Anda di halaman 1dari 38

TUGAS MAKALAH

INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT SUGIONO HUSADA

BAYU SETIYAWAN (161141058)

DAVIED ARIEF P (161141036)

HELWA PUJI KURNIAWAN (161141038)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

STIKES WIDYA CIPTA HUSADA

KEPANJEN

2018
INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT SUGIONO HUSADA

Rumah Sakit Sugiono Husada merupakan rumah sakit bertipe B. Rumah


sakit ini berdiri di kabupaten Kepanjen Malang, Jawa Timur dan memiliki
instalasi radiologi yang cukup memadai. Yaitu terdiri dari pelayanan radiologi
konvensional 2 unit, CT-Scan, fluoroskopi, dan pelayanan ultrasonografi (USG).

1. Definisi Instalasi Radiologi

Radiologi adalah Ilmu kedokteran yang menggunakan teknologi


pencitraan untuk mendiagnosa dan pengobatan penyakit. Merupakan cabang
ilmu kedokteran yang berkaitan dengan penggunaan sinar-x yang dipancarkan
oleh pesawat sinar-x atau peralatan-peralatan radiasi lainnya dalam rangka
memperoleh informasi visual sebagai bagian dari pencitraan atau imejing
kedokteran (medical imaging).

Instalasi Radiologi adalah suatu ruangan untuk melakukan pelayanan


sesuai kebutuhan dan permintaan dari unit-unit kesehatan lain yaitu pencitraan
diagnostik. Unit-unit radiologi dapat pula melayani permintaan dari luar.
Dalam menjalankan pemeriksaan Intalasi Radiologi membutuhkan :
Tugas pokok masing-masing jenis tenaga adalah :
A. Dokter Spesialis Radiologi
a. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medik
radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi intervensional serta
melakukan revisi bila perlu.
b. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik, imejing
diagnostik dan radiologi intervensional sesuai yang telah ditetapkan
dalam SOP.
c. Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dan fluroskopi bersama
dengan radiografer. Khusus pemeriksaan yang memerlukan penyuntikan
intravena, dikerjakan oleh dokter spesialis radiologi atau dokter
lain/tenaga kesehatan yang mendapat pendelegasian.
d. Menjelaskan dan menandatangani informed consent / izin tindakan
medik kepada pasien atau keluarga pasien.
e. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radiodiagnostik,
imejing diagnostik dan tindakan radiologi intervensional.
f. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik, imejing
diagnostik dan radiologi intervensional sesuai kebutuhan.
g. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan
dilaksanakan.
h. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien.
i. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk mendapatkan
citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan
tingkat panduan paparan medik.
j. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau
intervensional dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan
sebelumnya.
k. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis.
l. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK Radiologi.
B. Radiografer
a. Mempersiapkan pasien, obat-obatan dan peralatan untuk pemeriksaan
dan pembuatan foto radiologi.
b. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan.
c. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP. Khusus
untukpemeriksaan dengan kontras dan fluoroskopi pemeriksaan
dikerjakan bersama dokter spesialis radiologi.
d. Melakukan kegiatan processing film (kamar gelap dan work station).
e. Melakukan penjaminan dan kendali mutu.
f. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan masyarakat di
sekitar ruang pesawat sinar-X.
g. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan
paparan yang diterima pasien sesuai kebutuhan.
h. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin.
C. Fisikawan Medik
a. Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data radiasi
untuk penggunaan klinik.
b. Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan radiasi.
c. Pengadaan prosedur QA dalam radiologi diagnostik, meliputi
pelaksanaan diagnosa dan terapi, keamanan radiasi dan kendali mutu.
d. Melakukan perhitungan dosis, terutama untuk menentukan dosis janin
pada wanita hamil.
e. Jaminan bahwa spesifikasi peralatan radiologi diagnostik sesuai dengan
keselamatan radiasi.
f. ”Acceptance test” dari unit yang baru.
g. Supervisi perawatan berkala peralatan radiologi diagnostik.
h. Berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus keberadaan
sumber daya manusia, peralatan, prosedur dan perlengkapan proteksi
radiasi.
i. Berpartisipasi dalam investigasi dan evaluasi kecelakaan radiasi.
j. Meningkatkan kemampuan sesuai perkembangan IPTEK.
D. Tenaga Teknik Elektromedis
a. Melakukan perawatan peralatan Radiologi diagnostik, bekerja sama
dengan Fisikawan Medis secara rutin.
b. Melakukan perbaikan ringan.
c. Turut serta dengan supplier pada tiap pemasangan alat baru atau
perbaikan besar.
E. Tenaga PPR
a. Membuat program Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
b. Memantau aspek operasional program Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
c. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan Proteksi Radiasi,
dan memantau pemakaiannya.
d. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di semua
tempat di mana Pesawat Sinar-X digunakan.
e. Memberikan konsultasi yang terkait dengan Proteksi dan Keselamatan
Radiasi.
f. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas Radiologi.
g. Memelihara Rekaman.
h. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan.
i. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dalam
hal kedaruratan.
j. Melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan operasi
yang berpotensi kecelakaan Radiasi.
k. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program Proteksi dan
Keselamatan Radiasi, dan verifikasi keselamatan yang diketahui oleh
Pemegang Izin untuk dilaporkan kepada Kepala BAPETEN.
l. melakukan inventarisasi zat radioaktif.
F. Tenaga Perawat
a. Mempersiapkan pasien dan peralatan yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan radiologi.
b. Membantu dokter dalam pemasangan alat-alat pemeriksaan dengan
bahan kontras.
c. Membersihkan dan melakukan sterilisasi alat.
d. Bertanggung jawab atas keutuhan dan kelengkapan peralatan.
G. Tenaga IT
a. Memasukkan dan menyimpan data secara elektronik dengan rutin.
b. Memelihara dan memperbaiki alat-alat IT.
H. Tenaga Kamar Gelap
a. Menyiapkan kaset dan film.
b. Melakukan pemrosesan film.
c. Mengganti cairan processing (cairan developer dan fixer).
d. Bertanggung jawab terhadap kebersihan ruang kamar gelap.
I. Tenaga administrasi
a. Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan yang
dilakukan di institusi pelayanan.

2. Struktur Organisasi Instalasi Radiologi

KA. Instalasi Radiologi


dr. Kakek Sugiono Sp.Rad

KA. Ruang Radiologi


Mia K, S.ST

Petugas Proteksi Radiasi Pelayanan USG


David Arif, S.ST dr. Helwa Puji Sp.Rad
dr. Marion J Sp.Rad

Administrasi
Wakanda S.
Pelayanan Foto Dengan
Kontras
Radiografer
Perawat Radiologi

Pelayanan Foto Non


Kontras
Radiografer

3. Denah Ruangan Instalasi Radiologi

KETERANGAN

1. Jalan Instalasi Radiologi


2. Ruang Tunggu Pasien
3. Asministrasi
4. Toilet Pasien
5. Ruang Kepala Ruang Instalasi Radiologi
6. Ruang USG
7. Ruang Konvesional
8. Ruang Dokter
9. Ruang Panoramic
10. Ruang Radiografer
11. Ruang Fluoroskopi
12. Ruang CT-Scan
13. Dapur/Pantri
14. Gudang Penyimpanan

Pendekatan yang dipakai dengan dalam menetapkan jenis dan luas ruangan
adalah :
- Fungsi ruangan/jenis kegiatan.
- Proteksi terhadap bahaya radiasi terhadap petugas, pasien, lingkungan.
- Efisiensi.

Persyaratan ruangan :

- Letak unit/instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan


gawat darurat, perawatan intensive care, kamar bedah dan ruangan lainya.
- Di setiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran
dan alarm sesuai kebutuhan.
- Suhu ruangan pemeriksaan 20-24◦C dan kelembaban 40-60%.
- Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.
Persyaratan ruangan, meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran/luas ruangan
yang di butuhkan sebagai berikut :

1. Ketebalan dinding.
Bata merah dengan ketebalan 25cm (duapuluh lima sentimeter) dan
kerapatan jenis 2,2g/cm3 (dua koma dua gram per sentimeter kubik), atau
beton dengan ketebalan 20 cm (dua puluh sentimeter) atau setara dengan 2
mm (dua milimeter) timah hitam (Pb), sehingga tingkat radiasi sekitar
ruangan Pesawat Sinar-X tidak melampaui batas dosis 1 mSv/tahun (satu
milisievert per tahun).
2. Pintu dan ventilasi.
- Pintu ruangan Pesawat Sinar-X dilapisi dengan timah hitam dengan
ketebalan tertentu sehingga tingkat Radiasi di sekitar ruangan Pesawat
Sinar-X tidak melampaui Nilai Batas Dosis 11 mSv/tahun (satu
milisievert per tahun).
- Ventilasi setinggi 2 (dua) meter dari lantai sebelah luar agar orang di
luar tidak terkena paparan radiasi.
- Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu berwarna
merah yang menyala pada saat pesawat dihidupkan sebagai tanda
sedang dilakukan penyinaran (lampu peringatan tanda bahaya radiasi).
3. Ruangan diliengkapi dengan sistem pengaturan udara sesuai dengan
kebutuhan.
4. Pada tiap-tiap sambungan Pb, dibuat tumpang tindih/overlapping.
5. Jenis dan ukuran ruangan :
a. Ruang penyinaran/ Ruang X-ray
- Ukuran ruangan : sesuai kebutuhan/besarnya alat.
- Ruang X-ray tanpa fluoroskopi, minimal:
 Alat dengan kekuatan s/d 125 KV : 4m (p) x 3m (l) x 2,8m (t)
 Alat dengan kekuatan >125 KV : 6,5m (p) x 4m (l) x 2,8m (t)
- Ruang X-ray dengan fluoroskopi : 7.5m (p) x 5,7m (l) x 2,8m (t)

b. Ruang CT Scan
- Ukuran : 6m (p) x 4m (l) x 3m (t)
- Dilengkapi dengan :
 Ruang operator
 Ruang mesin
 Ruang AHU/Chiller
c. Ruang Panoramic-cephalometri
Ukuran : 3m (p) x 2m (l) x 2,8 m (t)
d. Ruang Ultra sonografi/USG
 Ukuran : 4m (p) x 3m (l) x 2.7m (t)
 Dinding : terbuat dari batu bata, tanpa Pb
 Perlengkapan : meja/tempat tidur pemeriksaan, kursi pasien
e. Ruang Baca dan Konsultasi Dokter
- Terpisah dengan ruang pemeriksaan.
- Luas : disesuaikan dengan kebutuhan, minimal 2m (p) x1,5m (l) x
2,7 m (t)/ dokter spesialis radiologi dan dapat menampung :
 1 buah meja kerja
 2 buah kursi
 1 buah lemari
- Perlengkapan : light box
f. Ruang CR dan PACS
- Ukuran: mnimal 3m (p) x 3m (l) x 2,7m (t)
- Dapat menampung : a. Tempat printer
b. Tempat processing
c. Tempat rekam medis elektronik
g. Ruang ganti pakaian
- Ada disetiap ruang pemeriksaan.
- Luas : disesuaikan dengankebutuhan, minimal 1m (p) x 1,5m (l) x
2,7m (t) dan dilengkapi dengan lemari baju/locker.
h. WC
- Ada di ruang fluoroskopi, CT scan, BNO/IVP, USG
- Ukuran : minimal 1,5m (p) x 1m (l) x 2,7m (t)
i. Ruang persiapan tindakan (khusus untuk rumah sakit kelas A dan
rumah sakit kelas B)
- Ukuran : minimal 2m (p) x 2m (l) x 2,8m (t)
- Dilengkapi dengan :
 Tempat tidur
 Oksigen
 Emergency kit
 Ac
 Tempat pencucian alat
- Untuk sarana pelayanan kesehatan lain: disesuaikan dengan
kebutuan.
j. Gudang untukfilm dan non film
Ukuran, suhu dan kelembaban disesuaikan dengan kebutuhan.

k. Ruang lain :

- Loket/ruang informasi, ruang diskusi, ruang jaga (dokter, radiografer,


perawat) dan pantry : disediakan untuk rumah sakit kelas A dan B.
Sarana pelayanan kesehatan lainya disesuaikan dengan kebutuhan.

- Ruang tunggu pasien ada di semua jenis sarana pelayanan kesehatan.

4. Perizinan Instalasi Radiologi

No. Dok:
BADAN PENGAWAS TENAGA 01/Form.02/DPFRZR
Halaman:
NUKLIR
11dari 38
FORMULIR PERMOHONAN IZIN
Pesawat Sinar–X Diagnostik dan
Intervensional

Jenis pesawat sinar-X Status izin


Radiografi Umum Baru
Radiografi Mobile Perpanjangan
Pesawat Gigi Kadaluarsa
Fluoroskopi Konvensional No. Izin:
Fluoroskopi Intervensional
Mamografi
CT-Scan Perubahan Izin
Mobile Station (radiografi dalam No. Izin
mobil)
Mobile station (mamografi dalam
mobil)
1. DATA PEMOHON IZIN
Nama pemohon :
Jabatan :
Nama badan hokum :
Alamat badan hokum :
Kabupaten/kotamadya : Kode pos:
Propinsi :
Telepon/fax : / Email:
Lokasi pemanfaatan (RS/ klinik / praktik dokter)

Nama RS/Klinik

Alamat RS/Klinik

Kabupaten/kotamadya

Kode pos:

Propinsi

:
Telepon/fax

: /

Email:

2. DATA TEKNIS PESAWAT


3.
Pesawat sinar-X

Tabung sinar-X(insert tube)

Merk

Merk

Tipe/model

Tipe/model

Nomor seri

:
Nomor seri

Kondisi maks

: kV mAs

Tahun produksi/instalasi: /

Pengadaan pesawat sinar-X

Alamat Importir/Penghibah:

Importir

Nomor izin

Hibah dari
:

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR


FORMULIR PERMOHONAN IZIN

Pesawat Sinar–X Diagnostik dan Intervensional

No. Dok:
01/Form.02/DPFRZR

Halaman:
15dari 38

4. DATA RUANG RADIOLOGI

Nama Ruang operator


:
ruangan
m x m x m x m x
Ukuran : Ukuran :
m m
Bahan : Bata Bahan dinding : Bata
Beton Beton
dinding
Triplek Triplek
Tebal : cm + mm Tebal cm + mm
:
dinding Pb dinding Pb
Penggunaan ruang sekitar
Kanan : Belakang :
Kiri : Atas :
Depan : Bawah :

5. DATA RUANG PENYIMPANAN (hanya diisi KHUSUS untuk


RADIOGRAFI MOBILE)

Nama
:
ruangan
Perisai radiasi mobile (harus ada)
Jumlah : unit
perisai
Ukuran : cm x cm x cm
perisai
Ukuran kaca : cm x cm x cm, mm Pb
Pb
6. PERSONIL

Fungsi1

Nama

Tempat/tgl lahir

Pendidikan terakhir

PPR / Nomor SIB

Dokter spesialis radiologi

1Cantumkan profesi pekerja radiasi, misalnya Dokter Spesialis radiologi, Dokter Bedah, Dokter
Spesialis jantung, Dokter gigi, dll
2
Dosimeter saku minimal 2 (dua) buah
Radiografer

7. PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI


8.

Jenis pemantau radiasi

Jumlah (unit)

Jenis peralatan proteksi

Jumlah (unit)

a. Film badge

a. Apron

b. TLD
b. elindung tiroid

c. Pocket dosimeter2

c. Pelindung gonad

d. Kacamata Pb

e. Sarung tangan

2
f. Tabir radiasi mobile

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

FORMULIR PERMOHONAN IZIN

Pesawat Sinar–X Diagnostik dan Intervensional

No. Dok:

01/Form.02/DPFRZR

Halaman:

19dari 38
5. SOP Pemeriksaan

RUMAH PEMERIKSAAN CT SCAN HEAD


No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:
SAKIT
01/IR/RSUD/2018 00 ½
NDANG
WARAS
Prosedur tetap Tanggal terbit Ditetapkan
Ka. Instalasi Radiologi
5 Juni 2018

dr.Kakek Sugiono Sp.Rad


NIP : 1411041035710
Pengertian Pemeriksaan CT Scan untuk mendapatkan gambaran irisan (cross
sectional) tranversal tubuh.
Tujuan Mengetahui kelainan detail dan anatomis dari tulang-tulang
maupun jaringan yang terdapat dalam kepala.
Kebijakan Pemeriksaan CT Scan tubuh dilaksanakan sesuai dengan prosedur.
Prosedur 1. Persiapan pemeriksaan
a. Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja
instruksi-instruksi yang menyangkut posisi penderita dan
prosedur pemeriksaan harus diketahui dengan jelas
terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media
kontras. Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan
dilakukan pada ruangan ber AC sebaiknya tubuh pasien
diberi selimut.

2. Teknik pemeriksaan
Pemeriksaan CT Scan menggunakan dua jenis potongan,
yaitu potongan axial dan coronal.
a. Potongan coronal
o Posisi pasien: posisi supine diatas meja pemeriksaan
dengan posisi tubuh dekat dengan gantry.
o Posisi obyek: Tubuh diposisikan sehingga mid sagittal
plane tubuh sejajar dengan lampu indicator horizontal. Untuk
kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder Lengan
pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Untuk
mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya di
fiksasi dengan sabuk khusus pada head holder dan meja
pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan
pasien.
b. Potongan axial
o Posisi pasien: pasien berbaring supine di atas meja
pemeriksaan. Kedua lengan di samping tubuh, kaki lurus ke
bawah. Posisi pasien diatur senyaman mungkin.
o Posisi obyek: Tubuh diletakkan tepat di terowongan
gantry, mid sagittal plane berada pada pertengahan meja. Mid
axial tubuh tepat pada sumber terowongan gantry.

3. Scan parameter
3.1 Kepala
a. Scanogram: kepala lateral
b. Range: range satu dari basis cranii sampai pars
petrosum dan range dua dari pars petrosum sampai
vertex.
c. Slice thickness: 2-5 mm (range satu) dan 5-10 mm
(range II).
d. FOV: 24 cm.
e. Gantry tilt: sudut gantry bergantung besar kecilnya
sudut yang terbentuk oleh orbito meatal line dengan
garis vertical.
f. 120 kV.
g. 250 mA.
h. Reconstruction algorithm: soft tissue.
i. Window width: 0-90 HU (otak supretentorial), 110-
160 HU (otak pada fossa posterior), 2000-3000 HU
(tulang).
j. Window level: 40-45 HU (otak supretentorial), 30-40
HU (otak pada fossa posterior), 1000-1500 HU
(tulang).
3.2 Thorax
a. Scanogram : Thorax AP
b. Range : Apeks paru-paru sampai diafragma
c. Slice Thickness : 5 - 10 mm
d. FoV : 30 - 50 cm
e. Gantry Tilt : Gantry tidak perlu dimiringkan (00)
f. kV : 137
g. mAs : 180
3.3 Abdomen
a. Topografi / topogram / scoutview
 AP view
 Length (Sesuaikan area scanning)
 Batas atas proc. Xipoideus
 Batas bawah Crista illiaca
 kV : 120, mAs : 500

 Pitch; 1 atau lebih rendah sesuaikan kompensasi total


waktu scanning.
 FoV : 350 – 500 mm
Unit terkait 1. Instalasi radiologi
2. Instalasi rawat jalan
3. Instalasi rawat inap
4. Instalasi gawat darurat
RUMAH PEMERIKSAAN RADIOLOGI KONVENSIONAL
SAKIT THORAX
No. Dokumen: No. Halaman:
NDANG
02/IR/RSUD/2018 Revisi: ½
WARAS

Prosedur tetap Tanggal terbit Ditetapkan


Ka. Instalasi Radiologi
5 Juni 2018

dr.Kakek Sugiono Sp.Rad


NIP : 1411041035710
Pengertian Adalah pemeriksaan untuk memperlihatkan struktur
morfologi maupun struktur tulang dan sendi dengan
menggunakan pesawat sinar x.
Tujuan Menjadi pedoman umum tentang tindakan dan langkah
melakukan pemeriksaan radiologi konvensional
ekstremitas agar didapatkan hasil yang baik sebagai dasar
menegakkan diagnosa yang tepat.
Kebijakan 1. Indikasi
Dyspneu, trauma, kelainan kongenital, tumor
dan kelainan lainnya.
2. Kontraindikasi
Ibu hamil
3. Administrasi
Pemeriksaan dilakukan apabila telah memenuhi
persyaratan administrasi.
4. Teknis pelaksanaan
o Untuk pasien yang gawat dan dibawa
dengan brankar, pemotretan langsung diatas
brankar.
o Jangan lupa dipasang kode R/L dan nomor
urut.
o Pada ibu hamil atau yang membantu pasien
dipakai lead apron.
Prosedur 1. Persiapan pemeriksaan
a. Petugas front office (FO) menerima pasien
dan memasukkan data ke computer.
b. Pasien dapat menyelesaikan administrasi
sebelum atau sesudah pemeriksaan dilakukan.
c. Pasien diarahkan menuju ruang tunggu
pemeriksaan dan petugas FO mengantar form
permintaan ke radiographer.
d. Radiographer memanggil pasien untuk
dilakukan pemeriksaan.

2. Posisi antero-posterior
a. Posisikan seluruh bagian thorax menempel
pada kaset di meja pemeriksaan dalam posisi
supinasi.
b. Pusat sentrasi diarahkan pada daerah cypoid
3. Posisi postero-anterior
a. Posisikan seluruh bagian thorax menempel
pada kaset di bucky stand dalam posisi erect.
4. Posisi lateral
a. Posisikan seluruh bagian thorax dalam
posisi lateral menempel meja. Pemeriksaan dalam
posisi supinasi.
b. Pusat sentrasi diarahkan pada daerah
pertengahan objek.
Petugas yang 1. Petugas front office (FO).
melaksanakan 2. Radiographer.
3. Dokter spesialis radiologi.
Alat 1. Pesawat sinar x konvensional.
2. Kaset.
3. Processing film (computed radiography).

RUMAH SOP PELAYANAN RADIODIAGNOSTIK


SAKIT ULTRASONOGRAFI (USG)
No. Dokumen: No. Halaman:
NDANG
03/IR/RSUD/2018 Revisi: 1/1
WARAS

Prosedur tetap Tanggal terbit Ditetapkan


Ka. Instalasi Radiologi
5 Juni 2018

dr.Kakek Sugiono Sp.Rad


NIP : 141104104135710
Pengertian Tata laksana pelayanan pemeriksaan USG dengan
menggunakan pesawat USG.
Tujuan 1. Mendapat pelayanan pemeriksaan USG
yang baik.
2. Mendapat hasil yang akurat sesuai kerangka
waktu yang ditetapkan.
3. Menyiapkan pasien agar kooperatif selama
pemeriksaan berlangsung.
Kebijakan 1. Pelayanan radiologi USG harus dengan
penjadwalan. Pelayanan penjadwalan dilakukan di
instalasi radiologi dengan menggunakan formulir
yang telah disediakan.
2. Pemeriksaan radiologi USG dilayani pada
hari Senin sampai Sabtu.
3. Hari Minggu atau hari libur nasional
instalasi radiologi tidak melayani pemeriksaan
radiologi kecuali pada kasus cito atau emergency.
Prosedur 1. Pasien mendaftar di loket instalasi radiologi
dengan membawa surat permintaan pemeriksaan
USG dari dokter pengirim.
2. Pasien dijadwalkan waktu pelaksanaan
pemeriksaan USG.
3. Jika diperlukan, pasien diinformasikan
tentang persiapan sebelum pemeriksaan USG
dilakukan.
4. Pada hari pelaksanaan USG:
a. Pasien dating ke loket instalasi radiologi.
b. Pasien mengambil nomer antrian
pemeriksaan radiologi.
c. Proses pengadministrasian di ruang USG.
d. Pasien menunggu panggilan pemeriksaan
USG di ruang tunggu instalasi radiologi.
e. Pasien dipanggil untuk dilakukan
pemeriksaan USG.
f. Pembuatan expertise hasil pemeriksaan
USG.
g. Pasien atau keluarga dapat mengambil hasil
pemeriksaan USG di loket instalasi radiologi.
Unit terkait Poli KIA, instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap,
instalasi gawat Darurat.

RUMAH SOP PELAYANAN RADIODIAGNOSTIK


SAKIT PANORAMIC
No. Dokumen: No. Halaman:
NDANG
04/IR/RSUD/2018 Revisi: 1/1
WARAS

Prosedur tetap Tanggal terbit Ditetapkan


Ka. Instalasi Radiologi
5 Juni 2018
dr.Kakek Sugiono Sp.Rad
NIP : 1411041035710
Pengertian Pemeriksaan radiologis dari gigi beserta rahangnya
yang berbentuk melengkung sehingga terlihat gambaran
yang lurus dari film.
Tujuan Untuk melihat keseluruhan gigi.
Kebijakan Pesawat panoramik dihidupkan atau dimatikan oleh
radiographer yang menjadi penanggung jawab ruangan
panoramik.
Prosedur 1. Naikkan saklar ON dari panel listrik dan tekan ON
pada saklarnya.
2. Tekan tombol ON pada pesawat.
3. Kemudian tekan RISET untuk panoramic dan TMJ.
4. Setiap pagi pesawat dipanaskan.
5. Perhatikan filter yang akan kita gunakan.
6. Untuk Panoramic dan TMJ yang bisa diatur hanya
KV.
7. Sedang Cephalometri KV dan Sec bisa diatur.
8. Pastikan tempat gigi pasien dalam keadaan bersih.
9. Pesawat siap digunakan.
10. Untuk mematikan tekan tombol OFF.
Tekan Off pada saklar dan turunkan / Off pada panel
listrik. 
Unit terkait 1. Instalasi radiologi
2. Poli gigi

RUMAH SOP PELAYANAN RADIODIAGNOSTIK


SAKIT FLUOROSKOPI KARDIOVASKULER
No. Dokumen: No. Revisi: Halam
NDANG
05/IR/RSUD/2017 an:
WARAS
1/1
Prosedur tetap Tanggal terbit Ditetapkan
Ka. Instalasi Radiologi
10 Juni 2018

dr.Kakek Sugiono Sp.Rad


NIP : 1411041041
Pengertian Fuoroskopi adalah tindakan pencitraan medis yang
digunakan oleh dokter untuk mengambil gambar dari
pembuluh darah dan untuk melihat video pergerakan
berbagai bagian tubuh di layar fluoresen secara langsung.
Tujuan 1. Dapat
memberikan informasi yang tidak bisa didapatkan oleh
dokter melalui tes lain.
2. Informa
si ini digunakan untuk menentukan tindakan yang tepat
dalam pengobatan atau untuk menentukan apakah perlu
dilakukan tindakan lebih lanjut dalam hal melakukan
tindakan yang memakai monitor.
Kebijakan Fluoroskopi digunakan untuk mendiagnosis penyakit lain
dalam bidang:
1. Gastroenterology
2. Ortopedi
Prosedur 1. Menjelaskan inform concern kepada pasien dan keluarga
pasien.
2. Memberitahukan bahwa ada persiapan khusus yang harus
dilakukan. Terdiri dari:
a. R
iwayat penyakit yang harus diberitahukan kepada
petugas radiologi.
b. R
iwayat alergi terhadap media kontras.
c. R
iwayat konsumsi obat-obatan.
d. H
arus puasa makan 6 sampai 8 jam sebelum
pemeriksaan. Dan hanya diperbolehkan minum air
putih saja hingga 2 jam terakhir sebelum pemeriksaan
dilakukan.
3. Sebelum pemeriksaan
dilakukan, pasien diberi obat-obatan yang menimbulkan
kenyamanan kepada pasien.
4. Petugas radiologi melakukan
tes denyut nadi terlebih dahulu. Dan bila denyut nadi
lemah maka pemeriksaan tidak boleh dilanjutkan.
Unit terkait 1. Instalas
i radiologi
2. Unit
rawat inap
SOP Pelayanan Radiologi

PERMINTAAN PELAYANAN PEMERIKSAAN


RUMAH SAKIT RADIOLOGI
NDANG NO. NO.REVISI HALAMAN
WARAS DOKUMEN
00 1/1
00.SPO.RAD.00

SPO (STANDART PROSEDUR TANGGAL Direktur


OPERASIONAL PEMERIKSAAN DI TERBIT
INSTALASI RADIOLOGI dr.Kakek
Sugiono Sp.Rad
11/06/2018
PENGERTIAN Pelayanan Radiologi adalah pelayanan
radiodiagnostik yang rutin dilaksanakan bagi
pasien Rawat jalan, Rawat inap,dan
pelayanan 24 jam bagi pasien Gawat
Darurat.
TUJUAN Sebagai pedoman dalam
menyelenggarakan pelayanan radiologi
KEBIJAKAN 1. Instalasi radiologi
memberikan pelayanan rutin
2. Instalasi radiologi
memberikan pelayanan Gawat
Darurat 24 jam
3. Petugas terbagi dalam 3 shift
selama 24 jam
PROSEDUR PEMERIKSAAN 1. Dokter melakukan
pemeriksaan terhadap pasien
2. Dalam hal diperlakukanya
pemeriksaan penunjang radiologi.
Dokter menuliskan jenis pemeriksaan
radiologi yang diperlukan pada
Rekam medik dan slip berobat pasien
3. Perawat menghubungi
petugas radiologi tentang permintaan
pemeriksaan Radiologi sesuai
instruksi dokter dalam hal pasien
keluarga setuju. Perawat IGD
membawa slip berobat pasien beserta
pasien ke unit Radiologi
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Radiologi
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Instalasi Rawat jalan
4. Instalasi Rawat inap
5. POLI
6. Alur Pemeriksaan Radiologi
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar pelayanan radiodiagnostik di
sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan radiologi sebagai bagian yang
terintegrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian
dari amanat undang-undang dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak
fundamental setiap rakyat dan amanat undang-undang no 23 tahun 1992
tentang kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, akan pelayanan
radiologi sudah selayaknya diberikan pelayanan yang berkualitas. Berdasarkan
undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan
dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Alur pelayanan pasien merupakan proses urutan pelayanan pasien di
rumah sakit sesuai kebutuhan pasien berdasarkan dengan ketentuan yang
berlaku. Tujuannya agar sejak awal pasien dan keluarga memperoleh
informasi serta paham terhadap tahapan dan prosedur pelayanan radiologi.
Pada saat pasien datang dari IGD, instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan
(Poli), puskesmas, kemudian pasien datang ke instalasi radiologi dengan
membawa surat permintaan dari dokter dan melakukan pembayaran di loket
pendaftaran serta untuk mendaftarkan nomor urutan pasien yang akan
dilakukan pemeriksaan X-Ray (Rontgen) atau USG. Waktu Tunggu
Pemeriksaan Radiologi maximal 20 menit dan Waktu Tunggu Expertise
maximal 20 menit. Setelah pasien selesai dilakukan pemeriksaan, pasien
menunggu hasil roentgen yang dibacakan oleh dokter.
Di bawah ini alur dari instalasi radiologi :
Pasien/Perawat datang dengan
membawa surat permintaan.

Surat permintaan
diterima dan diproses
oleh administrasi
7. Limbah

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang
Standar Operasional Limbah.

Pengertian Secara umum term “waste” ( bahan buangan ) menunjukkan


sesuatu yang tidak berguna, tidak terpakai, tidak dikehendaki
atau barang-barang yang dibuang dapat berbentuk padat, cair
atau gas.
Klasifikasi sampah puskesmas :
A.        Sampah medis :
Kering : tempat infus, kasa kering, Kapas, verband, pembalut
dan lain-lain bahan yang berhubungan dengan penderita, Jarum
suntik dan infuse, lancet, dak glas, objek gelas, spuit.
Basah : Sampah medis dengan kandungan air ( kapas basah,
kasa basah), handscoen
B.        Sampah non medis :
sisa-sisa makanan nasi, sayur, buah, kertas bekas, puntung
rokok, sampah kantor dll.
Tujuan Protap ini disusun sebagai acuan untuk :
o  Mencegah penyebaran infeksi kepetugas klinik yang
menanganinya dan masyarakat.
o  Melindungi petugas yang menangani sampah dari kecelakaan
yang tidak sengaja.
Memberikan lingkungan yang estetik.
Kebijakan o  Persyaratan SMM ISO 9001 : 2000
Buku Standart Asuhan keperawatan (instrumen evaluasi
penerapan SAK di RS. Depkes RI Dirjen Yanmed Direktorat,
RSU dan Pendidikan Th. 2005.
Prosedur A.     Sampah Medis :
1.      Petugas ruangan memasukkan sampah medik dari ruangan ke
dalam kantong plastik (sampah kering kecuali botol bekas obat
dan infuse set)
2.      Setelah 24 jam / pergantian shift atau sesudah kantong plastik
terisi sampah medik maksimal 2/3 bagian.
3.      petugas kebersihan mengambil sampah medis tersebut dan
memilah sampah tersebut dlaam sampah kering dan basah.
4.      Petugas memilah lagi untuk sampah kering dengan
memisahkan infuse set tersendiri terpisah dari sampah kering
yang lain.
5.      Petugas kebersihan mengikat kantong dengan rapat dan
mengangkut dengan trolly khusus ke insenerator.
6.      Petugas kebersihan membakar sampah kering kecuali infus
set di Incenerator.
7.      Petugas pengambil INfuse set mengambil pada petugas
kebersihan

Khusus untuk botol bekas obat:


1.      Petugas perawatan mengumpulkan botol bekas tersebut
dalam wadah khusus
2.      Petugas menggunakan botol bekas tersebut sebagai tempat
ced‫ي‬an darah untuk pengiriman pasien ke laboratorium
B.  Sampah Non Medis :
1.    Petugas ruangan memasukkan sampah non medik ke dalam
kantong plastik.
2.    petugas keperawatan menganti kantung plasta baru apabila
kantong plastik terisi sampah medik maksimal 2/3 bagian.
3.    Petugas kebersihan mengambil sampah tersebut dan memilah
sampah kering dan basah
4.    Petugas kebersihan membakar sampah kering langsung pada
tempat sudah disediakan
Petugas kebersihan membuang sampah basah ke TPA ( tempat
pembuangan akhir)
Unit terkait Bagian kebersihan/incenerator

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Pengelolaan limbah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
dilakukan terhadap limbah mulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber,
pengangkutan, penyimpanan serta tahap pengolahan akhir yang berarti
pembuangan atau pemusnahan.

Tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengelolaan


limbah dari tindakan preventif dalam bentuk pengurangan volume atau bahaya
dari limbah yang dikeluarkan ke lingkungan. Atau minimasi limbah. Beberapa
usaha minimasi meliputi beberapa tindakan seperti usaha reduksi pada sumbernya,
pemanfaatan limbah,daur ulang, pengolahan limbah, serta pembuangan limbah
sisa pengolahan.

1. Pemilahan Limbah
a. Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber yang terdiri
dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan dan dengan kandungan logam berat yang tinggi.
b. Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil
limbah adalah kunci pembuangan yang baik.
2. Tempat Penampungan Sementara
a. Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus
membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.
b. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis
harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak
lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-
lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.

3. Transportasi
a. Kantong limbah medis sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut
harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.
b. Pengangkutan limbah keluar rumah sakit menggunakan kenderaan khusus.
c. Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan manusia maupun
binatang.
d. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri
yang terdiri: Topi/helm, Masker, Pelindung mata, Pakaian panjang
(coverall), Apron untuk industri, Pelindung kaki/sepatu boot dan sarung
tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).

 Tata laksana penanganan limbah medis sesuai permenkes meliputi kegiatan


Minimisasi dan Pemilahan Limbah dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

1. Pengumpulan Limbah Medis

a. Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah


menggunakan troli khusus yang tertutup.
b. Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim
hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
2. Persyaratan Pewadahan Limbah Medis
Syarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain :
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya
fiberglass.
b. Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan limbah non-medis.
c. Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian
telah terisi limbah.
d. Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol atau karton yang aman.
e. Syarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box)
seperti botol, jeregen atau karton yang aman.
f. Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong
plastik yang telah di pakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut
tidak boleh digunakan lagi.
Sedangkan persyaratan yang ditetapkan sebagai tempat pewadahan limbah non-
medis sebagai berikut :

a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya
fiberglass
b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
c. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan
kebutuhan.
d. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut
supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang
pengganggu.

Anda mungkin juga menyukai