Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Penyakit


1. Pengertian
Diabetes Melitus merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar
gula darah yang tinggi dan gangguan metabolisme pada umumnya, yang pada
perjalanannya bila tidak dikendalikan dengan baik akan menimbulkan berbagai
komplikasi baik yang akut maupun yang menahun. Kelainan dasar dari penyakit
ini ialah kekurangan hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas, yaitu
kekurangan jumlah dan atau dalam kerjanya ( Isniati,2003).
DM Nefropati atau Nefropati Diabetik didefinisikan sebagai sindrom klinis
pada pasien diabetes melitus yang ditandai dengan albuminuria menetap (300
mg/24 jam atau >200 ig/menit) pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun
waktu 2 sampai 6 bulan (Hendromartono, 2007). Sedangkan menurut Ganong
(2011), Nefropati diabetik secara klinis didefinisikan oleh adanya protein urine
lebih dari 300 – 500 mg per hari, suatu jumlah yang dapat dideteksi oleh
urinalisis. Pada nefropati diabetik, (tidak seperti penyakit ginjal lain), proteinuria
terus meningkat seiring dengan menurunnya fungsi ginjal.
2. Manifestasi Klinis
Menurut Lestariningsih, (2004) dari anamnesis terdapat gejala-gejala
khas maupun keluhan tidak khas dari gejala penyakit diabetes. Keluhan khas
berupa poliuri, polidipsi, polipagi, penurunan berat badan. Keluhan tidak khas
berupa kesemutan, luka sukar sembuh, gatal-gatal pada kulit, ginekomastia,
impotens. Awal nefropati diabetes tidak memiliki gejala. Seiring waktu,
kemampuan ginjal untuk berfungsi mulai menurun. Menurut American Diabetes
Assosiation (ADA), gejala penyakit ini sering muncul terlambat dan mencakup:
- Mual dan muntah
- Kurang nafsu makans
- Pembengkakan kaki
- Pembengkakan, biasanya di sekitar mata di pagi hari; pembengkakan
tubuh secara umum dapat terjadi dengan penyakit stadium akhir
- Penambahan berat badan yang tiba-tiba (dari cairan yang dibuat)
Sedangkan menurut Lestariningsih, (2004) untuk pemeriksaan laboratorium,
proteinuria yang persisten selama 2 kali pemeriksaan dengan interval 2 minggu
tanpa ditemukan penyebab proteinuria yang lain atau proteinuria satu kali
pemeriksaan plus kadar kreatinin serum > 2,5 mg/dl). Selain itu, tes yang dapat
dilakukan
- BUN
- Serum kreatinin
Tingkat tes ini akan meningkat dengan kerusakan ginjal semakin buruk. Tes
laboratorium lain yang dapat dilakukan meliputi:
- 24-jam protein urine
- Kadar fosfor, kalsium, bikarbonat, dan kalium dalam darah
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Protein elektroforesis – urin
- Hitung sel darah merah (RBC)

3. Eti ol ogi
Menurut Hendromartono, (2007) secara ringkas, faktor – faktor etiologis
timbulnya penyakit ginjal diabetik adalah:
- Kurang terkendalinya kadar gula darah (gula darah puasa >140-160
mg/dl[7,7- 8,8 mmol/l]); A1C >7-8%
- Faktor –faktorgenetis
- Kelainan hemodinamik (peningkatan aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus, peningkatan tekanan intraglomerulus)
- Hipertensi sistemik
- Sindrom resistensi insulin (sindroma metabolik)
- Keradangan
- Perubahan permeabilitas pembuluh darah
- Asupan protein berlebih
- Gangguan metabolik (kelainan metabolisme polyol, pembentukan
advanced glycation end products, peningkatan produksi sitokin)
- Pelepasan growth factors
- Kelainan struktural (hipertrofi glomerulus, ekspansi mesangium,
penebalan membrana basalis glomerulus)
- Gangguan ion pumps (peningkatan Na+-H+ pump dan penurunan Ca2+-ATP
ase pump)
- Hiperlipidemia (hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia)
- Aktivasi protein kinase C
3. Patofisiologi
Nefropati diabetik terutama disebabkan oleh gangguan fungsi glomerulus.
Perubahan histologis di glomerulus pada diabetes tipe 1 dan tipe 2 tidak dapat
dibedakan dan sedikit banyak daripada sebagian besar orang. Membran basal
kapiler glomerulus menebal dan dapat melenyapkan pembuluh; mensangium
yang mengelilingi pembuluh glomerulus meningkat akibat pengendapan material
yang mirip membran basal dan dapat menggerogoti pembuluh glomerulus; arteri
glomerulus aferen dan eferen juga mengalami sklerosis (Stephen J. Dan William
F., 2010).
Sampai saat ini, hiperfiltrasi masih dianggap sebagai awal dari
mekanisme patogenik dalam laju kerusakan ginjal. Hiperfiltrasi yang terjadi pada
sisa nefron yang sehat lambat laun akan menyebabkan sclerosis dari nefron
tersebut. Mekanisme terjadinya peningkatan laju filtrasi glomerulus pada
nefropati diabetik ini masih belum jelas benar, tetapi kemungkinan disebabkan
oleh dilatasi arteriol aferen oleh efek yang tergantung glukosa, yang diperantarai
hormone vasoaktif, IDF-1, Nitric Oxide, prostaglandin, dan glucagon. Efek
langsung dari hiperglikemia adalah rangsangan hipertrofi sel, sintesis matriks
ekstraseluler, serta produksi TDF-β yang diperantarai oleh aktivasi protein
kinase-C (PKC) yang termasuk dalam serine – threonine kinase yang memiliki
pada vascular seperti kontraktilitas, alran darah, proliferasi sel, dan permeabilitas
kapiler. Hiperglikema kronk dapat menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik
asam amino dan protein (reaksi Mallard dan Browning) (Hendromartono, 2007).
4. Pemeriksaan Penunjang
Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan
glukosa darah dan pemeriksaan glukosa peroral (TTGO). Sedangkan untuk
membedakan DM tipe II dan DM tipe I dengan pemeriksaan C-peptide.27
Pemeriksaan glukosa darah
a) Glukosa Plasma Vena Sewaktu
b) Pemeriksaan gula darah vena sewaktu pada pasien DM tipe II dilakukan pada
pasien DM tipe II dengan gejala klasik seprti poliuria, polidipsia dan polifagia.
Gula darah sewaktu diartikan kapanpun tanpa memandang terakhir kali
makan. Dengan pemeriksaan gula darah sewaktu sudah dapat
menegakan diagnosis DM tipe II. Apabila kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200
mg/dl (plasma vena) maka penderita tersebut sudah dapat disebut DM. Pada
penderita ini tidak perlu dilakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa. 28
c) Glukosa Plasma Vena Puasa
Pada pemeriksaan glukosa plasma vena puasa, penderita dipuasakan 8-12
jam sebelum tes dengan menghentikan semua obat yang digunakan, bila ada
obat yang harus diberikan perlu ditulis dalam formulir. Intepretasi pemeriksan
gula darah puasa sebagai berikut : kadar glukosa plasma puasa < 110
mg/dl dinyatakan normal, ≥126 mg/dl adalah diabetes melitus, sedangkan
antara 110-126 mg/dl disebut glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
Pemeriksaan gula darah puasa lebih efektif dibandingkan dengan
pemeriksaan tes toleransi glukosa oral. 28
d) Glukosa 2 jam Post Prandial (GD2PP)
Tes dilakukan bila ada kecurigaan DM. Pasien makan makanan yang
mengandung 100gr karbohidrat sebelum puasa dan menghentikan merokok
serta berolahraga. Glukosa 2 jam Post Prandial menunjukkan DM bila kadar
glukosa darah ≥ 200 mg/dl, sedangkan nilai normalnya ≤ 140. Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl tetapi < 200
mg/dl.28
e) Glukosa jam ke-2 pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Pemeriksan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan apabila pada
pemeriksaan glukosa sewaktu kadar gula darah berkisar 140-200 mg/dl untuk
memastikan diabetes atau tidak. Sesuai kesepakatan WHO tahun
2006,tatacara tes TTGO dengan cara melarutkan 75gram glukosa pada
dewasa, dan 1,25 mg pada anak-anak kemudian dilarutkan dalam air 250-
300 ml dan dihabiskan dalam waktu 5 menit.TTGO dilakukan minimal
pasien telah berpuasa selama minimal 8 jam. Penilaian adalah sebagai
berikut; 1) Toleransi glukosa normal apabila ≤ 140 mg/dl; 2) Toleransi glukosa
terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl tetapi < 200 mg/dl; dan
Toleransi glukosa ≥ 200 mg/dl disebut diabetes melitus.
Pemeriksaan HbA1c
HbA1c merupakan reaksi antara glukosa dengan hemoglobin, yang
tersimpan dan bertahan dalam sel darah merah selama 120 hari sesuai dengan
umur eritrosit. Kadar HbA1c bergantung dengan kadar glukosa dalam darah,
sehingga HbA1c menggambarkan rata-rata kadar gula darah selama 3 bulan.
Sedangkan pemeriksaan gula darah hanya mencerminkan saat diperiksa, dan
tidak menggambarkan pengendalian jangka panjang. Pemeriksaan gula darah
diperlukan untuk pengelolaaan diabetes terutama untuk mengatasi komplikasi
akibat perubahan kadar glukosa yang berubah mendadak.
Kategori HbA1c
HbA1c < 6.5 % Kontrol glikemik baik
HbA1c 6.5 -8 % Kontrol glikemik sedang
HbA1c > 8 % Kontrol glikemik buruk
5. Penatalaksanaan Diet
Tujuan Diet:
a. Menurunkan kadar ureum dan kreatinin darah yang tinggi
b. Mengendalikan glukosa darah
c. Meningkatkan kadar hemoglobin
Syarat Diet
d. Energi adekuat, yaitu 25-30 kkal/kg BB ideal.
e. Protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi total atau 0,8g/kg BB
Rendahnya, kandungan protein diet sehari tergantung pada kondisi pasien.
Sebanyak 65% protein berasal dari sumber protein bernilai biologic tinggi.
f. Karbohidrat sedang, yaitu 55-60% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan
karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan lipida darah. Gunakan
karbohidrat kompleks sebagai sumber karbohidrat utama. Pemberian
karbohidrat sederhana berupa gula murni dalam jumlah terbatas sebaiknya
dilakukan bersama makanan utama dan bukan di antar waktu makan.
g. Lemak normal, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Utamakan asam
lemak tidak jenuh ganda atau tunggal. Asupan asam lemak jenuh hendaknya
< 10% asupan energi total. Kolesterol < 300 mg.
h. Natrium : 1000-3000 mg, tergantung pada tekanan darah, adanya edema, dan
ekskresi natrium.
i. Kalium dibatasi hingga 40-70 mEq (1600-2800 mg) atau 40 mg/kg BB, bila
ada hyperkalemia (GFR < 10 ml/menit) atau bila jumlah urin < 1000 ml/hari.
j. Fosfor tinggi : 8-12 mg/kg BB
k. Kalsium tinggi 1200-1600 mg
l. Vitamin tinggi, bila nafsu makan menurun diberikan suplemen vitamin B
kompleks, asam folat dan piridoksin, serta vitamin c.

Bahan Makanan Dianjurkan Dibatasi Dihindari


Semua sumber karbohidrat
dibatasi: nasi, bubur, roti,
Sumber mie, kentang, singkong,
Karbohidrat ubi, sagu, gandum, pasta,
jagung, talas, sereal, ketan,
dan macaroni
Lauk hewani tinggi lemak
Daging ayam tanpa
jenuh: kornet, sosis, Keju, abon,
Sumber Protein kulit, ikan, putih
sarden, otak, jeroan, kuning dendeng, susu
Hewani telur, daging tidak
telur full cream
berlemak
Telur asin, ikan asin
Tempe, tahu,
kacang hijau,
Sumber Protein
kacang merah,
Nabati
kacang tanah,
kacang kedelai
Sayur tinggi serat:
kangkung, daun Bayam, buncis, daun
kacang, oyong, melinjo, labu siam, daun
ketimun, tomat, singkong, daun ketela, Sayuran yang
Sayuran
labu air, kembang jagung manis, kapri, diawetkan
kol, lobak, sawi, kacang panjang, pare,
selada, seledri, wortel, daun katuk
terong
Buah-buahan
yang manis
Nanas, anggur, manga, dan diawetkan:
Jeruk, apel, jambu
sirsak, pisang, alpukat, durian,
Buah-buahan air, belimbing,
sawo, semangka, nangka nangka,
melon
masak, pepaya alpukat,
kurma,
manisan buah
Minuman yang
mengandung
alkohol, susu
Minuman kental manis,
soft drink, es
krim, yoghurt,
susu
Lain-lain Makanan yang digoreng Gula pasir,
dan yang menggunakan gula merah,
santan kental, kecap, saus gula batu,
tiram madu.
Makanan/
minuman
manis: cake,
kue manis,
dodol, selai
manis, selai
cokelat,
permen, tape
dan
mayonnaise.
BAB II

ASSESMENT

A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
RMK : 1-45-96-**
Ruang : PDW blok 10 bed 29
Tanggal Masuk : 31-01-2020
Tanggal Kasus : 01-02-2020
Alamat : Jl. 9 oktober komplek **
Diagnosis Medis : Diabetes Melitus tipe 2 dengan komplikasi AKI stage II

2. Riwayat Penyakit
Tabel 2.1 Riwayat Penyakit Pasien

Keluhan utama Suhu badan meningkat, penglihatan


kabur, jantung berdebar
Riwayat Penyakit Sekarang Diabetes Melitus tipe 2 komplikasi AKI
stage II
Riwayat Penyakit Dahulu DM sejak 10 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada riwayat penyakit keluarga

3. Riwayat Gizi
Data sosial Ekonomi Status Ekonomi : menengah
Jumlah anggota keluarga : 6 orang
Suku : Madura
Aktifitas Fisik Jumlah jam kerja (7 jam)
Jumlah jam tidur (8 jam)
Olahraga ( tidak biasa olahraga)
Alergi makanan Tidak ada alergi

Mengurangi makanan yang berbahan dasar


Pantangan makanan
gula dan manis
Masalah gastrointestinal Sulit BAB
Penyakit Kronik Diabetes mellitus tipe II
Kesehatan mulut Baik

Suplemen/vitamin -

Perubahan Berat Badan Pasien mengalami penurunan berat badan


dalam beberapa bulan terakhir sebanyak 10
kg
Riwayat Pola Makan Pola Makan :
Tidak teratur dengan makanan utama 2-3 x
sehari dan selingan 1x sehari.
Makanan pokok, nasi 2x sehari @150 g
Jagung 2 x seminggu @100 g
Lauk hewani yang sering dikonsumsi yaitu
Ikan haruan : 3x seminggu @50 g
Telur ayam : 2x seminggu @55 g
Ayam: 2x seminggu @50 g
Lauk nabati yang sering dikonsumsi yaitu
Tempe 2x sehari @50 g
Tahu 2x sehari @100 g
Sayuran :
Bayam : 3x seminggu @50 g
Kacang panjang : 3x seminggu @50 g
Waluh 3x seminggu @50 g
Kangkung 1x seminggu @50 g
Lemak dan minyak
Minyak kelapa sawit 2x sehari @10 g

Santan 5x seminggu @50 g


Buah:
Semangka 3x seminggu @50 g
Kue basah :
Bingka 5x seminggu @50 g
Roti manis 1x sehari @50
Hasil FFQ yang dibandingkan dengan AKG
2013
FFQ Kebutuhan Pemenuha
E =1491.1 kkal E= 1900 kkal n
P = 62,9 g P= 57 gram E= 78%
L = 49.7 g L= 53 gram P= 111%
KH = 202.8 g KH= L= 93%
K = 894.7 g 285gram KH=71%
F = 874.7 g

Riwayat Nutrisi Dahulu Pasien memiliki kebiasaan makan yang


tidak teratur, suka makanan manis dan
jarang makan buah dan sayur serta jarang
makan lauk hewani tetapi lebih sering
mengkonsumsi lauk nabati
Riwayat Nutrisi Sekarang Pagi : Nasi @50 g ,ayam @50 g
Siang : Nasi @100 g, telur ayam @50 g
Sore : Nasi @100 g, tahu @55 g, tempe
@50 g
Malam : teh, gula @5 g, roti @70 g
Hasil Recall Kebutuhan Pemenu
E= 1900 kkal han
E= 956.4 kkal
E= 50%
P= 57 gram
P= 41 gram
P= 71%
L= 53 gram
L= 34.4gram
L= 64%
KH= 285gram
KH=120.1
KH=42%
gram

B. Antropometri
Berat Badan : 62 kg
Tinggi Badan : 150 cm
IMT : BB (kg) /TB m2 = 62/2,25 = 27,5 kg/m2
BBI :(150-100) – (150-100)
:50-5,0 = 45 kg
Kesimpulan : Status gizi lebih
Pembahasan : Dari data antropometri diatas dapat diketahui bahwa IMT
pasien 27 kg/m2 yang menunjukan bahwa pasien
overweight
C. Pemeriksaan Biokimia
Tabel 2.4 Pemeriksaan Biokimia

Pemeriksaan Satuan/ Nilai Awal masuk Awal kasus Kategori


Normal 31-01-2020 01-01-2020
Hemoglobin 12.0-16.0 g/dl 8.0 g/dl Rendah
Eritrosit 4.00-5.30 ribu/ul 3.03 juta/ul Rendah
Hematokrit 24.2 % 37.0-47.0 % Rendah
RDW-CV 14.3 % 12.1-14.0 % Tinggi
MCH 26.4 pg 28.0-32.0 pg Rendah
GDS <200.00 118 mg/dl 419 mg/dl Tinggi
SGOT 5-34 U/L 61 U/L Tinggi
Ureum 0-50 mg/dl 58 mg/dl Tinggi
Kreatinin 0.57-1.11 mg/dl 2.78 mg/dl Tinggi

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil biokimia didapatkan hasil kadar Hb, trombosit, eritrosit,
hematokrit, MCH rendah dan RDW-CV sedangkan hasil pemeriksaan darah,
kadar GDS normal,namun ureum dan kreatinin tinggi. Pada penderita diabetes
mellitus, umumnya GDS diatas normal, tetapi pada saat awal masuk GDS pasien
tidak terlalu tinggi karena pola makan pasien yang sedikit, tetapi selang sehari
setelah masuk GDS pasien berubah menjadi 419 mg/dl (tinggi). Untuk kadar
ureum dan kreatinin yang tinggi mengindikasikan kegagalan ginjal akut ataupun
kronis (Wahyuningsih, 2013).
Pembahasan :
Ureum merupakan produk nitrogen terbesar yang dibentuk di dalam hati
dan dikeluarkan melalui ginjal. Urea adalah nitrogen yang berisi hasil akhir
katabolisme dari protein (Leflet Urea FS). Konsentrasi ureum dalam plasma
darah terutama menggambarkan keseimbangan antara katabolisme protein dan
pembentukan urea serta eksresi urea oleh ginjal (Wahyono et al., 2007).
Pada penurunan fungsi ginjal, menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus
dan kadar BUN meningkat (Rubenstein et al., 2008) sehingga pengukuran BUN
dapat memberi petunjuk mengenai keadaan ginjal (Guyton dan Hall, 1997).
Kreatin disintesis di hati dan terdapat pada hampir semua otot
rangka. Kreatinin adalah produk metabolisme yang memiliki molekul lebih
besar dari ureum. Dalam jumlah kecil kreatinin disekresikan oleh tubulus,
sehingga jumlah kreatinin yang diekskresikan dalam urin sedikit melebihi jumlah
yang difiltrasi. Dengan adanya kenaikan kadar kreatinin maka menunjukkan
penurunan fungsi ginjal yaitu produk penguraian kreatin. Bila keadaan ginjal
sudah mengalami kerusakan, maka kadar kreatinin akan meningkat. Nilai rujukan
serum kreatinin pada laki-laki yaitu 0,9 mg/dL dan pada wanita 0,6-1,0 mg/dL
(Wyss dan Daouk,2000).Parameter terjadinya kerusakan fungsi ginjal pada
nefropati diabetik yaitu peningkatan konsentrasi serum kreatinin (Hendromartono,
2009).
D. Pemeriksaan Fisik & Klinis
Fisik : lemah lesu
Klinis : tekanan darah tinggi
(Awal Kasus tanggal 01 -02 -2020)

Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Kategori


Tekanan darah 140/90 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
Nadi 88 x/menit 80-100x/menit Normal
Respirasi 20x/menit 12-20x/menit Normal
Suhu 36,60C 36-37,650C Normal
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak lemah, demam, dan lesu,
tekanan darah pasien tinggi yaitu 140/90 mmHg
Pembahasan :
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi.
Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan
diastolik. Bedasarkan JNC (Joint National Comitee) VII, seorang
dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan
diastolik 90 mmHg atau lebih (Chobaniam, 2003). Hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg
dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
(Sheps, 2005).
Hipertensi sangat berperan terhadap memburuknya keadaan ginjal. Bila
urine menunjukkan adanya protein (proteinuria), sebagian besar akan terkena
tekanan darah tinggi. Apabila ureum dan kreatinin darah mulai naik, hampir pasti
akan muncul hipertensi (tandra, 2007).
E. Asupan Zat gizi
Hasil Recall 24 jam diet RS
Diet RS:
Tabel 2.4 Diet RS

Implementasi Energi Protein Lemak Karbohidrat


(kkal) (gram) (gram) (gram)
Asupan makan 956.4 41 34.4 120.1
Makanan RS 1900 57 53 285
% Asupan 50% 71% 64% 42%
Kesimpulan :
Berdasarkan asupan makanan sebelum masuk rumah sakit dibandingkan
dengan kebutuhan, energi defisit yaitu 50%, protein kurang 71%, lemak kurang
64% dan karbohidrat defisit 42%.
Pembahasan :
Asupan makan pasien didapatkan hasil bahwa asupan energi pasien
defisit 50%, protein defisit 71%, lemak defisit 64% g, karbohidat defisit 42%
dikarenakan pasien sebelum masuk rumah sakit berkurang nafsu makan
diakibatkan keluhan yang dirasakan.
F. Terapi Medis

Jenis obat/ Tindakan Fungsi Interaksi Zat Gizi

Inj. Ceftriaxone Menghambat pertumbuhan Interaksi ceftriaxone


bakteri atau membunuh dengan larutan yang
bakteri dalam tubuh mengandung kalsium
akan menyebabkan
ceftriaxone berikatan
dengan kalsium dan
dapat membentuk
presipitat. Sehingga
pemakaian pelarut yang
mengandung kalsium,
seperti Ringer laktat,
untuk ceftriaxone tidak
dianjurkan
Inj. Levemir Insulin buatan membantu
mengontrol gula darah
pasien diabetes mellitus
Inj. Novorapid Mengurangi tingkat gula
darah tinggi pada orang
dewasa
Clopidognel 2x1 Mencegah trombosit saling
menempel yang beresiko
memebntuk gumpalan
darah
Ramipril 1x5 Membantu mengatasi
hipertensi ringan sampai
sedang
Fenofibrate Membantu mengurangi
kolesterol tinggi dalam
darah.
Clindamycin Menghentikan
pertumbuhan bakteri dan
mencegah penyebarannya
agar tidak berpindah ke
bagian lain di tubuh.
Kesimpulan Assesment :

Ny. H berusia 54 tahun dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Umum


Daerah Ulin Banjarmasin dengan keluhan demam, penglihatan kabur, jantung
terasa berdebar serta nyeri kaki. Pasien didiagnosa dengan Diabetes Melitus tipe
2 dengan komplikasi AKI stage II. Pasien sudah menderita diabetes melitus sejak
10 tahun yang lalu, tidak ada riwayat keluarga yang terkena DM pasien sehari-
hari berjualan sayur di pasar dari jam 5 pagi sampai jam 12 siang. Awal kasus
diketahui tekanan darah pasien tinggi yaitu 140/90 mmHg dan hasil pemeriksaan
biokimia didapatkan hasil dari Hb, trombosit, eritrosit, hematokrit, MCH rendah,
RDW-CV tinggi dan ureum, kreatinin tinggi. Asupan zat gizi pasien sebelum
masuk rumah sakit dibandingkan dengan kebutuhan sehari energi dan
karbohidrat defisit.
Pembahasan Assesment :
Hasil pengukuran status gizi menurut IMT/U didapatkan hasil 27 kg/m2
yang artinya pasien dalam kategori overweight. Pemeriksaan biokimia terlihat
nilai BUN dan Kreatinin pasien berada diatas nilai Normal, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada kemungkinan terjadinya gangguan pada fungsi ginjal.
Ureum merupakan produk nitrogen terbesar yang dibentuk di dalam hati
dan dikeluarkan melalui ginjal. Urea adalah nitrogen yang berisi hasil akhir
katabolisme dari protein (Leflet Urea FS). Konsentrasi ureum dalam plasma
darah terutama menggambarkan keseimbangan antara katabolisme protein dan
pembentukan urea serta eksresi urea oleh ginjal (Wahyono et al., 2007).
Pada penurunan fungsi ginjal, menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus
dan kadar BUN meningkat (Rubenstein et al., 2008) sehingga pengukuran BUN
dapat memberi petunjuk mengenai keadaan ginjal (Guyton dan Hall, 1997).
Kreatin disintesis di hati dan terdapat pada hampir semua otot
rangka. Kreatinin adalah produk metabolisme yang memiliki molekul lebih
besar dari ureum. Dalam jumlah kecil kreatinin disekresikan oleh tubulus,
sehingga jumlah kreatinin yang diekskresikan dalam urin sedikit melebihi jumlah
yang difiltrasi. Dengan adanya kenaikan kadar kreatinin maka menunjukkan
penurunan fungsi ginjal yaitu produk penguraian kreatin. Bila keadaan ginjal
sudah mengalami kerusakan, maka kadar kreatinin akan meningkat. Nilai rujukan
serum kreatinin pada laki-laki yaitu 0,9 mg/dL dan pada wanita 0,6-1,0 mg/dL
(Wyss dan Daouk,2000).Parameter terjadinya kerusakan fungsi ginjal pada
nefropati diabetik yaitu peningkatan konsentrasi serum kreatinin (Hendromartono,
2009). Pemeriksaan fisik didapatkan hasil pasien terlihat lemah serta hal ini,
klinis didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg hipertensi sangat berperan
terhadap memburuknya keadaan ginjal. Bila urine menunjukkan adanya protein
(proteinuria), sebagian besar akan terkena tekanan darah tinggi. Apabila ureum
dan kreatinin darah mulai naik, hampir pasti akan muncul hipertensi (tandra,
2007).

BAB III
DIAGNOSA GIZI

A. Problem Gizi
2. Status Gizi menurut IMT/U 27 kg/m2 ( overweight )
3. Hasil lab : Hasil dari GDS 419 mg/dl, BUN (ureum) 58 mg/dl,
Kreatinin 2.78 mg/dl
4. Kesan umum : Demam, nyeri kaki, mual dan muntah
5. Vital Sign : Tekanan darah tinggi 140/90 mmHg
6. Asupan makanan FFQ: Energi defisit yaitu 78%, protein lebih 111%, lemak
cukup 93% dan karbohidrat defisit 71%.
B. Penentuan Diagnosa Gizi
NI. 5.2 Kelebihan intake protein disebabkan oleh disfungsi ginjal ditandai dengan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin
NI. 5.1 Peningkatan kebutuhan gizi fe disebabkan oleh anemia ditandai dengan
kadar hemoglobin rendah
NB.1.4 Kurangnya kemampuan memonitor diri sendiri disebabkan oleh
kurangnya perhatian terhadap informasi, kesulitan mengatur waktu
ditandai dengan kebiasaan makan pasien yang jarang mengkonsumsi
buah dan sayur serta lebih suka makanan yang digoreng

BAB IV
INTERVENSI GIZI

A. Planning
1. Terapi Diet : Diet diabetes mellitus tipe II, rendah protein
2. Tujuan Diet:
a. Menurunkan kadar ureum dan kreatinin darah yang tinggi
b. Mengendalikan glukosa darah
c. Meningkatkan kadar hemoglobin
Syarat Diet
a. Energi adekuat, yaitu 25-30 kkal/kg BB ideal.
b. Protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi total atau 0,8g/kg BB
Rendahnya, kandungan protein diet sehari tergantung pada kondisi
pasien.
Sebanyak 65% protein berasal dari sumber protein bernilai biologic tinggi.
c. Karbohidrat sedang, yaitu 55-60% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan
karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan lipida darah. Gunakan
karbohidrat kompleks sebagai sumber karbohidrat utama. Pemberian
karbohidrat sederhana berupa gula murni dalam jumlah terbatas
sebaiknya dilakukan bersama makanan utama dan bukan di antar waktu
makan.
d. Lemak normal, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Utamakan asam
lemak tidak jenuh ganda atau tunggal. Asupan asam lemak jenuh
hendaknya < 10% asupan energi total. Kolesterol < 300 mg.
e. Natrium : 1000-3000 mg, tergantung pada tekanan darah, adanya edema,
dan ekskresi natrium.
f. Kalium dibatasi hingga 40-70 mEq (1600-2800 mg) atau 40 mg/kg BB,
bila ada hyperkalemia (GFR < 10 ml/menit) atau bila jumlah urin < 1000
ml/hari.
g. Fosfor tinggi : 8-12 mg/kg BB
h. Kalsium tinggi 1200-1600 mg
i. Vitamin tinggi, bila nafsu makan menurun diberikan suplemen vitamin B
kompleks, asam folat dan piridoksin, serta vitamin c.

B. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi


IMT = BB/TB2 = 62/1,502 = 27 kg/m2 (Obesitas)
BBI =(150-100) – (150-100)
= 50-5,0 = 45 kg
BMR Wanita Diabetes Menurut Perkeni
= 25 x BBI
= 25 x 45 kg
= 1.125 kkal
Faktor Aktivitas = 30% dari BMR (ringan)
= 1125 x 30%
= 337,5
Faktor Usia = 10% x 1.125 kkal
= 112,5
Energi = (BMR + Faktor Aktivitas) – Faktor Umur
= 1125 + 337,5 - 112,5
= 1.350 kkal
Protein = 0,8 gram x /45 (BBI) = 36 gram
Lemak = 25% x 1350/9 = 37,5 gram
Karbohidrat = 62% x 1350/4 = 209,25 gram
Pemberian 80% dari kebutuhan
Energi = 80% x 1350 kkal = 1080 kkal
Protein = 80% x 36 gram = 28,8 gram
Lemak = 80% x 37,5 gram = 30 gram
Karbohidrat = 80% x 209,25 gram = 167,9 gram

Bahan Dianjurkan Dibatasi Dihindari


Makanan
Semua sumber
karbohidrat dibatasi:
nasi, bubur, roti, mie,
Sumber
kentang, singkong, ubi,
Karbohidrat
sagu, gandum, pasta,
jagung, talas, sereal,
ketan, dan makaroni
Lauk hewani tinggi
Daging ayam tanpa lemak jenuh: kornet, Keju, abon,
Sumber Protein
kulit, ikan, putih telur, sosis, sarden, otak, dendeng, susu
Hewani
daging tidak berlemak jeroan, kuning telur full cream
Telur asin, ikan asin
Tempe, tahu, kacang
Sumber Protein hijau, kacang merah,
Nabati kacang tanah, kacang
kedelai
Sayur tinggi serat:
Bayam, buncis, daun
kangkung, daun
melinjo, labu siam, daun
kacang, oyong,
singkong, daun ketela, Sayuran yang
Sayuran ketimun, tomat, labu
jagung manis, kapri, diawetkan
air, kembang kol,
kacang panjang, pare,
lobak, sawi, selada,
wortel, daun katuk
seledri, terong
Buah-buahan
yang manis
Nanas, anggur, manga, dan diawetkan:
Jeruk, apel, papaya, sirsak, pisang, alpukat, durian,
Buah-buahan
jambu air, belimbing sawo, semangka, nangka,
nangka masak alpukat,
kurma,
manisan buah
Minuman yang
mengandung
alkohol, susu
Minuman kental manis,
soft drink, es
krim, yoghurt,
susu
Gula pasir,
gula merah,
gula batu,
madu.
Makanan/
Makanan yang digoreng minuman
dan yang menggunakan manis: cake,
Lain-lain
santan kental, kecap, kue manis,
saus tiram dodol, selai
manis, selai
cokelat,
permen, tape
dan
mayonnaise.
Pembahasan Preskripsi Diet
Pengaturan makan untuk penyakit Diabetes Mellitus dengan Nefropati
bertujuan untuk mempertahankan status gizi optimal dan memperlambat laju
kerusakan ginjal. Energi diberkan yaitu 25-30 kkal/kg BB, protein rendah yaitu 0,8
gr/kg mgBB supaya tidak memberatkan kerja ginjal.

Diet diberikan dalam bentuk makanan lembek dan diberikan diet diabetes
mellitus dengan rendah protein, energi= 1350 kkal, protein = 36 gram, lemak =
37,5 gram, karbohidrat = 209,25 gram

5. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Pengamatan Yang diukur Pengukuran Evaluasi/Target


Antropometri TB dan BB Awal dan akhir Tidak terjadi
kasus penurunan berat
badan
Biokimia Hb, GDS, ureum, Sesuai medis Normal atau
kreatinin mendekati normal
Fisik dan TD,Nadi, Respirasi, Setiap hari Normal
Klinis suhu tubuh
Asupan Zat Energi, lemak, Setiap hari 80-100% dari
Gizi karbohidrat dan protein kebutuhan

6. Rencana Konsultasi Gizi


Sasaran : pasien dan keluarga pasien
Waktu : ± 10 menit
Tempat : Ruang rawat inap
Alat : Leaflet
Metode : Ceramah dan tanya jawab

Tabel 4.3 Rencana Konsultasi Gizi


Masalah Gizi Tujuan Materi Konseling
NI.5.2 Kelebihan intake Memberikan makanan Pemilihan bahan makanan
protein tanpa memberatkan kerja yang rendah protein,
ginjal pemilihan sumber protein
dengan nilai biologis tinggi
NI.5.1 Peningkatan Meningkatkan pengetahuan Penatalaksanaan Diet
kebutuhan gizi Fe tentang jenis bahan Diabetes mellitus dan
makanan yang beragam rendah protein
dan mengandung zat gizi,
serta aman untuk penderita
diabetes melitus

NB.1.4 Kurangnya Memberikan edukasi Pola makan tepat jenis,


kemampuan memonitor tentang bahan makanan jam dan jumlah. Bentuk
diri sendiri yang dianjurkan, dibatasi, makanan sesuai daya
dan tidak dianjurkan untuk terima saluran cerna.
pasien DM tipe II dengan
komplikasi

C. Implementasi
1. Kajian Terapi Diet di Rumah Sakit
Jenis Diet : Diet Diabetes Melitus dan rendah protein
Bentuk Makanan : lunak
Cara pemberian : oral
Kajian Terapi Diet Rumah Sakit

Implementasi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat


(g)
Makanan RS 956.4 41 34.4 120.1
Kebutuhan 1350 36 37,5 209,25
% makanan 70% 113% 91% 57%
RS/Kebutuhan
Kesimpulan: dari recall asupan makan pasien sebelum datang ke rumah sakit
dibandingkan dengan perhitungan didapatkan hasil energi kurang yaitu 70%,
protein lebih 113%, lemak cukup 91% dan karbohidrat defisit 57%

Rekomendasi Diet

Makanan RS Rekomendasi Diet


Waktu/Menu Bahan Jumla Menu Bahan Jumlah
h (gram)
(gram
)
Pagi Pagi
Nasi tim Beras giling 50 Nasi tim Beras giling 60
Tim haruan Ikan haruan 25 Tim haruan Ikan haruan 40
Sop jagung Jagung 25 Sop jagung Jagung 25
Wortel 25 Wortel 15
Kacang p 25 Kacang p 10
Minyak 5 Minyak 8
Siang Siang
Nasi tim Beras giling 50 Nasi tim Beras giling 60
Nila goreng Ikan nila 50 Nila goreng Ikan nila 40
Tahu goreng Tahu 50
Sop buncis Buncis 25 Lodeh sayur Labu siam 20
Wortel 25 Wortel 20
Kentang 25 Kacang p 10
Minyak 5 Minyak 8
Melon Melon 50 Melon Melon 200
Selingan sore Selingan
sore
Pudding DM Pudding 50
DM
Apel Apel 50 Apel Apel 200
Malam Malam
Nasi tim Beras giling 50 Nasi tim Beras giling 60
Ikan haruan Ikan haruan 50 Ikan haruan Ikan haruan 40
goreng goreng
Tahu goreng Tahu 50
Sop oyong Oyong 25 Sop oyong Oyong 20
Wortel 25 Wortel 15
Jagung 25 Jagung 15
Minyak 5 Minyak 8
Energi 1300 Energi 1350
Protein 45 Protein 36
Lemak 35 Lemak 37,5
Karbohidrat 192 Karbohidrat 209,25

1. Hasil Konseling Gizi


Penerima Konseling : Pasien
Waktu : ± 10 menit
Tempat : Ruang rawat inap
Alat : Leaflet
Metode : Ceramah dan tanya jawab

Tabel Hasil Konseling

Tujuan Materi Konseling Hasil


Memberikan makanan tanpa Pemilihan bahan Pasien mengetahui
memberatkan kerja ginjal makanan yang tentang bahan
rendah protein, makanan sumber
pemilihan sumber protein dengan nilai
protein dengan nilai biologis tinggi
biologis tinggi
Meningkatkan pengetahuan tentang Penatalaksanaan Pasien mengerti dan
jenis bahan makanan yang beragam Diet Diabetes mengajukan
dan mengandung zat gizi, serta aman mellitus dan rendah pertanyaan seputar
untuk penderita diabetes mellitus tipe protein diet diabetes mellitus
II dengan komplikasi AKI stage II dan rendah protein.

Memberikan edukasi tentang bahan Pola makan tepat Pasien mengetahui


makanan yang dianjurkan, dibatasi, jenis, jam dan tentang pola makan
dan tidak dianjurkan untuk pasien DM jumlah. Bentuk yang tepat untuk
tipe II dengan komplikasi AKI stage II makanan sesuai penderita DM tipe II
daya terima saluran dengan komplikasi AKI
cerna. stage II
nBAB V

MONITORING, EVALUASI, DAN TINDAK LANJUT

Tanggal/ Hari Diagnosis Monitoring Asupan Gizi (ABCD) Monitoring Evaluasi dan
Pengamatan Medis Diagnosis Gizi Tindak Lanjut
(Terapi Diet
dan Konseling
Gizi)
Antropometri Biokimia Fisik dan Asupan
Klinis

01-02-2020 Diabetes Berat Badan GDS 419 Fisik: Lemas, E = 849,1 NI. 2.1 Antropometri:
Melitus tipe : 62 kg mg/dl, mual, pusing gram (78%) Kekurangan Status gizi lebih
2 dengan Tinggi Badan BUN (ureum) Pemeriksaan P= 28,2 gram intake makanan Biokimia:
komplikasi : 150 cm 58 mg/dl, klinis : tekanan (97%) dan minuman GDS, BUN,
darah tinggi L= 29,4 gram oral Kreatinin
AKI stage II IMT:27,5 kg/m2 Kreatinin
yaitu 140/90 (98%) NC. 2.2 normal
2.78 mg/dl mmHg. perubahan nilai kembali
KH= 118,2 laboraturium Fisik/Klinis
gram (70%) terkait zat gizi TD 140/90
NB. 1.1 mmHg kembali
Pengetahuan normal
yang kurang Asupan:
tentang Terjadi
makanan dan peningkatan dari
zat gizi hasil recall 1x24
jam RS
Tindak lanjut:
Pasien diberikan
diet DM + RP
02-02-2020 Diabetes Berat Badan GDP 248 mg/dl Fisik: Lemas, E = 1.187 NC. 2.2 Antropometri:
Melitus tipe : 62 kg berkurang, gram (87%) perubahan nilai Status gizi lebih
2 dengan Tinggi Badan nyeri kaki P= 37,2 gram laboraturium Fisik/Klinis
komplikasi : 150 cm brkurang (103%) terkait zat gizi TD:150/90
klinis : tekanan L= 35,6 gram NB. 1.1
AKI stage II IMT:27,5 kg/m2 mmHg) normal
darah tinggi (94%) Pengetahuan
yaitu 150/90 KH= 186 yang kurang kembali
mmHg. gram (88%) tentang
Asupan:
makanan dan
Terjadi
zat gizi
peningkatan dari
hasil recall tgl
01-02-2020
Tindak lanjut:
Pasien diberikan
diet DM dan
Rendah protein
dan diberi
motivasi untuk
menghabiskan
makanannya

03-02-2020 Diabetes Berat Badan GDP 199 mg/dl Fisik: compos E =1.234,9 NC. 2.2 Antropometri:
Melitus tipe : 62 kg mentis, nyeri gram (91%) perubahan nilai Status gizi
2 dengan Tinggi Badan kaki sudah P= 35,4 gram laboraturium normal
komplikasi : 150 cm tidak lagi (98%) terkait zat gizi Fisik/Klinis
L= 34,5 gram NB. 1.1 TD menurun
AKI stage II IMT:27,5 kg/m2
(92%) Pengetahuan 140/90 dengan
Nadi: 74 x/mnt KH= 197,7 yang kurang diberikannya
gram (79%) tentang diet Rendah
respirasi
makanan dan Garam
18x/menit zat gizi Asupan:
Terjadi kenaikan
suhu 360C
dari hasil recall
tgl 02-02-2020,
karena nafsu
makan pasien
sudah
berangsur
membaik
Tindak lanjut:
Pasien diberikan
diet DM dan
Rendah protein
dan diberi
motivasi untuk
menghabiskan
makanannya
juga diberikan
leaflet mengenai
diet Diabetes
Mellitus dan
rendah protein
untuk acuan
pasien/ keluarga
dalam membuat
makanan.
BAB VI

PEMBAHASAN
1. Diagnosa Medis
Ny. H berusia 54 tahun dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Umum
Daerah Ulin Banjarmasin dengan keluhan demam, penglihatan kabur, jantung
terasa berdebar serta nyeri kaki. Pasien sudah menderita diabetes melitus sejak
10 tahun yang lalu, tidak ada riwayat keluarga yang terkena DM pasien sehari-
hari berjualan sayur di pasar dari jam 5 pagi sampai jam 12 siang. Awal kasus
diketahui tekanan darah pasien tinggi yaitu 140/90 mmHg dan hasil
pemeriksaan biokimia didapatkan hasil dari Hb, trombosit, eritrosit, hematokrit,
MCH rendah, RDW-CV tinggi dan ureum, kreatinin tinggi.
Berdasarkan dari data pasien pasien didiagnosa medis Diabetes Melitus
tipe 2 dengan komplikasi AKI stage II
2. Antropometri
Antropometri secara umum artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri secara umum digunakan untuk
meihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak,
otot dan jumlah air di dalam tubuh. Antropometri sebagai indikator status gizi
dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yaitu umur, berat badan,
tinggi badan dan LLA (Supariasa, 2001).
Tabel 5.2 Pemantauan Antropometri

Tanggal Pengukuran Hasil Status Gizi Berdasarkan LLA/U


01/02/2019 TB 150 cm 27 kg/m2
BB 62 cm (obesitas)
02/02/2019 TB 150 cm 27 kg/m2
BB 62 cm (obesitas)
03/02/2019 TB 150 cm 27 kg/m2
BB 62 cm (obesitas)
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan nilai yang diambil dari perhitungan
hasil bagi antara berat badan (BB) dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi
badan (TB) dalam meter (Dhara & Chatterjee, 2015). IMT hingga kini dipakai
secara luas untuk menentukan status gizi seseorang. Hasil survey di beberapa
Negara, menunjukkan bahwa IMT ternyata merupakan suatu indeks yang
responsive, sensitive terhadap perubahan keadaan gizi, ketersediaan pangan
menurut musim, dan produktivitas kerja. IMT dipercayai dapat menjadi indikator
atau menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT merupakan
alternative untuk tindakan pengukuran lemak tubuh (Dhara & Chatterjee, 2015).
Untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan setiap hari
selama kasus dengan hasil tetap sama dari awal sampai akhir didapatkan status
gizi kurang (27 kg/m2)
3. Biokimia
Pemeriksaan biokimia merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk
mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih parah lagi, dimana
dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsy sehingga dapat diketahui
kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling sensitive terhadap
deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah dengan menggunakan
uji gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi
fungsional dari status zat gizi yang spesifik (Baliwati, 2004).
Pemeriksaan biokimia selama studi kasus hanya dilakukan saat masuk rumah
sakit. didapatkan hasil Hb 13,3 g/dl (rendah), Hematokrit 41,4 % (rendah), MCH
(rendah) 26,2 pg, MCHC (rendah) 32,1 % dan SGOT (tinggi) 36 U/L.
4. Fisik dan Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan
perubahan yang terjadi berhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan
asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis dapat diliat pada jaringan epitel yang terdapat
dimata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ dekat dengan permukaan tubuh
(kelenjar tiroid) (Hatriyanti dan Triyanti, 2007).
Tabel 5.5 Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis

Fisik dan Klinis Tanggal Pemeriksaan


01/02/2020 02/02/2020 03/02/2020
Keadaan Lemah, demam, Lemas Compos mentis
Umum nyeri kaki, mual berkurang,
muntah nyeri kaki
berkurang
TD 140/90 150/90 140/80 mmHg
mmHg mmHg
Nadi 88x/mnt 73x/mnt 74x/mnt
RR 20x/mnt 18x/mnt 18x/mnt
Suhu 370 C 36,70C 360 C
Berdasarkan pemeriksaan fisik dan klinis pada awal kasus dibandingkan
dengan akhir studi kasus terdapat perubahan pada tingkat kesadaran dimana
yang awalnya pasien lemah menjadi compos mentis. Tekanan darah pasien
sempat meningkat dari tanggal 02-02-2020 menjadi 150/90 kemudian menurun
di hari ke III yaitu 140/80 mmHg.
5. Asupan
Diet diberikan dalam bentuk makanan lembek dan diberikan Diet
Diabetes Mellitus dan Rendah Protein, energi= 1.350 kkal, protein = 36 gram,
lemak = 37,5 gram, karbohidrat = 209,25 gram dengan frekuensi 3x makanan
utama dan 2x makanan selingan. Selama sakit diet ini diberikan betahap dari
tahap I 80% dan karena pada hari pertama pasien sudah mampu menghabiskan
makanannya maka pada hari ke II dan III diberikan 100% dari kebutuhan.
Pemberian bertahap didapatkan dari kebutuhan total harian karena sebelum
studi kasus intake energi, lemak, karbohidrat defisit, protein lebih. Hal ini
dikarenakan pada saat dirumah pasien mengalami demam dan tidak nafsu
makan. Diet diberikan dalam bentuk lunak (nasi tim) dengan dengan frekuensi
3x makanan utama dan 2x makanan selingan.
Tabel 5.6 pemantauan Asupan Selama Kasus

Tanggal Keterangan Zat Gizi


Energi Protein Lemak KH
01/02/2020 Kebutuhan (80% 1.080 28,8 30 167,4
dari kebutuhan)
Intake asupan 849,1 28,2 29,4 118,2
% Asupan 78% 97% 98% 70%
02/02/2020 Kebutuhan 1.350 36 37,5 209,5
(100%
dari kebutuhan)
Intake asupan 1.187 37,2 35,6 186
% Asupan 87% 103% 94% 88%
03/02/2020 Kebutuhan 1.350 36 37,5 209,5
(100%
dari kebutuhan)
Intake asupan 1.234,9 35,4 34,5 197,7
% Asupan 91% 98% 92% 94%
Rata-rata Intake Asupan 1.090 33,6 33,1 167,3
Kebutuhan 1.350 36 37,5 209,5
% Asupan 80% 93% 88% 79%
Berdasarkan hasil pengamatan dari penyajian awal studi kasus sampai
akhir studi kasus asupan makan pasien mengalami peningkatan, hal ini
dikarenakan nafsu makan pasien sudah mulai membaik.

Asupan Lebih Baik Cukup Kurang Defisit


Energi >110% 101-110% 80-100% 70-79% <70%
Protein >110% 101-110% 80-100% 70-79% <70%
Lemak >110% 101-110% 80-100% 70-79% <70%
Karbohidrat >110% 101-110% 80-100% 70-79% <70%
(Sumber: Kemenkes 2013)

a. Asupan Energi
1600
1400 1350 1350
1187 1234.9
1200 1080
1000 849.1
800
600 Kebutuhan
Intake Asupan
400
%Asupan
200 78 87 91
0
1/2/2020 2/2/2020 3/3/2020

Gambar 5.1 Asupan Energi


Menurut Supariasa (2001), dukungan nutrisi dapat meningkatkan status
gizi pasien.asupan gizi yang cukup dapat memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh
dan sebaliknya kekurangan zat gizi akan mempengaruhi proses metabolism
tubuh. Keadaan nutrisi pasien yang dirawat merupakan faktor penting
keseluruhan pengobatan di rumah sakit.
Keadaan kesehatan gizi atau status gizi tergantung dari tingkat konsumsi
zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Energi yang
diperlukan oleh tubuh dapat diperoleh dari hasil pembakaran karbohidrat, lemak
dan protein dalam tubuh (Suhardjo, 1996).
Asupan energi pasien mengalami peningkatan dari pemberian tanggal
1/02/2020 sebesar 80% dari kebuhan total, intake makanan pasien dalam
kategori kurang yaitu 78%. Pemberian pada tanggal 2/02/2020 sebesar 100%
dari kebutuhan total, intake makanan pasien dalam kategori cukup yaitu 87%.
Dan pemberian pada tanggal 3/02/2020 sebesar 100% dari kebutuhan
total,intake makanan pasien dalam kategori cukup yaitu 91%. Hal ini
dikarenakan pada hari ke II dan III nafsu makan pasien sudah membaik dan
mapu menghabiskan makanan.
b. Protein

120
103
97 98
100

80
Kebutuhan
60
Intake Asupan
36 37.2 36 35.4 %Asupan
40
28.8 28.2
20

0
1/2/2020 2/2/2020 3/3/2020

Garib dan Parveen (2011) mengungkapkan kecukupan protein yang


dianjurkan untuk seseorang umumnya berbeda-beda, tergantung pada berat
badan, usia, jenis kelamin serta infeksi yang didierita. Selain sebagai zat
pembangun, protein juga berfungsi untuk pertumbuhan dan pembentukan Hb
darah, sebagai alat transportasi hemoglobin yang mengangkut oksigen pada otot
(myoglobin) untuk diangkut ke dalam plasma darah bersama dengan transperin
aktif dan disimpan dalam hati (Adhi, et al, 2010).
Asupan protein pasien mengalami peningkatan dari pemberian tanggal
1/02/2020 sebesar 80% dari kebuhan total, intake protein pasien dalam kategori
cukup yaitu 97%. Pemberian pada tanggal 2/02/2020 sebesar 100% dari
kebutuhan total, intake protein pasien dalam kategori cukup yaitu 103%
kemudian pada pemberian tanggal 3/02/2020 diberikan 100% dari kebutuhan
total dengan intake protein dalam kategori cukup yaitu 98%, pada hari II dan III
diberikan 100% dari total asupan karena pasien sudah berangsur-angsur baik
serta dapat menghabiskan makannya.
c. Lemak

120
98 94
100 92

80
Kebutuhan
60
Intake Asupan
37.5 35.6 37.5 34.5 %Asupan
40 30 29.4

20

0
1/2/2020 2/2/2020 3/2/2020

Fungsi lemak sebagai pelarut bagi vitamin A,D,E,K dan juga berfungsi
sebagai sumber energi dan mampu menyediakan kalori 2,25 kali lebih banyak
daripada yang diberikan oleh karbohidrat atau protein. Lemak lebih banyak
disimpan sebagai cadangan energi, sehingga meskipun lemak menghasilkan
energi yang terbesar, tapi lemak bukan sebagai penghasil energi yang utama
(Riandari, 2007).
Asupan lemak mengalami peningkatan dari pemberian tanggal 1/02/2020
sebesar 80% dari kebutuhan total cukup yaitu 98% dan intake lemak pasien
pada tanggal 2/02/2020 sebesar 100% dari kebutuhan total cukup yaitu 94% dan
pemberian pada tanggal 3/02/2020 tetap 100% dari kebutuhan total cukup yaitu
92%. Hal ini dikarenakan pasien selalu menghabiskan makanan sumber protein
hewani dari hari I sampai III.
d. Asupan Karbohidrat
250
209.5 209.5
197.7
200 186
167.4
150
118.2 Kebutuhan
Intake Asupan
100 88 94
%Asupan
70

50

0
1/2/2020 2/2/2020 3/2/2020

Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber “bahan bakar” (energi)
utama bagi tubuh (Kurniasih, 2010). Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi
yang menjadi penyumbang terbesar dari total asupan energi (Gharib dan
Rasheed, 2011). Jenis karbohidrat yang dikonsumsi merupakan faktor penting
dalam meningkatkan terjadinya gizi lebih. Makanan tinggi karbohidrat
menghasilkan tingginya respon glikemik yang dapat mengakibatkan terjadinya
peningkatan lemak di dalam tubuh (Brand Miller, el al, 2008). Metabolisme
karbohidrat menghasilkan CO2 yang lebih banyak mikronutrien lainnya khusunya
lemak. Suatu penelitian klinis yang menggunakan modifikasi komposisi
makronutrien menghasilkan jumlah CO2 yang lebih kecil dibandingkan standar
formula yang kalorinya sama tetapi dengan tinggi karbohidrat.
Asupan karbohidrat mengalami peningkatan dari pemberian tanggal
1/01/2020 sebesar 80% dari kebutuhan total, intake karbohidrat pasien dalam
kategori kurang yaitu 70% karena pada hari pertama nafsu makan pasien masih
kurang dan agak takut untuk menghabiskan nasi lembek yang dihidangkan. Lalu
Pemberian pada tanggal 2/02/2020 ditingkatkan sebesar 100% dari kebutuhan
total, intake karbohidrat pasien dalam kategori cukup yaitu 88%. mengalami
peningkatan pada tanggal 3/02/2020 dengan pemberian tetap 100% dari
kebutuhan total dan intake karbohidrat dalam kategori kurang cukup yaitu 94%.
Hal ini dikarenakan nafsu makan pasien sudah membaik dari hari-hari
sebelumnya serta keluhan kaki sakit, demam dan pusing sudah mulai membaik/
berkurang.
e. Asupan Rata-Rata 3 Hari
1600

1400 1350

1200 1090
1000
Asupan
800
Kebutuhan
600 %Asupan

400
209.5
167.3
200 80 93 88 79
33.6 36 33.137.5
0
Energi Protein Lemak Karbohidrat

Berdasarkan grafik diatas, rata-rata selama 3 hari penyajian makanan


baik dari energi, lemak dan karbohidrat mengalami peningkatan. Asupan energi
1090 kkal (80%) dalam kategori cukup, asupan protein 33.6 gram (93%) dalam
kategori kurang, asupan lemak 36 gram (51%) dalam kategori kurang dan
asupan karbohidrat 193 gram (42%) dalam kategori kurang.

7. Diagnosa Gizi
Pasien mengalami masalah gizi berupa pengetahuan yang kurang
berkaitan dengan makanan dan zat gizi dikaitkan dengan pasien dalam sehari-
hari jarang mengkonsumsi protein hewani melainkan lebih sering mengkonsumsi
protein nabati dan jarang mengkonsumsi sayuran. Asupan makanan sebelum
masuk rumah sakit dibandingkan dengan kebutuhan, energi defisit yaitu 73%,
protein cukup 91%, lemak cukup 98% dan karbohidrat defisit 62%.
Perubahan nilai laboratorium terkait gizi disebabkan adanya disfungsi ginjal dan
endokrin yang ditandai dari hasil nilai laboratorium BUN 58 mg/dl dan Kreatinin
2,78 mg/dl, Pemeriksaan Fisik didapatkan hasil pasien Demam, nyeri kaki, mual
dan muntah, klinis pasien mengalami tekanan darah tinggi pada awal kasus
140/90 mmHg. Sebelum sakit pasien memiliki kebiasaan makan yang tidak
teratur dan jarang mengkonsumsi protein hewani dan sayur, FFQ Makanan
pokok, nasi 1-2x sehari @200 g Lauk hewani @50 g jarang 3-4/minggu, Lauk
nabati (tempe, tahu) @100 g setiap hari, Sayuran (bayam, kol, labu merah,
kacang panjang @50 g jarang 2-4/minggu, Buah (semangka, buah naga) @100
g 1x/minggu, Kue-kue (roti manis) @50 g setiap hari.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pasien perempuan berusia 54 tahun berinisial Ny.H dengan diagnosa medis
Diabetes Melitus tipe 2 dengan komplikasi AKI stage II
2. Status gizi pasien adalah lebih yaitu IMT/U 27 kg/m2
3. Hasil pemeriksaan fisik pasien pada hari terakhir makin membaik,demam,
kaki sakit sudah sembuh
4. Hasil pemeriksaan klinis pada hari terakhir didapatkan 140/80 mmHg
5. Diet diberikan dalam bentuk makanan lembek dan diberikan diet diabetes
mellitus dengan rendah protein, energi= 1350 kkal, protein = 36 gram, lemak
= 37,5 gram, karbohidrat = 209,25 gram
6. recall asupan makan pasien sebelum datang ke rumah sakit dibandingkan
dengan AKG 2013, energi defisit yaitu 50%, protein kurang 71%, lemak
kurang 64% dan karbohidrat defisjit 42%.
7. recall asupan makan pasien sebelum datang ke rumah sakit dibandingkan
dengan perhitungan didapatkan hasil energi kurang yaitu 70%, protein lebih
113%, lemak cukup 91% dan karbohidrat defisit 57%
8. Diagnosa gizi pada hari terakhir pengamatan :
NC. 2.2 perubahan nilai laboraturium terkait zat gizi
NB. 1.1 Pengetahuan yang kurang tentang makanan dan zat gizi
9. Setelah diberikan konseling gizi, pasien dan keluarga pasien dapat
memahami diet Diabetes Mellitus dan diet Rendah Protein yang dianjurkan
dengan baik sesuai dengan kebutuhannya dan merubah perilaku ke pola
hidup yang lebih sehat.
B. Saran
Diharapkan penatalaksaan PAGT (Proses Asuhan Gizi Terstandar) yang
dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin ini dapat meningkatkan tingkat kesembuhan
pasien dan dalam proses asuhan gizi terstandar ini asupan makan pasien
diberikan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan pasien.

Anda mungkin juga menyukai