Anda di halaman 1dari 15

SIMULASI PERENCANAAN

ANALISIS INPUT OUTPUT


Mata Kuliah : Metode Analisis Perencanaan

Oleh :

Afifah Zahra Diana I0614001


Astuti Setia Ningrum I0614005
Muhammad Fauzi I0614025
Salsabila Imtiyas I0614038

Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
2016
A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional yang dilaksanakan secara bertahap (lima tahunan) di


era reformasi memerlukan berbagai informasi penting guna memudahkan dalam
penyusunan perencanaan, agar sasaran pembangunan selaras dengan program-
program induk yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra). Informasi statistik
yang sifatnya menyeluruh, khususnya untuk perencanaan perekonomian dan
mempunyai keterkaitan antarsektor ditunjukkan oleh tabel input-ouput.

Peranan sektor-sektor perekonomian pada hakikatnya merupakan


penggambaran dari adanya saling keterkaitan yang perlu dianalisis lebih lanjut terhadap
sektor-sektor lainnya. Agar gambaran tersebut dapat tercakup diperlukan adanya suatu
informasi yang memuat semua besaran nilai-nilai yang berkaitan dengan sektor
perekonomian dalam hal ini yaitu tabel input-output. Oleh karena itu dilakukan analisis
dan interpretasi lebih lanjut mengenai tabel input-output untuk mengetahui keterkaitan
antarsektor. Dalam hal ini kami mengambil data tabel input-output dari Kabupaten
Sukoharjo tahun 2012.

B. Permasalahan

Diperlukannya analisis input output Kabupaten Sukoharjo untuk mengidentifikasi


dan mendisagregasi semua aliran pengeluaran antara berbagai aktivitas ekonomi
(sektor/industri), antara aktivitas ekonomi dan konsumen, antara aktivitas ekonomi dan
penyediaan input yang ada dalam struktur perdagangan perekonomian. Bertujuan untuk
menentukan multiplier dan mengidentifikasi perekonomian secara menyeluruh dan
mengetahui dampak perubahan permintaan akhir dari setiap aktivitas ekonomi terhadap
perekonomian secara keseluruhan.

C. Tujuan dan Kegunaan

Metode Input-Output dirintis oleh W.W Leontif pada tahun 1930-an, untuk
mendeskripsikan struktur perekonomian dengan mengkuantifikasi ketergantungan antar
sektor dan untuk memprediksi perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977)

Tabel Input-Output mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam


kegiatan perkonomian secara rinci mengenai input dan output sektoralnya. Beberapa
kegunaan dari analisis Input-Output antara lain sebagai berikut (Nazara, 2005):

1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah,


impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi.
2. Untuk melihat komposisis penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama
dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.
3. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan
perekonomian.
4. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah (dalam hal ini Kabupaten
Sukoharjo pada tahun 2012) dan mengidetfikasi karakteristik structural suatu
perekonomian wilayah.

D. Tinjauan Teori

Analisis Input-output (I-O) adalah Suatu model matematis untuk menelaah


struktur perekonomian yang saling kait mengait antar berbagai sektor atau kegiatan
ekonomi “artinya output suatu sektor merupakan input bagi sektor lain”. Prinsip dasar
dari analisis input-output adalah mengidentifikasi dan mendisagregasi semua aliran
pengeluaran antara berbagai aktivita sekonomi (sektor/industri), antara aktivitas
ekonomi dan konsumen, antara aktivitas ekonomi dan penyediaan input yang ada
dalam struktur perdagangan perekonomian. Bertujuan untuk menentukan multiplier dan
mengidentifikasi perekonomian secara menyeluruh dan mengetahui dampak
perubahan permintaan akhir dari setiap aktivitas ekonomi terhadap perekonomian
secara keseluruhan.

1. Konsep Dasar Model Input-Output yaitu:

 Struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor/industri yang satu sama


lain berinteraksi melalui transaksi jual belli.

 Output suatu sektor akan didistribusikan dengan jalan dijual kepada sektor-
sektor lainnya dan untuk memenuhi permintaan akhir, baik yang berasal dari
rumah tangga(C), pemerintah (G), investasi (I), maupun permintaan ekspor
(X).

 Input suatu sektor didapatkan dengan cara membeli bahan baku dari sektor-
sektor lainnya, dari rumah tangga (dalam bentuk jasa tenaga kerja),
pemerintah (misalkan saja dalam bentuk pembayaran pajak tidak langsung),
penyusutan, surplus usaha serta impor (M).

 Hubungan antara input dengan output adalah linier.


 Analisis model dilakukan pada kurun waktu tertentu (biasanya setahun)
dimana akan selalu didapat identitas bahwa total input sama dengan total
output.

 Suatu sektor dianggap terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dengan
ketentuan utama bahwa output yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan
tersebut diproduksi oleh satu tingkat teknologi yang sama.

2. Asumsi Dasar Analisis Input-Output yaitu:

 Homogenitas

Setiap sektor menghasilkan suatu output tunggal dengan susunan input


tunggal (tertentu), serta tidak ada substitusi antar output dari berbagai sektor
yang ada.

 Proporsionalitas

Jumlah dari tiap jenis input yang dipakai oleh suatu sektor akan berubah
sebanding dengan berubahnya output total yang dihasilkan oleh sektor
tersebut.

 Aditivitas

Efek total dari pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan oleh


masing- masing sektor secara terpisah.

3. Perhitungan Analisis Input-Output

Analisis Input-output mencakup beberapa perhitungan dalam menganalisis


suatu sektor yaitu:

3.1 Matriks Pengganda


3.2 Indeks Daya penyebaran dan Indeks derajat Kepekaan
3.3 Analisis Dampak
Keterangan:

3.1 Perhitungan Matriks Pengganda

Dampak Pengganda adalah suatu dampak yang terjadi baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi dalam negeri sebagai
akibat adanya perubahan pada variabel-variabel eksogen perekonomian nasional.
Untuk menghitung matriks pengganda dilakukan melalui beberapa tahap sebagai
berikut:

a. Menghitung matriks koefisien input (matriks A)

Unsur matriks A dapat dihitung dengan rumus :

xij
aij= Dimana :
Xj

aij = koefisien Input sektor ke i oleh sektor ke j

Xij = penggunaan input sektor ke i oleh sektor ke j

Xj = output sektor ke j

b. Menghitung Matriks(I-A)

Mengurangkan suatu matriks identitas (yaitu matriks dengan diagonal


utama bernilai 1 dan unsur-unsur lainnya bernilai 0) terhadap matriks koefisien
input.

c. Menghitung matriks pengganda (B) dan total.

Matriks pengganda (B) dihitung dengan cara menginverskan matriks yang

-1
diperoleh pada tahap 2 diatas (B = (I-A) ).

3.2 Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan

 Hubungan antara output dan permintaan akhir dapat dijabarkan sebagai X = (I-

-1
A) F, dimana X adalah vektor kolom dari output, F adalah vektor kolom dari
permintaan akhir.
 Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa dampak akibat perubahan
permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi (rj) dapat
dirumuskan sebagai: rj = b1j + b2j … + bnj = Σibij.
 Jumlah dampak tersebut juga disebut sebagai jumlah daya penyebaran. Daya
penyebaran merupakan ukuran untuk melihat keterkaitan kebelakang (backward
linkage) sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah. Selanjutnya, dengan membagi
jumlah dampak tersebut (rj) dengan banyaknya sektor (n), dapat dihitung rata-
rata dampak yang ditimbulkan terhadap output masing- masing sektor akibat
perubahan permintaan akhir.
 Namun demikian, karena sifat permintaan akhir masing-masing sektor saling
berbeda, maka baik jumlah maupun rata-rata dampak tersebut kurang tepat
untuk dijadikan sebagai ukuran pembanding dampak pada setiap sektor. Oleh
karenanya, ukuran tersebut perlu dinormalkan (normalized) dengan cara
membagi rata-rata dampak suatu sektor dengan rata-rata dampak seluruh
sektor. Ukuran yang dinormalkan ini dinamakan dengan indeks daya
penyebaran (αj) atau tingkat dampak keterkaitan kebelakang (backward
linkages effect ratio), yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

∑by
i
α j=
( 1n )∑ ∑ b
i j
y

Dimana:

αj = 1 daya penyebaran sektor j sama dengan rata-rata daya penyebaran


seluruh sektor ekonomi.
αj > 1 daya penyebaran sektor j diatas rata-rata daya penyebaran seluruh
sektor ekonomi.
αj < 1 daya penyebaran sektor j dibawah rata-rata daya penyebaran seluruh
sektor ekonomi.
 Dari persamaan tadi juga dapat dilihat jumlah dampak output suatu sektor i
sebagai akibat perubahan permintaan akhir seluruh sektor, yang dapat
dirumuskan sebagai: sj=Σjbij
 Nilai sj disebut dengan jumlah derajat kepekaan, merupakan ukuran untuk
melihat keterkaitan kedepan (forward linkage) sektor-sektor ekonomi di suatu
wilayah
 Dengan pola pikir yang sama seperti ketika menghitung indeks daya
penyebaran, kita juga bisa menghitung indeks derajat kepekaan (βi) dengan
rumus sebagai berikut:

∑ by
j
β i=
( 1n ) ∑ ∑ b
i j
y

Dimana:
βi = 1 derajat kepekaan sektor j sama dengan rata-rata derajat kepekaan
seluruh sektor ekonomi.
βi > 1 derajat kepekaan sektor j diatas rata-rata derajat kepekaan seluruh
sektor ekonomi.
βi < 1 derajat kepekaan sektor j dibawah rata-rata derajat kepekaan seluruh
sektor ekonomi.

3.3 Analisis Dampak

a. Dampak permintaan akhir terhadap output

-1
Rumus dampak permintaan akhir terhadap output: X = (I-A) F

Artinya: mengalikan matriks pengganda dengan matriks permintaan


akhir. Sesuai dengan penempatan data.(lihat pada contoh kasus).

b. Dampak Permintaan Akhir terhadap Nilai Tambah Bruto.

Untuk menghitung dampak permintaan akhir terhadap NTB, terlebih


dahulu dibentuk matriks diagonal koefisien NTB. Koefisien NTB dicari dengan
cara membagi nilai tambah bruto (input primer) dengan total input.(lihat pada
contoh kasus). Tahap penghitungan dampak permintaan akhir terhadap
NTB:

1. Membentuk matriks diagonal koefisien NTB dengan cara membagi nilai


tambah bruto (input primer) dengan total input.

2. Mengalikan matriks diagonal koefisien NTB dengan matriks dampak


permintaan akhir terhadap output yang telah dihitung sebelumnya

E. Tinjauan Data

Data tabel input-output Kabupaten Sukoharjo tahun 2012 diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo.
F. Analisis Perencanaan
Dari data awal tabel input-output dilakukan pengelompokan berdasarkan sektor yaitu primer, sekunder dan tersier.
Tabel Input Output Berdasarkan Sektor Primer, Sekunder dan Tersier
Jumlah
Permintaan Antara Jumlah Permintaan Akhir Permintaan Total Output
Sektor Permintaan Akhir
Antara 305 (xb +
Primer Sekunder Tersier 301 (c) 302 (g) 303 (k) 304 (stk)
xj)
Primer 124907,8 619705,55 293111 1037724,12 796130,17 0 2837,01 6372,48 1247625,89 2052965,55 3090689,67

Sekunder 102831,3 2548742,4 1250783 3902356,34 2367323,37 0 202710,32 275698,66 3606626,99 6452359,34 10354715,68

Tersier 1343301,36 1556856,7 2.037.392,53 4937550,56 9899853,74 2020597,92 3774393,31 496846,56 7560391,94 23752083,47 28689634,03

Jumlah
Input 1571040,46 4725304,6 3581285,95 9877631,02 16128704,18 26006335,2
Antara
Impor 149016,68 2170909,8 1383303,42 3703229,87 3087690,2 6790920,07

Input
3047863,91 3496213,9 6443783,24
Primer
Total Input 4767921,05 10392428 11408372,61

Tabel di atas menunjukkan transaksi domestik atas dasar harga produsen di sektor primer, sekunder dan tersier, pada
permintaan antara dan permintaan akhir dimana C = konsumsi rumah tangga, G = pengeluaran pemerintah, K = modal tetap, Stk =
perubahan stok, serta Xb dan Xj = ekspor barang dan ekspor jasa
Kemudian menghitung matriks koefisien input (matriks A) dengan membagi
penggunaan input sektor ke i oleh sektor ke j dengan total input sektor ke j. Maka
didapatkan:

Tabel Matriks A

Sekund
Sektor Primer er Tersier

0,02619 0,0256926
Primer 8 0,05963 01

0,02156 0,1096372
Sekunder 7 0,24525 54

0,28173 0,14980 0,1785874


Tersier 7 7 81

Matriks koefisien input menggambarkan komposisi input antara yang


digunakan masing-masing sektor dalam berproduksi. Dimana pada kolom 1, untuk
menghasilkan output, sektor primer butuh input 2,62 persen dari sektornya sendiri,
butuh input 5,96 persen dari sektor sekunder dan butuh input 2,57 persen dari sektor
tersier. Dengan kata lain juga, untuk memproduksi 100 satuan output, maka sektor
primer butuh input sebanyak 2,62 satuan dari sektornya sendiri, 5,96 satuan dari
sektor sekunder dan 2,57 satuan dari sektor tersier.

Setelah itu menghitung matriks (I-A):

1 0 0 0,026198 0,05963 0,025692601

[ ]
0 1 0
0 0 1
-
[ 0,021567 0,24525 0,109637254
0,281737 0,149807 0,178587481 ]
0,973802460508443 −0,0596304862055406 −0,0256926013919877

[
= −0,0215673244002226 0,754750061656909
−0,281737332878027 −0,149806823876983
−0,10963725438838
0,821412518713307 ]
Kemudian dicari matriks pengganda (B) dan total dengan cara dengan cara
menginverskan matriks sebelumnya (matriks I-A), didapatkan:

Tabel Matriks Pengganda dan total

Sekund
Sektor Primer er Tersier Total

1,0418 0,0447 1,1778


Primer 72 0,0912 61 33

Sekund 0,0839 1,3683 0,1852 1,6375


er 05 43 63 11

0,3726 0,2808 1,2665 1,9200


Tersier 55 35 55 46

1,4984 1,7403 1,4965 4,7353


Total 33 78 79 89

Setelah itu mencari indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan. Didapatkan
hasil:

Tabel Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan

Indeks Daya Indeks Derajat


Sektor
Penyebaran Kepekaan

Primer 0,949299 0,74619

Sekunder 1,102577 1,037408

Tersier 0,948124 1,216402

Untuk daya penyebaran pada sektor primer dan tersier yang memiliki nilai
kurang dari 1 menandakan bahwa daya penyebaran sektor primer dan tersier
dibawah rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Sedangkan untuk sektor
sekunder yang memiliki indeks daya penyebaran lebih dari 1 artinya daya
penyebaran sektor sekunder diatas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor
ekonomi.
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa sektor sekunder dan tersier memiliki
nilai indeks derajat kepekaan lebh dari 1 yang menandakan derajat kepekaan sektor
sekunder dan tersier diatas rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.
sedangkan untuk sektor primer yang memiliki nilai indeks derajat kepekaan kurang
dari 1 memiliki arti bahwa derajat kepekaan sektor primer dibawah rata-rata derajat
kepekaan seluruh sektor ekonomi.

Untuk hasil dampak permintaan akhir terhadap output didapatkan:

Tabel Dampak Permintaan Akhir Terhadap Output

Sektor 301 302 303 304 305 Total

Primer 1488492 90444,06 190388,6497 54022,26886 1967201 3790548

Sekunder 5140183 374341,4 976869,5667 469832,1313 6440443 13401670

Tersier 13500223 2559199 4838463,667 709084,2859 11053457 32660427

Total 20128899 3023985 6005721,884 1232938,686 19461101 49852645

Pembacaan menurut baris menunjukkan pengaruh masing-masing komponen


permintaan akhir terhadap pembentukan output suatu sektor. Dimana pada baris 1
(sektor primer), dapat diinterpretasikan bahwa output sektor primer yang terbentuk
sebagai akibat dari konsumsi rumah tangga (301) sebesar 1488492; konsumsi
pemerintah (302) sebesar 90444,06; pembentukan modal tetap (303) sebesar
190388,6497; perubahan stok (304) sebesar 54022,26886; dan ekspor barang dan
jasa (305) sebesar 1967201. Dimana jumlah baris 1 merupakan total output sektor
primer. Dengan jumlah 3790548. Dari pembacaan menurut baris dapat kita ketahui
bahwa sektor tersier mempuyai dampak permintaan akhir terhadap output yang
paling tinggi dengan total 32660427. Sedangkan sektor primer dan tersier hanya
3790548 dan 13401670.

Pembacaan menurut kolom menunjukkan pengaruh suatu komponen


permintaan akhir terhadap pembentukan output di masing-masing sektor. Dimana
pada kolom 1, konsumsi rumah tangga (301) mengakibatkan pembentukan output
sektor primer sebesar 1488492, output sektor sekunder sebesar 5140183 dan output
sektor tersier sebesar 13500223. Jumlah kolom 1 yang sebesar 20128899
menunjukkan besarnya output seluruh sektor perekonomian yang terbentuk sebagai
akibat dari konsumsi rumah tangga. Dari pembacaan menurut kolom dapat diketahui
bahwa konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang paling tinggi dalam
mempengaruhi pembentukan output di masing-masing sektor dengan total
20128899.

Kemudian untuk menghitung dampak permintaan akhir terhadap nilai tambah


bruto terlebih dahulu dibentuk matriks diagonal koefisien nilai tambah bruto.
Koefisien nilai tambah bruto dicari dengan cara membagi nilai tambah bruto (input
primer) dengan total input.

Matriks Diagonal Koefisien Nilai Tambah Bruto

0,63924
4 0 0

0 0,336419 0

0 0 0,564829311

Didapatkan:

Tabel Dampak Permintaan Akhir Terhadap Nilai Bruto

Sektor 301 302 303 304 305 Total

Primer 951509,6 57815,8 121704,7615 34533,39975 1257521 2423084

Sekunder 1729257 125935,7 328637,8171 158060,6166 2166690 4508581

Tersier 7625322 1445511 2732906,099 400511,5886 6243317 18447567

Total 10306088 1629262 3183248,678 593105,6049 9667527 25379232

Pembacaan menurut baris menunjukkan pengaruh masing-masing komponen


permintaan akhir terhadap penciptaan Nilai Tambah Bruto suatu sektor. Dimana
pada baris 1 (sektor primer), dapat diinterpretasikan bahwa Nilai Tambah Bruto
sektor primer yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi rumah tangga (301)
sebesar 951509,6; konsumsi pemerintah (302) sebesar 57815,8; pembentukan
modal tetap (303) sebesar 121704,7615; perubahan stok (304) sebesar
34533,39975; dan ekspor barang dan jasa (305) sebesar 1257521. Dimana jumlah
baris 1 merupakan total Nilai Tambah Bruto sektor primer. Dari pembacaan menurut
baris dapat kita ketahui bahwa sektor tersier mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap penciptaan Nilai Tambah Bruto dengan total 18447567.
Pembacaan menurut kolom menunjukkan pengaruh suatu komponen
permintaan akhir terhadap penciptaan Nilai Tambah Bruto di masing-masing sektor.
Dimana pada kolom 1, konsumsi rumah tangga (301) mengakibatkan penciptaan
Nilai Tambah Bruto sektor primer sebesar 951509,6, Nilai Tambah Bruto sektor
sekunder sebesar 1729257 dan Nilai Tambah Bruto sektor tersier sebesar 7625322.
Jumlah kolom 1 yang sebesar 10306088 menunjukkan besarnya Nilai Tambah Bruto
seluruh sektor perekonomian yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi rumah
tangga. Dari pembacaan menurut kolom dapat diketahui bahwa konsumsi rumah
tangga merupakan komponen yang paling tinggi dalam mempengaruhi penciptaan
nilai tambah bruto di masing-masing sektor dengan total 10306088.

G. Interpretasi dan rencana-rencana

Dari perhitungan indeks daya penyebaran, sektor sekunder mempunyai dampak


keterkaitan kebelakang (backward linkage) dengan lebih besar dari satu. Hal ini
menunjukkan semakin tinggi daya penyebarannya maka akan membantu pertumbuhan
sektor lainnya yaitu sektor primer dan tersier. Sedangkan dari indeks derajat kepekaan,
sektor sekunder dan tersier mempunyai dampak keterkaitan kedepan (forward linkage)
dengan lebih besar dari satu. Hal ini menjelaskan sektor sekunder dan tersier
mempunyai peran penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
sektor lainnya yaitu, primer.

Dari analisis dampak permintaan akhir terhadap output, sektor tersier menempati
posisi pertama dengan nilai 32660427. Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi
didominasi oleh sektor tersier dengan konsumsi rumah tangga yang mempengaruhi
pembentukan output dengan sebesar 20128899. Maka dapat disimpulkan pertumbuhan
ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga bukan oleh investasi atau produksi
dengan kata lain tumbuh karena faktor konsumtif bukan produktif.

Dari analisis dampak permintaan akhir terhadap nilai tambah bruto, sektor tersier
mempunyai nilai tambah bruto dengan nilai 18447567. Hal ini menunjukkan sektor
tersier mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan nilai tambah bruto
dibandingkan dengan sektor primer dan sekunder dengan konsumsi rumah tangga yang
menyumbang nilai tambah bruto sebesar 10306088.
Rencana-rencana:

1. Peningkatan kegiatan produksi barang (sektor primer) di Kabupaten


Sukoharjo agar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukoharjo semakin
meningkat dan seimbang antar sektor
2. Pembatasan pasokan sektor sekunder dan tersier demi mengontrol tingkat
impor barang dan jasa, sehingga membuat peningkatan pada sektor primer.
3. Meningkatkan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif. Sektor pertanian, perdagangan, perindustrian, dan pariwisata,
didukung dengan sektor lain yang berdaya saing tinggi menjadi basis aktivitas
ekonomi yang dikelola secara efisien sehingga menghasilkan komoditi
berkualitas, berdaya saing global, menjadi motor penggerak perekonomian,
disertai dengan peningkatan kualitas pelayanan yang lebih bermutu.
4. Meningkatkan ketersediaan kebutuhan pokok dan sebagai salah satu
lumbung padi bagi Provinsi Jawa Tengah dapat dipertahankan pada tingkat
aman melalui swasembada pangan dan disertai dengan tersedianya
instrumen jaminan pangan pada tingkat masyarakat.
5. Meningkatkan perkembangan perindustrian, perdagangan, pariwisata,
agrobisnis dan industrialisasi perdesaan serta sektor usaha lainnya yang
dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
H. Daftar Pustaka

BPS. 2012. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output. BPS. Sukoharjo

BPS. 2012. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. BPS. Sukoharjo

Subanti, Sri dan Arif Rahman Hakim.Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi

Selatan:Pendekatan Sektor Basis dan Analisis Input-Output. Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan. Volume 10. Nomor 1. April 2009:13-33.

Anda mungkin juga menyukai