Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Arlina Satiti Mugi Laras

KELAS : 09

NIM : 14040118120007

TEORI KOMUNIKASI FEMISNISME

Apakah ada perbedaan antara cara berkomunikasi antara perempuan dan laki-laki? Jika kita
percaya bahwa perbedaan gender dalam komunikasi memang ada, apa sajakah yang
anggapan ini? Atau mungkin terdapat pertanyaan bagaimana perbedaan di setiap gender
dalam efek komunikasi, dan dengan cara apa mereka berkomunikasi?

Teori Strukturalisme dan Komunikasi Feminis

Strukturalisme dan teori komunikasi feminis menguraikan perubahan mendasar dalam


studi komunikasi dan feminis, perubahan kinerjanya, dan mengaitkannya dengan perubahan
paradigmatik yang lebih umum dari strukturalisme ke poststrukturalisme di dalam keduanya.
Strukturalisme dan poststrukturalisme pula sebagai paradigma ilmiah yang berfungsi sebagai
panduan untuk pandangan kami tentang gender dan komunikasi dengan memberikan
seperangkat keyakinan dasar ontologi dan cara dasar untuk mengetahui epistemologi.

Paradigma Strukturalis

Untuk menjelaskan paradigma strukturalis, kita perlu meninjau kembali para pemikir
berpengaruh seperti Karl Marx, Louis Althusser, Antonio Gramsci, Ferdinand Saussure,
Ernest Laclau, Chantal Mouffe, dan Jacques Lacan. Dimulai dengan memperkenalkan Apada
pemikiran Mars dan Marxis, mereka dikenal karena kritiknya terhadap ekonomi politik
(kapitalisme), Karl Marx (1818-1883) berpendapat bahwa sosialisme borjuis dibangun di atas
kepemilikan pribadi dan pembagian kerja. Masyarakat terbagi menjadi dua kelas utama:
kaum kapitalis, yang memiliki mesin produksi, dan pekerja yang bekerja, yang terpaksa
menjual tenaga manual mereka. Premis penting lain dari Marxisme klasik adalah dikotomi
antara basis produksi dan suprastruktur ideologi dan hubungan deterministik antara
keduanya. Dengan demikian, alat-alat produksi seharusnya menentukan baik bentuk
masyarakat tertentu dan cara itu diolah kembali melalui ideologi dan komunikasi. Poin ini
telah ditantang oleh apa yang kemudian dikenal sebagai "teori" neo-Marxis Louis Althusser
(1918-1990), misalnya, memperkenalkan konsep overdetermination, yang menunjukkan baik
dialektika basis dan superstruktur dan otonomi relatif dari yang terakhir - akan ditantang
hanya dengan kekuatan penentu terutama. Antonio Gramsci (1891-1937) mengembangkan
poin ini lebih jauh dengan memperkenalkan konsep hegemoni. hegemoni didefinisikan
sebagai dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok yang lain, dengan atau tanpa
ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominasi terhadap
kelompok yang didominasi/dikuasai diterima sebagai sesuatu yang wajar dan tidak
mengekang pikiran.

Hegemoni Gramsci menekankan kesadaran moral, dimana seseorang disadarkan lebih


dulu akan tujuan hegemoni itu. Setelah seseorang sadar, ia tidak akan merasa dihegemoni lagi
melainkan dengan sadar melakukan hal tersebut dengan suka rela. Jadi terdapat dua jenis
hegemoni, yang satu melalui dominasi atau penindasan, dan yang lain melalui kesadaran
moral.

Lalu dari penjelasan diatas muncul 2 teori feminis yaitu:

 Teori Grup Muted


Teori Muted Group merupakan karya Antropolog Sosial yakni Shirley
Ardener (1975). Ia berpendapat bahwa perempuan dan laki-laki itu dalam masyarakat
patriarki kapitalis cenderung membentuk dua lingkaran pengalaman dan interpretasi
yang berbeda, yang satu tumpang tindih dengan yang lain.Dimana lingkaran maskulin
bertemu dengan norma-norma masyarakat yang memberikan tanda maskulin dan
mengesampingkan lingkaran feminin.Yang pada akhirnya menyebabkan lingkaran
wanita tidak terlihat diakui.Maksudnya yaitu hanya sebagian kecil saja yang
diekskpos dari lingkaran tersebut.
Akibatnya , pengalaman perempuan ini hanya dirasa sebagai lubang hitam .
Persepektif perempuan sendiri dibatasi sehingga suara mereka tidak bisa
diartikulasikan secara publik.Hingga pada akhirnya kemudian,perempuan dibiarkan
menentukan pilihan mereka walaupun opsi yang diajukan bermasalah.Shirley Ardener
menjelaskan bahwa wanita yang dari kelompok bawah manapun memang berbicara/
menyampaikan suara , namun walaupun mereka berbicara dan menyampaikan sesuatu
terhadap kelompok dominan menjadi sia-sia karena tidak mendapatkan tanggapan.
Munculnya teori Muted Group disebabkan karena adanya tekanan dan
tindasan terhadap suatu kelompok baik dalam bentuk ras, gender, pekerjaan dan lain-
lain. Selain itu dimana suatu kelompok sulit untuk menyampaikan gagasan atau ide-
ide mereka, mereka merasa kecil diantara kelompok dominan yang ada. Tekanan yang
dilakukan oleh kelompok dominan terhadap kelompok minoritas, didasarkan adanya
perbedaan persepsi, dominasi terhadap suatu kelompok yang menjadi penyebab
munculnya kelompok bungkam. Biasanya kelompok bungkam terjadi pada wanita-
wanita yang tidak bisa menghadapi perubahan dan wanita-wanita yang tidak
memperjuangkan emansipasi.  Menurut teori ini, perempuan menghadapi dilema yang
timbul dari kenyataan bahwa pengalaman dan sarana komunikasi mereka dibatasi oleh
marginalisasi mereka di masyarakat dan mereka.
Group muted theory ini memberikan perspektif yang agak umum tentang
penindasan perempuan: (Semua) perempuan diredam, dan (semua) lelaki bisu.
Dengan demikian, ini menggantikan keprihatinan kelas-terkait Marxis dengan
keprihatinan terkait gender, dan meskipun perspektif ini menempatkan gender pada
fokus analisis, kategori perempuan-gender sebagai kelompok dan laki-laki sebagai
kelompok-dipertahankan.
 Teori Standpoint
Teori Standpoint ini dikembangkan oleh Nancy Hartsock. Standpoint Theory
berawal pada tahun 1807, ketika filsuf Jerman Georg Wilhelm Friedrich Hegel mulai
mendiskusikan mengenai hubungan antara tuan dan budak yang menyebabkan
perbedaan sudut pandang pada masing-masing peran. Nancy Hartsock menggunakan
ide-ide dari Hegel dan Karl Marx untuk kemudian mengadaptasi Standpoint Theory
untuk menguji hubungan antara wanita dan pria. Teori ini memberikan kerangka
untuk memahami hubungan sistem kekuasaan dan pengetahuan. Hartsock feminisme
fokus pada posisi sosial wanita dan keinginan untuk mengakhiri penindasan
berdasarkan gender.
Menurut cara berpikir ini, kelompok-kelompok yang terpinggirkan tidak
hanya dipaksa untuk mengembangkan sudut pandang mereka sendiri dari posisi yang
kurang istimewa, tetapi juga dituntut untuk memahami sudut pandang yang lebih
kuat.
Selain itu teori ini memberikan kesempatan kepada setiap individu menegaskan
bahwa pengalaman, pengetahuan dan perilaku komunikasi orang dibentuk oleh
kelompok sosial dimana mereka tergabung. Dalam teori ini wanita dianggap sebagai
kelompok yang terangsingkan, akibatnya budaya dan pelakuan hanya dapat diberikan
oleh kelompok dominan. Teori ini juga memberi penekanan pada pentingnya
lingkungan sosial, karena mereka yakin bahwa orang yang berada di bagian atas akan
mendapatkan keistimewaan. Dalam hal ini dengan menggunakan teori sikap akan
membantu perempuan yang memiliki perbedaan dan pemahaman lewat kondisi sosial
dan budaya yang berbeda.
Psikolog Carol Gilligan telah memberi kita versi yang sedikit berbeda dari
teori Standpoint dalam studi klasiknya tentang gender dan penalaran moral. Dia
menyimpulkan bahwa perempuan, dalam penalaran moral mereka, menunjukkan etika
kepedulian dan pertanyaan, dengan demikian kontras/bertentangan dengan etika
keadilan yang maskulin dan kesempatan yang sama (Gilligan, 1982).
Didasarkan pada keyakinan bahwa perempuan berdasarkan posisi mereka
dalam masyarakat memiliki sudut pandang yang berbeda (daripada laki-laki), ahli
retorika feminis ini mengusulkan model feminin tertentu yang bertumpu pada konsep
komunikasi baru. Tetapi untuk mengeksplorasi ide-ide ini, kita harus menyimpang ke
bidang yang dianggap signifikan dari sudut pandang dan memberikan pembaca kita
beberapa contoh-contoh perbedaan dan pendekatan identitas untuk dieksploitasi lebih
lanjut.

Teori Poststrukturalis dan Komunikasi Feminis

Poststrukturalis merupakan pemikiran yang muncul sebagai akibat ketidakpuasan dan


ketidaksetujuan pada pemikiran sebelumnya yaitu strukturalis. Ia secara fundamental
menentang gagasan-gagasan yang sampai sekarang telah ditegakkan: suatu ketidakpastian
subjek, bahasa, dan masyarakat sebagai entitas yang bersatu, stabil, dan terpisah. serta
interaksi sistem dan struktur dalam pertukaran dialektik, dan penjelasan dan penentuan
detinitif. Perspektif yang melekat dalam poststrukturalisme menyoroti interaksi antara subjek,
bahasa, dan masyarakat dan menekankan agensi, kompleksitas, dan keterkaitan dalam
pelaksanaan kekuasaan. Poststrukturalisme menandai pergantian kinerja, yaitu pergantian
menuju kinerja sebagai prasyarat komunikatif yang diwujudkan.

Paradigma Poststrukturalis

Paradigma Poststrukturalis

Karya filsuf Michel Foucault, Jacques Derrida, Jacques Lacan, dan Judith Butler
adalah hal yang mendasar bagi paradigma poststrukturalis dan telah menjadi sumber utama
inspirasi untuk komunikasi. Foucault mengkritik Marxisme dan psikoanalisis, dengan alasan
bahwa gagasan, institusi, dan pola perilaku kita saat ini harus dipahami sebagai dis rezim
kursif. Sumber lain dari pemikiran poststrukturalis adalah filsuf dan ahli bahasa Jacques
Derrida (1930-2004). Derrida menyampaikan kritik dasar tentang apa yang ia sebut sebagai
Western metaphysics of essence and presence yang menyatakan bahwa identitas selalu tidak
mengandung jejak. Dia mengacu pada teori Saussure, namun Derrida melangkah lebih jauh
dengan mendekonstruksi perbedaan antara bahasa sebagai suatu sistem dan bahasa yang
digunakan dan gagasan hubungan satu-ke-satu yang terdiri dari penanda dan penanda.

 Teori Performance
Performansi adalah sebuah gambaran dr wacana2 berkuasa dlm sebuah
“praktek penyebutan yg diformalkan” dimana tindakan nyata dari formalisasi &
penyebutan itu hampir tidak dpt dihindari mendorong yg disebut ke luar dr
keteraturannya, karena itu menyebabkan keterikatan pada sebuah pelarian atau
keterbukaan. gender merupakan sebuah “praktek social teratur” yang
mengkondisikan cara seks dimaterialisasikan dan dihubungkan pd tubuh sebagai
sebuah formalisasi yang diulang diulang, sebagai “kekuasaan-tubuh”.

 Teori Positioning
Sama seperti teori kinerja, beroperasi dengan istilah-istilah seperti wacana,
subjektivitas dan posisi untuk menganalisis aspek dinamis dari pertemuan sosial.
Fokus pada praktik diskursif dan cara orang diposisikan oleh dan posisikan diri
mereka sebagai, agen melalui praktik itu, sehingga menghasilkan subjektivitas mereka
sendiri wacana memberikan subyek dengan posisi untuk dihuni (tinggal / tempati)
dalam praktik.

 Teori Transgeder dan Cyborg


 Teori ini adalah perkembangan terbaru dalam bidang teori post-struktural
feminis, yaitu, gagasan bahwa memandang gender sebagai "performance”. Kita
berfokus pada ketegangan teoritis antara "performance" dan "performativity".
Performance dapat dianggap sebagai perwujudan yang diwujudkan yang
membedakan peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya, sekelompok anak laki-laki
bermain hopscotch di taman bermain selama istirahat makan siang di sekolah.
Pertunjukan tersebut pertama-tama terutama tentang penguasaan bentuk dan tampilan
kompetensi dalam melakukannya sehubungan dengan situasi dan konteks tertentu. 
Performativity, dapat dianggap sebagai perwujudan yang diwujudkan yang terikat
pada pemberian komentar akan wacana dan frameworks yang membentuknya. Dalam
kasus di atas, pertentangan antara anak laki-laki dan perempuan akan menjadi
performativity sepanjang mereka mengomentari performance mereka sendiri,
misalnya, dengan menunjukkan performance mereka sebagai jenis kelamin yang
diastereotipikan.
Singkatnya – perspektif “Performativity” menempatkan kinerja dalam
konteks dan riwayat tertentu, secara kritis mengeksplorasi ketegangan antara tindakan
dan apa yang ditindaklanjuti, baik dalam hal agen yang terlibat dan penonton/peneliti.
“Performance” yang secara reflektif mengeksplorasi slippage antara tindakan dan apa
untuk ditindaklanjuti yang merupakan hal menarik untuk perspektif performativity.
Ahli teori transgender menyarankan untuk terlibat dalam hubungan yang rumit antara
"performance" dan "performativity"sehingga menghindari perangkap dari sistem dua
jenis kelamin. Kita dapat membahas gender dalam bentuk mobilitas gender. Terdapat
empat langkah : membayangkan identitas seksual (evolusi), membuat identitas
seksual (revolusi), membangun identitas seksual (involusi), review identitas seksual
(evolusi). Terdapat batas gender yang menunjukkan bahwa identitas seksual tidaklah
tetap, namun merupakan pengalaman yang riil dan penuh arti.

Dalam Teori Cyborg, cyborg tidak hanya melampaui kategori gender tetapi
juga batasan "natural" lainnya, seperti seksualitas. . Politik Cyborg adalah politik
feminis yang tidak bergantung pada “logika apropriasi (asumsi / adopsi),
penggabungan & identifikasi taksonomi. Technoscience barat secara bertahap
merusak relevansi perbedaan antara manusia dan mesin, dan dia melihat potensi
feminis (dan lainnya) dalam pembuatan "cyborg". Cyborg tidak hanya melampaui
kategori gender namun juga batas alami lainnya, seperti ras dan seksualitas. Teori ini
telah bersama-sama untuk mengartikulasikan kerangka teori baru yang
mendekonstruksi sistem gender dua tingkat dan menyediakan sejumlah kemungkinan
gender, dengan demikian juga menantang gagasan feminisme yang berbeda dan
membuka kemungkinan transfeminisme. Transfeminisme tidak hanya menunjukkan
keanekaragaman dan untuk kemungkinan campuran dari berbagai jenis feminisme
adalah hal yang memungkinkan. Selain itu banyak pula "migrasi gender" atau contoh
"perbatasan gender" telah terjadi di antarmuka komunikasi yang dimediasi komputer
(CMC).

Intinya ialah di dalam transgender teory ini, identitas gender atau seksual
tidak tetap, bukan tahap sementara yang melampaui pertumbuhan individu dewasa
atau berkembang, melainkan pengalaman yang sebernarnya dan bermakna.

Kesimpulan :

Seperti strukturalisme feminis, poststrukturalisme feminis membahas cara kerja kekuasaan


melalui wacana, meskipun dikonseptualisasikan secara berbeda. Dalam paradigma
strukturalis, wacana dianggap bekerja secara dialektis sejauh ia terus membentuk kembali dan
dibentuk oleh "realitas”. Nah dalam model poststrukturalis, tidak ada oposisi antara wacana
dan kenyataan, sebaliknya, fenomena sosial dan bahkan material adalah dianggap diproduksi
secara aktif. Praktik diskursif secara sistematis membentuk subjek serta objek yang mereka
bicarakan. Lebih lanjut, kekuasaan pada saat ini dikonseptualisasikan sebagai sesuatu yang
cair, kompleks, dan bergantung, dan perhatian utamanya berpusat pada kekuatan agensi dan
pemberdayaan kelompok dan individu didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai