Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HALUSINASI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu: Alvi Ratna Yuliana, S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun oleh:
Ria Hapsari Zirbat (20181420)
Rini Riana (20181421)
Riska Azizah (20181423)
Riski Apriliana (20181438)
Sari Setyo Rahayu (20181424)
Septiani Winda L (20181425)
Kelas 2B
Semester 4
D3 KEPERAWATAN

AKPER KRIDA HUSADA KUDUS


Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati, KM 05, Jepang, Mejobo, Kudus
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai kenikmatan sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam
tidak lupa kami limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan
judul “Halusinasi”. Makalah ini berisi konsep tentang halusinasi dan asuhan keperawatan
untuk pasien dengan gangguan halusinasi.

Kritik dan saran senantiasa kami buka demi kesempurnaan makalah. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi para mahasiswa.

Kudus, 16 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Halusinasi...................................................................................3

b. Klasifikasi Halusinasi...................................................................................3

c. Etiologi Halusinasi.......................................................................................4

d. Tanda dan gejala Halusinasi.........................................................................6

e. Fase-fase Halusinasi.....................................................................................6

f. Dimensi Halusinasi......................................................................................7

g. Pohon Masalah.............................................................................................8

h. Askep Halusinasi..........................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................13

B. Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara optimal, sejauh
perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.

Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang
bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan
adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu
mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian, kesakitan, dan
distabilitas.

Krisis multidimensi telah mengakibatkan tekanan berat pada sebagian masyarakat


dunia umumnya dan Indonesia khususnya. Masyarakat yang mengalami krisis ekonomi
tidak saja mengalami gangguan kesehatan fisik tapi mengalami gangguan kesehatan
mental psikiatri yang dapat menurunkan produktivitas kerja dan kualitas hidup.

Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah halusinasi.


Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang
palingsering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.
Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang
dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara
halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara
keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak.
Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar
tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran,
ancaman dan lain-lain.

Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada
pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi
yangberhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi lingkungan.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu halusinasi?
2. Apa saja klasifikasi halusinasi?
3. Apa saja faktor penyebab halusinasi?
4. Apa saja tanda dan gejala halusinasi?
5. Bagaimana fase-fase halusinasi?
6. Bagaimana dimensi halusinasi?
7. Bagaimana pohon masalah halusinasi?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien halusinasi?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat diambil tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk :
1. Mengetahui apa itu halusinasi.
2. Mengetahui klasifikasi halusinasi.
3. Mengetahui faktor penyebab halusinasi.
4. Mengetahui tanda dan gejala halusinasi.
5. Mengetahui fase-fase halusinasi.
6. Mengetahui dimensi halusinasi.
7. Mengetahui pohon masalah halusinasi.
8. Mengetahui asuhan keperawatan halusinasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Halusinasi

Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat


simulus (Yosep, 2009).

Halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory impressions or


experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera.
(Sundeen's, 2004).

Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera
seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).

Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi merupakan bentuk


kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak
disertai stimulus fisik yang adekuat.

B. Klasifikasi Halusinasi
Menurut Maramis, (1995) terdapat beberapa jenis halusinasi di antaranya:
1. Halusinasi penglihatan ( visual, optik ) :
tak berbentuk ( sinar, kalipan atau pola cahaya ) atau berbentuk (orang,
binatang  atau barang lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak.
2. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) :
suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik.
3. Halusinasi pencium (olfaktorik) :
mencium sesuatu bau.
4. Halusinasi pengecap (gustatorik) :
merasa/mengecap sesuatu.
5. Halusinasi peraba (taktil) :
merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah
kulitnya.

3
6. Halusinasi kinestetik :
merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya
bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau “phantom limb”).
7. Halusinasi viseral :
perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya.
8. Halusinasi hipnagogik :
terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi
sensorik bekerja salah.
9. Halusinasi hipnopompik :
seperti no.8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun sama sekali dari tidurnya.
Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal.
10. Halusinasi histerik :
timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.

C. Etiologi Halusinasi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi
adalah :

a. Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan


kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

b. Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan


merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

c. Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya


stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.

4
d. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah


terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.

e. Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah :

a. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur


proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b. Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor


lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c. Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi


stressor.

5
D. Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat (1999)
dikutip oleh Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan  dengan halusinasi adalah
sebagai berikut :

1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri;


2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon
verbal yang lambat.;
3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang
lain;
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata;
5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah;
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya;
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), dan takut;
8. Sulit berhubungan dengan orang lain;
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah;
10.Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;
11.Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton;
E. Fase-fase Halusinasi
Tahap I  Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
 Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
 Gerakan mata yang cepat
 Respon verbal yang lambat
 Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
Tahap II  Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan
ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan
darah
 Penyempitan kemampuan konsenstrasi
 Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan antara
halusinasi dengan realitas.
Tahap III  Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh

6
halusinasinya daripada menolaknya
 Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
 Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
 Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat,
tremor,ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
Tahap IV  Prilaku menyerang teror seperti panik
 Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh
orang lain
 Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti
amuk, agitasi,menarik diri atau katatonik
 Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
 Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

F. Dimensi Halusinasi
Penyebab halusinasi dapat di lihat dari lima dimensi menurut (Yosep, 2009);
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan waktu tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidakdapat di atasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut sehingga dengan kondisi tersebut klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
implus yang menekan, namum merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang
akan mengontrol semua perilaku klien.
4) Dimensi Sosial

7
Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu sangatlah
membahayakan, klien asik dengan halusinasinya. Seolah-olah dia
merupakan tempat akan memenuhi kebutuhanakan interaksi sosial, kontrol
diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi
di jadikan systemkontrol oleh individu tersebut, sehingga jika sistem
halusinasi berupa ancaman, dirinya maumpun orang lain. Oleh karna
itu,aspek penting dalam melakukan intervensi keperawatan klien dengan
mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan,serta mengusahakan klien tidak menyendiri
sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungan dan halusinasi tidak
langsung.
5) Dimensi Spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
mensucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan
takdirnya memburuk.
G. Pohon Masalah

8
H. Asuhan Keperawatan Halusinasi

1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian sumber informasi didapatkan dari klien dan perawat
ruangan. Data yang di dapatkan sesuai dengan tanda dan gejala pada landasan
teori halusinasi kecuali pada gejala pemicu kondisi kesehatan ( nutrisi kurang,
infeksi, kurang tidur).
Di RSJ Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami pasien gangguan jiwa
adalah halusinasi suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi
penghidu, pengecapan, dan perabaan. Berikut ini jenis-jenis halusinasi, data
subjektif dan objektif menurut Videbeck (2004:310):

Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif


Halusinasi dengar  Mendengar suara  Mengarahkan telinga
(Auditory-hearing menyuruh melakukan pada sumber suara.
voices or sound) sesuatu yang berbahaya.  Bicara atau tertawa
 Mendengar suara atau sendiri.
bunyi.  Marah-marah tanpa
 Mendengar suara yang sebab.
bercakap-cakap.  Menutup telinga.
 Mendengar seseorang  Mulut komat-kamit.
yang sudah meninggal.  Ada gerakan tangan.
 Mendengar suara yang
mengancam diri klien
atau orang lain yang
membahayakan.
Halusinasi          Melihat seseorang yang  Tatapan mata pada
penglihatan (visual- sudah meninggal, melihat tempat tertentu.
seeing persons or mahkluk tertentu, melihat  Menunjuk kearah
things) bayangan, hantu atau tertentu.
sesuatu yang menakutkan,  Ketakutan pada objek
cahaya. Monster yang yang dilihat.
memasuki perawat.
Halusinasi penghidu  Mencium sesuatu seperti  Ekspresi wajah
(olfactory-smelling bau mayat, darah, bayi, seperti mencium

9
odors) feses, atau bau masakan, sesuatu dengan
parfum yang gerakan cuping
menyenangkan. hidung, mengarahkan
 Klien sering hidung pada tempat
mengnatakan sering tertentu.
mencium bau sesuatu.
 Tipe halusinasi ini
sering menyertai klien
demensia, kejang atau
penyakit
serebrovaskular.
Halusinasi perabaan  Klien mengatakan ada  Mengusap,
(tactile-feeling bodily sesuatu yang menggaruk-garuk,
sensation) menggerayangi tubuh meraba-raba
seperti tangan, binatang permukaan kulit.
kecil, makhluk halus.  Terlihat menggerak-
 Merasakan sesuatu gerakkan badan
dipermukaan kulit, seperti merasakan
merasakan sangat panas sesuatu rabaan.
atau dingin, merasakan
tersengat listrik.
Halusinasi    Klien seperti sedang  Seperti mengecap
pengecapan merasakan makanan sesuatu. Gerakan
(gustatory- tertentu, rasa tertentu mengunyah, meludah
experiencing tastes) atau mengunyah sesuatu atau muntah
2. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi perilaku kekerasan.
2. Perubahan persepsi sensori halusinasi
3. Isolasi social.
4. Harga diri rendah kronik.

3. Intervensi Keperawatan

 Bantu klien mengenali halusinasi

10
Perawat mencoba menanyakan pada klien tentang isi halusinasi , waktu
terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan terjadinya halusinasi.
 Latih pasien control halusinasi
Untuk Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya untuk mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul.
 Latih bercakap-cakap dengan orang lain
Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi;
focus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain tersebut.
 Latih klien beraktifitas secara terjadwal
Dengan beraktifitas secara terjadwal klien tidak akan mengalami banyak
waktu luang yang sering kali mencetuskan halusinasi.
 Latih pasien menggunakan obat secara teratur
Klien gangguan jiwa yang dirawat dirumah seringkali mengalami putus
obat sehingga akibatnya klien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan
terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit.
 Pemberian psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/skizofrenia biasanya
diatasi dengan menggunakan obat-obatan anti psikotik, antara lain:
Golongan burifenon: haloperidol, haldol, serenace, ludemor.
Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3x5 mg,im.
Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam. Setelahnya klien biasanya
diberikan obat per oral 3x5 mg.
Golongan fenotiazine: chlorpromazine/largactile/promactile. Biasanya
diberikan per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3x100 mg. apabila sudah
stabil dosis dapat dikurangi 1x100 mg pada malam hari.

 Pantau efek samping obat

11
Perawat perlu memahami efek samping yang sering ditimbulkan oleh obat-
obat psikotik seperti mengantuk, tremor, mata melihat keatas, kaku-kaku otot,
otot bahu tertarik sebelah, hiper salivasi, pergerakan otot tak terkendali. Untuk
mengatasi ini biasanya dokter memberikan obat anti parkinsonisme
yaitu trihexpenidile 3x2 mg. apabila terjadi gejala-gejala yang dialami oleh
klien tidak berkurang maka perlu diteliti apakah obat betul-betul diminum atau
tidak. Untuk itu keluarga juga perlu dijelaskan tenteng pentingnya melakukan
observasi dan pengawasan cara minum obat klien.
 Libatkan keluarga dalam tindakan
Keluarga adalah support system terdekat. Keluarga yang mendukung
klien secara konsisten akan membuat klien mandiri dan patuh mengikuti
program pengobatan.salah satu tugas perawat adalah melatih keluarga agar
mampu merawat klien ganggguan jiwa dirumah.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Halusinasi merupakan gangguan pencecaran (persepsi) panca indra tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputu semua system penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik.
Adapun pembagian halusinasi itu sendiri yaitu:
1. Halusinasi dengar (Auditory-hearing voices or sound)
2. Halusinasi penglihatan (visual- seeing persons or things)
3. Halusinasi penghidu (olfactory-smelling odors)
4. Halusinasi perabaan (tactile-feeling bodily sensation)
5. Halusinasi pengecapan (gustatory- experiencing tastes)
B. Saran
Makalah ini pasti jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu apabila ada
kesalahan mohon dimaafkan dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA
Iyus Yosep,S.Kp.,M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa(Edisi Revisi).Refika Aditama.Bandung

Isaacs, Ann.2004. Panduan Belajar Keperaeatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatik. Edisi

3.Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St.

Louis: Mosby Year Book.

14

Anda mungkin juga menyukai