PENDAHULAUN
A. Latar Belakang
Otitis media merupakan peradangan mukosa telingah tengah yang terdiri atas
otitis media non supuratif supuratif. Berdasarkan durasi waktu otitis media dibagi
menjadi bentuk akut dan kronik. Selain itu terdapat sistem klasifikasi lain yang
membagi otitis media yaitu,otitis media akut, otitis media efusi, otitis media
supurafi, kronik dan otitis media akut rekuren.
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronik ditelinga tengan
ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar terus- menerus
atau hilang timbul, sekret berupa serous, mukoid atau purulen lebih dari 8 minggu.
Otitis media supuratif kronik merupakan salah satu penyakit telinga yang paling
banyak terjadi di negara berkembang termesuk Indonesia. Survey prevalensi
menunjukan bahwa beban gelobal penyakit OMSK ini melibatkan 65-330 juta
orang dengan keluhan telinga beair dan 60% diantaranya yaitu mencapai 39-200
juta orang menderita gangguan pendengaran yang signifikan . OMSK
menyumbang 28.000 kematian dan beban penyakit lebuh dari 2 juta. Lebih dari
90% dari beban penyakit ini ditanggung oleh negara-negara di kawasan Asia
Tenggara dan Pasifik Barat, Afrika dan beberapa suku minoritas di lingkaran
pasifik.
B. Tujuan
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media
berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain itu,
juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis media
sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva.
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan
tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau
sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam,
gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran
timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah. Terjadinya
efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak pada
membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada membran timpani,
terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore.
Infeksi saluran telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (otitis eksternal )
saluran telinga tengah (otitis media ), mastoid (mastoiditis) dan telinga bagian dalam
(labyrinthitis), otitis media, suatu inflamsi telinga tengah berhubungan dengan efusi
telinga tengah, yang merupakan penumpukan cairan ditelinga tengah.
B. Etiologi
ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya (misal
: sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitis alergika).
Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan
terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba
eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal. Bakteri dan virus
yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah
Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,
dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus
aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris.
Trauma atau masuknya benda asing di dalam telinga karena obstruksi tuba
eustachius menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius
terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga
akan terganggu, ruptur gendang telinga dan perforasi gendang telinga.
C. Klasifikasi
Otitis media dibagi menjadi tiga
F. Patoflodiagram
G. Penatalaksanan
Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran
napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan
antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah untuk menghindari
komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi, mengobati
gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran
timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik.
Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka
kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang.
Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk
anak kurang dari 12 tahun atau HCl.
Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung
dan analgesik. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau
eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam
klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin
intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak
terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan
kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi
tehadap penisilin, diberikan eritromisin. Pada anak, diberikan ampisilin 50-
100 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam empat dosis, amoksisilin atau
eritromisin masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis.
Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk
untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga
gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.
Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang
secara berdenyut atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2
3% selama 3 sampai dengan 5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3
minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup kembali
dalam 7 sampai dengan 10 hari.
Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali,
sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi
biasanya sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran
timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila keadaan ini
berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditi.
Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian
antibiotik. Observasi dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak
membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada perburukan gejala. Ternyata
pemberian antibiotik yang segera dan dosis sesuai dapat terhindar dari
tejadinya komplikasi supuratif seterusnya. Masalah yang muncul adalah risiko
terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik meningkat. Menurut
American Academy of Pediatrics.
Mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera
diterapi dengan antibiotik sebagai berikut :
Tabel Kriteria Terapi Antibiotik dan Observasi pada Anak dengan OMA
Diagnosis pasti OMA harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat akut, terdapat
efusi telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala inflamasi telinga tengah. Gejala
ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari 39°C dalam 24 jam
terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang-berat atau demam 39°C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan
sampai dengan dua tahun, dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis
meragukan pada anak di atas dua tahun. Follow-up dilaksanakan dan pemberian
analgesia seperti asetaminofen dan ibuprofen tetap diberikan pada masa observasi.
H. Komplikasi
1. Peradangan telingan tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secara benar
dan adekuat dapat menyebar ke jarigan sekitar telinga tengah terasuk ke otak,
namun ini jarang terjadi setelah adanya antibiotik.
2. Mastoiditis
3. Kehilangan pendengaran permanen bila tidak ditangani
4. Kesembangan tubuh terganggu
BAB III
3.1 PENGKAJIAN
A. Keluhan utama
Klien dengan otitis media biasanya akan mengeluh nyeri pada telinga dan kehilangan
pendengaran. Disertai dengan terdapatnya cairan yang kental dan berwarna kuning
atau cairan yang encer karena infeksi.
B. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Klien dengan otitis media salah satu tanda dan gejalanya akan merasa pusing
atau vertigo
Telinga :
Biasanya klien yang mengalami penyakit otitis media ini tidak mempedulikan
sebuah gejala kecil yang ditimbulkan, misalnya nyeri pada telinga sehingga ini
menyebabkan penanganan kesehatan tidak secepatnya dilakukan. Klien akan
segera berobat ke pelayanan kesehatan jika sudah mencapai stadium lanjut
seperti keluarnya cairan dari telinga dan nyeri yang dirasakan secara terus-
menerus.
Klien otitis media tidak memiliki masalah dengan pola nutrisi dan metabolik
3. Pola eliminasi
Biasanya klien dengan Otitis media tidak mengalami masalah terhadap pola
eliminasai Namun, pengeluaran secret atau cairan yang keluar dari telinga
harus diperhatikan banyaknya dan warna cairan.
Biasanya klien merasa istirahat dan tidurnya terganggu akibat nyeri yang
dirsakan.
8. Pola hubungan-peran
Biasanya klien akan merasa harga diri rendah, minder, dan menjauh dari
lingkungan karena malu akibat bau busuk pada cairan yang keluar dari
telinganya. Keluarga berperan membantu klien dalam pemenuhan
kebutuhannya, memotivasi klien dan juga membantu aktivitas sosial antara
klien dengan keluarga dan lingkungan sekitar.
Biasanya klien dengan otitis media mengalam cemas dan takut terhadap
penyakitnya.
a. Uji Rinne
Merupakan tes pendengaran yang dilakukan untuk mengevaluasi suara
pendengaran dengan membandingkan persepsi suara yang dihantarkan oleh
konduksi udara dengan konduksi tulang melalui mastoid. Sebuah garpu tala
dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan
pemeriksa.Kemudian diletakkan pada dahi pasien. Pasien ditanya apakah suara
terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan
pendengaran normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau
menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilangan
pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas
terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat
ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi
kehilangan sensorineural, suara akan mengalami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik.
b.Tes Weber
3.2 DIAGNOSA
pembengkakan
3.3 INTERVENSI
Kolaborasi
-Kolaborasi dengan dokter Kolaborasi dapat membantu
jika keluhan dan tindakan Menentukan tindakan yang
nyeri tidak berhasil tepat untk mengatasi nyeri.
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian Pemberian cairan intravena
cairan intravena membantu memenuhi
kebutuhan cairan yang yang
hilang akibat dehidrasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan
gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif, di mana
masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Dimana tanda dan gejalanya
berdasarkan klasifikasinya masing-masing.
B. Saran
Semoga asuhan keperawatan pada pasien OTITIS MEDIA ini dapat berguna bagi
siapa saja yang membacanya untuk menambah pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
YasmaraDeni,Nursiswati,dkk.2017.RencanaAsuhanKeperawatanMedikalBedah.jakarta:EGC
Rampengan dan Laurentz. 2015.keperawatan medical bedah, cetakan kedua. EGC: Jakarta.
Nurarif Huda Amin & Kusuma Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC, cetakan I. Mediaction.Jogja.
Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan edisi 9 Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.