Anda di halaman 1dari 34

1

VISUAL

“Good Design
Will Help You
Sell More”
Ada dua kategori
pembaca komik. Yang
pertama suka dengan
tarikan garis ala komik
Jepang, yang kedua
suka dengan tarikan
garis ala komik Amerika.
Keduanya berbeda, jelas, bahkan untuk
kategori tema yang sama. Dan keduanya
punya fans pembaca yang berbeda juga.
Tapi bisa dikelompokkan menjadi tiga. Suka
komik Jepang, suka komik Amerika atau
suka keduanya.
2

Sisanya yang tidak suka sama sekali.

Secara umum, desain, selalu menjadi media


paling jitu untuk meningkatkan penjualan
suatu produk. Istilah bisnisnya, re-packaging.
Es teh dengan kantong plasting bening cuma
dihargai Rp 2000 maksimal. Tapi kalau diberi
wadah seperti gelas Starbucks bisa naik 5x
lipat menjadi Rp 10.000. Dan, konsumen tetap
membelinya.

Kenapa ya? Apa desain selalu


unggul seperti itu untuk
menaikkan penjualan suatu
produk?

Menuruta psycho-hacking, 95% keputusan


3

dibuat oleh otak reptil. Dan otak reptil berpikir


dalam visual. Yang artinya, jangan pernah
dijejali banyak kata-kata. Karena percuma.
Gak paham otak kita itu sebenarnya.

Pemicu pembelian selalu datang dari


desain. Entah itu bentuk wadahnya,
warnanya, logonya, sajiannya, semuanya
memiliki peran mendorong kita untuk membeli
sesuatu. Bayangkan kalau kamu beli es teh
dengan bungkus plastik bening dan tahu
harganya Rp 10.000. Apa yang kamu lakukan?

• Menolak untuk bayar

• Tetap bayar sambil ngomel

• Mencegah orang lain untuk ikut beli

Kebanyakan pebisnis memiliki kesalahan


ini. Desain tidak mendukung terjadinya
pembelian di harga tinggi karena produknya
4

tidak dikemas mewah, eh, nekat. Hasilnya


ya gak laku-laku. Atau kasus seperti ini.
Sudah dikemas semewah mungkin, tapi tidak
menargetkan konsumen yang punya daya
beli barang mewah. Duh, ya tetap aja nihil.

Kita paling senang


dirangsang secara
visual.

Entah ngerti atau gak memang sukanya


begitu. Ini juga kejadian hampir setiap
tahun di Jogja pas ada even atau pameran
seni budaya. Orang sebenarnya gak suka ke
museum. Karena memang desainnya tua.
Tapi kalau ke pameran seni, wah, rame sampai
tumpah-tumpah pengunjungnya.
5

Visual bisa berupa gambar dan video


namun paling efektif adalah mencoba
semuanya.

Dalam ilmu bisnis zaman old, siapa yang


berhasil paling sering tampil di televisi, dialah
yang memenangkan persaingan di kategori
produk tertentu.

Dan itu, otomatis.

Maka dari itu, pesaingnya akan mencari jalan


lain. Entah masang iklan di majalah atau
koran. Paling akhir di radio. Karena tidak
terlalu efektif mengikat perhatian konsumen.
Mempermudah visual dari suatu produk maka
meningkatkan penjualannya.

Sayangnya, visual yang menjual tidak selalu


6

yang tampak ramai, mewah, dan penuh.


Tidak jarang otak kita, sebagai otak reptil
cenderung memilih produk-produk yang
minimal desainnya. Karena kita merasa
percaya, merasa aman. Ini erat kaitannya
dengan fungsi utama otak reptil kita yaitu
memberi rasa aman.
7

EGOIS
Kita mementingkan diri sendiri bahkan dalam
situasi paling gawat. Secara tidak sadar, egois
itu juga muncul di kehidupan sehari-hari
begitu saja. Seperti jagung pop-corn yang
meletus. Pop! Dan kita menjadi waspada.

Rasa aman
Pebisnis yang mampu
dalam desain
itu mengambil menghadirkan rasa aman
alih cara dalam desainnya akan
pandang otak mampu menarik lebih
reptil kita banyak konsumen dari
setelah produk sebelumnya.
yang kita lihat
itu menawarkan
keuntungan yang bisa kita dapatkan.

Contoh unik nih,

saat kecil, kita begitu tertarik dengan es krim


8

yang berwarna cerah. Biasanya kita beli dari


penjual es di sekitar sekolah. Bisa di kantin
atau di luar sekolah atau di toko-toko terdekat.
Saat itu, otak reptil kita mengisyaratkan kalau
es krim itu aman. Sehingga kita tergerak untuk
beli setelah terpesona dengan warnanya yang
cerah. Apalagi teman-teman kita juga ikut
membelinya. Semakin tinggi nilai aman yang
ditangkap oleh otak reptil kita.

Namun saat beranjak dewasa,


kita mulai melihat berita dan
banyak kasus kejadian anak
sekolah dasar jatuh sakit akibat
meminum es krim berwarna cerah dan
mencolok itu. Isu pemakaian pewarna
tekstil menjadi kata baru di “kamus” otak
reptil kita. Sehingga, banteng pertahanan kita
akan meningkat dari sebelumnya. Dan kita
akan lebih waspada terhadap apa pun baik
makanan, minuman yang berwarna cerah dan
9

mencolok. Kita akan lebih memilih makanan,


minuman yang warnanya biasa saja.

Pebisnis yang paham akan sebisa mungkin


mencari cara memperlihatkan rasa aman itu.
Apa sih keuntungan buat konsumen?

1. Beli rumah di kompleks ini aman, soalnya


system RT-nya bekerja sama dengan
warga sekitar.

2. Beli baju merek ini aman, karena tidak lagi


dijauhi teman-teman karena ketinggalan
zaman.

3. Beli deterjen ini aman, karena tidak


khawatir lagi anak sakit dan bisa bebas
main di mana pun walau bajunya kotor.

Untungnya… Aman.

Rekap, pertama adalah visual dan kedua


10

adalah aman. Menghadirkan keduanya mampu


menaikkan penjualan. Mulaiterpikirkan ide-ide
marketing baru buat produkmu? Visualnya?
Egoisnya? Ulik yang mana saja boleh.
11

EMOSI

“Starbucks Isn’t Selling Coffee.


Instead, They’re Selling
Emotions”

Benarkah? Yes!
Startbucks tidak jualan kopi,
tapi jualan emosi. Apa emosi
yang Starbucks jual? Power,
Affiliation and Achievement.
Yang berarti, Starbucks
jualan emosi untuk merasa kuat, merasa
saling terhubung layaknya ikatan darah dan
emosi pencapaian.

Bingung ya? Begini. Tahu gak kalau


kebanyakan orang kantor yang merasa
sukses, pebisnis muda yang merasa sukses,
12

akan mampir ke Startbucks untuk beli kopi di


pagi hari mengawali rutinitas mereka? Sadar
ya. Padahal mereka cuma “merasa sukses”.
Belum tentu sukses beneran.

Itulah yang namanya emosi achievement.


Setelah mendapatkan kerja dengan gaji 5
juta rupiah perbulan, beli Starbucks menjadi
biasa dan mudah. Tapi tidak sebagian orang
merasa butuh beli itu. Tidak ada untungnya.
Tapi karena mereka merasa sukses itulah,
mereka butuh beli Starbucks. Karena
jualannya Starbucks itu. Jualan kopi mahal
di desain toko yang mewah sekaligus penuh
isinya dengan orang-orang berdasi.

Eits, belum berakhir. Tahu kenapa mereka beli


di Starbucks menurut emosi affiliation? Kalau
kamu sadar, setiap kita beli di Starbucks,
setidaknya nama kita akan mereka tulis
di wadah gelasnya. Entah nama itu benar
13

atau salah, itu sudah menarik emosi terikat


layaknya pertalian darah. Seperti saudara
kandung kalau ejek-ejekan mulai memanggil
nama dengan sebutan-sebutan yang salah.
Dan ya, Startbucks berhasil menjual emosi
itu pada konsumen.

Mulai logis ya? Tidak heran bagi


yang penulisan namanya salah
bakal mereka foto dan protes di
sosial media. Padahal itu adalah
bentuk marketing, tidak jarang
sengaja salah menuliskannya,
biar ada promosi gratis dari para
penikmat Starbucks.

Hm… Cerdas… Cerdas… Terakhir adalah emosi


power. Atau merasa kuat, merasa lebih
berdaya, lebih kaya, bisa beli kopi mewah
dibandingkan mereka yang cuma beli kopi di
warung.
14

Bukan maksud menyindir, tapi itulah


kenyataannya. Starbucks berhasil menjual
emosi ini tepat pada kalangan anak-anak muda
yang baru saja bekerja. Tidak ada manusia
yang mau derajatnya direndahkan. Untuk
itu, beli Startbucks bisa menaikkan derajat
atau power karena harganya mahal, desain
gelasnya menarik, tidak seperti kebanyakan
mereka yang beli kopi di warung. Walaupun,
rasanya bisa saja mirip.

Rasa kopi kayak apa sih? Gitu-gitu aja, kan?

Untuk itu, tentukan dulu emosi apa yang


ingin kamu sentuh dari konsumenmu, lalu
kamu bisa jualan emosi itu. Terkesan kejam
tapi ya memang begitu. Kita seperti sulit
menolak karena otak reptil yang bekerja. Otak
reptil kita menyukai emosi. Terutama emosi
yang cocok pada diri kita.
15

KONTRAS
Kita selalu bingung dihadapkan dengan
kata TERSERAH

Yang, mau makan di mana? Terserah! Maka


yang terjadi, kedua pasangan sejoli itu akan
berakhir di tempat makan yang tidak enak.
Mereka akan menyesalinya, karena telah
memutuskan ditengah-tengah.

Otak reptil kita selalu peka sama yang kontras.


Bedanya jelas. Hitam dan putihnya nyata.
Abu-abu itu gak jelas. Orang bisa bilang lebih
dominan ke warna hitam, tapi orang lain lagi
bilangnya cenderung ke warna putih. Jadi
mana yang benar?

Cerita singkat menarik ini saya temui di Mall.


Saat kita mau masuk ke pusat perbelanjaan
fashion dan salah masuk malah masuk
16

dari pintu etalase parfum, ada SPG yang


menyodorkan selembar kertas putih kecil
yang wangi. Mereka memberikannya pada
kita dan benar-benar harum aromanya.

Mereka telah melakukan kontras. Menawarkan


produk parfum cara baru tanpa perlu kita
berhenti sejenakdan bisa kita cium sambil jalan.
Ada before-afternya. Ada
pengalaman sebelum
kita ditawari dan
sesudah kita ditawari.
Pengalaman aroma.

Sayangnya, SPG yang


tidak proaktif tidak akan
mampu menarik minat kita untuk berhenti
dan tanya produk parfum itu. Sebaliknya,
kalau mereka mau sedikit proaktif dan bilang,
“selain wangi itu ada wangi lain loh, bisa
diambil kertas lainnya.” Maka siapa pun yang
17

akan kena penawaran itu akan berhenti dan


lebih lama mencoba aroma parfum yang
disediakan di sana.

Potensi pembelian akan meningkat drastis.

Untuk itu, buatlah sebuah produkyang memiliki


pengalaman berbeda yang jelas. Jangan
sampai konsumen malah berkomentar, “biasa
aja tuh” setelah memakai produk kita.

• Enak gak mie ayamnya? Ah, biasa aja.


Gurihnya kayak kurang.

• Gimana, kencang internetnya? Gak


ada bedanya sama paket yang kubeli
kemaren.

• Eh, kereta yang lagi heboh itu… Seru


gak? Aku naik sih, tapi rasanya mending
kereta eksekutif biasa deh.
18

Semakin konsumen mampu mendapatkan


pengalaman WAH setelah mencoba produk
kita, maka semakin mudah penjualan terjadi.
Bahkan mereka bisa merekomendasikannya
pada teman-temannya. Maka dari itu, kalau
pacarmu bilang TERSERAH, kamu tinggal
kasih pilihan tempat makan paling gak enak
di kotamu. Maka otomatis dia akan memilih
tempat makan yang enak tanpa perlu pusing-
pusing keliling kota gak jelas.
19

KONKRIT

100% Penjualan Terjadi di


Internet Karena Konsumen
Merasa “DEKAT”.

Eh, data dari mana itu? Itu… Ngawur. Haha.


Begini deh biar otak reptilmu gak nolak
data itu. Jadi ceritanya, kamu mau beli di
marketplace. Ada tuh tombol chat atau kolom
diskusi sebelum kamu memutuskan untuk
beli produk. Terus, kamu chat. Eh… Penjualnya
respon cepat! Apa yang terjadi? Ya, kamu beli
di toko itu dari pada di toko lain.

Kenapa? Karena kamu merasa konkrit!


Kamu merasa nyata, kamu merasa penjual
itu dekat, kamu merasa penjual itu perhatian
dengan masalahmu, kamu merasa penjual itu
20

gak melulu jualan tapi mencoba memahami


maumu apa.

Kembali dalam cerita lain. Di Jogjakarta, ada


salah satu toko komputer dan laptop yang
memiliki website. Saya mencoba mengetik
chat pada website itu, dan menunggu apakah
dibalas dalam kurun waktu kurang dari 30
menit. Karena saya mau tanya-tanya dulu soal
laptop terbaru. Mereka membalasnya bahkan
kurang dari 15 menit. Obrolan pun berlanjut.
21

Sampai dengan sadar dan merasa konkrit


saya bilang, “mbak, saya ke toko malam ini
ambil laptopnya!”

Kejadian ini bukan hal baru dan hal aneh.


Hanya saja malas dilakukan oleh pebisnis
karena merasa banyak orang tanya tapi tidak
kunjung terjadi pembelian. Ya, masalahnya,
membalas pertanyaan itu layaknya robot.
Seadanya, seperlunya, singkat, tidak ramah,
tidak mau mencoba mengerti konsumen.
Mereka merasa tidak konkrit, merasa kita jauh
dan malas menjawab pertanyaan mereka.

Dan konkrit ini tidak sebatas


pelayanan saja.

Apa pun yang NYATA bagi konsumen entah


itu visual (terutama ini ya), perkataan,
pelayanan, produk, maka mudah sekali
menaikkan omsetnya berkali-kali lipat.
22

Contoh toko komputer di Jogja itu bukan


omong kosong loh. Kamu bisa coba sendiri.
Tapi nama tokonya rahasia ya… Soalnya saya
gak diendorse. Hehehe.

Mereka Cuma Peduli Headline dan Tombol


Checkout! Hahaha.
23

AWAL DAN AKHIR

Ilmu psycho-hack keenam yang paling mudah


dipraktekkan bagi saya sendiri adalah ini.
Awal dan akhir. Buat sesuatu yang memikat
di awal dan memikat di akhir, maka transaksi
pembelian menjadi semulus pantat bayi.

Sebentar-sebentar… Emang… Ngasih awalnya


bagaimana?

Pernah datang dan beli ke showroom mobil


atau pameran mobil di suatu hall, mall atau di
mana pun? Apa yang Anda ingat?

Yak, benar! Anda akan ingat 1 dari 2 hal.


Pertama Anda akan mengingat SPG-nya
yang aduhai menggoda iman. Kedua Anda
akan mengingat uang Anda dari rekening
berpindah ke penjual di bagian transaksi saat
24

mengisi formulir. Hahaha.

Tapi itulah kenyataannya. Otak reptil kita


tidak dirancang untuk mengingat di tengah.
Makanya kalau pertanyaannya menjadi
seperti ini, Anda akan mudah ingat,

• Siapa nama mantan pacar p e r t a m a


kamu dan terakhir
kamu?

• Sebutkan nama merek


sepeda motor pertama
kamu dan terakhir
kamu?

• Sebutkanfilm di bioskop
yang kamu tonton di jam
tengah malam pertama
kali dan terakhir kali?
25

Mudah menjawabnya? Jelas. Seakan-


akan kita menjadi yang paling pintar dalam
semalam. Padahal, otak reptil yang bekerja
seperti itu. Kalau mau mengingat bagian
tengah, kita harus berjuang lebih keras dari
biasanya. Ini seperti saat kita sekolah pas
ngerjain ujian,

“Duh, pokoknya inget aja jawabannya kira-


kira 7 pake rumus pertama ini, tapi prosesnya
gimana ya?”

Ya, kan… Ngaku…

Dan dalam ilmu psycho-hacking


buat jualan, konsumen paling malas
disuruh mikir. Maunya disuapin. Tapi
nyuapinnya juga yang pas. Jangan
ngotot di tengah. Suapin di awal, tagih
biaya di akhir.
26

Ini juga mirip dengan headline jualan di


sosial media atau landing page. Headline
atau judul itu gak perlu bombastis. Asalkan
benefitnya sudah dijelasin duluan maka
otomatis konsumen bakal melihat langsung
ke akhir, mereka akan mencari penjelasan
cara mendapatkan benefit dari headline yang
kita tulis.

Misalnya nih, saya tulis begini pada Instagram


yang sudah diiklankan di facebook ads,
“punya tim reseller yang handal yang pasti
naikin omset bulan ini?”

Nah, apa yang ada dipikiranmu? Ya, otak


reptil bekerja untuk mencari tahu. Itulah
headline yang jelas menawarkan benefit.
Keuntungan yang saya tawarkan ada dua,
reseller yang handal dan naikin omset bulan
ini. Selesai deh, bakal banyak yang nanya-
nanya cara daftarnya, cara transfernya, cara
27

ikutan atau beli softwarenya, materinya,


workshopnya, dan lain-lain.
28

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG


Konsumen dulu
Konsumen lagi
Konsumen terus…

Ilmu psycho-hacking ini berpusat pada


konsumen. Tata surya kita adalah konsumen.
Matahari adalah konsumen. Kita cuma bulan
yang redup-redup. Hehe.

Tak kenal maka? Tak tahu. Semakin kenal


semakin? Sayang… Cie… Hehe, tapi itulah
fakta di lapangan tak terbantahkan.
Konsumen nyuekin produkmu karena kamu
tidak berusaha mendekati mereka untuk
mengenali mereka.

Sama aja kayak jualan kopi pahit ke bayi usia


3 tahun. Ya, ibunya bakal ngamuk lah. Gak
29

nyambung. Jadi yang perlu kamu hadirkan


adalah merasa nyambung dengan konsumen.

Untuk bisa merasa nyambung, ternyata bukan


dari kalimat penawarannya yang keren. Bukan
dari desainnya juga. Tapi dari produk
yang tepat kena di konsumen
yang tepat. Seperti orang
lagi nyari baterai jam
dinding, dia akan masuk
ke minimarket nyari
batu baterai. Bukan nyari
yang lain. Kita pun juga
sama. Biar jualan yang kita
hadirkan tepat sasaran, maka
sasarlah konsumen sesuai target.

Makanya…

• Pahami dulu mereka sukanya apa…


30

• Riset dulu kompetitormu itu kalau


nawarin kayak apa…

• Data dulu konsumenmu dari umurnya,


pekerjaannya, jenis kelamin, kayak
biodata gitu…

• Nawarin itu pakai Bahasa yang mereka


pakai, jangan ngomong sama remaja
pakai Bahasa bayi…

Pokok e, riset-riset-riset terus… Konsumen


aja fokusnya…

Sayangnya, banyak pebisnis tergesa-gesa


sama hal ini. Ya, buru-buru jualan dengan
keyakinan penuh jualan mereka sudah kena
target yang tepat. Eh, ujung-ujungnya masih
meleset juga. Karena kurang riset, produkmu
jadi terkesan maksa hadir di depan mata
mereka.
31

Riset paling mudah ya lewat kompetitor. Tanya


sama sebagian kecil konsumen yang lagi
atau sudah pakai produk itu, bisa juga riset
dari data ilmiah di Google, tentang konsumen
di tahun tertentu, jumlah orang yang gajinya
segini, jumlah banyaknya toko yang jualan
produk tertentu, dan lainnya. Biar apa? Biar
selamat jualanmu.

Pengalaman menarik lagi nih. Tidak perlu


menjadi yang pertama tapi setidaknya
menjadi yang kedua. Kalau kompetitor
mulai jualan, jangan buru-buru. Mending
pantau terus konsumennya kayak apa. Kalau
rame, berarti marketnya (pasarnya) sudah
terbentuk. Berarti ada konsumennya dan
mereka sudah melakukan risetnya duluan.
Ya, kita tinggal ikutin aja. Huehehe.

Gampang ya psycho-hacking ini? Banget!


Terlebih gampang kalau praktek lagi. Sedikit-
32

sedikit dipraktekkin biar makin maknyusss


jualannya…

Dan ini baru 7 dari 80 lebih teknik psyho-


hacking yang bisa kamu praktekkan khusus
untuk jualanmu. Bayangkan dari 7 ini saja,
pandanganmu sudah terbuka, otak reptilmu
sudah mengira-ngira teknik apalagi yang
bisa segera dicoba, dan ide-ide baru mulai
meluncur dengan deras…
33

Ya, kalau kamu mau teknik sisanya, bisa


langsung pesan di...

Mbak Maya
(klik nama)

BONDAN SATRIA NUSANTARA

-Penulis Laku Keras!

Anda mungkin juga menyukai