TUGAS 1-Makalah Ilmu Gizi
TUGAS 1-Makalah Ilmu Gizi
Dosen :
Dra. Riszqie Aulia M. Kes
Disusun oleh:
Mafaza Nur A. 17511241005
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Ilmu Gizi tentang Perkembangan Status Gizi Bayi-Balita Di Indonesia
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses pembuatan penulis makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima
masukan,saran,dan usulan guna penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Pengertian Stunting.............................................................................................3
B. Pentingnya Pemberian ASI Terhadap Gizi Bayi-Balita.....................................6
C. Status Perkembangan Gizi Bayi – balita Terkait Pemberian ASI di
Indonesia....................................................................................................................6
D. Upaya Pemerintah dalam Peningkatan Gizi Bayi-Balita....................................8
BAB III PENUTUP.....................................................................................................12
A. Kesimpulan........................................................................................................12
B. Saran.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stunting ?
2. Apa pentingnya pemberian ASI terhadap gizi bayi-balita?
3. Bagaimana status perkembangan gizi bayi-balita terkait pemberian ASI di
Indonesia ?
4. Apa saja upaya pemerintah dalam peningkatan gizi bayi – balita ?
C. Tujuan
1. Mengetahui stunting dan faktor penyebab stunting.
2. Mengetahui dan memahami pentingnya pemberian ASI pada bayi-balita
terhadap gizi bayi-balita.
3. Mengetahui status perkembangan gizi bayi-balita terkait pemberian ASI di
Indonesia.
4. Mengetahui upaya pemerintah dalam peningkatan gizi bayi – balita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. Seperti masalah gizi
lainnya, tidak hanya terkait masalah kesehatan, namun juga dipengaruhi
berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan.
Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada
kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu
Menyusui, dan Anak 0-23 bulan, karena penanggulangan balita pendek yang
paling efektif dilakukan pada 1.000 HPK. Periode 1.000 HPK meliputi yang
270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi yang dilahirkan
telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas
kehidupan. Oleh karena itu periode ini ada yang menyebutnya sebagai "periode
emas", "periode kritis", dan Bank Dunia (2006) menyebutnya sebagai "window
of opportunity". Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada
periode tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan
otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme
dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat
ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk
munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh
darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang
tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.
Upaya intervensi tersebut meliputi:
1. Pada Ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik,
sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah
mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan
tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat
tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu
harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
4
2. Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6
bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif)
3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun
atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, imunisasi dasar
lengkap.
4. Memantau pertumbuhan Balita di posyandu merupakan upaya yang sangat
strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan
Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam 1.000
HPK, namun status gizi remaja putri atau pra nikah memiliki kontribusi
besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila
remaja putri menjadi ibu.
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap
rumah tangga termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan
fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBS menurunkan
kejadian sakit terutama penyakit infeksi yang dapat membuat energi untuk
pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi,
gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan.
Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan
oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu
dengan yang lainnya.
Ada beberapa faktor utama penyebab stunting (UNICEF, 2007) yaitu :
a. Asupan makan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi
dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan
air)
b. Asupan ASI ekslusif kurang
c. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
d. Riwayat penyakit (UNICEF, 2007).
5
B. Pentingnya Pemberian ASI (Air Susu Ibu) Terhadap Gizi Bayi-Balita
Air Susu Ibu merupakan sumber gizi yang paling sempurna, baik
kualitas maupun kuantitasnya dengan komposisi yang seimbang dan
disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI bukan sekedar sebagai
makanan melainkan juga sebagai suatu cairan yang terdiri dari sel-sel yang
hidup (seperti darah). ASI mengandung sel darah putih, antibodi, hormon,
faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan
virus. Menggunakan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan
tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6
bulan (Roesli, 2005).
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan tanpa makanan tambahan
sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan dan jika mungkin sampai usia 6
bulan. Pemberian ASI eksklusif sejak lahir pada anak akan mempengaruhi
masukan zat gizi anak sehingga pertumbuhan anak juga akan berpengaruh.
Dengan pemberian MP-ASI (Makanan Pengganti-ASI) dini maka konsumsi
energi dan zat gizi dari ASI akan menurun yang berdampak pada kegagalan
pertumbuhan bayi dan anak (Fikawati et al., 2015). Status gizi balita
merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orangtua. Perlunya
perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa
kurang gizi yang terjadi pada usia emas ini bersifat irreversible (tidak dapat
pulih) (Marimbi, 2010).
6
satu upaya yang ditempuh untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
yaitu dengan peningkatan status gizi masyarakat. Penilaian status gizi dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung, salah satunya pengukuran
antropometri (Budiyanto, 2002).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan
salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi
yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga
terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat
diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif
maupun kualitatif (Supariasa, 2001).
Status gizi erat kaitannya dengan pertumbuhan sehingga untuk
mengetahui pertumbuhan bayi, perlu memperhatikan status gizinya. Menurut
pendapat Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K),
status gizi Indonesia saat ini lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya cakupan ASI Eksklusif dan menurunnya angka Balita pendek
(stunting) di Indonesia.
Pemberian ASI eksklusif untuk bayi yang berusia kurang dari 6 bulan
secara global dilaporkan kurang dari 40%. Secara nasional cakupan ASI untuk
bayi sampai umur 6 bulan mengalami fluktuasi, hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan cakupan ASI eksklusif bayi 0-6
bulan pada tahun 2002 sebesar 40%, tahun 2007 sebesar 32%, dan tahun 2012
sebesar 42% (Roesli, 2005; Depkes, 2014).
Namun, sekarang dunia kini mengakui bahwa Lancet Breastfeeding
Series 2016 menyebutkan ASI Eksklusif kita meningkat dari sebelumnya 38%
(Riskesdas, 2013) naik menjadi 65%.
Sementara itu, keberhasilan lainnya adalah Indonesia berhasil
menurunkan angka stunting yang sebelumnya mencapai 37,2% (Riskesdas,
2013) menjadi 29,0% berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi di 496
Kabupaten/Kota dengan melibatkan 165.000 balita sebagai sampelnya. Hasil
ini diperkuat juga dengan data UNICEF yang melakukan intervensi selama tiga
7
tahun sejak 2011-2014 di tiga Kabupaten di Indonesia (Sikka, Jayawijaya,
Klaten) dan berhasil menurunkan angka stunting sebesar 6%.
Perlu diketahui, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Anak dengan
stunting memiliki kelemahan dan berkorelasi terhadap : IQ yang rendah, tinggi
badan dan berat badan tidak sesuai grafik perkembangan, serta rentan terhadap
penyakit. Oleh karena itu, masyarakat utamanya para remaja harus mengerti
dan memahami bagaimana merencanakan keluarga, utamanya mengenai
nutrisi. Bagaimana kesiapannya untuk menikah, hamil dan memiliki anak, serta
bagaimana agar dapat menjaga kecukupan nutrisi anak tersebut dan dirinya
sendiri.
8
mengkonsumsi garam beryodium, memberikan hanya Asi saja kepada bayi
sampai usia 6 bulan, serta mendapatkan dan memberikan makanan tambahan
bagi balitanya.
9
dan perkembangannya. Konseling tentang gizi balita bisa dilakukan ketika
posyandu diadakan, ketika ibu balita berkunjung ke bidan desa untuk
menggunakan KB. Disamping itu hendaknya tenaga kesehatan selalu
memberikan penyadaran tentang pentingnya pemberian nutrisi tepat untuk
balitanya. Hal itu bisa dilakukan melalui penyuluhan rutin, penyebaran leaflet
dan pemasangan spanduk yang berhubungan dengan pemenuhan asupan
nutrisi. Kegiatan ini diupayakan dilakukan secara berkala dan terus menerus
agar ibu termotivasi untuk memberikan makanan tambahan sesuai dengan
kebutuhan dan jadwal pemberian makanan .
10
tahun 2014 sebesar 12 persen. Terakhir, menurunkan prevalensi stunting
(tubuh pendek) dari 32,9 persen menjadi 28 persen,” kata Menteri Kesehatan,
Nila Farid Moeloek di Jakarta, awal pekan lalu.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia memiliki berbagai macam masalah dalam perkembangan
gizi seperti stunting atau balita pendek, pemberian ASI, dan berbagai
kendala lainnya yang mengancam keselamatan dan kesehatan anak usia
bayi dan balita. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya upaya
pencegahan dari pemerintah maupun masyarakat seperti pemberian
penyuluhan akan pentingnya gizi dan sosialisasi mengenai dampak negatif
kurang gizi bagi mmasyarakat.
B. Saran
1. Pemerintah perlu gencar dalam melakukan perbaikan gizi pada bayi
dan balita
2. Pemerintah perlu meningkatkan mutu pangan pada masyarakat
khusunya bagi bayi dan balita agar berbagai masalah gizi bisa dicegah.
3. Pemerataan program bulan vitamin A di Puskesmas dan Posyandu di
seluruh Indonesia.
4. Pemberian penyuluhan kesehatan pada masa kehamilan bagi ibu hamil.
5. Meningkatkan kinerja program gizi dengan memperbaiki manajemen
perencanaan, pengadaan, distribusi, dan pengawasan bantuan 20
keranga kebijakan 1000 hari pertama kehidupan suplemen tablet zat
besi dan pemeberian makan tambahan.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.varia.id/2015/02/11/upaya-pemerintah-percepat-perbaikan-
kesehatan-dan-gizi-masyarakat/#ixzz4uUz0Xi00
http://adisubagio92.blogspot.co.id/2015/01/upaya-peningkatan-status-gizi-
balita.html
Infodatin, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI ISSN 2442-
7659
13