Artikel Jurnal Penelitian Dr. Ratna
Artikel Jurnal Penelitian Dr. Ratna
PENDAHULUAN
bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk
pada dasarnya setiap orang berhak untuk sehat dan mendapatkan pelayanan
kesehatan.
hidup bersih dan sehat, memiliki kemampuan untuk hidup sehat, memiliki
585/MENKES/SK/V/2007).
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
kesehatan tingkat pertama belum ditingkatkan secara optimal. Sampai saat ini
kesehatan dasar atau disebut basic six yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes),
Kesehatan lingkungan (Kesling), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk KB,
(SDM). Oleh sebab itu, SDM terutama di sektor kesehatan memegang peranan
SDM juga menentukkan derajat kesehatan suatu negara yang dapat dilihat pada
bahwa kualitas sumber daya manusia sangat menentukan kualitas proses yang
Hal ini dapat diwujudkan apabila SDM mampu bekerja lebih baik dengan
Tuntutan pada masa kini, mengharuskan organisasi dan orang yang terlibat
di dalamnya bekerja dengan integritas yang tinggi. Begitu pula dengan organisasi
kerja dari tenaga kesehatan di Puskesmas merupakan output bagi fungsi kinerja
Puskesmas. Performa ini dilihat dari seberapa besar hasil cakupan pelayanan
yang baik dapat tercapai jika seseorang memiliki kemampuan, kemauan dan
2012). Pegawai yang merasa puas bekerja memiliki tingkat kehadiran dan
terkadang memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan pegawai yang tidak
puas bekerja (Handoko, 2001). Selain itu pegawai yang merasa puas cenderung
memiliki kinerja yang baik, memiliki tingkat kemangkiran yang rendah dan
keinginan yang rendah untuk pindah kerja (Robbins, 2008). Pegawai yang tidak
puas bekerja cenderung lebih sering melamun, kurang memiliki semangat dalam
bekerja, cepat mengalami kelelahan, cepat bosan, emosi tidak stabil dan
melakukan kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan (Wibisono, 2011).
Selain itu dampak yang ditimbulkan akibat ketidakpuasan dapat dilihat pada
(David, 2011). Hal tersebut menunjukkan kepuasan kerja merupakan aspek yang
penting untuk pegawai dan organisasi terutama karena mampu menciptakan suatu
perilaku kerja pegawai dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu, perilaku pegawai
dalam organisasi harus diarahkan untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
pegawai dalam organisasi (Tirtayana, 2005). Perilaku pegawai dalam bekerja pada
yang mampu memotivasi pegawai tersebut. Hasil yang didapatkan oleh pegawai
Kota Denpasar. Selain itu berdasarkan penelitian Putra (2014) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja
karyawan bagian office (non medis) Rumah Sakit Bogor Medical Centre.
paramedic di Rumah Sakit Cibabat Kota Cimahi. Hasil Penelitian Marsana dan
kerja, motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja, dan kepuasan
dibidang kesehatan, sehingga UPT Puskesmas Sindang Jaya dituntut harus bisa
kerjanya.
dibandingkan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini terlihat dari data bahwa 78,8%
kepuasan pegawai di UPT Puskesmas Sindang Jaya dalam bekerja masih belum
optimal. Apabila hal tersebut tidak dilakukan perbaikan dikhwatirkan akan dapat
masalah sebagai-berikut:
3. Isi pekerjaan (job content) belum tersosialisasi secara luas ke seluruh pegawai
Bandung.
Bandung.
Bandung.
simultan.
7. Untuk mengetahui dan mengkaji seberapa besar pengaruh motivasi kerja dan
1. Bagi Puskesmas
Sindang Jaya Kota Bandung untuk dapat dijadikan bahan evaluasi bagi
Jaya.
sumber kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas dalam
Puskesmas Sindang Jaya Kota Bandung”. Kajian dnalam tinjauan pustaka ini
akan dibagi ke dalam sub judul yang sesuai dengan pokok permasalahan yaitu
pelayanan agar tercapainya tujuan dari pelayanan itu sendiri yakni kepuasan
masyarakat.
melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer
pengorganisasian (organizing).
ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan
tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk
berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan
memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk
Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang
hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak
2.1.3. Kompetensi
tugas jabatan, sehingga tugas dan jabatan dilakukan secara profesional, efektif dan
1. Motif
2. Watak
informasi.
3. Konsep diri
nilai dan bayangan diri terhadap pekerjaan, tugas atau jabatan yang
4. Pengetahuan
memprediksi apa yang dapat mereka lakukan dan bukan apa yang akan
mereka lakukan.
5. Ketrampilan
mental.
2.1.4. Pengertian Kepuasan Kerja
adalah suatu efektivitas atau respon emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan.
Kepuasan bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya seseorang dapat relatif puas
dengan suatu aspek dan pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau lebih
aspek lainnya.
terjemahan Hadiana dan Molan (2009), kepuasan kerja terdiri dari 5(lima) dimensi
antara lain:
dari umpan balik tentang hasil kerja yang mereka lakukan. Pekerjaan yang
yang sesuai dengan harapan mereka. Mereka cenderung akan merasa puas jika
oleh pegawai bukanlah besarnya jumlah upah yang mereka terima, tetapi pada
c. Kondisi kerja
menyukai fisik yang aman dan nyaman. Secara umum, kondisi lingkungan
biasanya tidak terlalu berpengaruh terhadap kepuasan kerja selama tidak benar-
benar buruk.
sehingga sangat penting bagi mereka untuk memiliki rekan kerja yang
Robbins menambahkan suatu unsur yang cukup penting dan berperan dalam
kepuasan kerja, yaitu bahwa pegawai cenderung akan merasa puas jika ada
Puskesmas adalah penilaian sistematik tentang prestsi kerja, disiplin dan potensi
Motivasi
1. Kebutuhan
akan prestasi
2. Kebutuhan Kreitner dan Kinicki
akan Afiliasi (2001)
3. Kebutuhan
akan kekuasaan Kepuasan Kerja Kinerja Pelayanan
(Mc. Cleland, 1. Pekerjaan Kesehatan
1997 dalam 2. Gaji 1. Kuantitas
Mangkunegara, 3. Promosi pekerjaan
2011) 4. Penyeliaan 2. Kualitas
Michael
Zwell
5. Rekan Kerja pekerjaan
(2000) 6. Kondisi Kerja 3. Efektifitas kerja
Kompetensi
1. Motif 4. Kerjasama
(Robbins,
2. Watak
2009) Depkes (2000)
3. Konsep Diri
4. Pengetahuan Bogener
dan
5. Keterampilan Thomas
Robbins (2009), Luthans
(Spancer dan (1994) (2012) Gibson (2008)
Spencer, dalam
Palan, 2007)
METODOLOGI PENELITIAN
1. Variabel Independen
kompetensi.
2. Variabel Perantara
variabel yang sedang diteliti tetapi tidak dapat dilihat, diukur, dan
3. Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut sebagai variable output, kriteria. Dalam bahasa
Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
kesimpulannya.
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah semua pegawai UPT di Puskesmas Sindang Jaya Kota
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
sampling karena menurut Sugiyono (2012) jumlah populasi yang kurang dari 100
ini yaitu pegawai UPT Puskesmas Sindang Jaya sebanyak 48 orang yang terdiri
dari: tenaga medis 9 orang, paramedis 28 orang dan tenaga Tata Usaha 11 orang.
1) Data primer
obyek penelitian. Data primer ini diperoleh dari jawaban responden terhadap
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bandung berkaitan dengan
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti, dengan demikian data
yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti
pengukuran tetap dan konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan instrumen ukur yang sama.Uji validitas dan
sama dengan pasien di UPT Puskesmas Sindang Jaya Kota Bandung yaitu di UPT
Arcamanik.
berkaitan dengan sumber data yang dibutuhkan menggunakan kuesioner dan dari
a. Analisis Deskriptif
sampai pada scoring dan indeks, dimana skor merupakan jumlah dari hasil
perkalian setiap bobot nilai (1 sampai 5) dengan frekuensi (Sugiyono, 2011). Pada
tahap selanjutnya indeks dihitung dengan metode mean, yaitu membagi total skor
rentang
PanjangkelasInterval=
banyakkelasinterval
Dimana :
5−1
PanjangkelasInterval=
5
= 0.8
dengan 7 (tujuh) menggunakan alat analisis dengan analisis jalur (path analysis).
lainnya baik itu pengaruh yang sifatnya langsung atau yang tidak langsung.
BAB IV
Kerja Serta Implikasinya Pada Kinerja Pegawai Di UPT Puskesmas Sindang Jaya
Kota Bandung”. Untuk lebih jelas mengenai penelitian dapat dilihat pada sub-sub
merupakan salah satu bagian wilayah timur Kota Bandun dengan luas lahan
reliable.
yang terdiri dari medis yaitu dokter umum 9 orang, dokter gigi 2 orang, perawat
umum 7 orang, perawat gigi 1 orang, bidan 15 orang, petugas gizi 1 orang,
adalah 50 orang. Jumlah responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah 48
orang.
Keterandalan suatu alat ukur berarti kemampuan alat ukur tersebut untuk
mengukur gejala secara konsisten. Alat ukur data tetap menunjukan hasil ukuran
yang sama, walaupun digunakan oleh orang yang sama di tempat yang berbeda
atau orang lain pada tempat yang sama. Untuk mengukur tingkat keandalan alat
untuk menentukan suatu alat ukur dinilai andal atau tidak, dalam penelitian ini
digunakan acuan α>=0,7 sebagai criteria alat ukur yang digunakan adalah baik
(andal). Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dapat dilihat pada table berikut
:
Artinya hasil tersebut menunjukan nilai alpha cronbach lebih besar dari 0,700
persyaratan. Karena uji validitas dan uji reliabilitas menyatakan bahwa seluruh
variabel valid dan reliabel maka artinya instrument (kuisioner) yang digunakan
sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti
metode Kolmogorov smirnov dan metode Shapiro wilk. Konsep dasar uji dari uji
(yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal
diasumsikan normal. Jadi uji Kolmogorov smirnov adalah uji beda antara data
yang diuji normalitasnya dengan data normal baku, jika signifikansi di bawah
0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05
maka tidak terjadi perbedaan signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov smirnov
adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data
Tabel 4.11
Kepuasa
Motivasi Kompetens n Kerja Kinerja
(X1) i (X2) (Y) (Z)
N 48 48 48 48
sebagaimana tertera pada table 4.11 yang menunjukan uji normalitas data untuk
keempat variable penelitian yang sudah diuji sebelumnya secara manual dengan
uji Kolmogorov smirnov. Pengujian dengan bantuan SPSS berdasarkan pada uji
0,158, Y= 0,679 dan Z = 0,582 lebih besar dari nilai taraf signifikansinya, maka
data untuk mengukur variable penelitian menunjukan hasil yang signifikan atau
data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak ada
perbedaan antara data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal.
kompetensi, kepuasan kerja dan kinerja pegawai UPT Puskesmas Sindang Jaya
Kota Bandung.
1. Motivasi (X)
variabel motivasi yang diukur oleh enam pertanyaan dengan tiga dimensi
data didapatkan motivasi dalam kategori cukup (cukup baik) yaitu sebesar
3,2. Namun hal ini bisa ditingkatkan kembali terutama dalam hal persaingan
dalam meraih prestasi. Hal ini diperlukan agar para pegawai lebih termotivasi
yaitu sebesar 3,41. Namun hal ini bisa ditingkatkan kembali terutama dalam
program.
3. Kepuasan (Y)
variabel kepuasan yang diukur oleh enam pertanyaan dengan enam dimensi
dalam kategori tidak baik yaitu sebesar 2,58. Hal ini diakibatkan oleh
pernah dilakukan di puskesmas dan kondisi sarana dan prasarana yang tidak
memadai.
4. Kinerja (Z)
variabel kinerja yang diukur oleh sepuluh pertanyaan dengan enam dimensi
yaitu: kuantitas, kualitas, pengetahuan jabatan, kreatifitas, kerjasama,
kesadaran , inisiatif dan kualitas diri. Dilihat dari hasil penelitian melalui
kinerja dalam kriteria baik yaitu sebesar 3,43. Hasil 3,43 berada di kriteria
baik namun di batas bawah. Seandainya hal ini dapat ditingkatkan dengan
pelatihan akan tupoksi jabatan yang diemban maka kinerja pegawai dapat
meningkat pula.
Berikut ini akan diuraikan hasil analisis verifikatif variabel motivasi, kompetensi,
kepuasan kerja dan kinerja pegawai UPT Puskesmas Sindang Jaya Kota Bandung.
Dari hasil uji t antara motivasi (X1) terhadap kepuasan pegawai (Y) dapat
Y = 0,626X1 + 0,608
Dari hasil uji t antara variabel motivasi (X1) terhadap variabel kepuasan
pegawai (Y) dengan koefisien jalur sebesar 0,626, diperoleh t hitung 5,438 lebih
besar dari ttabel 1,684, dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 maka H0 ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian menurut Gomes (2003) dan
motivasi menjadi salah satu pertimbangan pegawai. Jika memiliki motivasi yang
tinggi, dapat disimpulkan bahwa pegawai juga memiliki kepuasan yang tinggi
dimana hal ini merujuk dari hasil penelitian ini.Hasil ini sesuai dengan penelitian
dengan tingkat usaha yang dilakukan seseorang dalam mengejar suatu tujuan.
mereka bekerja lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan Hasibuan (2004) bahwa
dapat bekerja sama, bekerja secara efektif dan terintegrasi yang bertujuan untuk
hubungan kerja yang baik serta meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap
cenderung akan merasa puas sehingga mereka akan berusaha memberikan hasil
masyarakat. Hal ini didukung oleh Handoko (2001) dan Hasibuan (2007) bahwa
motivasi pada pegawai pada dasarnya bertujuan agar pegawai tersebut merasa
pemberian pelayanan yang baik kepada pelanggan. Oleh sebab itu motivasi
memiliki peranan yang penting dalam mencapai kepuasan kerja pada pegawai
masyarakat.
Dari hasil uji t variabel kompetensi (X2) terhadap kepuasan pegawai (Y)
Y = 0,546 X2 + 0,701
maka semakin tinggi pula kepuasan pegawai dalam bekerja. Dari hasil uji t antara
jalur sebesar 0,546 diperoleh t hitung 4,422 lebih besar dari t tabel 1,684 dengan
dari modal intelektual dapat dilihat dari tiga aspek Kompetensi, yaitu: Intelektual,
(1994) bahwa “Kompetensi sebagai keahlian khusus yang dimiliki perusahaan dan
Selain itu hal ini didukung pula oleh hasil penelitian Manik, Wiarah
kerja atau karyawan dalam suatu organisasi atau institusi kerja, dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik faktor dari dalam karyawan itu sendiri maupun faktor
Hasil uji F antara variabel motivasi (X1) dan kompetensi (X2) terhadap kepuasan
Dari tabel F untuk tingkat signifikansi α = 0.05 dan derajat bebas (2;72)
diperoleh nilai Ftabel sebesar 3,20. Kriteria pengujiannya adalah, “tolak Ho jika
Fhitung> Ftabel”. Karena dari hasil pengujian diperoleh nilai Fhitung sebesar 21,03 dan
Ftabel sebesar 3,20 dimana Fhitung = 21,03> Ftabel = 3,20, maka pada α = 5%
bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara simultan antara
Sindangjaya sebesar 87,40%. Sedangkan pengaruh variabel lain yang tidak diteliti
sebesar 12,6%, artinya semakin baik motivasi dan kompetensi maka akan diikuti
pula oleh semakin baiknya Kepuasan Kerja Pegawai di UPT Puskesmas Sindang
Jaya.
kepuasan kerja. Selain motivasi juga hasil temuan ini sejalan dengan Mulyanto
dan Mini Setiyarti (2013) menunjukkan bahwa pengaruh kompetensi kerja secara
tidak langsung melalui kepuasan kerja dan signifikan terhadap kinerja. Hasil ini
sesuai aturan yang ada maka dapat menyebabkan kepuasan kerja pegawai semakin
sebagai hasil interaksi antara diri karyawan dengan pekerjaannya, situasi dan
kondisi kerja, lingkungan kerja serta kerjanya disebut sebagai kepuasan kerja
(Kartika dan Thomas, 2010). Sikap individu menanggapi pekerjaan yang dia
limpahkan, dapat dirasakan baik secara positif maupun negatif yang kemudian,
cermin dari perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan yang melibatkan aspek-
aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir,
Dari hasil uji t antara variabel kepuasan pegawai (Y) terhadap variabel
Z= 0,440Y + 0,806
pegawai akan meningkatkan kinerja pegawai. Dari hasil uji t antar variabel
kepuasan (Y) dengan variabel kinerja (Z) dengan koefisien jalur 0,440, diperoleh
Dari hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Timpe
(2004) yang menyatakan bahwa adanya hubungan sebuah kualitas yang kuat
antara kepuasan kerja untuk memberikan hasil yang optimal pada kinerja pegawai.
Dengan demikian pada penelitian ini dapat menguatkan hasil penelitian yang
beliau lakukan. Menurut Koter dan Hesket dalam Nurnaeni ( 2014) Kepuasan
kepuasan kerja memiliki hubungan positif dengan kinerja, artinya kepuasan kerja
yang tinggi akan meningkatkan kinerja pegawai. Hubungan tersebut akan kuat
bila pegawai tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, misalnya pekerjaan yang
menunjukan bahwa hubungan yang kuat terlihat pada pegawai dengan tingkat
pekerjaan yang lebih tinggi, misalnya untuk posisi manajerial. Menurut Timpe
(2004) kinerja sesorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam atau pegawai itu
sendiri, seperti sikap, perilaku, dan kemampuan pekerja sosial fungsional dapat
dari lingkungan pegawai, faktor ini dapat mempengaruhi kecakapan dan motivasi
pekerja sosial.
seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan
dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi
pekerja. Menurut konsep Value Theory, kepuasan kerja terjadi pada tingkatan
banyak orang menerima hasil, akan semakin puas. Dengan terciptanya kepuasan
kerja yang merupakan sikap positif yang dilakukan individual terhadap pekerjaan
bahwa antara kepuasan kerja dengan kinerja terdapat hubungan timbal balik. Di
pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain dapat pula terjadi kepuasan
kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang
sebuah studi yang dilakukan pada 366 pegawai di Rumah Sakit Anak Midwetern
menyatakan bahwa sebuah korelasi positif antara tingkat kepuasan kerja dengan
5.1. Simpulan
Pada Kinerja Pegawai UPT Puskesmas Sindang Jaya Kota Bandung”, maka dapat
yang diukur dengan dimensi motif, watak, konsep diri, pengetahuan dan
7. Pengaruh langsung motivasi (X1) terhadap Kepuasan kerja (Y) adalah sebesar
Kepuasan kerja(Y) melalui kompetensi (X2) adalah sebesar 9,20%. Jadi, Total
Pengaruh motivasi (X1) terhadap Kepuasan kerja (Y) adalah sebesar 48,39%.
terhadap Kepuasan kerja (Y) melalui motivasi (X1) adalah sebesar 9,20%.
Jadi, total pengaruh kompetensi (X2) terhadap Kepuasan kerja (Y) adalah
sebesar 39,01%.
9. Pengaruh Kepuasan kerja (Y) terhadap kinerja pegawai (Z) adalah sebesar
19,36%.
dan kompetensi (X2) terhadap kepuasan pegawai baik langsung maupun tidak
variabel yang diteliti yaitu sebesar 12,6% dengan koefisien jalur sebesar
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan di UPT
pembinaan sumber daya manusia di masa yang akan datang. Saran-saran tersebut
antara lain :
dimiliki.
pegawai.
kerja dan kinerja pegawai. Faktor tersebut dapat diteliti lebih lanjut oleh
hanya terdiri dari dua variable yaitu :motivasi dan kompetensi sedangkan
masih ada faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai seperti beban
sesungguhnya.