Hari berganti, minggu terus bergulir. Kang Bima dengan susah payah
bergelut dengan pekerjaannya yang hanya sebagai buruh harian demi
memenuhi keinginananya untuk melaksanakan mitoni. Namun apalah daya
hendak dikata, Uang yang terkumpul tak cukup untuk membeli keperluan
mitoni. “Wis to tidak usah susah payah begitu kerjanya. Buat santai saja,
seperti dikejar hutang saja kamu” kata salah seorang kawan Bima ditempat
kerja. “Hutang-hutang! Walau kayak begini hutangku tidak segembel
(sebanyak) kamu. Aku gelem seperti ini demi kelancaran lahiran anakku.
Aku mau mitoni.” Tanggap Kang Bima berusaha untuk tetap tenang.
“Owalah ya syukur nek bojomu wis ngandung. Tapi apa ya tidak terlalu
berat dengan kondisimu yang seperti ini. Aku lihat koe tidak pernah istirahat
beberapa minggu ini.” Kata temannya Bisma lagi. “Wis to meneng! Ini
urusanku bukan urusanmu!” Sanggah Kang Bima dengan geramnya. Karena
melihat ekspresi muka Bima yang berubah, Paijo memutuskan untuk tidak
melanjutkan pembicaraannya.