PENATALAKSANAAN SPESIMEN
Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Nailil Hidayati Maulidika (2019012192)
2. Novan Korneawan Pangestu (2019012195)
3. Shofiyatun (2019012209)
4. Sintha Widiastuti (2019012211)
5. Tryas Septiana Fatmawati (2019012212)
PSIK 2B
2020
|1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia
Nya Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun untuk perbaikan makalah di masa mendatang. Dalam kesempatan ini
kami juga menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada Dosen yang
telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini dan kepada kedua orang
tua atas jerih payah dan doa yang tak henti-hentinya.
|2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C.Tujuan.......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan.............................................................................................29
B.Saran.......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
|3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tubuh manusia tersusun dari milyaran sel darah yang memiliki fungsi yang
vital. Terdapat tiga tipe sel darah pada manusia, sel darah merah yang merupakan
jumlah sel darah terbanyak, sel darah putih, dan trombosit, yang masing-masing
memiliki fungsi dan kadar yang berbeda dalam tubuh. Salah satunya adalah
penghitungan jumlah sel darah dimana terdapat standar jumlah sel darah untuk
mengindikasikan kondisi tubuh manusia. Standar jumlah sel darah tergantung
beberapa faktor, yaitu jenis kelamin, usia, dan lain-lain. Sehingga, penghitungan
jumlah sel darah menjadi salah satu metode untuk mendeteksi jenis penyakit
tertentu dengan gejala yang hampir mirip dengan penyakit lainnya. Penghitungan
sel darah yang selama ini dilakukan secara manual, beresiko terjadinya kesalahan
serta tidak efisiensi waktu Perkembangan pengolahan citra digital, memungkinkan
untuk melakukan penghitungan sel darah secara otomatis. Sehingga, didapatkan
hasil penghitungan yang lebih akurat dalam waktu yang relatif singkat.
B. rumusan masalah
3. Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Urin (Bersih Dan Steril) Dan Feces
|4
C. Tujuan
|5
BAB II
PEMBAHASAN
|6
B. Fungsi Penatalaksanaan Spesimen
|7
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.
1. Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama
cenderung konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki
pH lebih rendah.
2. Jumlah minimal 10mL
3. Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri,
dengan menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang
lemah, mungkin memerlukan bantuan.
4. Spesimen harus bebas dari feses
5. Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat
diperiksa dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin
berada dalam suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin
dan sel darah merah akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.
|8
Pengambilan dilakukan dengan cara:
1. bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue khusus
lalu keringkan
2. biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan untuk mendorong dan
mengeluarkan bakteri yang ada didistal, beberapa waktu kemudian tampung
urin yang ditengah. Hati-hati memegang wadah penampung agar wadah
tersebut tidak menyentuh permukaan perineum.
Jumlah yang diperlukan 30-60mL
|9
d. Spesimen urin acak
1. Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpil kan dari urin
klien saat berkemih secara alami atau dari kateter foley atau kantong
pengumpul urin yang mengalami diversi urinarius
2. Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis
3. Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan
hanya 120 mL urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat
4. Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat m,emasang tutup dengan ketat
padsa wadah spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar mengenai
bagian wadah,meletakan wadah pada kantong plastik,dan kirim spesimem
yang telah diberi label ke labor.
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang
khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik. Klem kateter
selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk
kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin,
hati-hati dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi.
a. Pengambilan Spesimen
1) Wadah Spesimen
a. Wadah spesimen urine harus bersih dan kering.
b. Dapat terbuat dari plastik atau botol gelas.
c. Mulut wadah lebar dan dapat ditutup rapat.
d. Wadah berwarna terang.
2) Bahan Pengawet
a. Formalin 37%.
b. Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).
3) Cara Pengambilan Spesimen
1. Urine ditampung selama 24 jam
| 10
2. Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 – 100 ml, kemudian
tambahkan dengan 2 ml formalin 27% atau 100 mg EDTA, kemudian
kocok hingga homogen.
4) Identitas Spesimen.
Diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada
buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur,
jenis kelamin, jenis pemeriksaan.
b. Pengiriman Spesimen
c. Pemeriksaan Spesimen
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah
hitam dalam urine, antara lain metoda Dithizone dan metoda Spektrofotometrik
Serapan Atom.Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan
sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan ataupun peralatan.
d. Analisa Hasil
| 11
e. Tindak Lanjut
b. Spesimen feses
| 12
c. Untuk mendeteksi adanya telur dan parasit.
a. Penyimpanan
b. Pengiriman
| 13
1) Pispot yang bersih
2) Sarung tangan
3) Wadah spesimen dari plastik berlebel dengan penutup, hapusan steril pada
tabung untuk kultur feses
4) Dua spatel
5) Tissue
6) Slip permintaan dari laoratorium yang terisi lenkap
7) Penyegar udara
Alat:
d. Pelaksanaan
1) Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut
harus dilakukan dan apakah klien dapat bekerjasama.
2) Berikan informasi dan interupsi kepada klien yang dapet berjalan
3) Tujuan pengambilan spesimen feses dan bagaimana klien dapat mebantu
mengumpulkannya
4) Defekasi pada pispot yang bersih
5) Jangan sampai spesimen terkontaminasi dengan urin atau darah
menstruasi. Jika memungkinkan klien berkrmih dulu sebelum
mengumpulkan spesimen
| 14
6) Jangan membuang tisu ke dalam pispot defekasi karena kandungan kertas
dapat mempengaruhian alisis laboratorium
7) Beritahu perawat secepat mungkin setelah defekasi terutama setelah
mendapatkan spesimen dan segera dikirim ke laboratorium
8) Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lainnya yang
sesuai. Ketika mengambil sampel feses yaitu saat membawa pispot klien,
saat memindahkan sampel feses ke wadah spesimen, saat membuang sisa
pada pispot, perawat melakukan teknik aseptik dengan cermat.
9) Berikan privasi klien
10) Bantu klien yang memerlukan bantuan
11) Bantu klien memakai pispot yang diletakkan di atas kursi di samping
tempat tidur atau di bawah dudukan toilet di kamar mandi
12) Setelah klien defekasi tutup pispot bertujuan untuk mengurangi rasa bau
dan malu pada klien
13) Pasang sarung tangan untuk menghindari kontaminasi pada tangan dan
bersihkan klien sesuai dengan kebutuhan. Inspeksi sekitar anus untuk
memeriksa adanya iritasi bila klien sering defekasi dan fesesnya cair.
14) Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah feses
15) Gunakan satu atau dua spatel untuk memindahkan sejumlah atau semua
feses ke dalam wadah spesimen, hati-hati agar tidak mengontaminasi
bagian luar wadah. Jumlah desse yang dikirim bergantung pada tujuan
pengumpulan spesimen feses. Biasanya pemeriksaan cukup membutuhkan
2 ,5 cm feses yang berbentuk atau 15-30 ml fese cair. Untuk beberapa
spesime waktu,seluruh feses yang keluar mungkin perlu di kirimkan,
mukius atau darah yang terlihat harus disertakan pada sampel.
16) Untuk kultur, masukkan swab steril kedalam spesimen. Letakkan swab
kedalam tabung periksa steril dengan menggunakan teknik steril.
17) Bungkus spatel yang telah digunakan dengan tissue sebelum
membuangnya kedalam wadah pembuangan. Tindakan ini membantu
mencegah penyebaran mikroorganisme melui kontak dengan benda lain
18) Tutup wadah segera setelah spesimen berada di dalam wadah
| 15
19) Pastikan klien dalam keadaan nyaman
20) Kosongkan dan bersihkan pispot dan letakkan kembali ke tempatnya
21) Lepaskan sarung tangan
22) Gunakan penyegar udara untuk mrenghilangkan bau kecuali dikontra
indikasikan untuk klien (misalmnya semprotan yang meningkatkan
dispenia)
23) Beri label dan kirimkan spesimen ke laboratorium
24) Pastikan informasi yang benar terdapat pada slip permintaan laboratorium
dan pada label yang melekat di wadah specimen
25) Atur spesimen agar di bawa ke laboratorium untuk kultur atau
pemeriksaan parasit perlu segera dikirim. Bila tidak memungkinkan ikuti
petunjuk pada wadah spesimen. Pada beberapa institusi pendinginan di
indikasikan karena perubahan bakteriologis terjadi pada spesimen feses
dalam suhu ruangan. Jangan pernah meletakkan spesimen dalam tempat
pendingin yang berisi makanan dan obat-obatan untuk mencegah
kontaminasi
| 16
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka
pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan.
Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum
yang ukurannya lebih kecil.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara
vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring),
sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
2. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena
adalah :
| 17
2. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga
mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah
merah.
3. Penusukan
a. penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan
jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu,
penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
b. tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan
darah bocor dengan akibat hematoma
4. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel
akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan
pada pasien ketika dilakukan penusukan.
Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan
pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
3. Prosedur :
| 18
4. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila
pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.
6. Minta pasien mengepalkan tangan.
7. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
8. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa
kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan
pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5
menit daerah lengan.
9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70%
dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika
jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam
semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.
11. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien
membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali
jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
12. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan
kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik
jarum sebelum turniket dibuka.
b. Lokasi Pengambilan Darah Arteri
| 19
c) memiliki jaminan aliran darah.
Jika kerusakan pada arteri radial terjadi atau menjadi terhambat, arteri
ulnaris akan memasok darah ke jaringan biasanya dipasok oleh arteri
radial. Untuk menilai arteri radial untuk sampling, harus melakukan tes
Allen dimodifikasi untuk menjamin patensi arteri ulnaris.
Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan dan arteri radial tidak dapat
diakses, maka arteri brakialis dapat digunakan. Potensi untuk mendapatkan
sampel vena lebih besar bila menggunakan arteri brakialis karena ada pembuluh
darah besar terletak di dekat arteri brakialis. Selain itu, saraf medial terletak
sejajar dengan arteri brakialis dan akan menyebabkan rasa sakit pasien jika Anda
secara tidak sengaja mengenainya dengan jarum.
2. Peralatan
1. AGD kit:
a. Spuit spesifik untuk mengambil darah yang akan digunakan untuk
analisa gas darah.
b. Jarum 20 G 1 ¼ “
c. Jarum 22 G 1”
d. 1 ml ampul carian heparin (1:1000)
2. Sarung tangan
3. Spuit 5 ml dan 10 ml
4. Alcohol or poviodine-iodine pad
| 20
5. 4x4 gauze pads
6. Penutup karet untuk spuit
7. Tas plastik atau wadah berisi es
8. Label
9. Format permintaan laboratorium
Banyak fasilitas kesehatan yang menggunakan AGD kit yang terdiri atas
semua yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur ini termasuk tempat yang
sudah berisi es untuk membawa sampel ke laboratorium. Namun jika tidak ada,
gunakan basin emesis yang bersih dan mangkuk styrofoam untuk meletakkan es
didalamnya, atau tas plastik untuk membawa sampel ke lab.
3. Prosedur Tindakan
| 21
6) Suntikan harus dengan sudut 45° atau kurang di tangan berlawanan,
seperti memegang pensil atau sebuah anak panah. Penempatan paralel
dekat jarum tersebut akan meminimalkan trauma arteri dan
memungkinkan serat otot polos untuk menutup lubang tusukan setelah
jarum ditarik.
7) Sementara memfiksasi arteri dan dengan sudut jarum mengarah ke atas,
masukkan jarum ke tepat di bawah permukaan kulit. Sekarang dorong
jarum perlahan-lahan sampai terlihat denyut berkedip darah di pusat
jarum. Berhenti dan pertahankan posisi ini sampai terkumpul 2-4 cc darah
dalam alat suntik.
8) Jika jarum masuk terlalu jauh, tarik perlahan-lahan sampai mengalir darah
ke jarum suntik. Seharusnya tidak perlu ada aspirasi darah ke jarum suntik
sebab tekanan arteri akan mengisi otomatis alat suntik. Hanya dalam jika
digunakan jarum gauge kecil (misalnya 25 gauge), atau pasien hipotensi,
sebaiknya dilakukan aspirasi jarum suntik.
9) Setelah mendapatkan jumlah darah yang diinginkan, tarik jarum dan
terapkan tekanan ke area tusukan dengan ukuran 4 × 4. Setelah tekanan
diterapkan selama 2 menit, periksa area untuk perdarahan, aliran, atau
rembesan darah. Jika ada, terapkan tekanan sampai pendarahan terhenti.
Waktu kompresi lama akan diperlukan untuk pasien pada terapi
antikoagulan atau yang memiliki gangguan perdarahan.
10) Lepaskan jarum dari alat suntik. Jarum tidak boleh disumbat, bengkok,
atau sengaja dirusak karena bahaya tusukan diri. Semua jarum harus
ditempatkan dalam wadah tahan tusukan (umumnya dikenal sebagai
wadah benda tajam).
11) Sangat penting bahwa gelembung udara yang dikeluarkan dari spuit gas
darah karena dapat mengubah hasil gas darah. Pegang jarum suntik tegak
lurus dan tekan jarum suntik dengan lembut sehingga gelembung udara
naik ke bagian atas jarum suntik sehingga dapat dikeluarkan.
12) Cap jarum suntik dan letakkan spuit dalam kantong es (mendinginkan
sampel akan mencegah metabolisme lebih lanjut dari darah). Pasang slip
| 22
laboratorium untuk tas, dan bawa sampel ke laboratorium. Jika akan
menganalisis sampel, harus dilakukan sesegera mungkin.
13) Lepas sarung tangan dan lakukan cuci tangan untuk mencegah
penyebaran mikroorganisme.
| 23
E. Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Sputum
1. Tujuan
2. Indikasi
3. Waktu
4. Persiapan Alat
5. Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang
dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun
| 24
campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan
sputum.
6. Prosedur Tindakan
a. Menyiapkan alat
b. Memberitahu pasien
c. Mencuci tangan
d. Mengatur posisi duduk (fowler)
e. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
f. Memakai hand scoon
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah
disiapkan (sputum pot)
h. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
i. Membersihkan mulut pasien
j. Merapikan pasien dan alat
k. Melepas hand scoon
l. Mencuci tangan
2. Indikasi
| 25
Tindakan pengambilan eksudat ini dilakukan kepada pasien yang
mengalami infeksi pada lukanya sehingga muncul pus pada luka yang di derita
oleh pasien.
1) Serosa
2) Purulent
Deskriptif: lebih kental karena ada pus; warna bervariasi (misal: sedikit biru,
hijau, atau kuning). Warna mungkin bergantung pada organism penyebabnya.
Unsur pokok: leukosit, debris jaringan mati yang cair dan bakteri yang
hidupdanmati.
3) Sanguinosa (hemoragik)
Unsurpokok: seldaerahmerah.
4) Serusonguinosa
Deskriptif: drainase jernih dan ada sedikit darah. Biasanya terlihat pada insisi
bedah.
| 26
5) Purosanguinosa
Deskriptif: pus dan darah. Sering terlihat pada luka baru yang terinfeksi.
Unsur pokok: leukosit, debris jaringan mati yang cair, bakteri dan sel darah
merah.
a. Perlengkapan:
1. Sarungtangan disposable.
2. Sarungtangan steril.
3. Kantong tahan-lembab.
4. Set balutan luka steril.
5. Salin normal dan spuitirigasi.
6. Tabung kultur dengan swab dan media kultur (tabung aerob dan anaerob
tersedia) dan/atau spuit steril dengan jarum untuk kultur anaerob.
7. Label berisi informasi lengkap pada masing-masing tabung.
8. Slip permintaan laboratorium yang dilampirkan bersama spesimen.
5. Pelaksanaan
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa ha ltersebut
perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerjasama. Diskusikan
bagaimana hasilnya akan digunakan untuk merencanakan perawatan atau
terapi selanjutnya.
2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai
(misalnya sarung tangan).
3. Jaga privasi klien.
4. Angkat setiap balutan luar yang lembab yang menutupi luka.
a. Pasang sarung tangan disposibel.
| 27
b. Angkat balutan luar dan observasi setiap drainase (cairan) pada balutan.
Pegang balutan luka sehingga klien tidak melihat drainase karena
tampilan drainase dapat membuat klien terganggu.
5. Gunakan sarung tangan steril untuk mengambil spesimen.
6. Ambil drainase luka dengan spuit irigasi
7. Letakkan dalam tabung kultur dengan swab dan media kultur.
8. Berikan label pada masing-masing tabung.
9. Bersihkan luka setelah pengambilan spesimen.
10. Balut kembali luka dengan set balutan luka steril.
11. Rapikan alat.
12. Ucapkan salam terminasi.
| 28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spesimen merupakan sebagian dari jenis atau seagian dari kelompok benda
yang sama untuk di jadikan contoh. Spesimen juga dikatakan sebagai benda
sebenarnya. Jenis specimen bermacam macam, ada yang hidup sesuai kenyataan
di alam. Ada juga yang sudah diawetkan atau yang biasa disebut herbarium.
B. Saran
| 29
DAFTAR PUSTAKA:
| 30