2. TUJUAN
Adapun tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak memungkinkannya saluran cerna
untuk melakukan proses pencernaan makanan.
2. Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka bakar yang berat, pancreatitis
,inflammatory bowel syndrome, inflammatory bowel disease,ulcerative colitis,acute renal
failure,hepatic failure,cardiac disease, pembedahan dan cancer.
3. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan katabolisme energy.
4. Mempertahankan kebutuhan nutrisi
1
b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan sperti pada pankrestitis berat, status preoperative
dengan malnutrisi berat, angina intertinal, diare berulang.
c. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.
d. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis gravidarum
Kontraindikasi Parenteral
a. Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.
b. Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
c. Pankreatitis akuta ringan.
d. Kolitis akuta.
e. AIDS.
f. Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
g. Luka bakar.
h. Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness).
2
banyak dari orang dewasa (75% : 60%). Jumlah cairan tersebut dapat dinaikkan bertahap
untuk menambah asupan energi yang dikehendaki selama tubuh dapat mentoleransi.
- Karbohidrat (KH): sebagai sumber energi di samping lemak, KH diberikan dalam jumlah
40-45% dari kalori total. Berbagai bentuk KH yang umum digunakan adalah
dekstrosa/glukosa, maltosa (glukosa polimer) dan xilitol dengan berbagai konsentrasi.
- Lipid: merupakan nutrien dengan densitas kalori tinggi (9kkal/g) dan pada penggunaan
untuk NP sebaiknya memasok 30-50% energi non nitrogen. Selain sumber energi, lipid
juga merupakan sumber asam lemak esensial (ALE, yaitu as. Linoleat dan as. Linolenat).
- Mineral dan elektrolit: pada NP diperlukan kalsium (Ca), fosfor (P), natrium (Na), kalium
(K), klorida (Cl), asetat dan magnesium (Mg) dengan perhatian khusus pada kadar Ca dan
P sehubungan dengan kemungkinan terjadinya presipitasi.
- Vitamin : vitamin merupakan komponen nutrisi yang esensial dan berperan sebagai ko-
ensim pada berbagai reaksi metabolik. Pada pemberian vitamin i.v sebagian akan hilang
karena diabsorbsi atau menempel pada kantong /botol dan slang infus yang digunakan
atau rusak karena terpajan cahaya, sehingga tidak mudah untuk menentukan dosis
vitamin pada NP.
c. Pemilihan dan perhitungan cairan yang akan digunakan serta cara pemberiannya (masing-
masing atau ‘all in one/three in one’ )
Umumnya cairan NP, baik larutan asam amino (aa), KH ataupun lipid digunakan larutan
standar. Kadar larutan tergantung pada akses NP yang akan digunakan. Pada beberapa
keadaan klinis seperti penyakit hati dan ginjal seringkali dibutuhkan larutan khusus terutama
yang menyangkut susunan asam aminonya. Larutan aa untuk penyakit hepar mengandung
kadar aa rantai cabang tinggi.
Formula all in one/ three in one adalah pemberian NP yang mengandung dekstrosa, asam
amino, emulsim lipid dalam 1 wadah. Keuntungan formula ini adalah lebih nyaman,
pemberian infus lipid dapat lebih lambat, di samping lebih hemat karena penggunaan pompa
dan pipa makanan menjadi berkurang. Lebih lanjut emulsi lipid yang isotonus menjadikan
campuran larutan lebih rendah osmolalitasnya. Tetapi formula ini juga mempunyai
kelemahan yaitu sulit memantau bila terjadi presipitasi pada larutan, di samping itu
penelitian menunjukkan bahwa formula ini lebih berisiko untuk terjadinya pertumbuhan
bakteri dibandingkan formula biasa.
d. Penentuan akses NP (sentral atau perifer)
Pemberian NP dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu akses vena sentral dan vena perifer.
Pemilihan akses apa yang dipakai didasarkan atas pertimbangan:
3
1) Lama dukungan nutrisi diberikan.
Apabila dukungan nutrisi diberikan tidak lebih dari 14 hari maka dapat digunakan rute
perifer, sebaliknya rute sentral digunakan bila NP direncanakan diberikan lebih dari 14
hari.
2) Konsentrasi larutan.
Pada akses vena sentral dimungkinkan untuk memberikan larutan dengan konsentrasi
tinggi yaitu dekstrosa 25-30% yang merupakan larutan hipersomoler karena,
memberikan osmolalitas sebesar 1200-1500 mOsm/L. Sedangkan dengan akses vena
perifer konsentrasi dekstrosa yang ditoleransi hanya antara 5-10% dengan osmolalitas
sebesar 250-500 mOsm/L, walaupun beberapa penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi dekstrosa sampai 12.5% masih dapat ditoleransi.
e. Pelaksanaan pemberian NP
Cara menghitung/membuat NP
1) Hitung kebutuhan kalori, protein dan cairan
2) Lipid
Hitung kebutuhan lipid, umumnya 30% dari jumlah kalori total Kalori dari lipid = total
kalori x 0.3. Konversi kalori lipid ke dalam emulsi lipid (1.1 kkal/ml untuk emulsi 10%, 2
kkal/ml untuk emulsi 20%). Emulsi lipid (ml) = kalori lipid : 1.1 (2 untuk emulsi 20%).
3) Protein
Hitung kebutuhan kalori, umumnya 15% dari total kalori (untuk kebutuhan yang tinggi
dapat mencapai 20-25%). Tentukan jumlah asam amino (protein) dengan membagi
kalori yang berasal dari protein yaitu 4 kkal/g.
Kalori dari protein = kalori total x 0.15
Gram protein = kalori protein : 4
Apabila digunakan larutan asam amino yang mempunyai konsentrasi 5%, maka jumlah
larutan asam amino yang dibutuhkan (ml) adalah: Gram protein : 0.05
4) Dekstrosa
Hitung kebutuhan kalori yang berasal dari KH.
Kalori dekstrosa = kalori total - kalori lipid – kalori protein
Tentukan konsentrasi larutan dekstrosa yang akan digunakan (misalnya 40%= 40 g/L).
Sehingga jumlah larutan yang dibutuhkan = kalori dekstrosa: 0.04
5) Tambahkan aquades berdasarkan perhitungan kebutuhan cairan dikurangi dengan jumlah
larutan lipid, protein dan KH.
6) Sehingga komposisi akhir larutan NP adalah
4
............. ml dekstrosa 40%
............. ml asam amino 5%
............. ml emulsi lipid 10% (atau 20%)
............. aquades
Ditambah dengan elektrolit dan trace element.
f. Pemantauan:
Harus dilakukan setiap hari terhadap keadaan klinis dan komplikasi yang mungkin terjadi,
serta pemeriksaan laboratorium yang dimulai pada awal pemberian NP dan selanjutnya
secara berkala tergantung keperluan/keadaan dan jenis pemeriksaan.
5
Tiap 1000 ml mengandung:
No Jenis kandungan gizi Satuan
1 L-Isoleusin 2.511 g
2 L-Leusin 2.790 g
3 L-Lisin 2.092 g
4 L-Metionin 0.976 g
5 L-Fenilalanin 1.813 g
6 L-Treonin 1.743 g
7 Magnesium acetat 05.36 g
8 L-Triptofan 0.558 g
9 L-Valin 2.092 g
10 L-Arginin 3.487 g
11 L-Histidin 0.698 g
12 L-Alanin 9.254 g
13 L-Aspartic acid 4.045 g
14 N-Acetyl-L-cysteine 0.160 g
15 L-Glutamic acid 9.500 g
16 Glisin 3.845 g
17 L-Prolin 4.185 g
18 N-Acetyl-L-tyrosine 0.344 g
19 Nicotinamide 0.060 g
20 Pridikoksin hidroklorida 0.040 g
21 Riboflavin-5’phospate sodium salt 0.0025 g
22 Kalium hidroksida 1.403 g
23 Natrium hidroksida 1.200 g
24 Kalsium klorida 0.735 g
6
7. DASAR PEMBERIAN PARENTERAL NUTRITION
a. Prabedah pada pasien yang mengalami emasiasi, deplesi nutrien yang berat, atau yang
kehilangan berat badan sampai lebih dari 10% berat badan semula.
b. Pasca bedah pada pasien yang tidak mampu makan secara normal selama lima hari atau
lebih.
c. Keadan trauma seperti luka bakar atau fraktur multipel dengan komplikasi lain seperti
sepsis yang kebutuhan nutriennya sangat tinggi.
d. Penyakit kanker, khususnya sebagai terapi penunjangan pada terapi utama yang terdiri
atas pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
e. Malnutrisi protein atau protein-kalori atau kalau berat badan tanpa edema atau sepsis
turun sampai 10% lebih di bawah berat badan idealnya.
f. Penolakan atau ketidak mampuan makan seperti pada keadaan koma, anoreksia nervosa,
atau kelainan neurologis seperti para lisis pseudobular yang membuat pasien tidak dapat
memakan makanan secara normal.
7
c. dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati, bekerja cepat dan dosis
ekonomis.
Kekurangan :
a. kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi
jika terjadi kesalahan,
b. tidak disukai pasien,
c. berbahaya (suntikan – infeksi).
8
Kalsium
Komunikasi dan edukasi pada pasien dan keluarganya
II. Rancangan Nutrisi
a. Menentukan BB ideal bila tidak dapat ditimbang
Berat Badan Ideal = (160-100)-10% (160-100) x 1 Kg = 50 Kg
b. Beberapa jam pertama
Rehidrasi NaCl 0,9%
Dekstrosa 10% atau 5%
Diberikan dengan three way
c. Setelah rehidrasi
Kalori= 40 Kkal x 50 = 2000 Kkal
Karbohidrat= 70% total kalori = 1400 Kkal
Lipid 30% total kalori= 600 Kkal
Asam amino 1 gr/Kg BB = 50 g
Cairan= 2,5 liter
Natrium= 100 mEq
Kalium= 40 mEq
d. Pelaksanaan
Kebutuhan tersebut dapat dicapai melalui vena perifer sebagai berikut. Dapat dilaksanakan
dengan vena perifer melalui sistem three way atau dengan 2 jalur infus. Terlihat disini masih
defisit, namun jika melihat konsep medium calory complete nutrition, hal ini telah memadai.
DAFTAR PUSTAKA
9
2013. Nutrisi Enteral dan Parenteral. (Http://Dianmonmonkordrama.Blogspot.Com/2013/05/Nutrisi-
Enteral-Dan-Parietal.Html), Diakses Tanggal 12 Agustus 2014 Pukul 17.24
Hendarto, Aryono, 2002. Aspek Praktis Nutrisi Parenteral Pada Anak,
Http://Saripediatri.Idaiorid/Pdfile/3-4-6.Pdf, diakses tanggal 12 Agustus 2014 pukul 14.35
Syam, Ari F. Dan Daldiyono H. 2010. Merancang Nutrisi Parenteral Yang Optimal Pada
Kasus Penyakit Dalam. Http://Dokmud.Wordpress.Com/2010/03/17/Merancang-Nutrisi-
Parenteral-Yang-Optimal-Pada-Kasus-Penyakit-Dalam/ Di Akses Tanggal 12 Agustus 2014 Jam
15.42
10