Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

RESUME MODUL PPAM MATERI 2 DAN 3

Disusun Oleh :

NAMA : DIANA RISQI AULIA


NIM : P07124018009
KELAS :A
TINGKAT/SEMESTER : II/IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PRODI DIII KEBIDANAN
TA 2019/2020
MATERI 2
KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI
PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)

Kesehatan reproduksi (kespro) mendapatkan perhatian sejak adanya konferensi


internasional kependudukan dan pembangunan tahun 1994, dimana pada konferensi tersebut
terjadi perubahan paradigma yang penting dalam menangani masalah kependudukan yakni dari
pembatasan penduduk kepada upaya pemenuhan hak reproduksi baik pada laki-laki maupun
perempuan. Kespro adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang menyeluruh dan tidak
tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua ha l berhubungan dengan
sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Pemenuhan hak reproduksi tersebut diupayakan
melalui pelayanan Kespro yang dapat diakses oleh semua individu sebelum tahun 2015. Hal ini
berarti bahwa masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas baik dalam kondisi normal maupun kondisi bencana. Salah satu dari Hak Asasi Manusia
(HAM) adalah mendapat layanan kesehatan yang bermutu, termasuk di dalamnya layanan
Kespro dalam kondisi normal ataupun daruratRuang lingkup Kespro sangat luas, mencakup
keseluruhan hidup manusia sejak lahir sampai mati, sehingga digunakan pendekatan siklus hidup
(life cycle approach), yang di dalamnya termasuk isu kesetaraan gender, martabat dan
pemberdayaan perempuan, serta peran dan tanggung jawab laki laki. Kebijakan Kementerian
Kesehatan dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan perempuan
dilakukan dengan pendekatan Continum of Care. Yaitu penyediaan pelayanan mulai dari proses
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, anak-anak, remaja, dewasa dan sampai lanjut usia. Kebijakan
pelayanan Kespro dalam kondisi krisis/ darurat: (a) Kegiatan terkait kesehatan reproduksi dalam
kondis i darurat dilaksanakan pada setiap tahap bencana mulai dari pra-bencana, kondisi gawat
darurat/saat bencana sampai kondisi pasca krisis/ bencana,(b) Pelayanan Kesehatan Reproduksi
dalam Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat Bencana dilaksanakan melalui Paket Pelayanan
Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi (c) Pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif
diintegrasikan pada pelayanan kesehatan dasar segera setelah sttabil. Pada pra dan saat
bencana perlu dipastikan adanya pelayanan Kespro sesuai dengan kebutuhan, Perlu advokasi,
sosialisasi dan peningkatan kapasitas petugas dalam PPAM Kespro di pusat maupun daerah
SOAL MATERI 2

1. Seorang perempuan, hamil mengaku hamil 37 minggu, dating kebidan di posko


kesehatan pada saat mengungsi paca tsunami untuk memerikan kehamilannya,
dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan semua dalam batas normal dan bidan
memberikan kit persalinan bersih. Apakah dasar hukum dari tindakan bidan
tersebut?
a. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 33
b. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 48
c. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 55
d. UU RI no 34 tahun 2007 pasal 48
e. UU RI no 34 tahun 2007 pasal 55

2. Seorang perempuan, 16 tahun, tinggal di desa suka maju yang baru saja
mengalami gempa bumi dan saat ini sedang mengungsi bersama keluarganya
di tenda pengungsian bersama 200.000 warga lainya baik laki-laki maupun
perempuan yang bercampur baur dalam aula terbuka, kemudian bidan
memberikan advokasi agar pelayanan dilakukan berbasis gender. Apakah
dasar hukum dari advokasi bidan tersebut?
a. Permenkes RI no 64 tahun 2013 pasal 20
b. Permenkes RI no 64 tahun 2013 pasal 21
c. Permenkes RI no 64 tahun 2013 pasal 22
d. Permenkes RI no 64 tahun 2013 pasal 23
e. Permenkes RI no 64 tahun 2013 pasal 24

3. Seorang perempuan, 67 tahun, datang ke posko kesehatan ditempat pengungsian


pasca terjadi tsunami, dan mendapatkan prioritas terhadap pelayanan
kesehatannya. Apakah dasar hukum dari tindakan bidan tersebut?
a. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 48 ayat a
b. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 48 ayat b
c. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 48 ayat c
d. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 48 ayat d
e. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 48 ayat e

4. Seorang perempuan, hamil 34 minggu, datang ke rumah sakit dengan keluhan


mulas- mulas setelah berusaha menyelamatkan diri dengan cara berlari dari gempa
bumi, dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal, dan rumah
sakit meminta perempuan tersebut untuk pulang Karena tidak ada fasilitas yang
memdai serta penuh dengan orang luka dan cedera. Apakah kebijakan pemerintah
yang tepat pada kasus tersebut?
a. Melakukan respon kesehatan reproduksi berdasarkan one sektoral
b. Melakukan stabilisasi pelayanan kesehatan dasar sesegera mungkin
c. Menyelenggarakan paket pelayanan awal minum kesehatan reproduksi
d. Melaksanakan kegiatan terkait kesehatan reproduksi setelah situasi
terkendali
e. Mengintegrasikan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif ke
pelayanan kesehatan dasar

5. Seorang perempuan, 16 tahun, tinggal di desa suka maju yang baru saja
mengalami gempa bumi dan saat ini sedang mengungsi bersama keluarganya
di tenda pengungsian bersama 200.000 warga lainya baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak terpisah. Apakah strategi yang tepat untuk menangulangi
masalah potensial yang dapat terjadi pada perempuan tersebut?
a. Melakukan penyediaan logistic
b. Melakukan adokasi dan sosialisasi disemua tingkat
c. Melakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia
d. Menyusun rencana kesiapsiagaan dibidang kespro disetiap tingkat
e. Penentuan focal point kespro dalam situasi darurat bencana disetiap
tingkatan
MATERI 3
MEKANISME KOORDINASI UNTUK
IMPLEMENTASI PAKET PELAYANAN AWAL
MINUMUM (PPAM)

Dalam kondisi bencana banyak sekali pihak yang terlibat dalam penanganan bencana
seperti pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pihak swasta, media dll . Bencana yang
terjadi dapat bersifat Lokal, Daerah dan Nasional, Penanganan Bencana melibatkan lintas sektor
dan lintas departemen. . PPAM Kespro menitik beratkan kepada pelayanan kesehatan Ibu, Bayi,
Anak Balita dan Perempuan yang dipastikan semakin rentan saat krisis/bencana berlangsung.
Penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum Kespro pada saat bencana perlu dikoordinir oleh
seorang koordinator kespro. Koordinator ini berperan penting untuk memastikan ketersediaan
pelayanan dan menghindari kegiatan yang tidak efektif, efisien dan tumpang tindih. Akibat dari
ketiadaan koordinator kespro di lapangan dapat menyebabkan penghamburan sumber daya
manusia dan material yang tidak diperlukan. Koordinator kespro adalah ketua dari tim siaga kespro
yang berada di bawah tim penanggulangan bencana bidang kesehatan dan bertanggung jawab
kepada koordinator tim penanggulangan krisis kesehatan di setiap jenjang administrasi. Pendekatan
klaster merupakan salah satu dari tiga pilar utama reformasi bantuan kemanusiaan, sementara dua
lainnya adalah penguatan sistem Koordinator Bantuan Kemanusiaan dan penguatan pembiayaan
bantuan kemanusiaan. Klaster kesehatan tingkat pusat (atau kelompok koordinasi yang telah ada
yang menggunakan pendekatan klaster) harus berperan sebagai mekanisme bagi seluruh
organisasi yang terlibat untuk bekerja sama dalam kemitraan untuk menyelaraskan semua
usaha dan memanfaatkan seluruh sumber daya yang tersedia secara efisien dalam kerangka
kerja sasaran, prioritas dan strategi yang telah disepakati sebelumnya, untuk kesejahteraan
bersama.
Peran dan fungsi kester: Klaster harus memperkenankan berbagai organisasi yang terlibat untuk
bekerja sama dan dengan aparat kesehatan setempat, menyelaraskan usaha, secara efektif,
Berbagai organisasi yang turut serta diharapkan sejauh mungkin dapat menjadi mitra yang proaktif
dalam mengkaji kebutuhan. Mekanisme koordinasi merupakan proses yang rumit, banyak
orang/lembaga yang berkontribusi, namun demikian penanganan kespro dan seksual dalam situasi
darurat harus dilakukan secara efektif dan bertanggungjawab, untuk itu diperlukan koordinator
dengan kapasitas yang memadai seperti kepemimpinan bertanggung jawab.
SOAL MATERI 3

1. Seorang bidan diposko kesehatan reproduksi, kehabisan kit persalinan bersih yang
ditujukan kepada ibu hamil yang beresiko untuk melahirkan dalam waktu dekat dan
ingin memperbanyak kit tersebut. Apakah tindakan yang dapat dilakukan o leh bidan
tersebut?
a. Membeli di apotik
b. Melapor kepada koordinator posko
c. Melaporkan kepada puskesmas tersekat
d. Melapor kepada koordinator kesehatan reproduksi
e. Mengajukan permohonan kepada dinas kesehatan setempat

2. Seorang bidan diposko kesehatan reproduksi, kehabisan kit persalinan bersih yang
ditujukan kepada ibu hamil yang beresiko untuk melahirkan dalam waktu dekat dan
ingin memperbanyak kit tersebut dan telah melaporkan kepada koordinator
kesehatan reproduksi setempat. Apakah tujuan dari tindakan bidan ter sebut?
a. Membina koordinasi yang terintegrasi
b. Memeudahkan dalam proses pemecahan masalah
c. Melakukan efisiensi keinerja dengan pembagian tugas
d. Melakukan penanganan sesuai dengan kemampuan sumber daya
e. Melimpahkan tanggung jawab kepada pihak yang lebih berwenang

3. Seorang perempuan, hamil 34 minggu, datang ke rumah sakit dengan keluhan mulas- mulas
setelah berusaha menyelamatkan diri dengan cara berlari dari gempa bumi, dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda persalinan, dan kapasitas rumah sakit tidak
memadai untuk melakukan pertolongan. Apakah tindakan yang dapat dilakukan oleh
koordinator kesehatan reproduksi di rumah sakit tersebut untuk dapat menolong perempuan
tersebut?
a. Berusaha menyediakan sarana dan prasarana
b. Merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih baik
c. Melaporkan situasi kepada Pusat penanggulangan krisi
d. Melaporkan kepada koordiantor kespro di dinas kesehatan
e. Melaporkan situasi kepada Pusat penanggulangan krisi Kesehatan

4. Apakah fungsi dari pusat penanganan krisis kesehatan ?


a. Sebagai tim evaluasi bantuan SDM kesehatan
b. Sebagai unit fungsional di daerah yang terjadi bencana
c. Sebagai penanggulangan bencana dalam bidang kesehatan reproduksi
d. sebagai pusat networking antara fasilitas kesehatan dan dinas kesehatan
e. Sebagai pusat komando dan pusat informasi kesiapsiagaan dan penanggulangan
kesehatan

5. Seorang bidan yang bertugas dipuskesmas yang sesaat telah terjadi tsunami,
melakukan pertolongan terhadap warga yang sedang mengungsi di posko
pengungisan dengan cara membantu pendistribusian makanan dapur umum
lapangan, karena banyak pengungsi yang kelaparan dan kurangnya sumber daya pada
posko seta membuat pasien dipelayanan kesehatan reproduksi menunggu untuk
ditangani. Apakah yang seharusnya dilakukan dalam situasi tersebut?
a. Penyediaan makanan siap saji
b. Memberdayakan masyarakat yang ada
c. Melalukan koordinasi dengan dinas terkait
d. Menambah sumber daya manusia pada posko
e. Membentuk koordinator kesehatan reproduksi

Anda mungkin juga menyukai