Anda di halaman 1dari 45

BAB I

ADMINISTRASI NEGARA INDONESIA


SEBAGAI SUATU SISTEM
A. Pendekatan Sistem dalam Studi Sistem Administrasi Negara Indonesia
Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisa organisatoris yang
mempergunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak pembahasan(analisa).
Dengan demikian, manajemen sistem dapat diterapkan dengan mengarahkan
perhatian kepada berbagai ciri dasar sistem yang perubahan dan gerakannya
akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem. Pendekatan sistem berusaha
mengungkapkan bahwa dalam menilai perilaku sistem perlu dipahami selain
bagian-bagian yang terlibat di dalamnya, juga bagaimana bagian ini berkaitan
satu sama lain. Kemudian pendekatan sistem ini juga menempatkan sistem ini
dalam suatu lingkungan yang relevan dalam analisa perilaku sistem. Dengan
demikian didapat gambaran yang menyeluruh yang memungkinkan sistem
mencapai energi, hasil yang lebih besar dari pada jumlah bagian-bagiannya.
Pendekatan sistem diperlukan karena makin lama makin dirasakan
interpendensi dari berbagai bagian dalam mencapai tujuan sistem.
B. Pengertian administrasi Negara
Dalam literatur ada definisi administrasi negara yang dikemukakan para
ahli, yaitu:
1. Leonard D.White mengatakan bahwa, administrasi Negara adalah keseluruhan
operasi (aktivitas-aktivitas kerja) yang bertujuan menyelenggarakan atau
menegakkan kebijaksanaan kenegaraan.
2. M.E Dimock dan C.O Dimock mengatakan bahwa, “administrasi Negara
merupakan suatu bagian dari administrasi umum yang mempunyai lapangan
yang lebih luas, yaitu suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana
lembaga-lembaga mulai dari suatu keluarga hingga perserikatan bangsa-bangsa
disusun, digerakkan dan dikemudikan.
3. Prof. Dr. Prajudi Atmosudirdjo, mengatakan bahwa administrasi merupakan
suatu fungsi yang tertentu untuk menegndalikan, menggerakkan,
mengembangkan, dan mengarahkan suatu “organisasi” yang dijalankan oleh
administrator, dibantu oleh tim bawahannya, terutama oleh para manajer dan
stafer. Administrasi Negara adalah fungsi bantuan penyelenggaraan dari
pemerintah, artinya pemerintah (pejabat) tidak dapat menunaikan tugas-tugas
kewajibannya tanpa administrasi Negara.
Administrasi Negara sebagai “fungsi” mempunyai dua pengertian menjadi
satu, yaitu:
1. Administrasi Negara adalah administrasi dari Negara sebagai “organisasi”, dan
2. Administrasi Negara adalah administrasi yang mengejar tercapainya tujuan-
tujuan yang bersifat kenegaraan.
Administrasi dalam arti luas, yaitu dalam arti sebagai administrasi
pemerintahan, aparatur Negara, aparatur pemerintah, sebagai fungsi, yaitu
sebagai kegiatan pemerintahan dan sebagai proses teknis pelaksanaan undang-
undang.
1. Administrasi pemerintah, adalah keseluruhan proses penyelenggaraan
kekuasaan pemerintah dengan memanfaatkan dan mendayagunakan segenap
aparatur pemerintah serta segenap dana dan daya demi terlaksananya
kebijaksanaan-kebijaksaan dan tugas-tugas pemerintah, dalam rangka
pencapaian tujuan nasional atau tujuan Negara dalam UUD 1945.
2. Aparatur Negara adalah alat pelaksana kebijaksanaan dan pelaksana tugas
Negara yang terdiri dari lembaga-lembaga tinggi Negara (MPR, DPR, DPD,
Presiden, BPK, Mahkaman Agung, dan Mahkamah Konstitusi).
3. Aparatur pemerintah adalah alak pelaksana kebijaksanaan dan pelaksana tugas
pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.
4. Administrasi Negara sebagai Proses
Suatu konsep yang paling baik untuk menjelaskan administrasi Negara
ialah konsep administrasi Negara sebagai suatu “proses”. Dimocks dan Dimocks
mengatakan bahwa: “Administrasi Negara sebagai proses, meliputi semua langkah
yang diambil di antara saat suatu badan pelaksanaan menerima kewenangan dan
saat batu terakhir diletakkan”.
C. Admistrasi Negara Sebagai Suatu Sistem
Administrasi mempunyai unsur-unsur tertentu, yaitu dua orang/lebih, tujuan yang
hendak dicapai, kerjasama, tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan, sarana
baik berupa peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan termasuk waktu,
tempat, perubahan materi serta perlengkapan lainnya. Peralatan dan perlengkapan
tergantung pada jumlah orang terlibat dalam prose situ, sifat tujuannya, ruang
lingkup dan keanekaragaman tugas serta sifat kerjasama.
Jelaslah bahwa administrasi memang merupakan suatu sistem, karena:
a. Terdiri dari berbagai bagian (unsur, elemen dan atau komponen)
b. Adanya hubungan (interrelatedness) dari bagian-bagian (unsur-unsur) yang
membentuk suatu kesatuan yang sistematis dan serasi.
c. Administrasi berusaha mencapai suatu tujuan atau output tertentu.
d. Dari unsur-unsur administrasi ditunjukkan juga adanya hubungan dengan
lingkungan yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi keberhasilan
administrasi sebagai suatu sistem dalam rangka mencapai tujuan/sasaran yang
telah ditentukan.
Sistem administrasi Negara bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri secara
mandiri, tapi ia dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kaitan antara faktor-faktor
lingkungan, sebagai geografis, historis, ekonomi, politik, sosial budaya, hankam,
politik/pemerintahan dan sebagainya, makin lama makin erat, gerakan disalah satu
bidang akan memperngaruhi sistem administrasi Negara.
Jelaslah bahwa sistem administrasi Negara adalah suatu proses dinamis
yang berkelanjutan dan bersifat sirkuler, di mana masukan dikonversi menjadi
keluaran, yang selanjutnya keluaran akan menjadi umpan balik sebagai masukan
baru untuk menghasilkan keluaran baru dalam rangka mewujudkan kebijaksanaan
Negara/pemerintah.
D. Pengertian dan Ruang Lingkup Administrasi Negara Indonesia
Administrasi Negara Indonesia adalah seluruh penyelenggaraan kekuasaan
Pemerintah Negara Indonesia dengan memanfaatkan segala kemampuan aparatur
Negara serta segenap dana dan daya demi tercapainya tujuan Negara Indonesia
dan terlaksananya tugass Pemerintah Republik Indonesia seperti yang ditetapkan
dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Ruang lingkup administrasi Negara Indonesia meliputi antara lain:
rumusan kedudukan, tugas pokok, struktur organisasi, tata kerja, administrasi
kepegawaian, administrasi keuangan dan administrasi materiil, administrasi
perkantoran, administrasi perusahaan Negara dan sebagainya dalam segala bidang
dan tingkat pemerintahan yang dalam keseluruhan merupakan suatu rangkaian
yang mempunyai hubungan timbal balik yang satu dengan yang lain.
Dari segi manajemennya, administrasi Negara Indonesia meliputi seluruh
tahapan dari proses manajemen dalam pemerintahan yang mencakup: perencanaan
(termasuk pemprograman dan penganggaran), pengorganisasian, penggerakkan
(termasuk pengarahan dan pengendalian) serta pengawasan (termasuk penilaian).

BAB II
PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR

A. Pengertian Sistem
Sistem diartikan sebagai suatu rangkaian susunan berkesinambungan yang
saling terkait, teratur dan menyeluruh (global). Atau sebagai rangkaian kenyataan-
kenyataan, prinsip-prinsip, peraturan-peraturan, mulai dari perencanaannya, tata
caranya, jalan pelaksanaan pekerjaannya sampai pada fungsinya.

Sistem adalah kesatuan yang utuh dari sesuatu rangkaian yang kait
mengait satu sama lain. Bagian atau anak cabang dari suatu sistem, menjadi
induk sistem dari rangkaian selanjutnya. Begitulah seterusnya sampai pada
bagian yang terkecil, rusaknya salah satu bagian akan mengganggu kestabilan
sistem administrasi publik. Republik Indonesia adalah salah saatu contoh
sistem administrasi, dan anak cabangnya aalah sistem administrasi daerah,
kemudian seterusnya sistem administrasi desa dan kelurahan.
Sistem politik menurut Robert Dahl, mencakup dua hal sebagai berikut:
1. Pola yang tetap daripada hubungan antarmanusia.
2. Melibatkan sesuatu yang luas dan berarti tentang kekuatan, aturan-aturan
dan kewenangan.
Menurut Prof. Sumantri, sistem politik adalah:
Pelembagaan dari hubungan antarmanusia, yang berupa hubungan
antarsuprastruktur politik dan infrastruktur politik.

Sistem politik terdiri dari alokasi nilai-nilai, dan pengaloksian nilai-nilai


tersebut bersifat paksaan, dan paksaan pengalokasian tersebut mengikat
masyarakat secara keseluruhan.
Sistem politik antara lain adalah merupakan sistem interaksi yang ditemui
dalam masyarakat merdeka, yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi.
Sebagai suatu sistem administrasi publik terdiri dari berbagai subsistem,
antara lain tugas, fungsi, organisasi, kepegawaian, keuangan, materiil dan lain
lain. Selanjutnya administrasi publik bersama-sama dengan sistem-sistem lain
seperti sistem politik, sistem pemerintahan dan sistem hukum tata Negara,
merupakan subsistem pemerintahan sistem nasional suatu Negara. Jadi oleh
karena itulah keempat sistem ini dalam eksistensinya saling kait mengait, saling
berinteraksi, saling mempengaruhi dan saling bertumpang tindih (convergency).

Selain sistem administrasi publik memperlihatkan sejauh mana


pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyatnya, mesti dipperlihatkan pula
bagaimana pembagian kekuasaan di suatu Negara. Negara Indonesia yang
berusaha keras menyeimbangkan sila-sila falsafah Pancasila, juga harus
berketetapan antara persatuan yang sentralistis dengan demokrasi yang
desentralistis.
B. Pengertian Administrasi
Beberapa sarjana telah memberikan pengertian antara lain sebagai berikut:
Menurut Herbert A. Simon: Jadi baginya administrasi dapat dirumuskan
sebagai kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan
bersama.
Menurut Leonard D White: baginya administrasi adalah sutau proses yang
umum ada pada setiap usaha kelompok-kelompok, baik sipil maupun militer, baik
dalam ukuran besar maupun kecil.
Menurut Hadari Nawawi:
Administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses
pengendalian usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan
bersama yang telah ditetaapkan sebelumnya.
Pada prinsipnya mempunyai pengertian yang sama yaitu antara lain:
a. Kerjasama
b. Banyak orang
c. Untuk mencapai tujuan bersama
Sedangkan pengertian dalam arti sempit adalah administrasi sebagaimana
yang sering kita dengar sehari hari yaitu tata usaha. Memang tata usaha
merupakan unsure daripada administrasi dalam arti luas. Unsur-unsur
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Pengorganisasian d. Kepegawaian g. Tata Usaha

b. Manajemen e. Keuangan h. Perwakilan

c. Tata hubungan f. Perbekalan

C. Pengertian Negara
Menurut Aristoteles:
Negara adalah persekutuan dari pada keluarga dan desa guna memperoleh
hidup yang sebaik-baiknya.
Menurut Jean Bodin:
Negara adalah suatu persekutuan dari padda keluarga-keluarga dengan segala
kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari suatu kausa yang berdaulat.

suatu persekutuan yang sempurna dari pada orang-orang yang merdeka untuk
memperoleh perlindungan hukum.
Menurut Prof. Hoogerwerf:
Negara adalah suatu kelompok yang terorganisasi, yaitu suatu kelompok yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sedikit banyak dipertimbangkan, pembagian
tugas dan perpaduan kekuatan-kekuatan. Anggota-anggota kelompok ini para
warganegara, bermukin di suatu daerah tertentu, Negara memiliki di daerah
ini kekuasaan tertinggi yang diakui kedaulatannya. Ia menentukan bila perlu
dengan jalan paksa dan kekerasan, batas-batas kekuasaan dari orang-orang
dan kelompok dalam masyarakat di daerah ini. Hal ini tidak menghilangkan
kenyataan bahwa kekuasaan Negara pun mempunyai batas-batas, umpamanya
disebabkan kekuasaan dari badan-badan internassional dan supra nasional.
Kekuasaan Negara diakui oleh warganegara dan oleh warganegara lain,
dengan kata lain kekuasaan tertinggi disyahkan menjadi wewenang tertinggi.
Maka ada suatu pimpinan yang diakui oleh Negara, yaitu pemerintahan.
Negara adalah suatu kelompok, persekutuan, alat, organisasi
kewilayahan/kedaerahan, sistem politik, kelembagaan dari suatu rakyat, keluarga,
desa (orang-orang yang kuat dan lemah) yang merupakan susunan kekuasaan
yang memiliki monopoli, kewibawaa, daulat, hukum, kepemimpinan bahkan
sistem pemaksaan, agar memperoleh keabsahan, pengakuan dari dalam dan luar
negara, tempat tinggal yang aman, masyarakat yang tenteram, bangsa yang
teratur, hidup bersama yang lebih baik dan terkendali dalam rangka mewujudkan
tujuan rakyat banyak.
Hukum tata Negara adalah aturan, susunan serta tata cara yang berlaku
dalam suatu kelompok, keluarga, organisasi kewilayahan dan kedaerahan yang
memiliki kekuasaan (monopolitis), kewenangan yang absah serta kepemimpinan
pemerintahan yang berdaulat, guna mewujudkan kesejahteraan, keamanan,
ketertiban dan kelangsungan hidup bangsa dalam mencapai tujuan serta cita-cita
bersama.
Antara hukum tata Negara, politik, pemerintahan dan administrasi politik,
terdapat pertumpangtindihan. Sistem hukum tata Negara, sistem politik, sistem
pemerintahan dan sistem administrasi publik memiliki hubungan yang kait
mengait. Pertumpangtindihan dikarenakan kelima ilmu-ilmu kenegaraan memiliki
obyek material yang sama yaitu Negara. Ilmu Negara itu statis serta bersifat
universal jadi tidak ada istilah sistem Negara. Dalam pertandingan hanya sistem
politik, sistem pemerintahan, sistem administrasi publik dan sistem hukum tata
Negara.
D. Bentuk Negara
Bentuk Negara berbeda dengan bentuk pemeritahan, karena bentuk
pemerintahan terdiri dari parlementer, presidensial, campuran, dan komunis,
sedangkan bentuk Negara terdiri dari kerajaan dan republik.
Bentuk Negara kerajaan dipimpin oleh seorang raja (kaisar) atau ratu
(maharani) yang diwariskan secara turun-temurun. Jadi, apabila seorang calon raja
tidak terlalu mengenal peraturan politik pemerintahan Negara maka jalannya roda
pemerintahan diserahkan pada perdana menteri yang mengepalai cabinet. Dengan
demikian antara kepala Negara yang dipimpin oleh raja, berbeda dengan kepala
pemerintahan yang dipilih oleh parlemen. Tetapi tidak menutup kemungkinan
kepala Negara dan kepada pemerintahan dipegang langsung oleh satu orang bila
mampu. Untuk tidak hilangnya kewibawaan raja atau ratu maka pelantikan kepala
pemerintahan, sudah barang tentu dengan restu raja.
Bentuk Negara republik dipimpin oleh seorang presiden yang dipilih oleh
badan tertentu (konstitutif atau legislative) atau dipilih langsung oleh rakyat dalam
suatu pemilihan umum. Apabila Negara sering berperang maka rakyat begitu saja
membiarkan presidennya tanpa berganti. Tetapi dalam keadaan ddamai dan
demokrasi presiden dapat dijatuhkan oleh parlemen, tergantung keberadaan
konstitusi yang mengaturnya.
Beberapa pertanggungjawaban kepala pemerintahan di depan wakil rakyat,
yaitu:
Impeachment adalah apabila seorang kepala pemerintahan secara pribadi
melakukan kesalahan, sehingga membuat para wakil rakyat memanggilnya untuk
diminta pertanggungjawabannya, tanpa akan menjatuhkan cabinet 9dewan
menteri-menteri lainnya).
Accountability speech adalah apabila kepala pemerintahan menyelesaikan
tugasnya dalam akhir masa jabatannya maka menyampaikan apa yang telah
dilakukan untuk mendapat penilaian dari pada wakil rakyat, setelah pidato
dibacakan cabinet hanya menunggu waktu pelantikan cabinet baru (demisioner).
Progress report adalah apabila akhir setiap tahun masa jabatan, untuk
mengetahui sejauh mana penyelenggaraan pemerintah maka dilaporkanlah
kemajuannya, kepada para wakil rakyat, tanpa membuat kepala pemerintah
tersebut turun jabatan karena hanya bersifat koreksi dari dewan.
Inaugural speech adalah apabila seorang kepala pemerintahan memulai
masa jabatannya maka setelah yang bersangkutan dilantik, kepala pemerintahan
tersebut diperbolehkan membaca apa yang menjadi visi dan misi kerjanya untuk
didengarkan oleh para anggota parkemen ataupun badan konstitusi.
Kemudian untuk melihat berbagai jenis bentuk pemerintahan, yakni:
1. Sistem pemerintahan cabinet presidensial
Kabinet presidensial, yaitu kabinet yang menteri-menterinya
bertanggung jawab kepada presiden. Agar para menteri tidak berlindung di
bawah kekuasaan presiden apabila melakukan kesalahan maka antara
badan legislative(parlemen) dengan badan eksekutif (presiden dan
menterinya) harus saling mengawasi dengan ketat.
Dengan demikian, menurut sistem pemerintahan presidensial sebagai
berikut:
1. Hal tersebut berdasarkan atas prinsip-prinsip pemisahan kekuasaan.
2. Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk membubarkan parlemen
dan juga tidak mesti berhenti sewaktu kehilangan dukungan dari
mayoritas anggota parlemen.
3. Dalam hal ini tidak ada tanggung jawab bersama antara presiden dan
kabinetnya karena pada akhirnya seluruh tanggung jawab sama sekali
tertuju pada presiden (sebagai kepala pemerintahan).
4. Presiden dipilih langsung oleh para pemilih.
2. Sistem Pemerintahan Kabinet Parlementer
Sistem parlementer, yaitu kabinet yang para menterinya masing-
masing bertanggung jawab kepada parlemen. Hal ini karena parlemen
yang memilih menteri-menteri yang tepat, begitu juga perdana
menterinya. Anggota parlemen dapat menjatuhkan setiap kesalahan
masing-masing menteri.
Dengan demikian, menurut sistem pemerintahan parlementer
adalah sebagai berikut:
1. Hal tersebut berdasarkan atas prinsip-prinsip pembagian kekuasaan.
2. Dimana menjadi tanggung jawab bersama antara eksekutif dan
legislatif.
3. Dalam hal ini juga terjadi pertanggungjawaban bersama (timbal
balik) antara Perdana Menteri dengan kabinetnya.
4. Pihak eksekutif (baik Perdana Menteri maupun para Menteri) secara
perseorangan dipilih oleh kepala pemerintahan dan pemegang masing-
masing departemen Negara, sesuai dengan dukungan suara mayoritas
parlemen.
3. Sistem Pemerintahan Kabinet Campuran
Kabinet campuran, yaitu kabinet yang presidennya tidak hendak
kehilangan kekuasaan ketika anggota parlemen memberikan mosi tidak
percaya kepada pemerintah. Oleh karena itu, yang jatuh hanya perdana
menteri dan menteri-menterinya, tetapi presiden tidak dapat dijatuhkan
oleh parlemen.
Sistem pemerintahan campuran ini biasanya selain memiliki presiden
ataupun raja sebagai kepala Negara, juga memiliki kepala
pemerintahan, yaitu perdana menteri.
Bila presiden tidak diberi posisi dominan menurut konstitusi maka
presiden tidak lebih dari sekedar lambang dan kabinet akan semakin
goyah kedudukannya. Untuk itu di perancis yang pernah tirani dan
pernah pula demokratis liberal mengubah konstitusi negaranya
sedemikian rupa hingga presiden tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen
bahkan presiden dapat membubarkan parlemen.
Di Indonesia para menteri tidak bertanggung jawab kepada
parlimen. Tetapi, ketika presiden harus menyampaikan
pertanggungjawabannya kepada MPR sebagai lembaga konstitusi, perlu
disadari bahwa MPR terdiri dari DPR itu sendiri yang ditambah dengan
utusan daerah dan utusan golongan (setelah era reformasi diganti
dengan Dewan Perwakilan Daerah). Dengan demikian, Negara ini
memiliki sistem pemerintahan campuran.
Hanya saying ketika era pemerintahan Soeharto, demokratisasi
sistem pemerintahan campuran ini ditiranikan dengan cara meletakkan
orang-orangnya di lembaga konstitutif (MPR). Utusan golongan
diangkat dari para menteri, sedangkan untuk utusan daerah diangkat
para gubernur yang notabene anak buah beliau. Kemudian diangkat
para panglima yang juga anak buah beliau sebagai jenderal besar,
kemudian para rector yang juga beliau sendiri yang memberikan
pengangkatan rektornya. Itu pun masih dilengkapi dengan sistem
pemilihan umum yang proporsional. Sistem tersebut membolehkan para
wakil rakyat diambil dari orang-orang pusat yang diletakkan di daerah,
seperti para istri menteri, para menteri, para anak menteri, dan kekuatan
Partai Golkar lainnya.
4. Sistem Pemerintahan Kabinet Komunis
Kabinet komunis, yaitu kabinet yang baik kepala Negara maupun
kepala pemerintahan dijabat secara ex officio oleh pimpinan partai komunis,
mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat pemerintah daerah. Karena
pimpinan partai komunis yang ada di daerah sekaligus menjadi kepala daerah
dan kepala wilayah.

Selain bentuk sistem pemerintahan tersebut di atas, ada pula


dikenal kabinet koalisi yaitu kabinet yang dibentuk oleh presiden dengan
mengambil berbagai menteri yang berasal dari bermacam partai politik. Jadi,
bentuknya sudah barang tentu pelangi (beraneka ragam). Hal ini karena
biasanya presiden yang bersangkutan tidak mendapat dukungan mayoritas,
artinya kewenangannya dalam pemilihan umum tidak mencapai lima pulut
persen. Jadi, apabila lawan politiknya bergabung akan dapat menjatuhkan
dirinya di dalam pidato pertanggungjawaban, untuk itu para pimpinan partai
diajak bergabung dengan mengambil simpati pimpinan partainya. Tetapi
kalau seluruh yang diambil itu adalah orang yang memang karena
keahliannya sesuai disiplin ilmunya maka biasanya juga disebut juga sebagai
zaken cabinet.
BAB III
POSISI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Ada dua jenis ilmu-ilmu sosial yang dapat dibedakan ke dalam hubungan
ini. Yang pertama perhubungan sesama ilmu-ilmu kenegaraan yang saling
bertumbang tindih (convergency). Kemudian yang kedua, perhubungan secara
ilmu non-kenegaraan yang mesti dikaji keterkaitannya untuk perkembangan Ilmu
Administrasi Negara itu sendiri.
A. Dalam Ilmu-ilmu Kenegaraan
1. Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Administrasi Negara
Yang membedakan Ilmu Pemerintahan dengan Ilmu Administrasi Negara
adalah cara Pendekatannya (technical approach).
Ilmu Pemerintahan cenderung lebih melaksanakan, antara lain:
a. Pendekatan legalistic (keadaan aturan yang berlaku),
b. Pendekatan empiric (keadaan nyata di lapangan),
c. Pendekatan formalistik (keadaan ketentuan resmi).
Sedangkan Ilmu Administrasi Negara cenderung lebih
melaksanakan antara lain:
a. Pendekatan ekologikal (posisi keberadaan lingkungan),
b. Pendekatan organisasional (pelembagaan keanggotaan),
c. Pendekatan struktural (peraturan penempatan lokasi).
Pertumpangtindihan antara Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu
Pemerintahan adalah karena kesamaan objek materinya yaitu Negara
maka Negara perlu dicarikan perbedaannya, yaitu objek formal
masing-masing disiplin ilmu tersebut.
Ilmu-ilmu pemerintahan memusatkan perhatian pada:
a. Hubungan-hubungan pemerintahan;
b. Gejala-gejala pemerintahan;
c. Peristiwa-peristiwa pemerintahan.
Ilmu administrasi Negara memusatkan perhatian pada:
a. Pelayanan aparat Negara;
b. Penyelenggaraan departemental;
c. Pengadministrasian tata usaha Negara.
2. Ilmu Negara dan Ilmu Administrasi Negara
Ilmu Negara adalah ilmu yang mempelajari bagaimana persekutuan,
kelembagaan dari suatu keluarga besar rakyat, yang terdiri dari orang-orang kuat
dan lemah, yang telah memiliki susunan kekuasaan dan keabsahan, kedaulatan
baik dari dalam maupun dari luar negeri, dan tinggal bersama-sama di wilayah
tertentu dan terkendali dalam rangka mewujudkan cita-cita rakyatnya.
Oleh karena itu, objeknya adalah konstitusi dalam pengkajian timbul dan
tenggelamnya Negara tersebut. Karena ilmu Negara sifatnya statis tetapi universal
maka diperlukan sistem daan penyelenggaraan administrasinya, yaitu sistem
administrasi Negara. Sistem administrasi Negara itu sudah barang tentu dapat
berubah sesuai situasi dan kondisi serta ruang dan waktu.
Hubungan antara Ilmu Negara dan Ilmu Administrasi Negara sangat erat
karena objek materialnya sama yaitu Negara itu sendiri, sedangkan untuk
membedakannya dilihat objek formalnya yang menjadi sudut pandang (focus of
interest) yang membedakan kedua disiplin ilmu ini.

3. Ilmu Politik dan Ilmu Administrasi Negara.


Penetapan kebijaksanaan adalah fungsi politik yang dijalankan
pemerintah. Pelaksanaannya adalah fungsi administrasi yang dijalankan oleh
pemerintah. Sebagaimana Frank J. Goodnow dalam bukunya Politics and
Administration, bahwa fungsi pokok pemerintah yang amat berbeda satu sama
lain, yaitu politik dan administrasi atau melahirkan keinginan Negara (The
formulation of the will of the stated). Sementara administrasi diartikan sebagai hal
yang harus berhubungan dengan penyelenggaraan kebijakan kehendak Negara
(the execution of the will of the stated).
Beberapa definisi tentang administrasi Negara antara lain sebagai berikut:
a. Administrasi Negara meliputi implementasi kebijakan pemerintah
yang telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik (John M.
Piffner dan Robert Presthus).
b. Administrasi Negara adalah suatu kerja sama kelompok dalam
lingkungan pemerintahan (Felix A. Nigro)
c. Administrasi Negara adalah manajemen dan organisasi dari manusia-
manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintahan
(Dwight Waldo).
Perhubungan antara Ilmu Politik dan Ilmu Administrasi Negara terlihat
dari banyaknya timbul masalah dan keresahan di kalangan masyarakat karena
kegiatan administrasi Negara. Juga banyaknya campur tangan politik pada
kehidupan masyarakat.
Antara keberadaan ilmu politik dan ilmu administrasi Negara erat
kaitannya karena memiliki pokok bahasan yang sama, yaitu masalah kenegraan.
Objek materialnya sama-sama Negara, namun keduanya berbeda banyak. Kiranya
pendekatan kekuasaan dapat digeser oleh pendekatan pelayanan, kendati
sebenarnya tidak perlu. Sepanjang kekuasaan untuk mengantisipasi dekadensi
moral (nahi munkar), pelayanan ditujukan kepada yang baik dan benar (amar
ma’ruf).
4. Hukum Tata Negara dan Ilmu Administrasi Negara
Hukum adalah keserasian hubungan antarmanusia yang menimbulkan
kewajiban-kewajiban (Lemenier).
Hukum adalah keseluruhan aturan yang harus ditaati oleh manusia dan
kehidupan masyarakat (Land).
Hukum adalah keseluruhan antara mengikat dan mengatur hubungan
kompleks antarmanusia di dalam kehidupan masyarakat (Capitant).
Hukum adalah kompleks aturan tingkah laku yang mengikat yang
ditetapkan dan diakui oleh pemerintah (Suyling)
Hukum adalah keseluruhan norma bernilai susila, yang bersangkutan
dengan perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat dan harus dipakai
pedoman oleh pemerintah dalam pelaksanaan tugasnya (Meyers).
Sebagai suatu kekuasaan yang dilembagakan, ketatanegaraan suatu Negara
tidak tampak bagaikan kenyataan memiliki kekuasaan yang sah, tetapi juga diakui
mempunyai hak untuk menguasai (legitimasi).
Legitimasi adalah kesesuaian tindakan terhadap hukum yang berlaku.
Perundang-undangan itu bersifat formal, etis, dan adat istiadat, maupun bersifat
hukum kemasyarakatan yang sudah lama tercipta secara absah.
Legitimasi seseorang dalam hukum tata Negara adalah bila seorang
administrator publik yang dianggap menduduki jabatan serta memiliki
kewenangan secara legitimasi, yang bersangkutan benar-benar telah mengalami
pengangkatan. Yang bersangkutan dianggap absah memangku jabatannya dan sah
menjalankan administrasinya. Dan menimbulkan berbagai rekayasa manusia
dalam pelaksanaan administrasi Negara.
Seorang administrator publik akan membuat hukum dan melaksanakan
segala sesuatu kepentingannya. Untuk itu legitimasi dikaitkan dengan norma dan
agama.
Dalam Ilmu-ilmu Non-Kenegaraan
1. Ilmu Filsafat dan Ilmu Administrasi Negara
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang disusun dari dua kata, yaitu
Philos dan Sophia. Philos berarti senang, gemar, atau cinta. Sedangkan Shopia
dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Filsafat dapat diartikan sebagai suatu
kecintaan kepada kebijaksanaan.
Filsafat menelaah hal-hal yang menjadi objeknya, dari sudut intinya yang
mutlak, terdalam tetapi tidak berubah (Prof. Notonegoro), atau perenungan yang
sedalam-dalamnya tentang sebab “ada” dan “perbuatan”. Kenyataan yang
sedalam-dalamnya sampai kepada “mengapa” yang penghabisan (Prof.
Driyakara). Filsafat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terakhir, tidak dangkal
dan dogmatis, melainkan kritis sehingga tidak sadar akan kekaburan dan
kekacauan pengertian sehari-hari (Bertrand Russel).
Administrasi Negara secara filsafat maka para administrator publik, mulai
dari presiden sampai dengan kepala desa dan kelurahan adalah mereka yang
menjalankan roda administrasi Negara. Sehingga dalam cara dan kebijaksanaan
pengambilan keputusan administrasi, skala prioritas dan alternatif pilihan
berangkat dari pengkajian kebenaran itu sendiri. Dengan demikian, pengalokasian
nilai-nilai mengacu pada mana yang benar dan mana yang tidak benar. Hal ini
karena administrator sebagai pemegang wewenang penyelenggaraan pelayan
publik.
2. Ilmu Administrasi Niaga dan Ilmu Administrasi Negara
Perbedaan antara administrasi niaga dengan administrasi Negara (G.T.
Allison):
a. Administrasi niaga banyak tergantung dari suasana pasar, sedangkan
administrasi Negara kurang sentuhan pasar.
b. Administrasi niaga otonom dan mandiri dalam keputusan dan cara
bertindak, sedangkan administrasi Negara harus mengutamakan
pelayanan masyarakat.
c. Kegiatan administrasi niaga hanya dinilai mereka yang terkait, hal itu
pun masih dikebiri oleh keterkaitan ekonomi, sedangkan administrasi
Negara dinilai orang banyak.
d. Tujuan dan criteria niaga jelas, yaitu keuntungan ekonomi, efisiensi,
mutu, dan relasi untuk pangsa pasar. Sedangkan administrasi Negara
sangat kompleks serta sulit diukur.
e. Administrasi niaga mudah menyelenggarakan penggajian, karena
berdasarkan kelelahan, hasil kerja, dan pengorbanan. Sedangkan
administrasi Negara cenderung relatif lebih sulit menentukan insentif
berdasarkan performa atau kinerja yang ada, karena melulu
mempersoalkan pengabdian untuk menutupi dan meningkatkan
pegawai yang malas.
3. Sosiologi dan Ilmu Administrasi Negara
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara masnuia dalam
kelompok-kelompok (Rouck dan Warren) merupakan penelitian secara ilmiah
terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial (William F. Ogburn
dan Meyer F. Nimkoff).
Tanggapan para sosiologi terhadap Ilmu Administrasi Negara adalah
gejala-gejala yang timbul dalam pelayanan dari satu kelompok orang yang
menyelenggarakan publik terhadap berbagai kelompok rakyat banyak diam
dilayani, dipandang sebagai usaha penataan masyarakat.
Kekuasaan ini dapat dijumpai pada interaksi sosial antarmanusia ataupun
antarkelompok, karena mempunyai beberapa unsur pokok, yaitu:
a. Adanya rasa takut;
b. Adanya pemujaan;
c. rasa cinta, dan
d. Adanya kepercayaan.

4. Ilmu Bumi dan Ilmu Administrasi Negara


Faktor-faktor yang berdasarkan geografis, seperti perbatasan strategis,
desakan penduduk, daerah kepulauan, dan lain-lain sangat mempengaruhi
administrasi Negara. Kendati seluruh faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor-
faktor yang terdapat dalam ilmu bumi. Karenanya terdapat hubungan yang erat
pula antara Ilmu Administrasi Negara dengan Ilmu Bumi karena pengaruh
dimaksud ditujukan pada Ilmu Administrasi Negara terutama ekologinya.
Untuk menentukan apakah suatu Negara itu harus diciptakan sentralisasi
atau desentralisasi, yang perlu diperhatikan addalah dari faktor-faktor berikut ini:
a. Negara kepulauan karena terpisah-pisah maka untuk efisiensi kerja, dalam
administrasi Negara sebaiknya dilaksanakan desentralisasi.
b. Negara kontinental mudah dilaksanakan pengawasan dan relative lebih
mudah pula transportasi maka dalam administrasi Negara sebaiknya
dilaksanakan sentralisasi.
c. Negara yang penduduknya homogeny cenderung untuk melaksanakan
sentralisasi, sedangkan yang penduduknya heterogen melaksanakan
desentralisasi.
5. Sejarah dan Ilmu Administrasi Negara
Sejarah merupakan kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang pernah
terjadi pada masa lampau, akan menjadi sejarah pada masa sekarang. Begitu pula
peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang terjadi sekarang, akan menjadi
sejarah waktu nanti. Hubungan dengan addministrasi Negara pada umumnya,
sejarah sebenarnya adalah berbagai sistem administrasi di berbagai Negara pada
masa lampau. Sedangkan administrasi Negara yang ada dewasa ini akan menjadi
sejarah bagi masa mendatang.
6. Psikologi dan Ilmu Administrasi Negara
Dengan kajian ilmu jiwa (psikologi) membuat kemajuan administrasi
Negara semakin mapan karena lebih mengetahui bagaimana memotivasi seorang
bawahan. Misalnya seorang yang tidak memiliki kemauan bekerja apabila tidak
ada yang membimbing adalah kelompok yang tidak mempunyai inisiatif. Menurut
teori X, mereka adalah kelompok yang perlu sistem komando. Para administrator
Negara dapat memotivasinya dengan briefing walaupun akan melakukan one way
traffic. Mereka yang termasuk kelompok teori Y maka inisiatif perlu didukung
dengan cara para administrator Negara memberikan keleluasan berkarya.
BAB IV
PEMERINTAHAN INDONESIA
A. Pengertian Indonesia
Indonesia adalah satu bangsa dan Negara yang secara politis, resmi
merdeka sejak 17 Agustus1945. Walaupun saat Negara Indonesia sedang
mengalami krisis ekonomi yang luar biasa, namun rakyatnya sadar bahwa bangsa
Indonesia ini adalah bangsa yang besar.
Selama lebih dari setengan abad merdeka, bangsa Indonesia baru memiliki
tujuh orang presiden. Selain itu, bangsa Indonesia juga pernah dipimpin oleh Mr.
Syafruddin Prawiranegara dan Mr. Assat ketika dalam keadaan darurat.
Soekarno dan Soeharto yang bagaimanapun pernah dianggap sebagai
Bapak Bangsa namun berlaku tirani pada masa pemerintahannya. Soekarno
sempat dinyatakan sebagai presiden seumur hidup sehingga berkuasa selama 12
tahun, sedangkan Soeharto merekayasa pemilihan umum sebanyak tujuh kali
sehingga berkuasa selama 32 tahun. Ketiranian ini bukan berangkat dari
Pancasila, karena falsafah ini sudah berjuang menyeimbangkan sila-silanya,
namun sebenarnya berasal dari keberadaan UUD 1945 yang membesarkan peran
eksekutif ketimbang legislatif, dan lembaga tinggi lain. Itulah sebabnya pada era
refolusi UUD 1945 ini kemudian diamandemenkan.
Para pendiri RI ini membesarkan peran eksekutif, adalah karena
bermaksud menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tengah-tengah
kebhinnekaan suku, pulau, agama, adat istiadat, budaya, dan berbagai bahasa etnis
kedaerahan yang ada di Indonesia.
Bendera nasional Indonesia adalah merah putih yang sejak zaman
Majapahit telah dikibarkan oleh Majapahit Gajah Mada di Sorong, Irian Jaya
(Papua). Sedangkan lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya yang diciptakan oleh
Wage Supratman dan pertama kali diperdengarkan pada Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928 di Jakarta.
Lambang Negara adalah Burung Garuda yang menoleh ke kanan,
berkalungkan perisai falsafah Pancasila dan memegang pita yang bertuliskan
“Bhinneka Tunggal Ika” karena para pemudanya telah bersumpah, satu nusa, satu
bangsa, satu bahasa, yaitu Indonesia.
Sumpah ketiga berbeda dengan kedua sumpah lainnya, karena mereka
hadir dalam bahasa daerah yang berbeda. Kesepakatan ini merupakan kebanggaan
karena dalam suasana dikuasai pemerintah penjajah, masih timbul kesadaran
melepaskan egosentris kedaerahan (privinsialisme) bahasa daerah masing-masing.
Berbeda dengan Negara-negara lain, karena ada Negara yang tidak
berhasil merumuskan bahasa nasioonalnya yang asli selain mengambil bahasa
penjajah negerinya. Contohnya Negara India, yang bertahun-tahun berusaha
memasukkan salah satu bahasa daerahnya menjadi bahasa nasionalnya, yang akan
dapat mempersatukan mereka. Masing-masing suku berusaha menyodorkan
bahssa daerahnya dan menolak bahasa lain.
Bahasa Indonesia yang berlaku bukan hanya berasal dari bahsa Melayu,
tetapi bercaampur baur ditambah dengan bahasa daerah dan asing yang kemudian
mencari-cari ke-Indonesiaannya.
B. Sebelum Kemerdekaan
Sejarah mencatat bahwa yang pertama menentang penjajah dengan
menggerakkan masyarakatnya (baik mengangkat senjata maupun jalur diplomatis)
adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo (1591-1645). Kemudian perlawanan
Untung Surapati yang rela melepaskan istrinya seorang putrid Belanda karena
akan menentang Belanda. Para sultan yang merasa diinjak wilayah
pemerintahannya antara lain Sultan Hasanuddin (1631-1670), Sultan Ageng
Tirtayasa (1631-1683), Sultan Mahmud Badaruddin II (1772-1852), Sultan Thoha
Syaifudin (1816-1904).
Para ulama yang berjihad melawan Pemerintah Hindia Belanda dalam
memperjuangkan kemerdekaan, yaitu Tuanku Imam Bonjol (1772-1864),
Pangeran Diponegoro(1785-1855), berjuang bersama sahabat beliau Kiai Mojo
dan Sentot Alibasyah, Pangeran Antasari (1797-1862). Kemudian terjadi pula
perlawanan di Maluku, yaitu Kapitan Pattimura (1783-1817) dan Kristina Martha
Tiahahu (1800-1818) dan pemberontakan Trunojoyo dari Madura.
Bahwa bangsa Indonesia terjajah selama lebih kurang 350 tahun oleh
bangsa Belanda, hal yang tidak benar karena masyarakat Aceh tidak pernah
berhasil dikuasai secara keseluruhan
Sekelompok anak-anak muda, dalam keadaan kevakuman seperti ini
bergelora ingin memperoklamasikan kemerdekaan. Tetapi mereka masih tetap
membutuhkan pemimpin sesepuh merea Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Bila
sesepuh mereka tidak bersedia memproklamirkan kemerdekaan ndonesia, mereka
mengancam akan membumihanguskan sisa-sisa Jepang yang sudah tidak berdaya
di Jakarta. Mereka dengan semangat patriot yang menggebu memang berhasil
melarikan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Haatta ke Rengasdengklok.
Andai rapat di dalam Pejambon atau di Hotel Des Indes jadi terlaksana,
maka barangkali di kedua tempat tersebutlah proklamasi kemerdekaan kita
dikumandangkan. Hanya Allah yang Maha Bijaksana menjatuhkan hari keramat
kita pada hari yang dikehendaki-Nya.
C. Proklamasi
Pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, Indonesia mengumandangkan
Proklamasi Kemerdekaannya ke seluruh dunia. Proklamasi itu ditandatangani atas
nama bangsa Indonesia oleh Soekarno dan Hatta, di Jalan Pengangsaan Timur
no.56, Jakarta. Sejak Proklamasi Kemerdekaan tersebut, sejarah bangsa Indonesia
merupakan sejarah suatu bangsa yang masih muda dalam menyusuh politik
pemerintahan. Landasan berpijaknya adalah konstitusi dan ideologi yang mereka
ciptakan sendiri sesuai perkembangan budaya masyarakat. Faktor ruang dan
waktu adalah yang paling banyak menentukan perkembangannya.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
menadakan sidang dan berhasil menetapkan konstitusi, presiden dan wakil
presiden
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949
Dalam periode ini yang dipakai sebagai pegangan adalah UUD 1945, UUD
1945 belum dapat dijalankan secara murni dan konsekuen, oleh karena bangsa
Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaannya. Walaupun UUD 1945 ini
telah diberlakukan, namun yang baru dapat terbentuk hanya presiden, wakil
presiden, serta para menteri, dan para gubernur sebagai perpanjangan tangan
pemerintahan pusat.
2. Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950
Dalam periode ini Republik Indonesia menjadi Negara serikat.
Sebelumnya bukan kehendak seluruh bangsa Indonesia untuk memakai sistem
pemerintahan, politik, dan adminitrasi Negara seperti tersebut di atas, tetapi
keadaan yang memaksa demikian.
3. Periode 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia resmi kembali menjadi Negara
Kesatuan Republik Indonesia walaupun konstitusinya adalah Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS0 tahun 1950. Oleh karenanya sistem pemerintahan tetap
dalam bentuk kabinet parlementer, yaitu para menteri (kabinet) bertanggung
jawab kepada parlemen dan parlemen (DPR) dapat menjatuhkan kabinet sesuai
mosi tidak percaya. Untuk kuatnya kekuasaan presiden, lalu presiden hanya
ditetapkan sebagai kepala Negara saja tetapi tidak sebagai kepala pemerintahan.
Kepala pemerintahan dipegang oleh seorang perdana menteri yang mengepalai
kabinet. Dengan demikian, presiden tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen.

4. Periode 5 Juli 1959 sampai dengan Sekarang


Bahwa UUD 1945 adalah Undang-Undang yang berusaha menjaga persatuan di
tengah-tengah kebhinekaan bangsa Indonesia. Karena ada beberapa ketentuan
dalam konstitusi ini yang membuat kuatnya kekuasaan presiden. Dan sentralistis
ini terasa diperlukan dalam kebhinnekaan untuk menghindari munculnya
keseparatisan provinsitualisme.
Menurut pengamatan Presiden Soekarno, demokrasi liberal tidak semakin
mendorong Indonesia mendekati tujuan revolusi yang berupa masyarakat adil dan
makmur. Sehingga pada gilirannya pembangunan ekonomi sulit untuk dimajukan,
karena setiap pihak baik sipil (pegawai negeri dan parpol) dan militer (yang waktu
itu dapat menentukan sikap) saling berebut keuntungan dengan mengorbankan
yang lain.UUDS 1950 dianggap selama ini memang sudah melakukan
penyimpangan-penyimpangan dari cita-cita luhur Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945.
D. orde Lama
``Dalam periode demokrasi terpimpin, pemikiran ala demokrasi Barat banyak
ditinggalkan. Presiden Soekarno sebagai pimpinan nasional tertinggi ketika itu
menyatakan bahwa demokrasi liberal tidak sesuai dengan kepribadian rakyat
dinyatakan sebagai tidak efektif dan Bung Karno kemudian memperkenalkan apa
saja yang kemudian disebut dengan "musyawarah untuk mufakat".
Banyak partai oleh Bung Karno disebur salah satu penyebab tidak adanya
terpimpin ini sebagai konsepsi bidang ekonomi dalam rangka pelaksanaan
demokrasi terpimpin, yaitu lenih menekankan keterlibatan pemerintah bahkan
menjurus ke arah etatisme. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang
berdasarkan sistem pemerintahannya kepala musyawarah dan mudakat dengan
pimpinan satu kekuasaan sentral di tangan satu orang.
Di puncak kejayaan Orde Lama, dikenal berbagai yel-yel perjuangan yang
membangkitkan semangat. Di antaranya adalah Nasakom (Nasional, agama, dan
komunis), jas merah (jangan sekali-sekali melupakan sejarah), tavip ( tahun vivere
very coloso), dan lain lain.
Dalam menghayati Pancasila, pandangan hidup tersebut diperas menjadi tiga
unsur penting yang disebut trisila, kemudian trisila jni masih dapat diperas
menjadi satu untuk utama yaitu ekasila. Ekasila inilah yang dimaksud dengan
Nasakom.
E. Orde Baru
Ketika Presiden Soekarno mengalami berbagai penyakit tuanya yang
dikonsultasikan kepada dokter Cina dari Beijing, berbagai kelompok mulai
gelisah memperhitungkan bagaimana mereka dapat lebih naik ke puncak
kekuasaan. Ada dua kelompok penekam Angkatan Darat yang diisukan waktu itu
yaitu dewan jenderal (yaitu mereka yang diduga akan menggulirkan Soekarno)
dan dewan revolusi (yang sangat setia membela Soekarno).
Strateginya adalah dengan menunjuk para anggota MPR khusus untuk utusan
daerah dan utusan golongan. Mereka yaitu para gubernur kepala daerhan tingkat I,
para panglima komando daerah militer, para rektor perguruan tinggi negeri,
menteri kabinet, istri dan anak menteri untuk duduk di lembaga konstitusi ini
(yang sudah barang tentu dekat dengan beliau).
Keberadaan Golkar yang merupakan perpanjangan tangan ABRI (khususnya AD
waktu itu) diperkuat dengan masuknya tanpa pilihan para pegawai negeri sipil,
ibu-ibu dharma wanita, ibu-ibu dharma pertiwi, dan keluarganya ke dalam Golkar
yang berlambang pohon beringin ini.
Pada mulanya militer dibentuk untuk mempertahankan negera, pada berbagai
pemerintahan sudah barang tentu militer dibentuk di bawah eksekutif yang
panglimanya demokratis, militer melulu mengurus persoalan pengamanan negara.
Sedangkan ketertiban dipegang oleh kepolisian, sehingga tidak sedikit Menteri
Pertahanan dipegang oleh orang sipil.
Hanya saja beberapa aparat militer cukup profesional tidak menutup kemungkinan
untuk ikut berpolitik. Sepanjang tidak menimbulkan dominasi militer yang
berlebihan sebagaimana yang pernah terjadi di beberapa negara berkembang
didunia.
Mengkaji berbagai sumber kekuasaan maka sebagaimana kita ketahui bersama
bahwa kekuasaan dapat berawal dari kekuatan paksaan. Karena militer memiliki
senjata dan secara sah terlegitimasi, maka akan merupakan kekuatan politik untuk
ditakuti.
Hanya saja moral anggota militer itu sendirilah yang dapat menjamin apakah
dwifungsi mereka di saat keadaan damai, benar-benar ikut dalam tugas
pembangunan atau hanya menjadi pelindung perjudian, pelacuran, atau menakuti
rakyat sebagai penagih hutang.
Dengan dalih menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta mempertahankan
Pancasila dan UUD 1945 dari kemungkinan perubahannya oleh MPR/DPR RI
maka ABRI ikut berpolitik, yaitu dengan menjadi anggota legislatif dan
konstitutif tersebut. Hal ini dianggap bagian dari pengabdian mereka kepada
bangsa dan negara yang kemudian disenut sebagai dwifungsi ABRI.
Memang dalam UUD 1945 disebutkan bahwa anggota MPR terdiri dari anggota
DPR RI ditambah oleh utusan daerah dan utusan golongan, dengan begitu ABRI
menjadi bagian dari utusan golongan, mereka diangkat tanpa pilihan dalam
pemilu. Hal ini juga berlaku pada setiap keanggotaan BPRD di daerah-daerah baik
daerah tingkat I maupun daerah tingkat II.
Pemerintah Orde Baru memanfaatkan preman sebagai strategi untuk melakhkan
porak poranda yang pada akhirnya riwayatnya terkenal dengan teori layang-
layanh putus. Artinya sewaktu kita menjadi anak-anak kita berebut layang-layanh
dan dari pada tidak mendapat sama sekali kita merobek-robek. Begitulab dengan
pemerintah bila tidak berkuasa dan ada kemungkinan hujat bahkan diadili muka
sebaiknua negara yang dulu diperintah ini dihancurkan.
F. Orde Reformasi
Pada 21 Mei 1998 Soeharto akhirnya mengundurkan diri yang disambut oleh
masyarakat, utamanya di Jakarta dengan tumpah ruanh di jalan. Mereka bersujud
dengan Pemilik Alam ini dengan berlinang air mata. Pengganti beliau adalaj
Wakil Presiden Prof. Dr. Ing. Bachruddin Jusuf Habibie dengan mengucapkan
sumpah di Istana Merdeka Jakarta. Karena tidak mungkin melangsungkannya di
gedung rakyat MPR RI yang sedang diduduki mahasiswa. Berbagai kontroversi
muncul akan pengambilan sumpah tersebut. Ada yang mengatakan konstitusional
dan ada pula yang mengatakan inkonstitusional, karena:
1. Habibie mengambil sumpah tidak disaksikan oleh seluruh anggota MPR/DPR
RI, lalu Pak Harto tidak sedang mendapat halangan sesuai Pasal 18 UUD 1945,
tetapi dihujat oleh orang banyak dan diminta untuk turun kursi.
2. Bila dilangsungkan pengambilan sumpah tersebut di Gedung MPR hal tersebut
akan berisiko tinggi karena maraknya demonstrasi. Selain itu anggota MPR yang
ada di Senahan adalah buatan Pak Harto sendiri yang tidak disenangi oleh
masyarakag ketika itu.
3. Bila anggota MPR diganti, pemilu tidak memungkinkan untuk dilakukan dalam
waktu yanh sesingkat mungkin. Lagipula berbagai undang-undang pemilihan
umum selama ini dituding sebagai tidak demokratis.
Pemerintah Habibie sebenarnya memang tidak sama dengan pemerintah Soeharto
walaupun Habibie mengaku sebagai murid Soeharto. Habibie adalah seorang
demokratis yang ilmuwan. Di masa beliaulan para tahanan politik dibebaskan dan
pertama kalinya pemilihan umum dilangsungkan secara demokratis melebihi
Pemilu tahun 1955.
Pemilihan umum 1999 diikuti oleh 48 partai yang bersaing ketat, walaupun hanya
21 partai yang mendaoay bagian kursi di DPR RI. PDI Perjuangan yang didukung
oleh rakyat jelata memang tidak menang mutlak karena Golkar masih tetap
mengimbanginya terutama di wilayah Indonesia Bagian Timur. Prof. Dr. Amien
Rais, M.A yang memimpin demonstrasi pada 20 Mei 1998 mengatakan bahwa
masyarakat Indonesia belum cukup pintar untuk mengerti arti sebuah demokrasi
di negara yang sebesar Indonesia. Prof. Dr. Amien Rais, M.A yang partainya
menduduki urutan kelima ini mengalami kekecewaan, lalu melirik kepada Partai
Kebangkitan Bangsa yang didirikan oleh K.H. Abdurrahman Wahid.
G. Konstitusi dan Dasar Negara
Konstitusi bernama Undang-Undang Dasar 1945 yang diresmikan 18 Agustus
1945 bersama pengangkatan Presiden Ir. Soekarno dan Wakil Presiden
Drs.Moh.Hatta. Dalam pembukaan konstitusi dicantumkan dasar negara Pancasila
dan tiga butir tujuan negara. Pembukaan ini tidak dapat diganti walaupun sudah
mengalaminempat kali pergantian dan selama reformasi hanya batang tubuh yang
mengalami amandemen. Pembukaan UUD 1945 ini dikenal sebagai state
fundamental norm (kaidah dasar negara). Sesuai Tap MPR RI No.III/MPR/2000
sumber hukum tertulis ditetapkan sebagai berikut:
1. Pancasila
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 (dan Amandemen)
4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
5. Undang-Undang
6. Peraturan Perundang-Undangan
7. Peraturan Pemerintah
8. Keputusan Presiden
9. Peraturan Daerah
Pancasila adalah pandangan hidup, dasar negara, jiwa dan kepribadian bangsa
tujuan dan kesadaran bangsa, cita-cita hukum kemerdekaan individu, cita-cita
yang meliputi suasana kejiwaan yang kuhur serta watak rakyat Indonesia,
kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial dan perdamaian nasional
di Indonesia yang keseluruhan disingkat menjadi "pandawa jitu", yaitu sebagai
berikut:
1. Pan berarti pandangan hidup bangsa Indonesia
2. Da berarti dasar negara Indonesia
3. Wa berarti watak rakyat Indonesia
4. Ji berarti jiwa kepribadian bangsa Indonesia
5. Tu berarti tujuan nasional bangsa Indonesia
Dengan demikian tujuan negara yang meliputi:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
2. Memajukan kesejahteraan umum,
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
4. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial dijiwai oleh Pancasila itu sendiri.
Konstitusi merupakan hukum dasar untuk pedoman dalam penyelenggaraan
pemerintahan, terdiri dari undang-undanh dasar (konstitusi tertulis) dan konvensi
(konstitusi tidak tertulis).
Dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 disampaikan bahwa sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) meliputi tujuh kunci
pokok yang masing-masing diuraikan sebagai berikut:
1. Indonesia adalah Negara yang Berdasarkan Atas Hukum
2. Sistem Konstitusional
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di Tangan MPR
4. Presiden adalah penyelenggara Pemerintahan Negara Tertinggi di bawah MPR
5. Presiden tidak Bertanggungjawab kepada DPR
6. Menteri adalah Pembantu Presiden dan tidak bertanggungjawab kepada DPR
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak Tak Terbalatas

H. Lembaga Tinggi Negara

Berikut ini akan dipaparkan berbagai lembaga tinggi negara yang dimiliki oleh
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat

Di Indonesia lembaga ini dibentuk berdasarkan UUD 1945 Pasal 1, 2, dan 3. Yang
membedakan lembaga ini dengan lembaga legislatif adalah selain anggota-
anggotanga terdiri dari DPR RI jua ditambah dengan utusan daerah dan utusan
golongan. Utusan daerah adalah kiriman daro dua puluh enam provinsi yang ada
di Indonesia sedangkan utusan golongan terdiri dari kwlompok buruh, nelayan,
petani, organisasi wanita, cendekiawan, rohaniawan, dan perwakilan orang cacat.

Lembaga ini disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) karena merupakan


kekuatan besar yang tertinggi, yang mewakili seluruh rakyat Indonesia. Oleh
karenanya MPR memiliki kekuasaan memilih, mengangjat, melantik, dan
memberhentikan presiden serta wakil presiden. Selain itu juga meminta
pertanggungjawaban seluruh lembaga tinggi lain di Indonesia termasuk presiden.
Tugas lain adalah menetapkan dan mengubah konstitusi, Garis-Garis Besar
Haluan Negara dan memutuskan dirinya sendiri.

Itulah sebabnya sejak reformasi, MPR sudah melakukan amandemen terhadap


UUD 1945 beberapa kali. Kecuali terhadap Pembukaan UUD 45 itu sendiri yang
tidak boleh diunah, sebab dianggap sebagai kaidah dasar negara. Bila
mengubahnya berarti sama dengan membubarkan negara proklamasi RI 17
Agustus 1945.

2. Dewan Perwakilan Rakyat

Untuk menjamin pelaksanaan tugas-tugasnya, DPR diberi berbagai hak dan


kewajiban oleh UUD 1945. Hak-hak DPR antara lain setiap anggota (hak petisi).

a. Hak untuk mengajukan pertanyaan bagi setiap anggota (hak petisi)

b. Hak untuk nenyetujui/menetapkan anggaran pemdapatan belanja negara/daerah


(hak budget)

c. Hak untuk meminta keterangan, terutama kepada pihak eksekutif (hak


interpelasi)

d. Hak untuk mengadakan perubahan (hak amandemen)

e. Hak untuk mengajukan pertanyaan pendapat

f. Hak untuk mengadakan penyelidikan (hak angket) terutama terhadap anggota


masyarakat yang terkena kasus, untuk diperjuangkan hak asasinya sebagai warga
negara yang bersamaan kedudukannya di dalam hukum

g. Hak prakarsa

h. Hak untuk mengajukan rancangan undang-undang (hak inisiatif)

bahwa anggota DPR RI ini ex officio menjadi anggota MPR begitu juga mengenai
susunan keanggotaannya serta perimbangan jumlah anggota antara partai-partai
politik dan TNI/Polri.

1. Mempertahankan, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila dan Undang-


Undang Dasar 1945.

2. Menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsekuen Garis-garis Besar


Haluan Negara (GBHN).
3. Bersama-sama pihak eksekutif menyusun anggaran pendapat dan belanja.

4. Memperhatikan sepenuhnya aspiradi masyarakat dan memajukan tingkat


kehidupan rakyat.

Alat-alat kelengkapan kerja DPR adalah sebagai berikut:

a. Pimpinan DPR

b. Fraksi-fraksi

c. Komisi-komisi

d. Badan musyawarah

e. Badan urusan rumah tangga

f. Badan kerja sama antarparlemen

g. Panitia-panitia khusus (pansus)

Setiap anggota DPR harus tergabung dalam salah satu fraksi yang dibentuk oleh
DPR. Fraksi dibentuk untuk bertugas meningkatkan kemampuan yang tercermin
dalam setiap kegiatan DPR.

Fraksi adalah pengelompokkan anggota DPR yang terdiri dari kekuatan sosial
politik dan mencerminkan susunan golongan dalam masyarakat. Komisi adalah
pengelompokkan anggota DPR yang terdiri dari bidang keahlian dan tugas yang
ditetapkan sendiri oleh DPR dengan surat keputusan.

Badan musyawarah bertugas menetapkan acara-acara DPR dalam satu tahap atau
masa persidangan, memberikan pertimbangan kepada pimpinan, menetapkan
pokok-pokok kebijaksanaan DPR sendiri dan/atau parlemen, dan tugas-tugas lain
yang diserahkan kepada mereka.

Pimpinan DPR bertugas memimpin rapat DPR, menyimpulkan persoalan yang


dibicarakan, menentukan kebijaksanaan anggaran belanja, serta menyusun
rencana kerja DPR yaitu dengan membagi pekerjaan antara ketua dan wakit ketua
dengan mengumumkannya secara terbuka dalam rapat paripurna.

3. Presiden dan Wakil Presiden

Kekuasaan dan kewenangan kepala negara meliputi hal-hal berikut:

a. Melangsungkan perjanjian dengan negara lain

b. Mengadakan perdamaikan dengan negara lain

c. Menyatajan negara dalam keadaan bahaya

d. Mengumumkan perang terhadap negara lain

e. Mengangkat, melantik dan memberhentikan duta serta konsul negara lain

f. Menerima surat kepercayaan dari negara lain melalui duta dan konsul negara
lain

g. Member gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan tingkat nasional

h. Menguasai Angkatan Laut, Darat, dan Udara serta Kepolisian

Kekuasaan dan kewenangan presiden sebagai kepala pemerintahan adalah karena


fungsinya sebagai penyelenggara tugas eksekutif yang meliputi hal berikut"

a. Memimpin kabinet

b. Mengangkat dan melantik menteri-menteri

c. Menberhentikan menteri-menteri

d. Menerima mandat dari MPR RI

Presidem RI juga mempunyai kekuasaan sebagai berikut:

a. Di bidang legislatif

1) membuat undang-undang
2) menetapkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang

3) menetapkan perarturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang

b. Di bidang yudikatif

1) memberikan grasi

2) memberikan abolisi

3) memberikan amnesti

4) memberikan rehabilitasi

Masih banyak yang memasukkan kewenangan presiden di bidang yudikatif ini,


sebagai kekuasaan kepala negara, dari uraian di atas barang tentu hal tersebut
tidak tepat lagi.

a. Hak Pemberi Grasi

Yaitu hak untuk memberikan pengurangan hukuman atau pengampunan, dan


pembebasan hukuman sama sekali. Sebagai contoh, yaitu mereka yang mendapat
hukuman mati dikurangi hukuman seumur hidup.

b. Hak Pemberi Abolisi

Yaitu hak untuk memberikan pernyataan bahwa hukuman tuntutan pidana harus
digugurkan atau suatu tuntutan pidana yang telah dimulai harus dihentikan.
Sebagai contoh mereka yang pernah tersangka melakukan perbuatan
pemberontakan dibatalkan sebelum diadili.

c. Hak Pemberi Amnesti

Yaitu hak untuk memberikan pernyataan bahwa hukuman tuntutan pidana yang
telah dijatuhkan, harus dibatalkan. Sebagai contoh, yaitu mereka yang pernah
dituduh melakukan tindakan subbersif dibatalkan sesudah diadili.

d. Hak Pemberi Rehabilitas


Hak untuk memberikan pernyataan pengemnakian nama baik seseorang. Sebagai
contoh, yaitu mereka yang pernah dihukum namanya tercemar, dapat
dikembalikan nama baiknya melalui sebuah pernyataan.

Presiden RI, baru tujuh kali bergerak sejak 17 Agustus 1945, yaitu:

a. DR (HC) Ir. H. Soekarno (1948-1966)

b. Jenderal TNI H.Soeharto (1966-1998)

c. Prof.DR.Ing.H.B.J. Habibie (1998-1999)

d. K.H.Abdurrahman Aahid (1999-2001)

e. DR. (HC) Hj. Dyah Permata Megawati Soekarnoputri (2001-2004)

f. DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014)

g. Ir. H. Joko Widodo (2014-2019)

Tugas dan wewenang wakil presiden adalah sebagai berikut:

a. Membantu presiden dalam melakukan kewajibannya

b. Mengganti presiden sampai habis waktunya, jika presiden berhalangan tetap

c. Memperhatikan secara khusus, menampung masalah-masalah, dan


mengusahakan pemecahannya yang menyangkut nidang tugas kesejahteraan
rakyat.

d. Melakukan pengawasan operasional pembangunan

Untuk wakil presiden sudah berganti sebanyak sebelas kali, yaitu:

a. Dr. (HC) H.Moh. Hatta (1945-1956)

b. Sri Sultan Hamengkubuwono IX (1973-1978)

c. H. Adam Malik (1978-1983)


d. Jenderal TNI (Purn.) Umar Wirahadikusumah (1983-1988)

e. Letjen TNI (Purn.) Sudharmono, S.H (1988-1993)

f. Jenderal TNI (Purn.) Try Sutrisno (1993-1999)

g. Prof. Dr.Ing.H.B.J.Habibie (1998-1998)

h. DR (HC) Megawati Soekarnoputri (1999-2001)

i. DR. (HC) H. Hamzah Haz (2001-2004)

j. Drs. H.M. Jusuf Kalla (2004-2009)

k. Prof. DR. Boediono (2009-2014)

l. Drs. H.M. Jusuf Kalla (2014-2019)

4. Mahkamah Agung

Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara di Republik Indonesia, yang


merupakan pengadilan tertinggi dari semua lingkungan peradilan, yang dalam
melaksanakan tugasnua terlepas dari pengaruh pemerintah (eksekutif) dan
pengaruh-pengaruh lain.

Ada 4 (empat) fungsi pokok yang dijalankan Mahkamah Agung, fungsi fungsi
peradilan, fungsi pengawasan, fungsi pengaturan, dan fungsi pemberian nasihat.

Kekuasaan kehakiman yang ada pada Mahkamah Agung dan badan peradilan
lainnya adalah kekuasaan yang bebas, dalam arti bebas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah eksekutif, maka kedudukan Mahkamah Agung dijamin oleh undang-
undang.

Mahkamah Agung senantiasa harus memberikan pertimbangan-pertimbangan


hukum, baik diminta atau tidak, kepada semua lembaga tinggi negara lainnya,
terutama kepada presiden.
Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung diangkat dan diberhentikan oleh
presiden selaku kepala negara, yaitu diantara hakim agung yang diusulkan oleh
DPR.

Secara umum fungsi Mahkamah Agung sebagai lembaga tinggi negara dalam
segala kewenangannya, sangat independen. Keputusannya tidak boleh dipengaruhi
oleh lembaga lain.

BAB V

ADMINISTRASI KEMENTERIAN DI INDONESIA

A. Menteri Kabinet

Seperti disebutkan dalam tujuh kunci pokok Sistem Pemerintahan Indonesia


bahwa untuk membantu presiden dibentuk beberapa kementerian/departemen,
maka untuk periode kabinet 2014-2019 susunan kabinet kementerian adalah
sebagai berikut:

1. Menteri Dalam Negeri

2. Menteri Luar Negari

3. Menteri Pertahanan

4. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

5. Menteri Keuangan

6. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

7. Menteri Perindustrian dan Perdagangan

8. Menteri pertanian

9. Menteri kehutanan

10. Menteri perhubungan


11. Menteri kelautan dan perikanan

12. Menteri tenaga kerja dan transmigrasi

13. Menteri permukinan dan prasarana wilayah

14. Menteri kesehatan

15. Menteri pendidikan dan kebudayaan

16. Menteri riset tekhnologi dan pendidikan tinggi

17. Menteri sosial

18. Menteri agama

Selain itu dibentuk kementerian yang tidak mempunyai jajaran departemen


sampai ke daerah, antara lain sebagai berikut:

1. Menteri Negara Pengembangan Manusia dan Kebudayaan

2. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

3. Menteri Negara Kehutanan dan Lingkungan Hidup

4. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

5. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

6. Menteri Negara Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia

7. Menteri Negara Peremcanaan Pembangunan Nasional

8. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

9. Menteri Negara Komunikasi dan Informasi

Kemudian juga dibentuk pejabat tinggu negara setingkag menteri, yaitu antara lain
sebagai berikut:

1. Panglima Tentara Nasional Indonesia


2. Gubernur Bank Indonesia

3. Jaksa Agung

4. Kepala Kepolisian Republik Indonesia

Sesuai keputusan Presiden RI Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok


Organisasi Departemen, maka setiap departemen harus mempunyai:

1. Unsur pimpinan : menteri

2. Unsur pembantu pimpinan : sekretaris jenderal

3. Unsur pelaksana : direktur jenderal

4. Unsur pengawasan : inspektur jenderal

B. Lembaga Pemerintahan Non-Departemen

Beda antara LPND dengan lembaga departemen, yaitu bila presiden selesai
mempertanggungjawankan pekerjaannya pada akhir masa jabatan maka
pimpinannya tidak bersamaan turun dengan para menteri, karena ada beberapa
pekerjaan yang bukan bersofat politis.

Berikut disampaikan beberapa LPND, yaitu sebagai berikut:

1. Arsip nasional

2. Badan kepegawaian negara

3. Badan intelijen negara

4. Badan koprdinasi survei dan pemetaan nasional

5. Badan urusan logistik

6. Lembaga ilmu pengetahuan Indonesia

7. Badan perencanaan pembangunan nasional


8. Badan pertanahan nasional

9. Badan pusat statistik

10. Badan narkotika nasional

11. Lembaga administrasi negara

12. Badan pengawasan keuangan dan pembangunan

13. Badan tenaga atom nasional

14. Lembaga penerbangan dan antariksa nasional

C. Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah milik negera dan merupakan badan hukum yang bergerak
melakukan tugas berdasarkan peraturan perundang-undangan. Tugas pokoknya
adalah membantu pemerintahan dalam mengatur, menjaga, serta memelihara
ketertiban nilai rupiah. Selain itu yang paling penting adalah mendorong
kelancaran produksi dan meningkatkan taraf hidup rakyat melalui ketinggian nilai
rupiah itunsendiri di mata duni moneter internasional.

Bank Indonesia bertindak sebagai pemegang kas pemerintah, yaitu


menyelenggarakan pemindahan uang untuk pemerintah di antara kantor-kantornya
di seluruh wilayah Republik Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia membantu
penempatan surat-suray utang-piutang negara, penatausahaan administrasi serta
pembayaran kupon dan pelunasannya.

D. Tentara Nasional Indonesia

Tentara Nasional Indonesia (TNI) berdiri tanggal 5 Pktober 1945 dengan nama
TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Pimpinan pertamanya adalah Supriyadi yang
gugur dalam perkelahian dengan seorang Jepang di Blitar. Beliau kemudian
digantikan Soedirman yang selanjutnya didaulat sebagai Jenderal Besar TNI.
Tugas pokok panglima adalah memimpin TNI dalam melaksanakan tanggung
jawab dan pembinaan segenap komponen kekuatan pertahanan dan keamanan
negara sesuai dengan peraturan yang berlaku sebagaimana yang dibuat oleh
lemnaga legislatif dan kebijakan pemerintah. Jadi, TNI adalah alat negara yang
berfungsi selaku penindak dan penangkal awal setiap ancaman yang datang baik
dari luar negeri maupun dari dalam negeri sendiri. Selain itu, TNI berfungsi
sebagai penegak hukum serta pelatih rakyat bila diperlukan dalam tugas
pertahanan negara, baik di darat, laut dan udara demi penyelamatan masyarakat.

Dengan demikian, TNI terdiri atas AD, AL, dan AU yang dibagi tiga tingkatan,
yaitu:

1. Tingkat markas besar

2. Tingkat angkatan darat, laut dan udara

3. Tingkat komando utama operasional

Pada pelaksanaan pusat dibentuk berbagai pembinaan, yaitu sebagai berikut:

1. Pusat pembinaan mental

2. Pusat penelitian dan pengembangan

3. Pusat sejarah dan tradisi

4. Pusat kesehatan pusat polisi militer

5. Pusat survei dan pemetaan

6. Pusat penerangan

7. Pusat pembinaan hukum

8. Pusat perbekalan

9. Pusat pembinaan kekaryaan

10. Pusat keuangan


11. Akademi (TNI-AD, TNI-AL, dan TNI-AU)

E. Kejaksaan Agung

Kejaksaan agung adalah lembaga penuntut hukum tingkat pemerintah pusat yang
berkedudukan di Jakarta, dipimpin oleh seorang Jaksa Agung. Susunan
selengkapnha antara lain adalah sebagai berikut:

1. Jaksa Agung

2. Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan

3. Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan Umum

4. Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen

5. Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum

6. Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus

BAB VI

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH

A. Amandemen UUD 1945 Pasal 18

MPR RI di bawah pimpinan Amien Rais telah empat kali mensahkan amandemen
UUD 1945, yaitu sebagai berikut:

1. Perubahan pertama disahkan pada 19 Oktober 1999, meliputi perunahan Pasal


5, 7, 9, 13, 14, 15, 17, 20 dan 21.

2. Perubahan kedua disahkan pada 18 Agustus 2000, meliputi perubahan Pasal 18,
19, 20, 22, 25 , 26, 27, 28 dan 36.

3. Perubahan ketiga disahkan pada 10 November 2001, meliputi perubahan Pasal


1, 3, 6, 7, 8, 11, 17, 22, 23 dan 24.
4. Perubahan keempat disahkan pada 10 agustus 2002, meliputi perubahan Pasal
2, 8, 16, 23, 24, 31, 32, 33 dan 34.

Jadi, yang tidak diubah adalah pasal 4, 10, 12, 29, 35 terutaman Pasal 29 yang
dianggap akan menimbulkan kerawanan.

Selaim itu, untuk pemerintahan daerah, UUD 1945 juga diamendemenkan sebagai
berikut.

Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan
undang-undang.

(2) pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.

(3) pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki DPRD yang
anggota-anggotanya dipilih melalhi pemilu

(4) gubernur, bupati, dan walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan


daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.

(5) pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan


pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah
pusat.

(6) pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-


peraturan lain untuk melaksanakan otomomi dan tugas pembantuan.

(7) suasana dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dengan
undang-undanh

Pasal 18A
(1) hubungam wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota diatur
dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah.

(2) hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18B

(1) negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang


bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang

(2) negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat


beserta hak-hak trasidionalnya seoanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakag dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diatur dalam undang-undang.

B. Undang-Undang Pemerintahan Daerah

Beberapa undang-undang pemda yang adalah sebagai berikut:

1. Undang-undanh Nomor 1 Tahum 1945 tentang Kedudukan Komite Nasional


Daerah (KND) yang merupakan langkah pertama menerapkan demokrasi di
daerah

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang pemda. Undang-undang ini


merupakan penghapusan perbedaan antara cara pemerintahan di Jawa dan Madura
(uniformitas).

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1950 tentang NIT (Negara Indonesia Timur)


ini hanya bersifat separatis. Hal ini akibat berlakunya konstitusi RIS (Republik
Indonesia Serikat

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemda


5. Undang-Undang Nomor 18 Tahum 1965 tentang pokok-pokok pemda. Undang-
undang ini dibuat sebelum meletusnha pemberontakan PKI.

6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di


daerah. Undang-undang ini mencerminkan adanya pemberian otonpmi yang
nyata, dinamis, dan bertanggung jawab.

7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah.

C. Administrasi Pemerintahan Provinsi

Kekuatan separatisme sepanjang sejarah NKRI adalah berkekuatan provinsi.


Penyebabnya antara lain kekuatan tersebut umumnya mempunyai basis suatu suku
bangsa. Administrasi pemerintahan provinsi secara politis merupakan wilayah
administratif yang dikelola sebagian dari pemerintah pusat termasuk dengan
keberadaan instansi vertikal berdasarkan asas dekonsentrasi. Sedangkan otonomi
daerah seluas-luasnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
berbasis pada pemerintah.

Sulitnya desentralisasi bagi administrasi pemerintah provinsi adalah karena antara


pemerintah provinsi dengan pemerintah daerah kabupaten dan pemerintah daerah
kota yang selama ini disebut dengan tingkat II, tidak lagi mempunyai hubungan
hierarkis menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian
diperbaharui dengan UU Nomor 32 Tahun 2004. Sehingga bupati dan walikota
tampak mengacuhkan keberadaan gubernur dalam penyelenggaraan administrasi
daerah. Hanya saja keberadaan kultur bapakisme yang membuat hubungan ini
masih terjaga bagi suatu daerah tertentu yang kuat kultur kedaerahannya.

D. Administrasi Pemerintahan Kabupaten dan Kota

Dalam rangka peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat daerah maka


Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan dorevisi dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 benar-benar memberikan otonomi kepada pemerintahan
kabupaten dan kota (istilah kota dimaksudkan untuk mengganti istilah kotamadya
yang berlaku pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974).
Jadi, berbeda dengan otonomi desa yang berasal dari bawah (kehendak
masyarakat) maka otonomi daerah berasal dari atas (pemberian pemerintah pusat).
Oleh karena itu, setiap penyerahan urusan diikuti oleh pembentukan dinas daerah.
Sedangkan penyerahan pengaturan doikuti dengan pembentukan DPRD sebagai
pembuat peraturan daerah yang mengatur rumah tangganya sendiri.

Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten dan kota meliputi
pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan,
industri, perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi
dan tenaga kerja.

E. DPRD Provinsi

DPRD provinsi adalah lembaga legislatif daerah yang mempunyai tugas dam
wewenang antara lain sebagai berikut:

1. Memilih gubernur dan wakil gubernur

2. Memilih anggota MPR utusan daerah

3. Mengusulkan pemberhentian gubernur dan wakil gubernur

4. Membentuk peraturan daerah

5. Menetapkan APBD

6. Mengawasi pelaksanaan peraturan daerah

7. Mengawasi pelaksaan SK Gubernur

8. Mengawasi pelaksanaan APBD

9. Mengawasi pelaksanaan kebijakan daerah

10. Mengawasi pelaksanaan kerja sama internasional

11. Menampunh dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat daerah


Oleh karena apa yang telah disampaikan tersebut diatas maka DPRD provinsi
berhak untuk:

1. Meminta pertanggungjawaban gubernur

2. Meminta keterangan kepada pemerintah daerah

3. Mengadakan penyelidikan

4. Mengadakan perubahan rancangan peraturan daerah

5. Mengajukan pernyataan pendapat

Jadi, DPRD dalam melaksanakan tugasnya berhak meminta pejabat negara,


pejabat pemerintah atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan tentang
suasu hal yang perlu ditangani demi kepentingan negara, bangsa, pemerintah dan
pembangunan. Mereka yang menolak permintaan ini bahkan dapat diancam
dengan pidana kurungan. Namun demikian. Hal ini hendaknya tidak
menggoyahkan persatuan dan kesatuan negara bangsa sehingga para anggota
DPRD wajin mempertahankan keutusannya dari akinag keanarkisannha eksesnya.

F. DPRD Kabupaten dan Kota

DPRD kabupatern dan kota adalah lembaga legislatif daerah yang mempunyai
tugas dan wewenang antara lain sebagai berikut:

1. Memilih bupati/walikoya dan wakil bupati/wakil walikota

2. Memilih anggota MPR utusan daerah

3. Mengusulkan pemberhentian bupati/walikota dan wakilnya

4. Membentuk peraturan daerah kabupaten/kota

5. Menetapkan APBD kabupaten/kota

6. Mengawasi pelaksanaan peraturan daerah kabupaten/kota

7. Mengawasi pelaksanaan SK bupati/walikota


8. Mengawasi pelaksanaan APBD kabupaten/kota

9. Mengawasi pelaksanaan kebijakan daerah kabupaten/kota

10. Mengawasi pelaksanaan kerja sama internasional

11. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat daerah

Oleh karena apa yang telah disampaikan tersebut di atas maka DPRD
kabupaten/kota berhak untuk:

1. Meminta pertanggungjawaban bupati/walikota

2. Meminta keterangan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota

3. Mengadakan penyelidikan

4. Mengadakan perubahan rancangan peraturan daerah

5. Mengajuka pernyataan pendapat

Jadi, DPRD kabupaten/kota dalam melaksanakan tugasnya berhak meminta


pejabag negara, pejabat pemerintah, atau warga masyarakat untuk memberikan
keterangan tentanh suatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan negara,
bangsa, pemerintah, dan pembangunan. Mereka yang menolak permintaan ini
bahkan dapat diancam dengan pidana kurungan. Namum demikian, halnini
hendaknya tidak menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa sehingga para
anggota DPRD kabupaten/kota wajib mempertahankan keutuhannya.

Anda mungkin juga menyukai