Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen Puskesmas


2.1.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah pusat pengembangan pembinaan dan pelayanan
kesehatan dalam pembangunan kesehatan masyarakat dan merupakan satu
kesatuan organisasi yang diberi kewenangan, kemandirian oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk melaksanaan tugas-tugas operasional pembangunan
kesehatan wilayah kecamatan (Depkes RI, 2002 : 7).
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja (Kepmenkes RI, 2004 : 6).

2.1.2 Tujuan Puskesmas


Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup bagi setiap
orang yang berada di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya (Kepmenkes, 2004 : 7).

2.1.3 Fungsi Puskesmas


Berdasarkan Kepmenkes RI (2004 : 7), puskesmas memiliki tiga fungsi
utama yaitu :
a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskemas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan mayarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaan, serta ikut
menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya
sosial budaya masyarakat setempat.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi
tanggung jawab puskesmas meliputi :
1). Pelayanan Kesehatan Perorangan ( Private Goods )
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan bersifat
pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan kesehatan
perorangan mencakup rawat jalan dan rawat inap.
2). Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( Public Goods )
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang
bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat tersebut antara lain kesehatan lingkungan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan
jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat
lainnya.

2.1.4 Ruang Lingkup Puskesmas


Beberapa jaringan pelayanan puskesmas adalah sebagai berikut:
a.Puskesmas :
1. Umumnya ada satu buah di setiap kecamatan.
2. Jenis puskesmas menurut pelayanan ksehatan medis ,di bagi dua
kelompok yakni :pelayanan kesehatan rawat jalan dan IGD
3. Puskesmas dan perawatan, hanya pelayanan kesehatan rawat jalan.
4. Menurut wilayah kerjanya puskesmas ini merupakan puskesmas
induk atau puskesmas kecamatan.
b. Puskesmas Pembantu (Pustu) :
1. Ada satu di setiap kelurahan.
2. Pelayanan medis sederhana oleh perawat atau bidan, di sertai jadwal
kunjungan dokter.
c. Puskesmas Keliling (Puskel) :
1. Kegiatan pelayanan khusus keluar gedung,di wilayah kerja
puskesmas.
2. Pelayanan medis terpadu oleh dokter, perawat, bidan, gizi,
pengobatan dan penyuluhan.
d. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) :
1. Lumrahnya selalu ada satu atau atau lebih di setiap
RW/desa/kelurahan. Di puskesmas lapai terdiri dari 18 posyandu.
2. Hal ini sangat tergantung kepada peran serta aktif para RT, RW,
lurah, tokoh masyarakat setempat, bersama para kades kesehatan
yang telah di bentuk dan di tunjuk.
3. Dari segi sasaran pelayanan jenis posyandu, di bagi menjadi :
a. Posyandu bayi – balita
b. Posyandu lansia dan posbindu.
2.1.5 Upaya dan Azaz Penyelenggaraan Puskesmas
a. Upaya
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan masyarakat. Upaya kesehatan yang diselenggarakan di
puskesmas terdiri dari :
1). Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang
mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Upaya ini harus diselenggarakan oleh
masing-masing puskesmas yang ada di Indonesia.
Upaya kesehatan wajib meliputi :
a) Upaya Promosi Kesehatan
b) Upaya Kesehatan Lingkungan
c) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d) Upaya perbaikan Gizi Masyarakat
e) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
f) Upaya Pengobatan
g) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
2). Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan meliputi :
a) Upaya Kesehatan Sekolah
b) Upaya Kesehatan Olah Raga
c) Upaya Kesehatan Kerja
d) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
e) Upaya Kesehatan Jiwa
f) Upaya Kesehatan Mata
g) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
h) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
b. Azaz
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas
secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud
adalah :
1). Azas pertanggung jawaban wilayah
Azaz penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah
pertanggung jawaban wilayah. Dalam arti puskesmas
bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal diwilayah kerjanya.
2). Azaz pemberdayaan masyarakat
Dalam arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan,
keluarga, dan masyarakat. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat
perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP).
3). Azaz keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya
hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus
diselenggarakan secera terpadu, jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu
diperhatikan, yakni :
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggung jawab puskesmas.
b. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan, dan
inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat
kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia
usaha.
4). Azas rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan bertanggung jawab
atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan
secara timbal balik, baik secara vertikal yaitu dalam satu strata
sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan
lainnya, maupun secara horizontal yaitu antar strata sarana
pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya
kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas ada dua macam
yang dikenal dengan :
a) Rujukan upaya kesehatan perorangan
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga
macam :
(1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan medik dan lain-lain.
(2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lengkap.
(3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga
yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga
puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan
medik di puskesmas.
b) Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
masalah kesehatan masyarakat, misalnya Kejadian Luar Biasa
(KLB), pencemaran lingkungan dan bencana.
Rujukan upaya kesehatan masyarakan dibedakan atas tiga
macam :
(1) Rujukan sarana dan logistik
(2) Rujukan tenaga
(3) Rujukan operasional

2.1.6 Pengertian Manajemen Puskesmas


Manajemen puskesmas merupakan serangkaian kegiatan yang bekerja
secara sistematik untuk menghasilkan luaran (output) puskesmas yang efektif dan
efisien. Manajemen puskesmas adalah suatu rangkaian kegiatan yang bekerja
secara sinergik, sehingga menghasilkan keluaran (output) yang efisien dan efektif
dengan menggunakan instrumen manajemen, yaitu perencanaan (P1),
penggerakan dan pengorganisasian (P2), serta pengawasan, pengendalian dan
penilaian (P3).

2.1.7 Tujuan Manajemen Puskesmas


Tujuan manajemen puskesmasdapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen dipuskesmas dalam
menyusun perencanaan kegiatan tahunan berdasarkan fungsi dan azas
penyelenggaraannya.
b. Tujuan khusus
1) Untuk mengatur unit pelaksana program kesehatan yang ada
dipuskesmas dalam melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya
masing-masing secara operasional.
2) Untuk mengatur unit-unit penunjang terlaksananya pelayanan
kesehatan dipuskesmas seperti unit tata usaha, keuangan dan lainnya
yang berkaitan dengan program kerja puskesmas.
3) Untuk mengatur sektor-sektor diluar puskesmas yang terkait untuk
menunjang pelaksanaan program kerja puskesmas.
4) Mengatur hubungan puskesmas dengan institusi yang membawahi
dan bertanggungjawab dengan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.

2.1.8 Model Manajemen Puskesmas


Agar visi puskesmas dapat tercapai, contoh model manajemen dan
penjabaran fungsinya antara lain sebagai berikut :
Model P1, P2, P3 (Perencanaan, Pengawasan, Pelaksanaan, Pengendalian dan
Penilaian). Model seperti ini biasanya digunakan oleh jajaran kesehatan yang
berada di Puskesmas dijabarkan dengan :
a. P1 ( Perencanaan) berbentuk Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
b. P2 (Penggerakan Pelaksanaan) berbentuk lokakarya mini puskesmas
c. P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) berbentuk stratifikasi
puskesmas yang berubah menjadi penilaian kinerja puskesmas.

2.1.9 Proses Manajemen Puskesmas


a. Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1)
Perencanaan merupakan proses penyusunan kegiatan yang urut,
yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditentukan/disepakati dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna dan
berdaya guna.
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) diartikan sebagai proses
penyusunan rencana kegiatan puskesmas pada tahun yang akan datang
yang dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan mutu dan
cakupan pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam upaya mengatasi
masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
Tujuan perencanaan tingkat puskesmas ada 2 yaitu :
1) Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) puskesmas untuk
tahun berikutnya dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian
masalah kesehatan masyarakat.
2) Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) puskesmas
setelah diterimanya alokasi sumber daya untuk kegiatan tahunan
berjalan dari berbagai sumber.
Perencanaan tingkat puskesmas disusun melalui empat tahapan yaitu :
1) Tahap Persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf puskesmas yang terlibat
dalam proses penyusunan perencanaan tingkat puskesmas agar
memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk
melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Pada tahap ini kepala
puskesmas membentuk tim penyusun rencana tingkat puskesmas
yang beranggotakan beberapa staf yang dianggap mempunyai
kemampuan yang memadai. Kepala puskesmas memberikan
pengarahan agar anggota-anggota tim mempunyai motivasi yang
kuat untuk keberhasilan pembuatan PTP. Kemudian barulah
mempelajari petunjuk dan pengarahan dinas kesehatan
Kabupaten/Kota tentang hal-hal yang berhubungan dengan
perencanaan.
2) Tahap Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi puskesmas
melalui proses analisis terhadap data yang dikumpulkan.
Pengumpulan data dasar dilakukan sebagai langkah awal
perencanaan untuk mengukur keberhasilan. Kelompok data yang
perlu dikumpulkan yaitu :
1. Data Umum
a) Peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan
b) Data sumber daya
c) Data peran serta masyarakat
d) Data penduduk dan sasaran program
e) Data sekolah
f) Data kesehatan lingkungan wilayah kerja puskesmas
2. Data Khusus
a) Status kesehatan berupa : data kematian, kunjungan,
kesakitan, pola penyakit.
b) Data pola penyakit (sepuluh penyakit terbanyak)
c) Kejadian luar biasa
d) Cakupan program pelayanan kesehatan satu tahun
terakhir yang bersumber dari evaluasi kinerja
puskesmas/stratifikasi.
e) Kepatuhan petugas dalam menyampaikan pelayanan
kesehatan dengan sumber informasi complience rate.
f) Cakupan perdesa-desa di wilayah kerja puskesmas
dimana pelayanan kesehatan itu merupakan program
prioritas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
g) Kepatuhan petugas atas manajemen obat.
h) Kepatuhan petugas atas manajemen alat.
i) Jenis, jumlah sumber daya berupa ketersediaan obat,
alat, tenaga dan keuangan.
j) Hasil survei.
Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan analisis data antara lain:
1) Melakukan analisa situasi kesehatan masyarakat wilayah
kerjanya dengan memperhatikan kesehatan, kematian,
perilaku masyarakat, peran serta swasta dan masyarakat,
kependudukan, dan geografi.
2) Data situasi tingkat pencapaian hasil kegiatan Pelayanan
Kesehatan Dasar (PKD) untuk tiap-tiap desa.
3) Data situasi kepatuhan terhadap protap simpul manajemen
alat (pengadaan, penyimpanan, distribusi dan pemeliharaan)
telah ada prosedur kerjanya (SOP). Tingkat kepatuhan
diperoleh dengan membandingkan pelaksanaan SOP oleh
petugas dengan SOP yang disepakati.
4) Data situasi kepatuhan terhadap manajemen obat.
5) Analisis tehadap ketersediaan jenis dan jumlah alat yang
tersedia dalam tahun lalu yang diperoleh dengan
membandingkan ketersediaan sumber daya tersebut dengan
yang direncanakan.
6) Dilakukan analisa data hasil survei yang ada.
3) Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Penyusunan rencana usulan kegiatan ini terdiri dari dua langkah
yaitu :
a) Analisis Masalah
Analisis masalah dapat dilakukan melalui
kesepakatan kelompok tim penyusun perencanaan tingkat
puskesmas dan konsil kesehatan kecamatan/badan
penyantun puskesmas melalui tahapan identifikasi masalah,
menetapkan urutan prioritas masalah, merumuskan masalah,
mencari akar penyebab masalah, mengkonfirmasi penyebab
masalah, merumuskan alternatif pemecahan masalah,
menetapkan cara-cara pemecahan masalah, menyusun
kegiatan tahun yang akan datang, menyusun rencana
kebutuhan kegiatan tahun yang akan datang, melakukan
rekap dan memasukkan ke dalam format RUK.
b) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Rencana usulan kegiatan disusun dalam bentuk
matriks dengan global, nasional, maupun daerah sesuai
dengan masalah yang ada sebagai hasil dari kajian data dan
informasi yang tersedia di puskesmas.
Penyusunan RUK terdiri atas :
(1) Menyusun kegiatan tahun yang akan datang yang
terdiri dari kegiatan hasil dan kegiatan rutin.
(2) Menyusun kebutuhan sumber daya yang diusulkan
untuk tahun yang akan datang menyangkut kebutuhan
ketersediaan sumber daya.
(3) Merekap usulan kegiatan dan sumber daya yang
dibutuhkan ke dalam format RUK puskesmas.
4) Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Langkah-langkah penyusunan RPK adalah :
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah
disetujui.
2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi
pada saat penyusunan RPK.
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan
yang akan dilaksanakan serta sumber daya pendukung
menurut bulan dan lokasi pelaksana.
4. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas
kesepakatan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
5. Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) yang telah
disusun dalam bentuk matriks.
b. Penggerakan dan Pengorganisasian (P2)
Puskesmas dianjurkan mengembangkan inovasi dan kreasinya
dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat mengarah pada
tercapainya visi dan misi puskesmas. Tindak lanjut perencanaan
adalah mengadakan pengorganisasian internal puskesmas dan
pemantauan dilaksanakan lokakarya mini puskesmas yang terdiri
dari :
1) Lokakarya Mini Bulanan
Lokakarya mini bulanan disebut juga rapat kerja bulanan
adalah sebagai tindak lanjut dari lokakarya mini tahunan
(lokmin tahunan). Setiap awal bulan berikutnya diadakan
pertemuan antar staf puskesmas untuk membandingkan
rencana kerja bulan yang lalu dengan hasil kegiatan.Bila
ditemukan masalah, dibahas dan dipecahkan serta kemudian
disusun rencana kerja bulan berikutnya oleh setiap petugas
puskesmas.
Adapun tujuan dari diadakannya lokakarya mini bulanan
antara lain :
a) Disampaikannya informasi hasil rapat dinas bulan yang lalu
di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dari hasil rapat di
Kecamatan.
b) Disampaikannya laporan hasil kerja bulan yang lalu dari
setiap petugas dengan dukungan data.
c) Dibahasnya dan dipecahkan bersama masalah pelaksanaan
kegiatan petugas bulan lalu dan masalah tingkat kepatuhan
terhadap standar pelayanan kesehatan serta standar prosedur
kerja (SOP) manajemen sumber daya, kemudian disusun
rencana kerja bulan yang akan datang.
d) Diadakan monitoring secara terpadu pendekatan sistem
dengan mencatat secara urut yang direncanakan bulan yang
lalu mengenai cakupan/mutu, frekuensi pelayanan serta alat
dan obat yang dibutuhkan, dibandingkan hasil nyata dari
cakupan/mutu, frekuensi serta obat dan alat yang dipakai
sehingga diketahui kesenjangan atau masalah.
e) Disepakati rencana kerja bulan depan untuk setiap petugas.
2) Lokakarya Mini Triwulan
Lokakarya mini triwulan, pada dasarnya sama saja dengan
lokakarya mini bulanan. Perbedaannya hanya terdapat pada waktu
serta peserta yang terlibat. Lokakarya mini triwulan dilakukan
sebagai penggerakan pelaksanaan dan monitoring kegiatan
puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral dan mitra lain
puskesmas di kecamatan sebagai wujud tanggung jawab
puskesmas. Forum tersebut dapat dimanfaatkan puskesmas dalam
mencari dukungan terhadap pemecahan masalah yang ditemui
selama kegiatan dalam mewujudkan visi puskesmas.Lokmin
triwulan ini dilakukan setiap tiga bulan.
Lokakarya mini triwulan juga diselenggarakan dalam dua tahap,
yaitu lokakarya mini triwulan yang pertama dan lokakarya mini
triwulan rutin. Penyelenggaraan dilakukan oleh camat dan
puskesmas di bantu sektoral di kecamatan.
Tujuan Lokakarya Mini Triwulan antara lain :
a) Dibahas dan dipecahkannya secara bersama lintas sektoral
masalah dan hambatan yang dihadapai.
b) Dirumuskannya mekanisme/rencana kerjasama lintas sektoral
yang baru untuk triwulan yang akan datang.
Langkah-langkah penyelenggaraan Lokakarya Mini Triwulan
sebagai berikut :
a. Persiapan
Tahapan persiapan berupa pendekatan kepada camat,
pendekatan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, serta
persiapan pertemuan lokakarya oleh tim puskesmas.
b. Pelaksanaan
Adapun pelaksana Lokakarya Mini Triwulan ini yaitu :
(1) Pimpinan/pengarah yang dalam hal ini adalah camat.
(2) Peserta yang terdiri dari kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota atau stafnya, institusi pemerintah dari
sektor lain, lembaga swadaya masyarakat serta
organisasi swasta.
Penyelenggaraan Lokakarya Mini Triwulan dilakukan
sebagai berikut :
a) Masukan
(1) Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan
dan didukung sektor terkait.
(2) Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing
sektor dalam pelaksanaan program kesehatan.
(3) Pemberian informasi baru.
b) Proses
(1) Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan
program kesehatan.
(2) Analisis hambatan dan masalah dukungan dari
masing-masing sektor.
(3) Merumuskan cara penyelesaian masalah.
(4) Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan
termasuk triwulan baru.
c) Keluaran
(1) Rencana kerja triwulan yang baru.
(2) Rencana kerja terpadu lintas sektoral yang baru
secara tertulis.
(3) Kesepakatan bersama.
c. Pengawasan, Penilaian dan Pertanggungjawaban (P3)
Pengawasan, penilaian dan pertanggungjawaban adalah
proses memperoleh kepastian terhadap kesesuaian penyelenggaraan
dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencana dan peraturan
perundang-undang serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk
terselenggaranya pengawasan dan pertangguang jawab dilakukan
kegiatan sebagai berikut :
1) Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan
internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara
melekat oleh atasan langsung. Pengawasan eksternal dilakukan
oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai
intitusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek
administratif, keuangan, dan teknis pelayanan.
2) Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran.
Kegiatan yang dilakukan mencakup :
a) Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan
dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana
tahunan dan standar pelayanan. Sumber data yang
dipergunakan pada penilaian adalah sumber data dari
simpus berupa data primer, dan sumber data dari hasil
pemantauan bulanan dan triwulan sebagai data sekunder.
b) Menyusun sarana peningkatan penyelenggaraan kegiatan
sesuai dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang
ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.
3) Pertanggung Jawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, kepada puskesmas harus
membuat laporan pertanggung jawaban tahunan yang mencakup
pelaksanaan kegiatan, serta perolehan dan penggunaan berbagai
sumber daya termasuk keuangan. Laporan tersebut disampaikan
kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota serta pihak-pihak terkait
lainnya, termasuk masyarakat melalui Badan Penyantun
Puskesmas (BPP).
Untuk terselenggaranya proses pengawasan, pegendalian dan
penilaian instrument yang dikembangkan di puskesmas adalah :
a) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Pemantauan wilayah setempat dilakukan oleh setiap
program puskesmas untuk mengetahui apakah program
yang dilaksanakan pada bulan tertentu telah berjalan sesuai
yang diharapkan atau belum. Dengan membandingkan
pencapaian kegiatan bulan lalu, selanjutnya dipergunakan
untuk menyusun langkah kegiatan yang dilakukan pada
bulan berikutnya. Pemantauan wilayah setempat
berguna untuk melihat trend hasil kegiatan perbulan selama
3 bulan dengan membandingkan target yang diharapkan
atau ditetapkan. PWS diarahkan secara cepat, wilayah mana
yang sudah maju dan mana yang belum, mengapa demikian
serta tindakan apa yang perlu dilakukan untuk segera
memperbaikinya. PWS harus dimanfaatkan untuk
memberikan informasi serta motivasi para pimpinan
wilayah di semua tingkat administrasi secara periodik.
b) Laporan tahunan puskesmas.
c) Penilaian kinerja puskesmas sebagai pengganti stratifikasi.
Ruang lingkupnya adalah manajemen puskesmas,
pencapaian hasil cakupan (output) dan mutu pelayanan
(outcome) dari kegiatan puskesmas yang telah ditetapkan
tingkat kabupaten. Hasil kegiatan puskesmas yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan baik di dalam gedung
maupun di luar gedung.

2.1.10 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS )


a. Pengertian Simpus
Sistem informasi manajemen puskesmas merupakan suatu
aplikasi manajemen puskesmas yang fungsi utamanya adalah
memanage semua data pasien mulai dari pendaftaran, registrasi,
pemeriksaan (diagnosis) serta pengobatan pasien tersebut, kemudian
data-data yang sudah diinput ditampung kedalam sebuah database yang
nantinya akan dikategorikan sesuai dengan parameter untuk kebutuhan
laporan seperti laporan kunjungan harian, cara pembayaran, jenis
penyakit serta laporan lainnya yang sebagaimana dibutuhkan di dalam
manajemen puskesmas.
Sistem informasi manajemen puskesmas adalah suatu tatanan
manusia/peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu
proses manajemen puskesmas mencapai sasaran kegiatannya.
Simpus adalah perangkat lunak yang dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan puskesmas dalam mengelola data-data yang
dimiliki untuk melihat profil pasien, membantu mencari data-data untuk
pelaporan serta mendukung berbagai keputusan dengan melihat dan
menganalisa data-data yang dimiliki puskesmas. Sistem informasi yang
tepat dan didesain secara khusus akan sangat membantu untuk
mengelola data puskesmas serta untuk mendukung berbagai keputusan
baik level puskesmas atau level atasnya lagi.
Simpus sendiri memiliki peran penting karena Sistem Kesehatan
Daerah (Sikda) tidak akan berjalan sebelum simpus beroperasi,
sehingga sosialisasi kepada pihak puskesmas sebagai penggunaaplikasi
simpus terutama petugas loket dan Balai Pengobatan (BP) yang akan
bertindak sebagai operator komputer di puskesmas mutlak diperlukan
agar sistem dikuasai dengan baik.
Dalam menunjang kemandirian puskesmas, simpus merupakan
sumber informasi utama. Simpus mempunyai tujuan untuk
meningkatkan kualitas manajemen puskesmas (perencanaan,
pergerakan, dan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan
penilaian) secara lebih berdaya guna dan berhasil guna melalui
pemanfaatan data dan informasi secara optimal yang diharapkan terdiri
atas :
1) Informasi yang berbasis masyarakat (Community Based Information)
informasi inilah yang akan memperkuat puskesmas untuk
mengetahui tuntunan akan pentingnya kesehatan, sehingga dapat
dikembangkan program spesifik puskesmas.
2) Informasi dasar berbasis fasilitas pelayanan (Faclity Based
Information) yang akan dimanfaatkan untuk pemantauan dan
evaluasi program yang dilakukan puskesmas.
b. Tujuan Simpus
1). Tujuan umum
Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih
berhasil guna dan berdaya guna melalui pemanfaatan secara
optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang.
2). Tujuan khusus
a. Dasar penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas ( PTP ).
b. Dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok
puskesmas melalui lokmin.
c. Dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok
puskesmas melalui PWS dan stratifikasi.
d. Mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan dan
pelayanan puskesmas.
c. Penyelenggaraan Simpus
1). Sumber Informasi :
a. Kartu pelayanan pasien, kartu kesehatan keluarga, registrasi
kunjungan, Laporan Kejadian Luar Biasa(KLB), dan laporan
bulanan sentinel.
b. Data informasi kependudukan, hasil kegiatan lintas sektoral
lainnya (BKKBN, Depdiknas).
2). Mekanisme Penyajian :
a. Data kegiatan dan
data penunjang lainnya diolah, disajikan dan diinterpretasikan
sesuai dengan petunjuk teknis program puskesmas.
b. Pengolahan,
analisis, interpretasi data dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan puskesmas dan pengelola program di semua jenjang
administrasi pelayanan.
d. Manfaat Simpus
Simpus memiliki beberapa manfaat, antara lain adalah :
1). Mempermudah dan mempercepat pelayanan (responsive).
2). Membakukan prosedur dan standar pelayanan (public services
standard).
3). Mendapatkan data dan informasi yang sahih atau valid
(accountable).
4). Dengan seketika saling terhubung antara semua pihak memantau
(transparent).
5). Mengurangi beban kerja petugas puskesmas dan dinas kesehatan
(efisien).
e. Pemanfaatan Simpus
Adapun pemanfaatan simpus di puskesmas yaitu :
1). Penyusunan rencana kerja.
2). Rencana tahunan.
3). Pemantauan dan evaluasi.
4). Prioritas pemecahan masalah.
f. Mekanisme Simpus
Simpus mempunyai beberapa mekanisme dalam pelaksanaannya,
antara lain sebagai berikut :
1). Data SP2TP diolah, disajikan dan diinterpretasikan sesuai pedoman
dari masing-masing program yang ada.
2). Pengolahan, analisis interpretasi serta penyajian dilakukan oleh
pengelola kegiatan (setiap jenjang/program).
3). Informasi yang didapat dari pengolahan dan interpretasi dari
SP2TP dan sumber lain bersifat kualitatif dan kuantitatif.
g. Sumber Informasi Simpus
Puskesmas memiliki beberapa sumber informasi dalam
pelaksanaannya, antara lain :
1). SP2TP
SP2TP terdiri atas :
a) Catatan, kartu individu, rekam kesehatan keluarga dan buku
registrasi.
b) Laporan : mingguan, bulanan, tahunan dan KLB.
2). Survei lapangan.
3). Laporan lintas sektoral.
4). Laporan sarana kesehatan swasta.
2.2 Program di Puskesmas
2.2.1 Program Kesehatan Lingkungan
Program Kesehatan lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan
lingkungan puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman
melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum
termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta
masyarakat. Tujuan program ini adalah mewujudkan mutu lingkungan hidup
yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Program Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu Program Pokok
Puskesmas yaitu program kegiatan yang meliputi kegiatan survei perumahan
sehat, pengawasan jamban keluarga, pengawasan SPAL, pengawasan Akses air
bersih, pengawasan sampah, pengawasan tempat-tempat umum, pengawasan
TPM, pengawasan DAMIU, kunjungan klinik sanitasi dan peningkatan PSM serta
pencatatan dan pelaporan

2.3 Konsep Teori Masalah DAMIU


2.3.1 Pengertian Air Minum

Air minum adalah air yang telah memenuhi persyaratan kesehatan, melalui
proses pengolahan ataupun tidak melalui proses pengolahan tetapi dapat langsung
diminum oleh masyarakat (Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010).
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Republik Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis
Depot Air Minum Dan Perdagangannya, yang dimaksud dengan air minum adalah
sumber air baku yang telah diproses terlebih dahulu dan aman untuk diminum
oleh masyarakat.
2.3.2 Sumber Air Minum

Menurut Chandra (2006), air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus
berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang
bersih dan aman tersebut antara lain :
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
c. Tidak berasa dan tidak berbau.
d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah
tangga
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan.

Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air yang
dilayani oleh sistem perpipaan (PAM), air minum dalam kemasan (AMDK)
maupun depot air minum. Selain itu,air tanah dangkal dari sumur-sumur gali atau
pompa serta air hujan diolah oleh penduduk menjadi air minum setelah dimasak
terlebih dahulu. Di negara-negara maju, air PAM aman untuk langsung diminum,
sedang sumber air minum lainnya harus lebih dahulu disaring, atau melakukan
flluoridasi dengan flour. Seiring berkembangnya zaman, untuk memenuhi
kebutuhan akan air minum kebanyakan masyarakat beralih pada air minum isi
ulang. Harganya yang murah dan sifatnya yang praktis karena tanpa harus
dimasak lagi, membuat air minum isi ulang telah banyak diminati masyarakat
(Depkes RI, 2006).
Sumber air minum harus dijaga agar tidak tercemar kotoran manusia yang
merupakan sumber patogen penyebab penyakit. Karena itu sebelum ditetapkan
sebagai air minum, air harus memenuhi persyaratan sebagai air minum, dan harus
diketahui asal sumber airnya, dan cara pengolahan yang sudah dilakukan terhadap
air baku berasal dari sumber air tersebut (Soedarto,2013).

2.3.3 Jenis Air Minum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002


tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Jenis air minum
meliputi :

a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga


b. Air yang didistribusikan melalui tangki air
c. Air Kemasan
d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan air minum.

Air minum harus steril (tidak mengandung hama penyakit apapun) dan
harus memenuhi syarat agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Di
Indonesia standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri
Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 yang meliputi parameter fisika,
mikrobiologi, kimiawi dan radioaktivitas (Mulia,2005).

2.3.4 Syarat Kualitas Air Minum

Air minum yang diperlukan untuk konsumsi masyarakat harus memenuhi


syarat fisik, kimiawi, bakteriologis/mikrobiologi dan radioaktivitas, sebab air
baku belum tentu memenuhi standar air minum.
Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi
Persyaratan Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum yang meliputi :

a. Parameter wajib
1) Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu: tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna (maksimal 15 TCU), suhu udara
maksimum ± 3ºC, dan tidak keruh (maksimum 5 NTU)
2) Persyaratan mikrobiologi
Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi kuman
Escherichia coli dan total bakteri coliform, sebab keberadaan bakteri
Escherichia coli merupakan indikator terjadinya pencemaran tinja
dalam air. Standar kandungan Escherichia coli dan total bakteri
coliform dalam air minum 0 per 100 ml sampel.
b. Parameter Tambahan
1) Persyaratan Kimia
Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan-bahan
kimia (organik, anorganik, pestisida dan desinfektan) melebihi ambang
batas yang telah ditetapkan, sebab akan menimbulkan efek kesehatan
bagi tubuh konsumen.
2) Persyaratan Radioaktivitas
Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan sinar α
melebihi 0,1 Bq/l (bequerel/liter), aktivitas β 1,0 Bq/l.

2.3.5 Depot Air Minum


a. Pengertian Depot air Minum
Depot air minum (DAM) adalah usaha yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual
langsung kepada konsumen (Permenkes RI, 2014). Proses pengolahan air
pada prinsipnya harus mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik
fisik, kimia maupun mikrobiologi.
Depot air minum harus menjamin standar baku mutu atau
persyaratan kualitas air minum sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan serta memenuhi persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan
air minum (Permenkes RI, 2014).
b. Peralatan Depot Air Minum
Menurut Purba (2011), alat yang digunakan untuk mengolah air baku
menjadi air minum pada depot air minum isi ulang adalah :
1) Storage Tank
Storage tank berguna sebagai penampungan air baku yang dapat
menampung air sebanyak 3000 liter
2) Stainless Water Pump
Stainless Water Pump berguna sebagai pemompa air baku dari tempat
storage tank kedalam tabung filter
3) Tabung Filter
Tabung Filter mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu :
a) Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk
menyaring partikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau
jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.
b) Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk
menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.
c) Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter
merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa,
warna, sisa khlor dan bahan organik.
4) Mikro Filter
Mikro Filter merupakan saringan yang terbuat dari polyprophylene
yang berfungsi untuk menyaring partikel air dengan diameter 10
mikron, 5 mikron,1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk
memenuhi persyaratan air minum.
5) Flow Meter
Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir kedalam
galon isi ulang.
6) Lampu ultraviolet dan ozon
Lampu ultraviolet dan ozon berguna sebagai desinfeksi pada air yang
telah diolah.
7) Galon isi ulang
Galon isi ulang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menampung
atau menyimpan air minum didalamnya. Pengisian wadah dilakukan
dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat
pengisian yang higienis.
b. Proses Produksi Depot Air Minum
Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004
tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan
proses produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :

c. Desinfeksi
d. Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum
2.3.6 Hygiene Sanitasi Depot Air Minum
2.3.7 Personal Hygine Operator Depot Air Minum
2.3.8 Regulasi Perdagangan Depot Air Minum
2.3.9 Kualitas Bakteriologi dalam Air Minum

Anda mungkin juga menyukai