Anda di halaman 1dari 3

BAGAIMANA CARA MEMBENTUK PANGKALAN

SAKA BAKTI HUSADA DI UPT KESEHATAN?

Oleh Kodrat Pramudho


(Ketua Mabigus Gerakan Pramuka 06-351/06-352 BBTKLPP Jakarta)

Gerakan Pramuka memiliki tujuan mendidik kerakter kaum muda


Indonesia, memiliki jiwa bela negara dan membekali ketrampilan sebagai
bekal hidup (life skill) kelak dewasa nanti. Tujuan untuk karakter dan bela
negara kaum muda dididik di gugusdepan, sedangkan pendidikan
ketrampilan dilakukan di Satuan Karya Pramuka (Saka). Eksistensi Saka
Bakti Husada atas kerjasama antara Kwarnas Gerakan Pramuka dan
Kementerian Kesehatan yang lahir pada tanggal 17 Juli 1985 dan
diresmikan pada oleh Menteri Kesehatan RI pada peringatan Hari
Kesehatan Nasional di Magelang pada tanggal 12 November 1985, jadi
telah berusia 33 tahun.

Gudep merupakan “sekolahan” kaum muda usia 7 – 25 tahun yang


dibimbing oleh pembina pramuka yang berkedudukan di sekolah/kampus
atau berbasis di masyarakat seperti kantor kesehatan atau dimanapun.
Sedangkan Saka Bakti Husada sebagai “bengkel” tempat belajar
ketrampilan bagi adik-adik Pramuka Penegak (16-19 tahun) dan Pandega
(20-25 tahun) biasanya memiliki “pangkalan” yang menjadi sanggar atau
tempat latihan ketrampilan bagi adik-adik.

Pangkalan Saka Bakti Husada merupakan sanggar latihan adik-adik


Pramuka Penegak dan Pandega yang meminati kesehatan yang
berkedudukan di wilayah kwartir ranting atau minimal terdapat 1 (satu) di
wilayah kwartir cabang. Pangkalan Saka Bakti Husada dapat berlokasi di
Puskesmas, atau UPT Kesehatan seperti Rumah Sakit, Poltekkes, Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP), Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BTKLPP), Balai Laboratorium Kesehatan (Labkes),
Balai Kesehatan Olah Raga, dan dapat pula bertempat di kantor
sekretariat organisasi profesi kesehatan. Inti kegiatan Saka Bakti Husada
adalah aktifnya adik-adik anggota berkegiatan di Pangkalan Saka Bakti
Husada. Pembentukan Pangkalan Saka Bakti Husada dapat diinisiasi oleh
UPT Kesehatan, Dinas Kesehatan atau Puskesmas atau pembina pramuka
yang peduli Saka. Untuk pembetukan Pangkalan Saka Bakti Husada yang
dapat dilakukan dengan langkah-langkah di bawah ini.

Langkah satu, diawali dengan konsolidasi internal diantara staf Unit


Pelaksana Teknis (UPT) Kesehatan, Dinas Kesehatan, Puskesmas
setempat yang membahas kesiapan jajaran kesehatan untuk memberikan
komitmen dan dukungan sumberdaya untuk dijadikan basecamp latihan
Saka Bakti Husada. Output langkah ini adalah komitmen dan dukungan
pimpinan kesehatan (UPT Kesehatan, Dinkes, dan atau Puskesmas) untuk

kodrat
membina adik-adik anggota Saka Bakti Husada dengan membentuk
Pangkalan Saka Bakti Husada.

Langkah kedua, melakukan pendekatan eksternal yaitu komunikasi


baik secara formal maupun informal dengan jajaran kesehatan lainnya,
kwartir ranting/cabang gerakan pramuka setempat, pembina gugus
depan sekitarnya serta tokoh masyarakat lainnya yang intinya mohon
kesediaan untuk mendukung kegiatan Saka Bakti Husada. Untuk itu,
perlu dilakukan berbagai pendekatan untuk memperoleh dukungan
masyarakat setempat dan diharapkan dapat berupa moral, finansial, dan
material seperti kesepakatan dan persetujuan sekolah yang memiliki
gugusdepan dan masyarakat (terutama orang tua peserta didik), bantuan
dana, tempat penyelenggaraan latihan ketrampilan sesuai krida-krida di
Pangkalan Saka Bakti Husada serta peralatan yang diperlukan. Ouput
langkah ini kesepakatan dan dukungan ekternal untuk pembentukan
pangkalan Saka Bakti Husada.

Langkah ketiga, yaitu melakukan asesmen atau kajian yang bertujuan


untuk mengumpulkan data kondisi kesehatan secara umum, sekolah yang
ada, potensi gugusdepan dengan peserta didiknya di sekitar wilayah UPT
Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas. Identifikasi masalah
kesehatan serta potensi masyarakat untuk solusi masalah kesehatan
setempat, serta eksistensi pembina pramuka, tenaga kesehatan yang
bersedia menjadi instruktur serta pelatih yang berdomisili di wilayah
tersebut. Pada kajian ini dapat dilakukan angket untuk mengidentifikasi
topik kesehatan yang diminati oleh kaum muda setempat sebagai bahan
untuk menjadi titik masuk (entry point) untuk memulai kegiatan latihan
ketrampilan yang berbasis dari syarat kecakapan khusus (SKK) setiap
krida Saka Bakti Husada. Ouput langkah ini adalah analisis masalah dan
potensi untuk solusi masalah kesehatan setempat dengan melibat-
aktifkan potensi Saka Bakti Husada.

Langkah keempat, kegiatan sosialisasi tentang Saka Bakti Husada


ke gugusdepan baik yang berbasis sekolah/kampus maupun berbasis
masyarakat di sekitar UPT Kesehatan, Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
Inti sosialisasi adalah mempromosikan tentang Saka Bakti Husada dengan
krida-kridanya serta ajakan bagi peserta didik di gugusdepan untuk
belajar lebih khusus dan mendalam tentang berbagai kecakapan khusus
bidang kesehatan yang terhimpun dalam krida-krida Saka Bakti Husada
yaitu pengendalian penyakit, lingkungan sehat, keluarga sehat, gizi dan
obat serta perilaku hidp bersih dan sehat (PHBS). Output langkah ini
adanya kesepatakan dari para pembina dan mabigus untuk mengirimkan
peserta didiknya untuk mengikuti latihan/belajar tentang kesehatan di
Pangkalan Saka Bakti Husada.

Langkah kelima, persiapan pembentukan Pangkalan Saka Bakti


Husada meliputi pemantapan komitmen dan dukungan pimpinan

kodrat
kesehatan terhadap Saka Bakti Husada, orientasi kesehatan bagi pembina
gudep yang akan direkrut menjadi Pamong, orientasi kepramukaan bagi
persiapan administrasi seperti surat menyurat kepada Kwartir, persiapan
peralatan dan sarana yang dibutuhkan, memilih calon pengurus
Pangkalan Saka Bakti Husada sesuai tugasnya (dibentuk
organogramnya), rencana kegiatan perdana dengan peserta didik,
persiapan tempat yang akan dijadikan sanggar, penjadwalan latihan
dengan pembagian tugas antara pamong dan instruktur, penyiapan bahan
dan materi SKK, briefing bagi staf UPT Kesehatan, Dinas Kesehatan dan
Puskesmas untuk dukungannya serta kesinambungan latihan/belajar bagi
peserta didik, dan sebagainya. Ouput langkah ini adalah kesiapan UPT
Kesehatan, dinas kesehatan dan Puskesmas untuk membentuk Pangkalan
Saka Bakti Husada dengan kesinambungannya yang memerlukan
komitmen dan dukungan semua pihak.

Langkah keenam, pelaksanaan kegiatan yaitu kegiatan awal yang


melibatkan peserta didik dengan melibatkan pamong dan instruktur
sebagai persiapan untuk peresmian Pangkalan Saka Bakti Husada oleh
kwartir ranting atau kwartir cabang. Kegiatan ini merupakan kegiatan uji
coba beberapa kali atau soft opening untuk memulai kegiatan sebelum
diresmikan. Selanjutnya sesuai jadwal yang disepakati, maka Pangkalan
Saka Bakti Husada dapat diresmikan oleh Ketua Kwartir Ranting atau
Ketua Kwartir Cabang yang dihadiri oleh jajaran kesehatan, dan Mabigus
sekitar serta orang tua peserta didik. Sesuai dengan nama gugusdepan,
sebaiknya pangkalan dapat diberikan nama pahlawan kesehatan, misal
“Pangkalan Saka Bakti Husada Adhyatma” BBTKLPP Jakarta.

Langkah ketujuh, mengembangkan peluang kerja (job creation)


yang berbasis kecakapan khusus sesuai dengan krida-kridanya seperti
wirausaha kuliner yang berbasis Krida Gizi, wirausaha sanitasi yang
berbasis Krida Lingkungan Sehat, wirausaha jamu sehat yang berbasis
Krida Obat, dan sebagainya. Penciptaan peluang kerja ini dapat
bekerjasama dengan sektor bisnis, pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) atau koperasi yang dapat memasarkan secara masif
hasil ekonomi produktif yang dimotori oleh Gerakan Pramuka khususnya
Saka Bakti Husada.

Langkah ini hendaknya dapat dimulai pada area terbatas di BTKLPP, KKP,
UPT Kesehatan lainnya yang ada di ibukota provinsi, Dinas Kesehatan dan
atau Puskesmas sehingga ke depan keberadaaan Saka Bakti Husada
dapat dirasakan oleh peserta didik yang anggotanya berasal dari
gugusdepan sekitar dan orang tua yang menitipkan pendidikan non
formal pada Gerakan Pramuka. Langkah seribu atau berapapun akan
terwujud dengan langkah satu dan seterusnya. Selamat mencoba dan
Salam Pramuka (Kodrat Pramudho).

kodrat

Anda mungkin juga menyukai