lebih tinggi dalam suatu pelarut panas, di mana kelarutan
akan naik seiring dengan naiknya temperature dalam suatu pelarut.
Pembentukan Kristal dapat dilakukan kembali dengan menurunkan suhu atau
pendinginan pada larutan saat larutan tersebut mencapai keadaan lewat
jenuhnya. Tahap awal rekristalisasi meliputi pelarutan senyawa yang hendak
dimurnikan dengan penambahan sejumlah pelarut dalam keadaan suhunya
panas sehingga didapatkan larutan yang jernih dan kemudian dilanjutkan
dengan tahap pendinginan di mana proses pendinginan ini dapat membentuk
kristal yang nantinya akan dipisahkan melalui proses penyaringan. Pelarut yang
digunakan dalam teknik rekristalisasi dipilih berdasarkan kemiripan sifat
fisikokimia di antara suatu pelarut dengan zat yang hendak dimurnikan, sifat
yang dimaksud adalah kedekatan atau kemiripan sifat kepolaran antara pelarut
dan zat yang akan dimurnikan. Adapun kriteria yang harud dipenuhi agar
suatu pelarut dapat digunakan dalam rekristalisasi adalah; pelarut tidak
mengadakan reaksi kimia dengan padatan yang akan hendak dimurnikan
melalui tahap rekristalisasi; padatan yang akan dimurnikan harus memiliki
kelarutan yang tinggi pada keadaan panas, dan sebaliknya harus memiliki
kelarutan yang rendah dalam keadaan dingin; zat pengotor harus dapat larut
dalam suatu pelarut dalam keadaan dingin sehingga pengotor dapat tetap
tinggal dalam larutan saat proses pembentukan kristal berlangsung. Jenis-jenis
pengotor sebelum bercampur dengan padatan yang bisa dikristalisasi adalah
pengotor yang tidak dapat larut dalam pelarut panas dan dapat dihilangkan
dengan cara melakukan proses penyaringan larutan dalam keadaan panas pula.
Apabila terdapat pengotor yang memiliki sifat sangat larut dalam pelarut panas
dan sedikit larut dalam pelarut dingin maka proses rekristalisasi berjalan tidak
efektif dan menyebabkan hasil Kristal yang terbentuk juga tidak benar murni.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan saat proses pembentukan kristal terjadi,
sebagian jenis pengotor ini dapat ikut larut sampai didapatkan filtrate di proses
penyaringan akhir(Kristanti et al., 2008).
Salah satu metode paling ampuh yang digunakan dalam pemurnian zat
padat adalah rekristralisasi dengan dasar perbedaan antara kelarutan zat
dengan zat pengotornya. Dengan menambahkan pelarut dan menurunkan
konsentrasi zat terlarut dan dilanjutkan dengan penambahan zat padat akan
mengembalikan konsentrasi zat terlarut dalam kesetimbangannya. Keadaan
tidak jenuh akan terjadi apabila penambahan pelarut dilakukan melewati
batasnya dan mengakibatkan zat padat akan habis larut. Teknik ini digunakan
untuk memurnikan produk-produk reaksi dalam kimia sintesis dengan
pengendapan yang terkontrol dengan memainkan sifat ataupun faktor-faktor
yang mepengaruhi kelarutan. Proses ini memakan waktu yang panjang, dapat
memakan waktu berjam-jam lamanya. Dibutuhkan pemahaman yang cukup
untuk memanipulasi kelarutan dalam kesetimbangan antara zat agar tidak
tercampur dengan larutannya. Reaksi yang terjadi dalam pelarutan-
pengendapan dapat mencapai keseimbangannya secara perlahan-lahan. Proses
kesetimbangan ini berlawanan dengan cepatnya reaksi asam-basa saat
terjadinya proses kesetimbangan. Proses rekristalisasi mencapai titik jenuhnya
apabila larutan dapat mengendapkan sebuah senyawa. Dalam proses pelarutan
tersebut, zat padat diserang oleh pelarut dan mensolvatisnya di tingkat
individual partikel sehingga terjadi tarik-menarik di zat terlarut dang
pengotornya(Oxtoby et al., 2001).
Senyawa imina turunan vanillin dan 2-hidroksi asetofenon dapat
disintesis menggunakan stirrer dalam pelarut air dan sintesis ini bersifat ramah
lingkungan. Senyawa imina secara bilogis memegang peranan penting yang
dapat digunakan sebagai antioksidan. Hal ini dipengaruhi karena adanya gugus
azometin yang memiliki ikatan rangkap karbon-nitrogen (C=N). senyawa imina
memiliki polaritas yang tinggi dikarenakan senyawa imina mampu membentuk
ikatan hydrogen yang mampu menembus lipid dan mengunci sisi aktif dari
suatu enzim. Isolasi senyawa-senyawa imina memakan waktu yang sangat
panjang dan biaya yang cenderung mahal. Sintesis merupakan solusi terbaik
dan langkah lai untuk mendapatkan hasil yang besar disertai variasi struktur
yang dikehendaki. Pada sintesis imina ini digunakan air sebagai pelarut
dikarenakan aman untuk digunakan dan proses mendapatkannya juga mudah
sehingga sintesis ini tegolong ramah lingkungan karea air merupakan senyawa
yang digunakan dalam proses kehidupan(Cahyana dan Pratiwi, 2015).
Berdasarkan kooperatititas intramolekul berdasarkan katalisis
enzimatik antara molekul organic dan pusat logam fungsionalnya terletak pada
salah satu perancah. Di mana konsep ini merancang trimer metallopeptoid BT,
di sini trimer metallopeptoid berperan sebagai katalis oksidasi yang unik dalam
intramolekul koperasi dengan menggabungkan dua pusat katalitik, fenantrolin-
tembaga dan TEMPO, serta satu kelompok benzyl non-katalik. Kemampuan BT
untuk bertindak secara efisien sebagai katalis di eksplor pada proses sintesis
oksidatif imina ini, di mana sintesis ini serbaguna dalam bidang perantara
antara kimia dan industry farmasi. Kombinasi BT dengan CUI menghasilkan
katalis produksi pada benzyl, aril, heteroaril,allylic dan imina alifatik dari
berbagai alcohol dan amina dengan cara menurunkan nomor sebanyak 45 kali
lebih tinggi keteika dalam larutan telah tercampur fenantrolin, tembaga dan
TEMPO. Sintesis dengan katalis BT pada solid menggunakan metode
submonomer. Untuk pengujian kemampuan BT untuk mengkatalis iksidatif
diuji menggunakan benzyl alcohol dan benzyl amina. Percobaan ini dipengaruhi
oleh waktu dalam kondisi yang optimal(Mohan et al.,2017).
Kemurnian hasil sintesis dapat dilihat menggunakan metode KLT
(Kromatografi Lapis Tipis). Produk hasil sintesis dengan uji KLT menggunakan
fase diam silica gel sedangkan untuk fase geraknya menggunakan kloroform
dan methanol dengan perbandingan (9:1). Terdapat hasil bercak dan nilai Rf
yang berbeda-beda untuk masing masing produk hasil dengan uji KLT. Hal ini
sebagai tanda bahwa pada produk akhir akan terdapat senyawa baru. Terdapat
adanya bercak dani nilai Rf yang sama pada kromatogram KLT. Pada kondisi ini
diketahui bahwa selama proses sintesis berjalan terdapat starting material
yang tidak habis bereaksi. Pada hasil akhir uji kelarutan yang didapatkan
berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bahwa senyawa hasil sintesis ini
sangat sulit larut dalm pelarut heksan, etiil asetat, kloroform maupun aquades
sedangkan mudah larut dengan pelarut methanol. Mekanisme yang terjadi
dalam proses sintesis senyawa 4-[N-(4-hidroksifenil)karboksi-midoil]-2-
metoksifenol adalah reaksi adisi-eliminasi yang berperan sebagai penyumbang
gugus aldehid (karbonil) adalah vanillin dan yang berperan sebagai penyumbang
gugus amina (nukleofilik) adalah p-aminofenol. Adanya gugus imina (-C=N-) dan
hilangnya gugus amin (NH2) dan gugus aldehid (-CH=O) pada material starting
dapat digunakan sebagai penanda target senyawa yang diinginkan. Data
spektra FTIR menunjukkan gugus fungsi imina (-C=N-) terbentuk pada sintesis
dengan kondisi pH 2 dan pH 3(Kuswandi et al., 2016).
III. Prosedur Percobaan
A. Alat
- Labu alas bulat
- Pengaduk magnet
- Pendingin bola
- Corong pisah
- Gelas ukur
- Evaporator bucnii
B. Bahan
No Nama Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia Bahaya Peanganan
1 Anilina - MM 93,13 g/mol - Cairan -Iritasi mata - Bilas dengan air
NH2
- Densitas 1,0217 g/ml - Tidak berwarna -Iritasi kulit - Hirup udara segar
- Titik didih 184,13◦C - Larut dalam air -Inhalasi - Hubungi medis

2 Benzaldehid - Titik lebur -26◦C - Cairan -Iritasi mata - Bilas dengan air
H
O
- Densitas 1,0415 g/ml - Tidak berwarna -Iritasi kulit - Hirup udara segar
- Titik didih 178,1◦C - Sedikit larut dalam air -Inhalasi - Hubungi medis

3 Toluena - Titik lebur -93◦C - Cairan -Iritasi mata - Bilas dengan air
H

H
- Densitas 0,8669 g/ml - Tidak berwarna -Iritasi kulit - Hirup udara segar
H
- Titik didih 110,6◦C - Mudah terbakar -Inhalasi - Hubungi medis
H H
CH3

4 Aquades - Titik lebur 0◦C - Cairan Tidak ada bahaya Tidak ada penanganan
- MM 18,0153 g/mol - Tidak berwarna
H H - Titik didih 100◦C - Tidak berbau
O
5 Etanol - Titik lebur -114,142◦C - Cairan mudah menguap -Mudah terbakar - Bilas dengan air
- Densitas 0,7893 g/ml - Dapat bereaksi dengan garam -Menghilangkan - Hirup udara segar
OH - Titik didih 78,29◦C - Larut dalam air kesadaran - Simpan di wadah tertutup
-Sakit keras
3.2 Skema Kerja

10 gr Anilin, 20 mL Toluena dan 10 gr Benzaldehid

Dimasukkan ke dalam labu alas bulat yang dilengkapi


pendingin bola
Direfluks larutan selama 1,5 – 2 jam sambil diaduk dengan
pengaduk magnet
Ditambahkan 20 mL aquades ke dalam campuran setelah
dingin
Dipisahkan ke lapisan organik

Lapisan Lapisan
Air Organik
Disaring
Dilakukan evaporasi
Dilakukan rekristalisasi terhadap residu
menggunakan etanol
Dikeringkan
Dilakukan penentuan titik lebur

Hasil
IV. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan percobaan mengenai sintesis imina, diperoleh hasil sebagai


berikut:

4.1 Hasil

No Perlakuan Hasil

1. Anilin,toluena dan benzaldehid Larutan berwarna coklat


Dimasukkan kedalam labu alas bulat
2. Dipanaskan selama 45 menit Tidak terjadi perubahan dan
suhu larutan yang diperoleh
meningkat
3. Ditambahkan 20 ml aquades kedalam Terbentuk 2 lapisan;
campuran pada corong pisah Lapisan atas: larutan organik,
berwarna coklat
Lapisan bawah: air, tak
berwarna
4. Dipanaskan larutan Terpisah antara lapisan organik
dengan lapisan air

5. Ditambahkan 20ml aquades Lapisan atas: Lapisan organik


dengan warna yang diperoleh
ialah warna coklat
Lapisan bawah: Lapisan air,
yang tak berwarna
6. Dipisahkan Terpisah antara lapisan organik
dan lapisan air
7. Lapisan organik dievaporasi

Data di atas diperoleh dari kelompok yang sudah melakukan


percobaan, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan kondisi yang tidak
memumngkinkan untuk melakukan praktikum. Percobaan ini mengenai
sintesis imina, di mana percobaan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi adisi
nukleofilik pada senyawa karbonil dengan amina primer dan mempelajari
pemurnian hasil reaksi dengan teknik rekristalisasi. Pembuatan imina dapat
dilakukan dengan mereaksikan aniline dengan benzaldehid, dalam proses reaksi
keduanya membutuhkan katalis. Cara yang digunakan dalam pembentukan
senyawa imina dalam percobaan ini adalah dengan cara refluks, di mana
benzaldehida, aniline dan toluene berperan sebagai campuran yang akan
direfluks. Refluks sendiri terdiri dari gabungan pendinginan uap dan
pemanasan cairan. Metode refluks ini prinsipnya berdasarkan pelarut volatile
yang digunakan bias menguap pada keadaan suhu yang tinggi, namun pada
saat akan dilakukan pendinginan menggunakan kondensor dapat turun
kembali ke dalam tempat reaksi sehingga pada saat reaksi berlangsung pelarut
akan tetap ada.
Bahan pertama yang digunakan sebagai campuran yang digunakan
dalam refluks adalah benzaldehida yang memiliki titik lebur 26°C, titik didih
sebesar 178,1°C. Bahan kedua yang digunakan sebagai campuran refluks
adalah aniline dengan titik didih 184,13°C. bahan terakhir yang digunakan
sebagai campuran dalam refluks adalah toluene yang memeiliki titik lebur -93°C
dan titik didih sebesar 110,6°C. Berdasarkan beberapa sumber literature yang
didapat, katalis yang baik untuk digunakan dalam proses sintesis imina adalah
senyawa yang bersifat asam kuat, yang memiliki pH dar 3 – 4. Asam ini sangat
berguna pada tahap-tahap saat pembentukan imina terjadi. Pada percobaan ini
yang berperan sebagai katalis adalah toluene, di mana toluene memiliki gugus
fungsi –CH3 yang bersifat asam lemah.
Berdasarkan sifat kelarutan kedua reaktan yaitu benzaldehida dan
aniline digunakan akuades sebagai pelarut dalam percobaan ini. Dalam reaksi
ini yang memegang peran sebagai atom karbon elektrofilik dari gugus karbonil
yang nantiny akan bertemu oleh nukleofilik dari gugus amina. Hal ini
menyebabkan aniline berperan dari gugus amina primer nya yaitu sebagai
senyawa amina nukleofilik. Atom nitrogen yang bermuatan positif pada anilin
nantinya akan menyerang pusat atau inti dari senyawa aldehida yang berada di
pusat senyawa.
Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu
mencampurkan starting material yang berupa benzaldehid dengan amina
primer kedalam Erlenmeyer yang telah berisi pengaduk magnetic.Penjagaan
suhu sangat berpengaruh dalam proses sintesis imina. Menurut literature, suhu

yang digunakan tidak boleh melebihi 15°C. Karena suhu optimum amina tidak

lebih dari 15°C, apabila suhu tidak optimu pada saat proses sintesis
berlangsung maka percobaan tidak dapat berjalan secara efektif karena suhu
memiliki peran yang sangat penting dalam proses sintesis ini.
Penambahan akuades dalam campuran benzaldehida dan anilin
kemudian diaduk menggunakan pengaduk magnet. Hal ini bertujuan untuk
membuat senyawa menjadi lebih cepat homogeny. Selain mempercepat larutan
menjadi homogeny, pengadukan juga mampu mempercepat jalannya reaksi
yang sedang berlangsung sehingga didapatkan luas permukaan pengadukan
merata sesuai dengan yang diinginkan.
Setelah proses refluks selesai, larutan kembali didinginkan dan
kemudian ditambahkan lagi aquades. Penambahan aquades ini bertujuan
untuk memisahkan larutan agar didapatkan dua lapisan yang dimaksud yaitu
lapisan atas dan lapisan bawah. perubahan warna dapat dilihat pada larutan di
mana pada saat percobaan berlangsung didapatkan dua lapisan yaitu lapisan
atas dan lapisan bawah. Lapisan atas merupakan lapisan organic, lapisan ini
berwarna cokelat. Sedangkan lapisan bawah adalah lapisan air, lapisan ini tidak
berwarna. Proses selanjutnya lapisan yang sudah terpisah ini dipisahkan.
Lapisan atas (senyawa organic) diambil yang akan digunakan pada tahap
selanjutnya yaitu evaporasi. Alat yang digunakan dalam proses evaporasi ini
adalah evaporator yang mana alat ini menggunakan prinsip pemisahan
berdasarkan uap. Tahap evaporasi ini bertujuan agar konsentrasi larutan yang
diingin menjadi lebih pekat, semakin pekat pula konsentrasinya.
Tahap selanjutnya yang harus ditempuh setelah evaporasi adalah
mengkristalkan kembali atau rekristalisasi dengan menggunakan etanol. Etanol
disini bertujuan untuk menangkap dan mengikat senyawa polar agar
didapatkan Kristal imina dalam brentuk murni. Berikut ini merupakan
mekanisme pembentukan imina:
Tahap I

H H H H H
.. NH2
C
+ CH N C NH
C O NH2
+ H2O
H2O
+ O- OH OH

Tahap II

.. H
H H H
C N C N H
+
H2O
.. -H2O +
OH OH2 C N
.. +.. H

H
+ H2O H
C N C N
..
H
Rekristalisasi berperan untuk menentukan titik lebur dari Kristal murbi
imina yang terbentuk. Berbeda dengan proses pelarutan, kristalisasi memiliki
prinsip untuk memurnikan atau mendapatkan Kristal murni dilakukan
penjenuhan terhadap larutan. Hal ini didasarkan pada perbedaan kelarutan

antara zat yang hendak dimurnikan dengan zat pengotornya. Pembentukan


Kristal ini dapat terjadi secara optimal apabila dalam keadaan setimbang.
Menurut literature, titik lebur Kristal imina adalah 88-135℃ . Pada tahap kedua
terjadi reaksi gugus OH yang telah diprotonasi saat penambahan air. Reaksi ini
umumnya berjalan dengan cepat yang disebabkan oleh toluene merupakan
asam lemah sehingga pada saat penambahan air menyebabkan konsentrasi nya
menurun. Hubungan konsentrasi ini meningkat seiring dengan penambahan
konsentrasi asam. Sehingga reaksi berjalan cepat karena bertamabah nya
tingkat keasaman. Adapun asam-asam kuat yang biasa digunakan dalam
proses sintesa imina adalah HCl, H2SO4, dan HNO3.
Percobaan ini tidak dilakukan, data diambil dari beberapa sumber
literature. Adapun menurut literature hal-hal yang mempengaruhi proses
berajalannya sintesis imina ini adalah suhu, Ph keasaman serta waktu yang
dibutuhkan dalam proses reaksi. factor yang paling berpengaruh dalam
pembentukan imina adalah suhu dan waktu yang dibutuhkan.Berdasarkan
pembahasan, Senyaea turunan imina dapat disentesis melalui suatu reaksi
kondensasi senyawa imina dari benzaldehid dan anilin. Menurut literature
waktu reaksi optimal yang dibutuhkan dalm proses sintesis imina adalah 140
menit. Imina belum memberikan hasil maksimal ketika waktu di bawah 140
menit, reaksi imina belum terjadi secara sempurna pada reaksi tersebut.
Sedangkan pada saat waktu telah melewati 140 menit, terjadi reaksi penurunan
produk sintesis. Hal ini disebabkan oleh imina yang telah terbentuk kemudian
bereaksi kembali dan menghasilkan karbon parsial postif dengan bantuan
protonasi oleh H+ yang dapat diserang oleh nukleofil yang terdapat campuran di
dalamnya.
Reaksi kondensasi yang terjadi antara aldehid dengan nukleofilik amina
primer merupakan reaksi yang berlangsung dalam pembentukan amina. Reaksi
adisi nukleofilik terjadi pada tahap ini sehingga menyebabkan ikatan rangkap
oksigen menjadi terputus, dan diikuti dengan lepasnya suatu proton dari atom
nitrogen sehingga didapatkan proyon oleh oksigen. Produk sintesis dapat
dikatakan belum murni apabila range titik leleh nya masih lebar. Perlu nya
pemahaman yang lebih dalam mengenai sintesis imina saat percobaan
berlangung. Dimana factor-faktor yang mempengaruhi sintesis ini sangat
mudah diamati oleh mata, sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang ada.
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil mengenai percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1. Reaksi adisi nukleofilik pada senyawa-senyawa karbonil dengan
senyawa amina primer. aniline berperan dari gugus amina primer
dalam percobaan ini.
2. Salah satu metode paling ampuh yang digunakan dalam pemurnian
zat padat adalah rekristralisasi dengan dasar perbedaan antara
kelarutan zat dengan zat pengotornya. Dengan menambahkan pelarut
dan menurunkan konsentrasi zat terlarut dan dilanjutkan dengan
penambahan zat padat akan mengembalikan konsentrasi zat terlarut
dalam kesetimbangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyana,H dan P. Pratiwi. 2015. “Sintesis Ramah Lingkungan Senyawa Imina
Turunan Vanilin dan 2-Hidroksi Asetofenon Serta Uji Aktivitas Biologi dan
Antioksidan”. Jurnal Phaemacy Science Research. Vol 2(1): 47-59.
Kristanti, A. N., N. S. Aminah., M. Tanjung dan B. Kurniadi. 2008. Buku Ajar
Fitokimia. Surabaya: Airlangga University Press.
Kuswandi,K.,N.D.Choirunisa dan B.Santoso. 2016. “Pengaruh pH pada sintesis
4-[N-(4-hidroksifenil karboksimidoil] 2- metoksifenol Melalui Reaksi
Adisi-Eliminasi”.Chemica et Natura Acta. Vol 4(11): 34-38.
Mohan,D.C.,A.Sadhuka dan G.Maayan. 2017.” A MetallOpeptoid as an
efficient bioinspired cooperative catalyst for the aerobic oxidative
synthesis of imines”. Journal of catalysis. Vol 355(1): 139-144.
Oxtoby,D.W., H.P.Gillis dan N.H.Nachtrieb.2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern
Edisi 4 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lampiran

A. Pertanyaan Pasca Praktikum


1. Tuliskan mekanisme reaksi sintesis imina dalam percobaan ini !
Jawab :

Tahap 1
:O: :O:-

Cepat
CH NH2 CH-NH2

Benzaldehid Anilina

OH

C NH2
H

Tahap 2
OH
OH2
Toluena
C NH C NH
H H

-H2O
Lambat

C N c NH
H

Imina

2. Dalam sintesis imina, kemungkinan terbentuk lebih dari satu produk


isomer geometri. Gambarkanlah struktur produk reaksi dan tentukan
produk mana yang lebih stabil !
Jawab : yang lebih stabil adalah R-NH2
3. Tentukan kestabilan imina diperoleh didasarkan atas imina asal, apakah
Ar-NH2, R-NH2-NH3
Jawab : yang lebih stabil adalah R-NH2, karena hanya R-NH2 lah yang
menghasilkan imina jika bereaksi dengan aldehida atau keton. Jika
imina sekunder R2NH akan menghasilkan ion iminium. NH 3 akan
menghasilkan imina tidak stabil
4. Apakah syarat agar aldehida atau keton dapat bereaksi dengan suatu
amina menghasilkan imina atau enamina
Jawab : syarat agar aldehida atau keton dapat bereaksi dengan suatu
amina yang menghasilkan imina atau enamina ialah dapat membentuk
imina yang stabil
5. Jelaskan mengapa penambahan asam yang berlebih dapat mengganggu
reaksi sintesis imina
Jawab : penambahan asaam berlebih dapat mengganggu sintesis imina
karena pembentukan imina tergantung pada pH. Tahap pertama pada
dintesis imina adalah adisi amina tak terprotonasi yang bebas, pada
gugus karbonil. Bila larutan asam, konsentrasi amina bebas ini
menjadikan kecil. Jika hal ini terjadi, tahap adisi yang biasanya tahap
penentu laju dalam rentetan. Tidak seperti tahap pertama, laju tahap
kedua meningkat dengan pertambahan konsentrasi asam
B. Dokumentasi

Gambar 1. Dilakukan Gambar 2. Digunakan


penimbangan 20 ml toluena dan
benzaldehid

Gambar 3. Dimasukkan ke Gambar 4. Diberi isolator


dalam labu alas bulat yang (berupa lem) pada labu alas
dilengkapi dengan pendingin bulat
bola

Gambar 5. Dilakukan Gambar 6. Direfluks


pemisahan dengan corong larutan selama 1,5 – 2
pisah jam sambil diaduk
dengan pengaduk
magnet

Anda mungkin juga menyukai