Efek - Biologi 2019
Efek - Biologi 2019
1
surya.Berdasarkan sumbernya, radiasi dapat dibedakan atas radiasi alam atau latar
yang sudah ada di alam sejak pembentukannya dan radiasi buatan yang
sumbernya dibuat oleh manusia dengan sengaja.Selama hidupnya manusia paling
besar menerima paparan radiasi dari alam khususnya gas radon.Sumber utama
radiasi alam adalah radiasi kosmik yang berasal dari benda langit di dalam dan
luar tata surya, radiasi terestrial yang berasal dari kerak bumi/tanah dan radiasi
internal yang berasal dari sejumlah radionuklida yang ada di dalam tubuh
manusia.
Interaksi radiasi pengion dengan materi biologis diawali dengan interaksi
fisikawi yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan
berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila
penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang
mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung
bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang
efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar
80% dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi
dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.
Paparan radiasi pengion pada tubuh dapat terjadi secara eksterna dan
interna.Paparan radiasi eksternal merupakan paparan yang terjadi bila ada jarak
antara sumber radiasi dengan individu terpapar.Sedangkan paparan radiasi internal
terjadi bila tidak ada jarak antara sumber radiasi dengan individu terpapar,
sehingga sering diistilahkan sebagai kontaminasi. Tingkat kerusakan yang
ditimbulkan pada tubuh sangat bergantung antara lain pada karakteristik jenis
radiasi yang mempunyai daya tembus dan tingkat ionisasi yang berbeda.
Semua zat radioaktif dan radiasi pengion dapat menimbulkan resiko
bahaya radiasi baik untuk kesehatan dan keselamatan manusia dan lingkungannya,
jika tidak dikendalikan dengan baik.Proteksi radiasi adalah suatu system untuk
mengendalikan bahaya tersebut dengan menggunakan peralatan proteksi dan
kerekayasaan yang canggih serta mengikuti peraturan proteksi yang sudah
dibakukan.Kemungkinan bahaya radiasi itu disebabkan penyinaran tubuh sebelah
luar (eksternal), jika sumber radiasi berada di luar tubuh dan mungkin disebabkan
penyinaran dalam tubuh jika sumber radiasi berada di dalam tubuh.
2
A. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas :
1. Efek Genetik (non-somatik) atau efek pewarisanadalah efek yang
dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi.
2. Efek Somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang
terpapar radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek
somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas :
o Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati
pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar
radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit),
luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat
dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.
o Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu
yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak
dan kanker.
B. Berdasarkan dosis radiasi
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi
dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministic (non-stokastik).
1. Efek Stokastik
Efek yang penyebab timbulnya merupakan fungsi dosis radiasi dan
diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi sebagai akibat
paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan
pada sel. Radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk
menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul
maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel
tetapi mengubah sel, sel yang mengalami modifikasi atau sel yang
berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh
yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses
modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi
secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan
muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan,
semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat
keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel
3
yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang
baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek
genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel
tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh
dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan
berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Maka dari itu dapat
disimpulkan ciri-ciri efek stokastik :
Tidak mengenal dosis ambang
Timbul setelah melalui masa tenang yang lama
Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi
Tidak ada penyembuhan spontan
Efek ini meliputi: kanker, leukemia (efek somatik), dan penyakit
keturunan (efek genetik).
2. Efek Deterministik (non-stokastik)
Efek yang kualitas keparahannya bervariasi menurut dosis dan hanya
timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek ini terjadi karena adanya proses
kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang
terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi
pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis
yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul
beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek
deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari
dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih
rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek
deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis
ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%. Maka dari itu dapat
disimpulkan ciri-ciri efek deterministic adalah :
Mempunyai dosis ambang
Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi
Adanya penyembuhan spontan (tergantung keparahan)
Tingkat keparahan tergantung terhadap dosis radiasi
4
Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak (efek
somatik)
5
Syarat paparan :
Hanya untuk radiasi foton
Elektron hasil interaksi foton dengan bahan seluruhnya berhenti di udara.
b. Dosis serap adalah perbandingan energy rata-rata yang diserap dari radiasi
pengion dalam bagian massa dm bahan.
c. Dosis ekivalen adalah dosis segala jenis radiasi pengion yang
menghasilkan efek biologis yang sama seperti yang dihasilkan oleh 1 R
energy radiasi sinar X atau gamma.
6
o Memperkecil waktu penyinaran
o Mengusahakan jarak dari sumber radiasi sejauh mungkin
o Menggunakan penahan radiasi
a. Faktor waktu
Perencanaan dan persiapan harus dilakukan dengan hati-hati agar waktu
penyinaran sependek mungkin.Hal ini memerlukan seorang pekerja tradisi yang
terlatih dan terdidik dan berpengalaman, sehingga dia terampil dan melaksanakan
pekerjaan pada waktu yang relative pendek namun tidak tergesa-gesa.
b. Factor jarak
Suatu sumber berbentuk titik akan memancarkan radiasi secara seragam ke
segala arah. Fluks radiasi pada jarak r dari sumber mengikuti hukum kebalikan
jarak kwadrat. Oleh karena ; laju dosis berhubung langsung dengan fluks, maka
laju dosis juga mengikuti hukum kebalikan jarak kwadrat. Hal ini hanya benar
jika sumebr radiasi berupa titik, dan mengabaikan penyerapan radiasi antara
sumber dan detector.Dalam pekerjaan radiografi diasumsikan sumber berbentuk
titik. Huku kebalikan kwadrat untuk dosis adalah :
D = k / r2
Dimana k adalah konstanta untuk sumber tertentu.
Apabila laju dosis Di pada jakar ri dari sumber dan D laju dosis pada jarak r dari
sumber, maka :
D1 r12 = D2 r22
D1 : D2 = (r1 : r2)2
Contoh :
Laju dosis pada jarak 2 m dari sumber gamma adalah 400/u Sv/jam. Hitung jarak
pada laju dosis 25/uSv/jam
Jawab :
Di.ri2 = D . r2
r2 = (400/52) x 22
r = 8 m
c. Penahan Radiasi
7
Metode ketiga untuk mengendalikan bahaya radiasi eksterna adalah
dengan menggunakan penahan radiasi.Metode ini yang biasanya lebih disukai,
oleh karena menciptakan kondisi kerja yang aman.Disamping itu factor waktu dan
jarak dapat dipantau terus menerus pada waktu pelaksanaan kerja, agar pekerja
radiasi dapat terjamin keselamatannya.
Jumlah penahan radiasi yang diperlukan bergantung pada macam tadiasi
aktivitas dan laju dosis.
1) Penahan Radiasi untuk partikel alfa
Partikel alfa adalah sangat mudah diserap, cukup dengan
menggunakan sehelai kertas tipis sudah cukup untuk menahannya.
Penahan radiasi untuk partikel alfa tidak ada masalah
2) Penahan Radiasi untuk partikel beta
Pertikel beta mempunyai daya tembus yang lebih besar dari alfa.
Jangkauan energy partikel beta biasanya terletak antar 1-10 MeV yang
memerlukan penahan radiasi setebal 10 mm prespex untuk menyerapnya
secara sempurna. Kadang-kadang radiasi diperlakukan secara sederhana
dengan menganggap bahwa partikel beta bahayanya tidak seperti gamma
dan netron. Tetapi harus diingat bahwa sumber beta pada jarak 3 mm
dengan aktivitas MBq menghailkan laju dosis kira-kira 1 Gy/jam.
Satu masalah penting yang harus diperhatikan dalam memilih
bahan penahan radiasi, untuk radiasi beta ialah radiasi bremstrahlung yang
dihasilkan pada waktu partikel beta diperlambat dengan cepat oleh atom-
atom penahan radiasi. Fraksi partikel beta yang dapat menghasilkan
bremstrahlung diperkirakan ZE/3000 Z adalah nomor atom penahan
radiasi dan E adalah energy pertikel beta dalam MeV. Hal ini berarti untuk
menahan pertikel beta harus digunakan bahan dengan nomor atom yang
kecil seperti alumunium dan Perspex untuk mengurangi keluarnya radiasi
bremstrahlung.
3) Penahan Radiasi untuk radiasi sinar X dan gamma
Apabila radiasi sinar X gamma melalui sesuatu bahan dan
mengalami pelemahan secara exponensial.Laju dosis yang disebabkan
oleh radiasi sinar x dan gamma sesudah melalui penahan radiasi.
8
1.5 Perencanaan Perisai Untuk Sinar X
Jenis-jenis perisai
Perisai untuk memberikan proteksi terhadap radiasi sinar X dapat dibagi
dalam 2 katagori ; Perisai Sumber dan Perisai Struktural.
Perisai sumber: biasanya dibuat oleh pabrik pembuat tabung, yaitu berupa
perisai timbal yang berfungsi sekaligus sebagai rumah tabung sinar X (X
Ray tube). Ada 2 jenis perisai pelindung untuk pesawat sinar X medis
yaitu :Jenis diagnostic, menggunakan perisai yang tujuannya untuk
mengurangi laju nilai sinaran (paparan) pada jarak 1 m dari sasaran
menjadi 100 mR/jam apabila tabung dioperasikan pada arus tabung
maksimum dan tegangan maksimum.
Jenis Terapi menggunakan perisai yang mengurangi laju nilai penyinaran
pada jarak 1 m dari sasaran menjadi 1000 mR/jam dan pada jarak 5 cm
dari permukaan rumah tabung menjadi 30.000 mR/jam apabila
dioperasikan pada arus tabung maksimum untuk tegangan tabung
maximum.Perisai structural : dirancang untuk memberikan perlindungan
terhadap berkas sinar guna, radiasi bocoran dan radiasi hamburan. Perisai
structural melingkupi baik rumah tabung dan tabungnya maupun ruang
tempat obyek disinari. Apapun bentuknya perisai struktural dirancang
untuk melindungi orang yang ada disekitar daerah radiasi tinggi, misalnya
orang disekitar ruang penyinaran.
Persyararatan perisai structural untuk suatu instalasi ditentukan oleh:
o Tegangan tabung maksimum yang mungkin digunakan
o Arus tabung maksimum yang mungkin digunakan
o Beban kerja (W), suatu ukuran yang berhubungan dengan jumlah
pemakaian pesawat sinar X. untuk tujuan desain, biasanya W
dinyatakan dalam mA menit per minggu.
o Factor guna (Use factor) U, yaitu bagian dari beban kerja kemana
berkas sinar sigunakan diarahkan.
o Factor pemakaian (Occupancy Factor), T, yaitu factor yang diperlukan
untuk mengalikan W untuk mengoreksi derajat atau jenis pemakaian
9
dari suatu daerah. Apabila data pemakaian yang memadai tak
diperoleh, harga T yang terdapat pada table dibawah ini dapat
digunakan dalam perencanaan perisai.
10
b) Pemonitoran lingkungan secara kontinya
Untuk mengetahuinya dipenuhinya ketentuan keselamatan kerja terhadap
radiasi maka perlu dilakukan surveyradiasi baik didaerah kerja maupun
dilingkungannyauntuk meyakinkan apakah kondisi kerja secara radiologi aman
dan tingkat paparan radiasi di daerah kerja dan lingkungannya tidak melampaui
NBD yang telah ditetapkan , sehingga kemungkinan bahaya radiasi eksterna
dapat dihindarkan.
c) Pemonitoran perorangaan
Pemonitoran perorangan tidak lain adalah suatu tindakan mengukur
penerimaan dosis perorangan secara kontinyu, menggunakan satu atau lebih
peralatan yang sesuai, misalnya dosimeter saku, film badge, dsb, yang selalu
menempel dibadan personil selama ia melaksankaan tugasnya. Dalam memilih
peralatan pemonitoran personil harus diperhatikan jenis dan energy radiasi
yang akan diukur.
Tujuan utama dari pemonitoran perorangan adalah untuk memperoleh
informasi mengenai penerimaan penyinaran seseorang.Disamping itu juga
untuk mengamati kecenderungan atau perubahan kebiasaan kerja seseorang
atau kebiasaan nilai keefektifan program pengawasan radiasi.
DAFTAR PUSTAKA
11
Wiryosimin, S. 1995. Mengenal Proteksi Radiasi.Bandung: Institut Teknologi
Bandung
12