Anda di halaman 1dari 19

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU UNTUK

MENCAPAI SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGS)

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan
Yang dibina oleh Prof. Luchman Hakim

OLEH:

ROHIMA NOSTIA
196000100111009

PROGRAM MAGISTER PENGELOLAAN SUMBERDAYA LINGKUNGAN DAN


PEMBANGUNAN
PASCASARJANA MULTIDISIPLINER
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan
dan kita semua tidak dapat hidup tanpa air, karena pentingnya air dalam kehidupan di
bumi ini maka diamanatkan kepada manusia untuk : Menjaga air dan sumber-sumber air
dari segala bentuk perbuatan yang menimbulkan kerusakan. Pengelolaan Sumber Daya
Air Terpadu (PSDAT) adalah proses yang ditujukan untuk meningkatkan pengembangan
dan pengelolaan air, lahan dan sumber daya terkait secara terkoordinasi demi
tercapainya kesejahteraan ekonomi dan sosial yang maksimum dengan cara yang adil
dan secara mutlak mempertahankan keberlanjutan ekosistem yang vital (DPR RI, 2018).
Kependudukan, permukiman dan pencemaran, sampah, DAS kritis, kekeringan,
banjir adalah masalah-masalah yang sering dan cenderung rutin muncul dan ini semua
memerlukan pengelolaan yang terpadu menyeluruh dan berkesinambungan melalui
Pengelolaan Sumber Daya Air secara Terpadu (SPDAT). Untuk mendapatkan
keseimbangan antara peningkatan/pertumbuhan penduduk beserta kegiatannya dengan
potensi sumber air yang ada, maka diperlukan suatu pengaturan yang terkait dengan sisi
kebutuhan air akibat dari :1. Jumlah penduduk yang makin meningkat; 2. Peningkatan
aktivitas dan kebutuhan ekonomi serta sosial budaya dan sisi ketersediaan air, yakni : 1.
Ketersediaan air relative konstan; 2. Kualitas cenderung menurun. Air dan sumber-
sumber air perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya agar dapat didayagunakan secara
berkelanjutan (DPR RI, 2004).
Kondisi ini merupakan tantangan bagi pemerintah dan masyarakat untuk mencapai
Sustainable Development Goals (SDGs). Tujuan pembangunan berkelanjutan yang
bermutu adalah tercapainya standar kesejahteraan hidup manusia yang layak, sehingga
tercapai kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, pelayanan air bersih dan sanitasi telah
menjadi kegiatan wajib pemerintah daerah, dimana penyelenggaraan kegiatan wajib
berpedoman pada Standar Pelayanan Maksimal (SPM) yang ditetapkan oleh pemerintah.

B. TUJUAN
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu:
a. Menjelaskan dan menerapkan pengertian pengelolaan sumber daya air terpadu
berkelanjutan,
b. Menjelaskan dan menerapkan lingkup pengelolaan sumber daya air terpadu
berkelanjutan,
c. Menjelaskan dan menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu berkelanjutan,
d. Menjelaskan dan menerapkan ilustrasi implementasi pengelolaan sumber daya air
terpadu berkelanjutan.
BAB II
PENGERTIAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU (PSDAT)

A. PENGERTIAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU


Beberapa pengertian yang terkait dengan Pengelolaan SDA Terpadu :
1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai
dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktifitas daratan. Keberadaan air di bumi meliputi yang terdapat di
atmosfir, di atas permukaan dan di bawah permukaan tanah diperkirakan jumlah air di
bumi ini sekitar 1.400 x 104 m3 yang terdiri dari air laut 97% dan 39% air tawar sebagai
salju, es, glatser, air tanah, air danau, butir-butir daerah tidak jenuh, awan, kabut, embun,
hujan, dan air sungai. Peredaran air secara alamiah diatur melalui Siklus (Daur) Hidrologi
(Arsyad, 2017).
Siklus (Daur) hidrologi diatur oleh 2 macam energi pokok yaitu :
1. Energi pancar matahari (penguapan, pindah, pemekatan/kondensasi)
2. Energi gravitasi (turun hujan, aliran, perkolasi)

Gambar 1. Siklus/daur hidrologi

Pengelolaan SDA Terpadu (menurut wacana Global) adalah Proses Pengelolaan


SDA yang memadukan antara sumber daya air dengan sumber daya terkait lainnya antar
sektor, antar wilayah secara berkelanjutan tanpa harus mengorbankan lingkungan dan
diselenggarakan dengan pendekatan partisipatif. Pengelolaan Sumber Daya air yang
terpadu (sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004) diselenggarakan secara
menyeluruh (perencanaan, pelaksanaan, monitor dan evaluasi, konstruksi,
pendayagunaan, pengendalian), terpadu (stakeholdes, antar sektor, wilayah) dan
berwawasan lingkungan hidup (keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan)
dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan (antar
generasi) untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (DPR RI, 2004).

2. Terkait dengan air dan sumber daya air dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Air : semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah,
seperti air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat
b. Sumber air : tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat pada, di
atas, ataupun di bawah permukaan tanah
c. Daya air : potensi yang terkandung dalam air dan atau sumber daya air yang dapat
member manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan manusia dan lingkungannya
d. Sumber daya air : air, sumber air, dan daya air yang dikandung di dalamnya (DPR
RI, 2004).

3. Dengan pengertian bahwa PSDAT harus diselenggarakan secara : menyeluruh,


terpadu, berwawasan lingkungan hidup serta berkelanjutan, maka pemanfaatan
PSDAT tersebut harus mempertimbangkan hal-hal tersebut di bawah ini :
a. Dasar dari PSDAT adalah bahwa penggunaan sumber daya air yang berlain-lainan
tujuan memiliki saling ketergantungan (interdependensi) dalam konteks DAS hulu-
hilir.
b. Pengelolaan Terpadu adalah suatu proses yang mempertimbangkan kepentingan
semua pengguna air secara bersama.
c. Setiap penggunaan harus memperhatikan dampaknya terhadap penggunaan lainnya.
d. Mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi termasuk sasaran pengelolaan
berkelanjutan.
e. Pengelolaan sumber daya air tidak hanya difokuskan pada pembangunan dalam
sumber daya air tetapi harus menjamin tersedianya sumber daya air yang
berkelanjutan.
B. PERMASALAHAN DAN MENGAPA PSDAT DIPERLUKAN
Terdapat 3 (tiga) permasalahan pokok yang dapat dirasakan sedemikian sehingga
PSDAT diperlukan adalah :
1. Masalah Umum
Masalah umum ini mencakup :
1) Krisis Air
a. Pertumbuhan penduduk, over eksploitasi
b. Air terlalu banyak, terlalu sedikit, dan terlalu kotor
2) Krisis Perilaku
a. Pencemaran
b. Kerusakan ekosistem
3) Krisis Penyelenggaraan Pengelolaan
a. Sektoral, top down, tidak terlegitimasi
b. Biaya pengelolaan ditanggung pemerintah
2. Masalah Aktual
1) Ketahanan Pangan
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi
setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi
manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945.
Ketahanan pangan adalah “Kondisi terpenuhinya pangan bagi Negara sampai
dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup (jumlah
dan mutunya), aman, beragam dan lain sebagainya. Untuk dapat hidup sehat, aktif
dan produktif secara berkelanjutan, karena pangan mempunyai arti dan peran yang
sangat penting dan kalau terjadi kekurangan akan dapat menimbulkan gejolak sosial
dan politik, maka di dalam kebijaksanaannya Pemerintah harus dapat
mengakomodasikan dan menyeimbangkan antara aspek produksi dan permintaan.

2) Pelayanan Air Bersih


Mengacu pada perhitungan WHO (2010), kebutuhan air adalah 20 liter per
individu per hari. Dengan asumsi pada akhir tahun 2014 penduduk Indonesia 252
juta, maka per hari jumlah air yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia adalah
7,56 mili liter; bahkan dalam 10 tahun berikutnya di mana penduduk diprediksi
sebesar 285 juta, maka jumlah air yang dikonsumsi per hari menjadi 8,55 mili liter.
Sesuai sasaran program dalam Milenium Development Goal (MDG) pada tahun
2015 ditargetkan 68,87 % penduduk di Indonesia akan memperoleh layanan air
bersih, namun kenyataannya pada akhir tahun 2013 baru sekitar separuh dari
penduduk Indonesia (57,25%) atau sekitar 36,7 juta kepala keluarga yang
mendapatkan akses layanan air minum .

3) Banjir
Banjir merupakan fenomena alam ketika sungai tersebut tidak dapat
menampung limpahan air hujan karena proses infiltrasi mengalami penurunan.
Gejala banjir yang terasa semakin sering frekuensinya serta membesar dimensinya
disebabkan karena degradasi Daerah Aliran Sungai yang menurunkan kapasitas
infiltrasi dan meningkatnya koefisien aliran permukaan. Banjir tidak hanya terjadi di
wilayah Indonesia, tetapi juga merambah ke Negara-negara Asia (India, Tiongkok
dan lain-lain), Australia serta di Eropa dan bahkan akhir-akhir ini juga meluas di
Amerika Serikat (Texas) akibat Tipon Harvey yang menyebabkan hujan yang sangat
besar (131,78 sentimeter)

4) Pencemaran
Berbagai pencemaran lingkungan saat ini melanda di muka bumi akibat dari
bertambahnya industri di mana banyak pabrik yang dibangun dan menyebabkan
berbagai jenis polusi. Pencemaran air adalah perubahan zat atau kandungan di
dalam air baik itu air yang ada di sungai, danau ataupun air di lautan luas bahkan
saat ini juga sudah terdapat pencemaran pada air tanah. Dari pengamatan ternyata
penyebab pencemaran air ini lebih banyak diakibatkan oleh ulah manusia. Juni
tahun 2014, mantan Wakil Menteri PU (DR Hermanto Dardak) mengemukakan
bahwa 73% dari 53 sungai utama di Indonesia terus tercemar oleh bahan organik
dan kimia baik dari limbah industri maupun limbah rumah tangga (Arsyad, 2017).

5) Degradasi DAS
Dengan adanya pertambahan penduduk memerlukan lahan baik untuk kegiatan
pertanian, perumahan, industri dan lain-lain yang akan menyebabkan perubahan
penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang paling besar pengaruhnya
terhadap kelestarian sumber daya air adalah perubahan dari kawasan hutan ke
penggunaan lainnya seperti pertanian, perumahan, ataupun industri.
Apabila kegiatan tersebut tidak segera dikelola dengan baik, maka akan
menyebabkan kelebihan air pada saat musim hujan dan kekeringan pada musim
kemarau. Akibat tekanan yang berlebihan pada daerah aliran sungai bagian hulu ini,
luas daerah kritis di 282 DAS mencapai 6,9 juta hektar, sedangkan areal yang
sangat kritis mencapai 23,3 juta hektar. Walaupun Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan telah membuat program gerakan rehabilitasi lahan, Kementerian
Pertanian sudah melakukan bimbingan kepada masyarakat tentang penanaman
lahan dan Kementerian PUPR sudah membuat kebijakan pengendalian banjir,
usaha-usaha tersebut belum memberikan hasil seperti yang diharapkan
(Kementerian PUPR, 2017).

C. PERKEMBANGAN DAN ARAH PENERAPAN PSDAT


1. Perkembangan PSDAT
1) Proyek Ekaguna
Proyek Ekaguna ini mempunyai tujuan tunggal untuk memenuhi kebutuhan
mendesak pada suatu saat, untuk mengakomodasi kepentingan komunitas
setempat terbatas, tanpa melakukan peninjauan untuk tujuan maupun tempat
lain. Konsep ini bisa disebut sebagai pendekatan proyek Ekaguna (single
purpose project approach), skalanya dapat berkembang besar.
2) Multiguna
Perkembangan kebutuhan masyarakat yang beragam, mulai menyebabkan
pertentangan antar pengguna air. Kerusuhan demi kerusuhan terjadi, seperti
kerusuhan di Sind-Punjab (1941). Peraturan pada waktu itu : “Yang terdahulu
mengambil air, mendapat preoritas”.
3) Terpadu
Konsep bangunan multiguna sebagai perkembangan dari bangunan ekaguna,
yang sukses dalam memenuhi kebutuhan air setempat dengan cara yang
efisien pada pembangunan sejumlah proyek, ternyata gagal dalam memenuhi
kebutuhan air bagi seluruh DAS. Presiden Theodore Roosevelt, dalam suratnya
kepada Inland Waterway Commission (1908) menyatakan sebagai berikut:
Keterpaduan sistem alam dan sistem manusia :
a) Keterpaduan sistem alam : lahan/air, air permukaan/air tanah;
kuantitas/kualitas, hulu/hilir, instream/offstream, dan lain-lain;
b) Keterpaduan sistem manusia : pemilik kepentingan, sasaran, kebijakan
sumber daya air terkait, antar sektor, antar generasi, pengelolaan
air/limbah, dan lain-lain;
c) Kriteria keberhasilan (keadilan, efisien dalam penggunaan air,
keberlanjutan ekosistem)
Rekomendasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
PSDA menyeluruh mencakup semua bidang pengelolaan yang meliputi konservasi,
pendayagunaan, dan pengendalian daya rusak air, serta meliputi satu sistem wilayah
pengelolaan secara utuh yang mencakup semua proses perencanaan, pelaksanaan,
serta pemantauan dan evaluasi. PSDA berwawasan lingkungan hidup adalah
pengelolaan yang memperhatikan keseimbangan ekosistem dan daya dukung
lingkungan.
PSDA berkelanjutan adalah pengelolaan yang tidak hanya ditujukan untuk
kepentingan generasi sekarang tetapi juga termasuk untuk kepentingan generasi yang
akan datang. PSDA secara terpadu merupakan pengelolaan SDA menyeluruh,
berwawasan lingkungan berkelanjutan serta dilaksanakan dengan melibatkan semua
pemilik kepentingan antar sektor dan antar wilayah administrasi (DPR RI, 2004).

D. YANG DIPERLUKAN PSDAT


Yang diperlukan dalam PSDAT adalah integrasi dan interaksi antara sistem alam
dan sistem social.
1. Integrasi Sistem Alam
Integrasi sistem alamiah dengan faktor yang paling penting adalah ketersediaan
sumber daya air, kualitas dan kuantintas, yang pada dasarnya terdiri dari beberapa
integrasi sebagai berikut :
a. Integrasi pengelolaan air (tawar) dengan pengelolaan air asin di daerah pantai
b. Integrasi pengelolaan air dengan pengelolaan tanah
c. Integrasi pengelolaan air permukaan dan air tanah
d. Integrasi aspek kuantitas dan kualitas dalam pengelolaan air
e. Integrasi kepentingan hulu hilir yang berkaitan dengan air.

2. Integrasi Sistem Sosial


Integrasi sistem sosial, dengan faktor determinannya adalah penggunaan sumber
daya air, produksi limbah cair dan padat, pencemaran air dan sumber air, penentuan
prioritas pembangunan.
Adapun dalam integrasi sistem sosial ini, mencakup :
a. Pengutamaan SDA
b. Integrasi lintas sektor dalam kebijakan pembangunan nasional
c. Dampak ekonomi makro pembangunan SDA
d. Dampak pembangunan sektor ekonomi yang berpengaruh terhadap SDA
e. Integrasi seluruh pemangku kepentingan dalam proses perencanaan dan
pengambilan keputusan
f. Integrasi pengelolaan air minum dan air limbah.
BAB III
LINGKUP PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU

A. PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)


Pengelolaan daerah aliran sungai adalah pengelolaan sumber daya alam yang
terbaru pada suatu daerah aliran sungai, seperti vegetasi, tanah dan air, sehingga dapat
memberikan manfaat yang optimal dan berkesinambungan. Sasaran pengelolaan daerah
aliran sungai adalah daerah-daerah yang secara alami berpotensial terhadap terjadinya
kerusakan lingkungan, khususnya erosi lahan di bagian hulu dan tengah daerah aliran
sungai, dan memiliki kemiringan lebih besar dari 8%.

B. POLA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI


Pola pengelolaan daerah aliran sungai didasarkan atas :
1. Landasan institusional, berdasarkan prinsip pembagian kewenangan dan tanggung
jawab, yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004
2. Landasan konsepsional, berdasarkan prinsip kelestarian lingkungan dengan
mengacu pada pendayagunaan yang berkelanjutan, dan prinsip pemanfaatan
bersama, untuk pemenuhan secara lebih efisien, adil, dan merata.
3. Landasan Operasional, berdasarkan prinsip one river (satu sungai), one integrated
plan (satu rencana yang terpadu), dan one coordinated management system (satu
sistem pengelolaan yang terkoordinasi).

C. LINGKUP PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI


Isu-isu yang ada dalam pengelolaan daerah aliran sungai dewasa ini yang menjadi acuan
dalam penentuan lingkup pengelolaan daerah aliran sungai, antara lain :
a. Penanganan DAS masih terfragmentasi, baik dalam hal pengembangan,
perlindungan, maupun pengelolaan daerah aliran sungai.
b. Terjadinya penggundulan hutan di hulu daerah aliran sungai.
c. Penataan ruang di daerah aliran sungai hilir tidak berwawasan lingkungan.
d. Pembuangan limbah di sungai tidak terkendali.
e. Pemanfaatan air yang berkelanjutan semakin terancam.

Untuk itu lingkup pengelolaan daerah aliran sungai, mencakup :


1. Daerah tangkapan air, mencakup pengendalian tata guna lahan, pengendalian erosi,
konservasi air dan tanah, serta monitoring dan evaluasi.
2. Pengelolaan sumber daya air, mencakup manajemen kuantitas air dan kualitas air.
3. Pemeliharaan prasarana dan sarana pengairan, mencakup pemeliharaan preventif,
korektif, dan akurat.
4. Pengendalian banjir, mencakup pemantauan dan prediksi banjir, pengaturan dan
pencegahan banjir, serta penanggulangan banjir.
5. Pengelolaan lingkungan sungai, mencakup perencanaan dan pengendalian
sempadan sungai.
6. Pemberdayaan masyarakat.

D. PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


Lingkup Pengelolaan SDA Terpadu merangkum suatu upaya-upaya
(merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi) dalam penyelenggaraan
konservasi - pendayagunaan - pengendalian daya rusak SDA, dengan tujuan :
1. Menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, daya fungsi SDA,
2. Memanfaatkan SDA secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan
kebutuhan pokok kehidupan masyarakan secara adil,
3. Mencegah, menanggulangi, dan memulihkan akibat kerusakan kualitas lingkungan
yang diakibatkan oleh daya rusak air.
Disamping penyelenggaraan kegiatan-kegiatan : konservasi, pendayagunaan, dan
pengendalian daya rusak air, juga diselenggarakan kegiatan pendukung : pemberdayaan
masyarakat dan ketersediaan dan keterbukaan data sumber daya air (RUU DPR RI,
2018).

1. Konservasi Sumber Daya Air


Masalah konservasi dalam sumber daya air tidak hanya dapat dilakukan pada air
dan sumbernya saja tetapi justru lebih banyak harus dilakukan di luar kegiatan
pengelolaan SDA. Kekurangan air yang berakibat kekeringan, penyebab utamanya
adalah perubahan cuaca dan rusaknya daerah tangkapan hujan yang tidak mampu lagi
menyimpan air, terlalu banyak air yang tidak terkendali dapat berakibat banjir, penyebab
utamanya adalah rusaknya daerah tangkapan hujan dan pola pendayagunaan lahan yang
tidak terkendali, pencemaran air yang berakibat kualitas menurun, penyebab utamanya
adalah masuknya pencemar dari luar sumber air. Semua penyebab utama tersebut bukan
merupakan bagian dari pengelolaan SDA. Karena itu di dalam Undang-Undang SDA tidak
banyak yang dapat diatur sebagai ketentuan, kecuali cara-cara konservasinya.
Pada prinsipnya konservasi SDA dilakukan terhadap tiga sasaran :
a. Sumber air: dengan perlindungan dan pelestarian agar tidak rusak sehingga
terpelihara fungsinya baik sebagai resapan air maupun sebagai wadah air.
b. Fisik air: dengan pengawetan agar terpelihara keberadaan dan ketersediaan air
baik untuk masa sekarang maupun yg akan datang dengan cara menyimpan
(misalnya dlm waduk) dan menggunakan air secara efisien.
c. Kualitas air: dengan pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air yakni
mencegah masuknya pencemaran air pd sumber air dan prasarananya.

2. Pendayagunaan Sumber Daya Air


Sesuai dengan UUD, maka SDA adalah kekayaan alam yang dikuasi oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Negara memberi tugas kepada pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakannya (Undang-Undang SDA).
Prioritas utama peruntukkan air adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-
hari, yakni kebutuhan rumah tangga dan agama. Dengan kata lain jika air sangat terbatas,
maka harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok lebih dahulu sebelum
kebutuhan lainnya. Mengingat prioritas pembangunan ekonomi antara satu daerah
dengan daerah lainnya dapat berbeda, maka tujuan urutan penggunaan air selain untuk
kebutuhan pokok, ditetapkan oleh pemerintah daerah masing-masing (DPR RI, 2004).

3. Pengendalian Daya Rusak Sumber Daya Air


a. Cara Pengendalian Daya Rusak Air
Dari tiga cara pengendalian daya rusak air yakni upaya pencegahan,
penanggulangan, dan pemulihan, maka yang diutamakan adalah pencegahan.
Perencanaan pengendalian daya rusak air harus disususn secara terpadu dan
menyeluruh sekaligus pada waktu menyusun pola pengelolaan SDA, yang harus
memperhatikan rencana tata ruang.
Penanggung jawab utama pengendalian ini adalah pemerintah (pusat dan daerah)
serta pengelola SDA Wilayah Sungai, dengan tetap melibatkan masyarakat sebagai
kewajiban bersama.

b. Pencegahan (Sebelum Terjadi)


Upaya pencegahan dilakukan untuk mengurangi sebanyak-banyaknya kemungkinan
terjadinya daya rusak air, baik melalui kegiatan fisik berupa bangunan-bangunan maupun
non fisik yang berupa pengaturan, pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat, baik
masyarakat di bagian hulu maupun masyarakat bagian hilir.
Pencegahan tersebut lebih diutamakan pada kegiatan non fisik. Dalam rangka
pencegahan ini perlu perlakuan seimbang antara konservasi di daerah hulu dan
pendayagunaan di daerah hilir, antara lain adanya kemungkinan saling ganti untung antar
kedua daerah tersebut.

c. Penanggulangan (Pada Waktu Terjadi)


Penanggulangan ini merupakan tindakan darurat untuk mengurangi sebanyak
mungkin kerugian dengan mitigasi bencana, diantaranya dengan peringatan dini,
menghindari dari bencana, perbaikan (sementara) infrastruktur.
Penanggulangan dilakukan secara terpadu, oleh instansi-instansi terkait dan
masyarakat melalui suatu badan koordinasi penanggulangan bencana pada tingkat
nasional, provinsi dan kabupaten.
Bencana berskala nasional ditetapkan oleh presiden dan menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat. Pelaksanaannya bisa saja dilakukan oleh pemerintah daerah.
Dalam keadaan yang membahayakan, gubernur atau bupati berwenang mengambil
tindakan darurat, yakni suatu tindakan yang cepat dan karena itu tidak harus mengikuti
prosedur sesuai peraturan.

d. Pemulihan (Setelah Terjadi)


Upaya pemulihan dilakukan untuk mengembalikan fungsi, baik fungsi lingkungan
hidup maupun fungsi infrastruktur sumber daya air yang rusak akibat bencana. Pemulihan
ini menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, dan pengelola sumber daya
air sesuai dengan kewenangannya dan masyarakat sesuai dengan kewajibannya.

4. Pemberdayaan Masyarakat
Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemberdayaan para pemilik
kepentingan dan kelembagaan sumber daya air secara terencana dan sistematis untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air. Pemberdayaan dilaksanakan pada
kegiatan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengawasan, operasi dan pemeliharaan
sumber daya air dengan melibatkan peran masyarakat. Kelompok masyarakat atas
prakarsa sendiri dapat melaksanakan upaya pemberdayaan untuk kepentingan masing-
masing dengan berpedoman pada tujuan pemberdayaan (Kementerian PUPR, 2017).
Lingkup Kegiatan :
a. Perlibatan peran masyarakat sejak perencanaan
1) Dialog dengan masyarakat.
2) Konsultasi dengan masyarakat.
3) Sosialisasi kepada masyarakat.
4) Pemberdayaan masyarakat.
b. Pemberdayaan masyarakat (capacity building).
1) Pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat.
2) Penelitian dan pengembangan dalam pemberdayaan dan peningkatan peran
masyarakat.
3) Pendampingan masyarakat dalam pemanfaatan dan menjaga kelestarian
SDA.
c. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan SDA.
1) Susun sistem monitoring pelaksanaan pengelolaan SDA.
2) Sediakan Perangkat lunak sistem monitoring pelaksanaan pengelolaan SDA.
3) Evaluasi pelaksanaan pengelolaan SDA.
BAB IV
PENERAPAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU

A. PERSYARATAN PENERAPAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU


1. Persyaratan Penerapan PSDAT
a. Memiliki lembaga Pengelola SDA Wilayah Sungai yang handal dilandasi dasar
hukum yang kuat, diterima para pemilik kepentingan dan memiliki SDM yang
kompeten.
b. Memiliki kebijakan, pola dan rencana pengelolaan SDA.
c. Memiliki data, model, sistem, fasilitas pengelolaan SDA.
d. Memiliki wadah koordinasi dan komunikasi antar pemilik kepentingan sebagai
perangkat manajemen partisipatif.
e. Memiliki Sasaran yang jelas (Kementerian PUPR, 2017)..

B. POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


Pola pengelolaan sumber daya air disusun dan ditetapkan sebagai kerangka dasar
dalam pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dengan keterpaduan antara air
permukaan dan air tanah.
Pola pengelolaan sumber daya air memuat :
1. Tujuan pengelolaan sumber daya air pada Wilayah Sungai yang bersangkutan.
2. Dasar pertimbangan yang dipergunakan dalam melakukan pengelolaan sumber daya
air.
3. Beberapa skenario pengelolaan sumber daya air.
4. Alternatif pilihan strategi pengelolaan sumber daya air untuk setiap scenario
pengelolaan sumber daya air.
5. Kebijakan operasional untuk melaksanakan strategi pengelolaan sumber daya air
(Kementerian PUPR, 2017).
BAB V
ILUSTRASI IMPLEMENTASI PSDAT

 Ilustrasi implementasi pengelolaan sumber daya air terpadu terdiri dari konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air dan
pemberdayaan masyarakat.
 Adapun contoh-contoh dari implementasi konservasi sumber daya air yaitu
pemanfaatan atap untuk tangkapan air, sungai alami yang diinginkan, sistem teras
bangku, pengaturan sempadan di sungai jepang. Kemudian contoh dari
pendayagunaan sumber daya air terdiri dari air untuk pertanian, air untuk industri, air
untuk transportasi, air untuk olahraga. Sedangkan contoh dari pengendalian daya
rusak air yaitu adanya ruang pengendali banjir di malang
BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan
Pengelolaan SDA Terpadu sangat diperlukan dalam melakukan pengelolaan
sumber daya air dalam wilayah sungai dan dapat mengikuti proses perkembangan
manajemen pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah sungai yang sudah menjadi perhatian
tidak hanya ditingkat nasional tetapi juga sudah menggelobal.
Pada dasarnya dalam mengelola SDA secara terpadu di perlukan adanya 3
manajemen yang harus dilakukan berjalan secara serasi dan berkelanjutan, yakni:
Manajemen daerah aliran sungai yang biasanya dilakukan oleh salah satu unit/instansi
dalam Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Manajemen jaringan sumber daya
air yang dilakukan oleh salah satu unit di Kementerian PUPR dan Manajemen
pemanfaatan sumber daya air yang dikelola oleh berbagai unit/instansi yang
memanfaatkan air sebagai air baku untuk produk selanjutnya.
Lingkup pengelolaan sumber daya air secara terpadu pada dasarnya mencakup 3
(tiga) bidang yakni :
1. Konsumsi sumber daya air
2. Pendayagunaan sumber daya air dan
3. Pengendalian daya rusak air.
Adanya Sustainable Development mendorong agar seluruh negara di dunia
melaksanakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan
keberlangsungan untuk generasi masa depan. Pengelolaan sumber daya air dalam
pembangunan berkelanjutan harus melibatkan peran masyarakat, baik perempuan dan
laki-laki. Berbagai hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan dari
peran perempuan dalam pengelolaan sumber daya air.
DAFTAR PUSTAKA

DPR RI. 2004. Undang - Undang RI No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Dewan
Perwakilan Rakyat RI: Jakarta
Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai.
Kodoarie, Robert J & Roestam Sjarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
DPR RI. 2018. Rancangan Undang-Undang Tentang Sumber Daya Air. Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia: Jakarta
Kementerian PUPR. 2017. Pengelolaan Sumber Daya Alam Terpadu. Pusat Pendidikan
Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Konstruksi: Jakarta
Linsley, Ray K., Frazini, Joseph B., & Djoko Sasongko. 1995. Teknik Sumber Daya Air.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Arsyad, M. 2017. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Pusat Pendidikan Dan
Pelatihan Sumber Daya Air Dan Konstruksi: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai