Anda di halaman 1dari 4

FILSAFAT SENI

Disusun Oleh :
Arief Satriyo Wibowo
Paskasius Kalis Legi
Yesi Diana Putri

Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Filsafat Seni


Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, Pascasarjana
Institut Seni Indonesia Yogyakarta
2016
I. PEMBAHASAN

Nilai kehidupan, terdiri dari nilai-nilai rasa kehidupan yang meliputi luhur, halus,
atau lembut hingga yang kasar. Nilai kehidupan mencakup nilai baik yang berlawanan
dengan jelek. Nilai kehidupan menghadirkan perasaan yang sama sekali tidak tergantung
serta tidak dapat dikurangi baik pada tingkat nilai yang lebih tinggi atau pada tingkatan nilai
yang lebih rendah, dalam hal ini nilai kegunaan atau kesenangan. Nilai kehidupan dalam
karya seni adalah nilai-nilai yang dibawa oleh sebuah karya mulai dari latar budaya, sosial,
norma, maupun ekspresi pribadi seorang seniman. Berikut ini diuraikan beberapa nilai apa
saja yang terkandung di dalam nilai kehidupan (1) nilai moral, berhubungan dengan perilaku
dan pembentukan akhlak (2) nilai sosial, berhubungan dengan hubungan antar manusia
dalam lingkungan tertentu (3) nilai budaya, berhubungan dengan kebiasaan, adat istiadat,
dan pola piker masyarakat (4) nilai agama, berhubungan dengan norma-norma agama (5)
nilai psikologi, berhubungan dengan kondisi kejiwaan/batin tokoh-tokohnya (6) nilai
pendidikan, berhubungan dengan perilaku baik, dewasa, bermanfaat, dapat memilah baik
dan buruk. Nilai kehidupan berupa nilai inderawi dan nilai formal yang saling berkaitan satu
sama lain. Nilai kehidupan juga termasuk di dalam nilai isi (content) yang merupakan salah
satu dari tiga nilai-nilai yang bersifat dasariah dalam seni. Selain itu ada nilai penampilan
(appearance) yang terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur dan nilai pengukapan
(presentation), yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat pribadi seseorang, nilai
keterampilan dan nilai medium yang dipakainya (Sunaryadi, 2013:88).

Nilai kehidupan mencangkup dua aspek yang pertama nilai yang bersifat tekstual
dan yang kedua nilai yang bersifat kontekstual. Nilai yang bersifat tekstual mencakup
penilaian inderawi atau hanya yang dapat dilihat secara visual. Sedangkan nilai yang bersifat
kontekstual mempunyai cakupan yang lebih luas dan mandalam. Yang dimaksud mendalam
disini adalah penyampaian karya seni dari segi penyampaian hal yang tidak terlihat atau
tersirat dengan cara mencari tahu bagian dari bagian cerita yang ingin disampaikan oleh
penciptanya.
Rasa adalah salah satu dari beberapa daya khusus tubuh manusia, dengan rasa
seseorang menyadari sesuatu, dapat melalui penglihatan, pendengaran, penciuman,
sentuhan, pencerapan, atau gabungan dua atau tiga indranya (Marianto Dwi, 2011:151).
Dalam dunia kritik seni, nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalam sebuah karya juga
dapat dilihat dari dua metode, yaitu kontekstualisme dan isolasionisme. Dua metode ini
digunakan untuk menginterpretasi karya. Dalam
DAFTAR PUSTAKA

Gie, The Liang. 2004. Filsafat Seni Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna
(PIBUB).
Marianto, Dwi M. 2011. Menempa Quanta Mengurai Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit Institut
Seni Indonesa Yogyakarta.
Sunaryadi. 2013. Filsafat Seni: Suatu Tinjauan Dari Perspektif Nilai Jawa. Yogyakarta: Lingga
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai