Anda di halaman 1dari 9

POLA PANGAN HARAPAN

GINTING KALIANAK, KEC. ASEMROWO,


SURABAYA

Nama :

M.Duta Pradana (18051334019)

S1 GIZI 2018

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2020

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemenuhan kebutuhan pangan seyogyanya tidak hanya ditekankan pada aspek


kuantitas, tetapi juga memperhatikan kualitasnya, termasuk keragaman pangan dan
keseimbangan gizi. Konsumsi pangan yang beragam sangat penting karena tubuh
memerlukan 45 jenis zat gizi yang dapat diperoleh dari berbagai jenis makanan dan
minuman. Sampai saat ini belum ada satu jenis pangan yang dapat memenuhi semua
kebutuhan zat gizi tersebut. Keragaman dan keseimbangan konsumsi pangan pada
tingkat keluarga akan menentukan kualitas konsumsi pada tingkat wilayah, baik
kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Kualitas konsumsi pangan penduduk ditingkat
wilayah (makro) ini dicerminkan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH).
Sedangkan di tingkat keluarga dan individu, asupan makanan sesuai prinsip konsumsi
pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi dapat diketahui dengan melakukan penilaian konsumsi pangan, melalui
pendekatan penghitungan porsi.
Saat ini, skor PPH telah menjadi indikator yang cukup strategis dan
merupakan indikator kinerja dibidang ketahanan pangan yang tercantum dalam
RPJMN 2009 - 2014 dan RPJMN 2015 - 2019. Pentingnya pencapaian skor PPH
tersebut juga diamanatkan oleh Undang-Undang (UU) Nomor 18 tahun 2012 tentang
Pangan dan Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan
Gizi. Dalam pasal 60 UU No 18 tahun 2012 disebutkan bahwa Pemerintah dan
Pemerintah Daerah berkewajiban mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Tercapainya penganekaragaman
konsumsi pangan tersebut diukur melalui pencapaian nilai, komposisi, pola pangan
dan gizi seimbang, dengan indikator yang ada saat ini adalah Pola Pangan Harapan
(PPH).
Terkait dengan hal tersebut, pencapaian Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
merupakan indikator kunci yang perlu diukur dan dianalisis secara periodik, baik
ditingkat pusat dan di daerah, sesuai dengan amanat UU No 18 Tahun 2012 tersebut.
Untuk memudahkan pengukuran Skor PPH baik di pusat maupun di daerah, maka
perlu disusun panduan penghitungan Skor PPH.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Bagaimanakah gambaran pola makan responden ?
 Bagaimakah hasil skor PPH ?
 Apa rekomendasi yang diberikan untuk pola makan harapan bagi responden?
1.3 TUJUAN
 Untuk mengetahui gambaran pola makan responden
 Untuk mengetahui hasil skor PPH
 Untuk memberikan rekomendasi pola makan harapan bagi responden
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DATA RESPONDEN
Kegiatan survey pola pangan harapan dilakukan di banyu urip kidul, kecamatan
sawahan, kota surabaya. Dibutuhkan 6 responden untuk dilakukan survey konsumsi
pangan sehari-hari.

1. Responden pertama bernama Ibu Hartami, tinggal sendiri alamat ibu


Hartami yaitu Genting 2b. konsumsi ibu Hartami lumayan baik karena
distribusi pola makanan sangat beragam, dan ibu hartami mengikuti grup
lansia yang dimana mendapatkan makanan dari pemerintah di hari
tertentu, ibu hartami tidak pernah mengkonsumsi susu dikarenakan faktor
ekonomi yang bisa dibilang cukup rendah sehingga tidak pernah
mengkonsumsi susu dan olahannya.
2. Responden kedua bernama ibu Rita purwanti, Alamat bu Rita Genting 2
No 12, keluarga serumah berjumlah3 orang terdiri dari bu rita, anak, dan
ibu dari bu rita. Konsumsi pangan bu rita sangat baik karena bahan
makanan yang tersedia sangat beragam, dan memiliki catatan yang sudah
ditata rapi tentang pola makan seperti menu makanan harian, sehingga ibu
rita tidak pernah bingung tentang pembelian bahan makanan karena sudah
tertulis dan beragam, keluarga hampir burita setiap hari mengkonsumsi
buah, karena pola hidup sehat adalah hal penting baginya. Ekonomi bu rita
yang baik membuat apa yang dapat dikonsumsi bu rita juga baik.
3. Responden ketiga bernama ibu Eko hartatik Alamat ibu Eko Genting 2 No
8. bu Eko memiliki 4 anggota keluarga terdiri dari bu Eko sendiri, Suami
dan kedua anaknya. Distribusi pangan keluarga ibu eko cukup baik
dikarenakan faktor ekonomi bu eko cukup baik suami dari bu eko bekerja
ditambah bu eko sendiri juga bekerja jualan, sehingga bu eko dapat
memberikan konsumsi pola makan yang baik.
4. Responden keempat bernama ibu Tasminten, memiliki 3 anggota keluarga.
Distribusi pangan di keluarga ibu tasminten termasuk kurang baik, karena
disebabkan beberapa faktor dari suami yang sakit dan memiliki pantangan
untuk beberapa bahan makanan, sehingga masakan bu tasminten
menyesuaikan, dan faktor ekopnomi pun juga mempengaruhi, konsumsi
bahan pangan ikan, daging, susu, dan olahannya sangat sangat kurang
sehingga konsumsi pola makan cenderung tidak baik.
5. Responden kelima bernama ibu siti khotijah. Memiliki 4 anggota keluarga.
Pola konsumsi makan bu siti cukup baik dikarenakan faktor ekonomi yang
baik, suami busiti bekerja ditambah dengan bantuan bu siti yang berjualan,
sehingga pola konsumsi makan bu siti sekeluarga tercukupi. Hanya saja
keluarga busiti tidak suka mengkonsumsi susu dan olahannya.
6. Responden keenam bernma bu suwarni. Memiliki 5 anggota keluarga dan
keponakannya yang makan di rumah ibu suwarni. Distribusi pangan
keluarga bu suwarni cukup baik karena faktor ekonomi yang cukup, tetapi
ibu suwarni sendiri makan hanya 2 kali sehari.

Secara umum, distribusi pangan responden lebih banyak pada penggunaan


minyak dan lemak, gula, buah dan sayur. beberapa responden cenderung membeli
makanan dengan jumlah banyak pada saat ada acara dan waktu tertentu. Bahan
pangan yang paling sedikit dikonsumsi adalah susu dan olahannya. Hal ini
dikarenakan ekonomi dan ketersediaan makanan tersebut cenderung rendah sehingga
untuk mengonsumsinya responden lebih memilih untuk memilih bahan pokok
lainnya. Adapun bahan pangan buah/biji berminyak kacang kacangan (kedelai) yang
hampir keenam responden tersebut mengaku tidak pernah membeli atau mengonsumsi
bahan pangan tersebut karena tidak suka dan jarang ada di pasaran.

2.2. PENGHITUNGAN PPH DI GINTING KALIANAK,


KEC.ASEMROWO, SURABAYA

Note : Konstribusi makanan dalam kelompoknya tidak merata, hanya didominasi oleh bahan
makanan tertentu.
2.3. ANALISIS SKOR PPH
 Skor kelompok pangan padi-padian sangat terpaut jauh dari 14,6 – 25.
Sehingga skor yang didapatkan kurang dari skor maksimal 14,6
 Skor kelompok pangan umbi-umbian terpaut jauh dari 7,2 – 2,5.
Sehingga skor yang didapatkan kurang dari skor maksimal 7,2
 Skor kelompok pangan hewani terpaut sangat jauh dari 28,3 – 24.
Sehingga skor yang didapatkan kurang dari skor maksimal 24
 Skor kelompok pangan minyak dan lemak melebihi skor maksimal
dari 8,2 – 5, sehingga skor yang didapatkan adalah 5
 Skor kelompok pangan buah/biji berminyak terpaut 0,9 – 1, sehingga
skor yang didapatkan kurang daeri skor maksimal 1
 Skor kelompok pangan kacang-kacangan melebihi skor maksimal dari
20,1 – 10, sehingga skor yang didapatkan adalah 10
 Skor kelompok gula melebihi skor maksimal dari 3 – 2,5, sehingga
skor yang didapatkan adalah 2,5
 Skor kelompok pangan sayur dan buah melebihi skor maksimal dari
145,8 – 30, sehingga skor yang didapatkan adalah 30
 Skor kelompok makanan lain-lain sebenarnya mengambil peranan
penting dalam kebutuhan energi responden, namun skor yang
didapatkan tetap 0

kelompok energi %aktua Skor Skor Skor Skor Ket


pangan aktual l %AKE Bobot aktual AKE maks PPH
padi padian 628,1 24,1 29,2 0,5 12,1 14,6 25 14,6 -
umbi umbi an 308,1 11,8 14,3 0,5 5,9 7,2 2,5 2,5 +
pangan hewani 304,7 11,7 14,2 2 23,4 28,3 24 24 +

minyak dan lemak 352,7 13,5 16,4 0,5 6,8 8,2 5 5 +


buah/biji
berminyak 37,4 1,4 1,7 0,5 0,7 0,9 1 0,9 -
kacang kacangan 216,1 8,3 10,1 2 16,6 20,1 10 10 +
gula 128,9 4,9 6 0,5 2,5 3 2,5 2,5 +
buah dan sayur 627,1 24,1 29,2 5 120,5 145,8 30 30 +
lain lain

total 2603,2 100 121,1 11,5 188,4 228,1 100 89,5


2.4. REKOMENDASI UNTUK RESPONDEN
 Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa konsumsi gula dan
minyak yang terlalu berlebih, sebaiknya responden mulai mengurangi
konsumsi kelompok pangangula dan lemak/minyak selain terlalu
banyak mengonsumsi kedua bahan pangan tersebut dengan berlebih
menyebabkan gangguan kesehatan seperti obesitas, diabetes melitus,
dll. Kedua bahan tersebut juga minim zat gizi mikro yang sangat
dibutuhkan untuk pengoptimalan fungsi tubuh.
 Sebaiknya responden mengalihkan distribusi makanan yang berlebih
seperti kelompok bahan makanan gula dan minyak dengan padi-padian
dan sayuran/buah. Sehingga distribusi pangan dapat dicapai dengan
baik. Dan pemenuhan zat gizi mikro juga terpenuhi.
 Saya menyarankan responden untuk meningkatkan konsumsi
kelompok pangan hewani dengan menambah konsumsi ikan. Karena
ikan dapat didapatkan dengan mudah di surabaya dan harganya yang
lebih murah daripada beberapa komoditas kelompok bahan pangan
hewani lainnya
 Untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat bagi responden, saya
merekomendasikan kelompok pangan umbi-umbian untuk memperluas
distribusi makanan selain padi-padian yang merupakan makanan
pokok responden
 Untuk memperluas distribusi makanan seperti buah, saya
merekomendasikan buah-buah yang musiman, karena buah-buah
tersebut harganya cenderung turun pada saat musim tertentu. Karena
pada dasarnya kurangnya konsumsi buah dikarenakan harganya yang
tidak terjangkau dan lebih mementingkan kelompok pangan lainnya.
 Menambah konsumsumsi susu dan olahannya dikarenakan mengingat
rata rata responden tidak ada yang mengkonsumsi susu dan olahannya,
mengingat bahwasannya susu dan olahannya sangatlah penting untuk
kesehatan dan mengandung beberapa zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi
keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan
energi dan zat gizi lainnya, baik dalam jumlah maupun mutu dengan
mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan
agama.
Distribusi ketersediaan pangan di Banyu Urip, Sawahan, Kota Surabaya
masih jauh dari apa yang ditentukan dan diharapkan. Skor PPH yang didapat
menunjukkan bahwa distribusi makanan di daerah tersebut masih jauh dari angka
baik. Sebaiknya diadakan sebuah penyuluhan dan peningkatan distribusi makanan
yang susah didapat maupun yang tidak dapat dijangkau oleh warga.

3.2 LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
 http://ketahananpangan.rejanglebongkab.go.id/wp-
content/uploads/2019/02/LAPORAN-PPH-konsumsi-sAPRIL.pdf
 http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_tt
g_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.
pdf
 http://bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/Evalap/BUKU%20PEDOMAN
%20PENYUSUNAN%20PPH.pdf

Anda mungkin juga menyukai