Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nanda Tia Losi

NIM : 8196171010
Prodi : A1/Pascasarjana DIKMAT
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu :

UJIAN AKHIR SEMESTER FILSAFAT ILMU


Soal

1. Buatlah peta konsep sejarah dan perkembangan ilmu sejak zaman Yunani Kuno, Abad
Pertengahan, Renaisance atau Aufklarung hingga zaman Moderrn dan Kontemporer,
serta substansi objek kajian setiap zaman,

2. Jelaskan metode-metode ilmiah dan aliran-aliran pemikiran untuk memperoleh ilmu


pengetahuan!

3. Apa manfaat filsafat sebagai metode berpikir kritis untuk mempertanyakan kepastian dan
kebenaran ilmiah dalam pengembangan ilmu?

4. Jelaskan secara sistematik pengembangan ilmu bebas nilai dan terikat dengan nilai serta
peran etika, kekuasaan dan media massa dalam menentukan kebenaran!

5. Apa dan bagaimana pandangan dan wawasan anda dalam menghadapi perkembangan
ilmu pendidikan dan teknologi yang berlangsung dengan begitu cepat, spektakuler,
mendasar; yang secara ekstensif menyentuh semua segi dan sendi kehidupan dan secara
intensif merombak budaya manusia?

Jawaban

1. Peta konsep perkembangan ilmu dari zaman yunani kuno sampai pada zaman
kontemporer:
Perkembangan Ilmu

ZAMAN YUNANI RENAISANCE MODERN KONTEMPORER


ZAMAN
KUNO
RENAISANCE MODERN KONTEMPORER
YUNANI
Thales KUNO pemikiran baru Isaac Newton
Perkembangan
Phytagoras Nicholas (1643-1727)dan
zaman dizaman ini
Socrates Copernicus (1473- Leibniz (1646-
yaitu
Demokritua 1543) dan Francis 1716)
perkembangan
Plato Bacon (1561- Joseph Black
fisika
Aristoteles 1626). (1728-1799)
Johannes Keppler J.L. Proust (1754-
(1571-1630) 126
Galileo (1546-
1642)
Desarque (1593-
1662

2. Metode – metode ilmiah dan aliran – aliran filsafat


a. Metode – metode ilmu pengetahuan dalam filsafat ilmu.
1) Metode Empirisme:
Menurut paham empirisme, metode untuk memperoleh pengetahuan didasarkan
pada pengalaman yang bersifat empiris, yaitu pengalaman yang bisa dibuktikan
tingkat kebenarannya melalui pengamalan indera manusia. Proses terjadinya
pengetahuan menurut penganut empirisme berdasarkan pengalaman akibat dari
suatu objek yang merangsang alat inderawi, kemudian menumbuhkan rangsangan
saraf yang diteruskan ke otak. Kesimpulannya adalah metode untuk memperoleh
pengetahuan bagi penganut empirisme adalah berdasarkan pengalaman inderawi
atau pengalaman yang bisa ditangkap oleh panca indera manusia.
2) Metode Rasionalisme
Rasionalisme menegasikan nilai pengalaman, melainkan pengalaman dijadikan
sejenis perangsang bagi akal pikiran untuk memperoleh suatu pengetahuan.
Menurut Rene Descartes (Bapak Rasionalisme), bahwa kebenaran suatu
pengetahuan melalui metode deduktif melalui cahaya yang terang dari akal budi.
3) Metode Fenomenalisme:
Menurut Kant, metode untuk memperoleh pengetahuan tidaklah melalui
pengalaman melainkan ditumbuhkan dengan pengalaman-pengalaman empiris
disamping pemikiran akal rasionalisme. Syarat dasar bagi ilmu pengetahuan
adalah bersifat umum dan mutlak serta memberi pengetahuan yang baru.
4) Metode Intuisionisme:
Metode intuisionisme adalah suatu metode untuk memperoleh pengetahuan
melalui intuisi tentang kejadian sesuatu secara nisbi atau pengetahuan yang ada
perantaraannya. Menurut Henry Bergson, penganut intusionisme, intuisi adalah
suatu sarana untuk mengetahui suatu pengetahuan secara langsung. Metode
intuisionisme adalah metode untuk memperoleh pengetahuan dalam bentuk
perbuatan yang pernah dialami oleh manusia.
5) Metode Ilmiah:
Pada metode ilmiah, untuk memperoleh pengetahuan dilakukan dengan cara
menggabungkan pengalaman dan akal pikiran sebagai pendekatan bersama dan
dibentuk dengan ilmu. Secara sederhana teori ilmiah harus memenuhi 2 syarat
utama yaitu harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya dan harus cocok
dengan fakta-fakta empiris.
6) Metode Induktif:
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil
observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Menurut suatu
pandangan yang luas diterima, ilmu-ilmu empiris ditandai oleh metode induktif,
suatu inferensi bisa disebut induktif bila bertolak dari pernyataanpernyataan
tunggal, seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan penelitian orang
sampai pada pernyataan-pernyataan universal.
7) Metode Deduktif:
Deduksi ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah
lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada
dalam metode deduktif ialah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-
kesimpulan itu sendiri. Ada penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan
apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan
dengan teori- teori lain dan ada pengujian teori dengan jelas menerapkan secara
empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.
8) Metode Skolastik:
Metode bersifat sintesis-deduktif yang bertitik tolak dari definisi-definisi yang
jelas untuk dapat menarik kesimpulan-kesimpulan.
9) Metode Matematis:
Metode yang menganalisa mengenai hal-hal kompleks yang dicapai intuisi akan
hakikat-hakikat sederhana dan dari hakikat-hakikat itu dideduksikan secara
matematis segala pengertian lainnya.
10) Metode Transendental:
Metode yang bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis
yang disertai syarat-syarat tertentu.
11) Metode Dialektis:
Metode yang mengikuti dinamika pikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis
dan antitesis dicapai hakikat kenyataan.
12) Metode Neopositifitis:
Metode yang memahami kenyataan menurut hakikatnya dengan jalan
mempergunakan aturan-aturan pada ilmu pengetahuan positif.
13) Metode Analitika Bahasa:
Metode yang menggunakan jalan analisis pemakaian bahasa sehari-hari yang
ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofi.
14) Metode Kritis:
Metode yang menganalisa istilah dan pendapat yang menjelaskan keyakinan dan
memperlihatkan pertentangan.

b. Aliran-aliran Filsafat Ilmu


1) Rasionalisme
Paham rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia
adalah rasio. Jadi, dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio, mustahil manusia
dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir. Oleh karena
itu, berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan. Manusia yang
berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin banyak manusia
itu berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat.
Tokoh-tokohnya ialah Rene Descartes, Spinoza, leibzniz, dan Wolff,
meskipun pada hakikatnya akar pemikiran mereka dapat ditemukan pada
pemikiran para filsuf klasik misalnya Plato, Aristoteles, dan lainnya
2) Empirisme
Secara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu emperia yang
artinya pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu Thomas Hobbes, Jhon Locke, Berkeley,
dan yang terpenting adalah David Hume.
Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa
yang dapat diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis
terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu. Strategi
utama pemerolehan ilmu, dengan demikian, dilakukan dengan penerapan metode
ilmiah.
3) Realisme
Realisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa objek-objek yang
kita serap lewat indra adalah nyata dalam diri objek tersebut. Objek-objek tersebut
tidak bergantung pada subjek yang mengetahui atau dengan kata lain tidak
bergantung pada pikiran subjek. Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi, tetapi
interaksi tersebut mempengaruhi sifat dasar dunia tersebut. Dunia telah ada sebelum
pikiran menyadari serta akan tetap ada setelah pikiran berhenti menyadari. Tokoh
aliran ini antara lain Aristoteles (384−322 SM), menurut Aristoteles, realitas berada
dalam benda-benda konkret atau dalam proses-proses perkembangannya. Bentuk
(form) atau ide atau prinsip keteraturan dan materi tidak dapat dipisahkan. Kemudian,
aliran ini terus berkembang menjadi aliran realisme baru dengan tokoh George
Edward Moore, Bertrand Russell, sebagai reaksi terhadap aliran idealisme,
subjektivisme, dan absolutisme. Menurut realisme baru: eksistensi objek tidak
bergantung pada diketahuinya objek tersebut.
4) Krisisme
Kritisisme menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri
(yang meliputi indra dan pengalaman). Kemudian akal akan menempatkan, mengatur,
dan menertibkan dalam bentuk-bentuk pengamatan yakni ruang dan waktu.
Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan akal
merupakan pembentukannya. Tokoh aliran ini adalah Immanuel Kant (1724−1804).
Kant mensintesiskan antara rasionalisme dan empirisme.
5) Idealism
Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang berpandangan bahwa doktrin tentang
realitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah dari kesadaran manusia.
Dengan kata lain kategori dan gagasan eksis di dalam ruang kesadaran manusia
terlebih dahulu sebelum adanya pengalaman-pengalaman inderawi. Pandangan Plato
bahwa semua konsep eksis terpisah dari entitas materinya dapat dikatakan sebagai
sumber dari pandangan idealism radikal. Karya dan pandangan Plato memberikan
garis demarkasi yang jelas antara pikiran-pikiran idealis dengan pandangan
materialis. Aritoteles menjadi orang yang memberikan tantangan pemikiran bagi
gagasan-gagasan idealis Plato. Aristoteles mendasarkan pemikiran filsafatnya
berdasarkan materi dan fisik.
6) Skeptisisme
Menyatakan bahwa indra adalah bersifat menipu atau menyesatkan. Namun, pada
zaman modern berkembang menjadi skeptisisme medotis (sistematis) yang
mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu pengalaman diakui benar. Tokoh
skeptisisme adalah Rene Descrates (1596−1650).
7) Positivisme
Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang menempatkan
peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan
penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan oleh Auguste Comte untuk menolak
doktrin nilai subyektif, digantikan oleh fakta yang bisa diamati serta penerapan
metode ini untuk membangun ilmu pengetahuan yang diabdikan untuk memperbaiki
kehidupan manusia.
Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan tradisi positivisme
adalah Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O. Quine, and filosof lainnya.
Pikiran-pikiran para tokoh ini membuka jalan bagi penggunaan berbagai metodologi
dalam membangun pengetahuan dari mulai studi etnografi sampai penggunaan analisa
statistik.
8) Pragmatisme
Pragmatisme adalah mashab pemikiran filsafat ilmu yang dipelopori oleh C.S Peirce,
William James, John Dewey, George Herbert Mead, F.C.S Schiller dan Richard
Rorty. Tradisi pragmatism muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis yang dominan
yang menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan refleksi dari
realitas. Pragmatisme berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan
ilmu pengetahuan transendental dan menggantinya dengan aktifitas manusia sebagai
sumber pengetahuan. Bagi para penganut mashab pragmatisme, ilmu pengetahuan
dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan merupakan tujuan.

3. Apabila dijabarkan, berikut ini manfaat atau kegunaan dari filsafat secara umum:
a. Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara
gading”yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya
dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan
nyarisnyaris tidak dapat dilepaskan dalam konteks kehidupan sosial
kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah
perkembangan IPTEK yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu
pengetahuan.
b. Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis.
Melalui paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan
wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala
ilmu.
c. Mengembangkan ilmu, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai
epistemologis. Melalaui paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong
pertumbuhan wawasan intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap
ilmiah.
d. Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi.
Melalui paradigma aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai
etis, serta mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Segala
macam ilmu dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentingan
manusia, namun juga untuk kepentingan obyek semua sebagai sumber kehidupan.
e. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan
bersikap sempit dan tertutup.
Kegunaan filsafat secara khusus ( dalam lingkungan sosial budaya Indonesia menurut
Franz Magnis Suseno), meliputi:

a. Menghadapi tantangan modernisasi melalui perubahan pandangan hidup, nilainilai


dan norma filsafat agar dapat bersikap terbuka dan kritis;
b. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kebudayaan, tradisi, dan
filsafat Indonesia serta untuk mengimplementasikannya;
c. kritik yang membangun terhadap berbagai ketidakadilan sosial dan pelanggaran
hak asasi manusia;
d. Merupakan dasar yang paling luas dan kritis dalam kehidupan intelektual di
lingkungan akademis;
e. Menyediakan dasar dan sarana bagi peningkatan hubungan antar umat beragama
berdasarkan Pancasila.
Manfaat lainnya dalam kaitannya terhadap ilmu:
a. Agar tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual;
b. Kritis terhadap aktivitas ilmu / keilmuan;
c. Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus menerus
sehingga ilmuwan tetap berada dalam koridor yang benar;
d. Mempertanggungjawabkan metode keilmuwan secara logis dan rasional;
e. Memecahkan masalah keilmuwan secara cerdas dan valid;
f. Berfikir sintesis aplikatif (lintas ilmu kontekstual);

4. Secara sistematik pengembangan ilmu bebas nilai dan terikat dengan nilai serta peran
etika, kekuasaan dan media massa dalam menentukan kebenaran adalah:
Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya
‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah
laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir
tingkah laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973). ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki
pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai
menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk
berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman
budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu, maka
nilai menjadi tahan lama dan stabil. Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap,
walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi
perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap.
5. Pandangan dan wawasan anda dalam menghadapi perkembangan ilmu pendidikan dan
teknologi yang berlangsung dengan begitu cepat, spektakuler, mendasar; yang secara
ekstensif menyentuh semua segi dan sendi kehidupan dan secara intensif merombak
budaya manusia :
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat dengnan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat kehidupan manusia semakin
mudah dan cepat namun dengan perkembangan tersebut terkadang hubungan social
terhadap sesame semakin renggang dan nilai agama semakin berkurang dan nilai budaya
semakin terkikis. Seharusnya dengan iptek ini sebagai penambah dan pelengkap terhadap
nilai nilai kehidupan bukan sebaliknya.
Referensi

https://caturyudhasusilaaji.wordpress.com/2013/07/02/pengertian-filsafat-ilmu-cabang-filsafat-
ilmumetode-filsafat-ilmu-aliran-filsafat-ilmu-objek-kajian-filsafat-bidang-filsafat-jalinan-ilmu-dan-
agama/

https://yogapermanawijaya.wordpress.com/2014/10/26/landasan-berfikir-filsafat-manfaat-
danpenerapanya-pembagian-filsafat-ciri-filsafat-dan-landasan-filsafat/
https://septianakbar21.wordpress.com/2012/08/08/perkembangan-ilmu-pengetahuan-
zamankontemporer/

Anda mungkin juga menyukai