Disusun oleh:
Kelompok 4
NAMA NIM
Andi Elsa Mulya Pratiwi 70600118001
Nurul Aulia Ramadhani 70600118007
Nirmayanti Jus’an 70600118008
Jumriani jum 70600118011
Nurul Hudayah 70600118012
Aqilah Farah Salsabil 70600118023
Sry Mulya Nur Fatimah 70600118026
Nur Mutiara Fadhilah HBW 70600118036
Annisa Y Febrianti 70600118037
Muthiaturrahmah Syafiuddin 70600118039
Muh. Naufal Rizqullah M. 70600118040
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat Menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Trauma pada Kulit”. Salawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw., keluarga, sahabat, dan kita sebagai penerus hingga
akhir zaman.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
Kami ucapkan terima kasih dan berharapkan makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……. 40
TRAUMA PADA KULIT
Vulnus atau luka adalah keadaan hilangnya atau terputusnya kontinuitas jaringan. Luka
adalah rusaknya kontinuitas atau kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan
kehilangan substansi jaringan. Luka adalah terganggunya intregitas normal dari kulit dan
jaringan dibawahnya.
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang
berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu. Luka tusuk
merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam jaringan
tubuh dengan luka sayatan yang sering sangat kecil pada kulit ,misalnya luka tusuk pisau.
Menusuk dan arah tusukan.
Vulnus laceratum (punctum) adalah luka kecil dengan dasar yang sukar dilihat.
Disebabkan oleh tertususuk paku atau benda yang runcing, lukanya kecil, dasar sukar
dilihat, tetapi pada luka ini kuman tetanus gampang masuk. Penyebab adalah benda
runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka terbuka dari luar
tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai abdomen/thorax
disebut vulnus penetrosum (luka tembus).
b. Etiologi
Vulnus laceratum puntum atau luka tusuk dapat disebabkan oleh
Suatu gerakan aktif maju yang cepat atau dorongan pada tubuh dengan
suatu alat yang ujung nya panjang
c. Patofisiologi
Fase inflamsi atau “ lagphase “ berlangsung sampai 5 hari. Akibat luka terjadi
pendarahan, ikut keluar sel-sel trombosit radang. Trombosit mengeluarkan
prosig lalim, trombosam, bahan kimia tertentu dan asam amoini tertentu yang
mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah
dan khemotaksis terhadap leukosit. Terjadi Vasekontriksi dan proses
penghentian.
Pendarahan. Sel radang keluar dari pembuluh darah secara diapedisis dan menuju
dareh luka secara khemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan histamine
yang menunggalkan peruseabilitas kapiler, terjadi eksudasi cairan edema. Dengan
demikian timbul tanda-tanda radang leukosit, limfosit dan monosit
menghancurkan dan menahan kotoran dan kuman.
Fase proferasi atau fase fibriflasi. berlangsung dari hari ke 6-3 minggu.
Tersifat oleh proses preforasi dan pembentukan fibrosa yang berasal dari sel-
sel masenkim. Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tidak perlu
dihancurkan dengan demikian luka mengkerut/mengecil. Pada fase ini luka
diisi oleh sel radang, fibrolas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru yang
membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tidak rata, disebut
jaringan granulasi.
Epitel sel basal ditepi luka lepas dari dasarnya dan pindah menututpi dasar luka.
Proses migrasi epitel hanya berjalan kepermukaan yang rata dan lebih rendah, tak
dapat naik, pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan
tertutup epitel dan mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka.
d. Gambaran Klinik
Apabila seseorang terkena luka maka dapat terjadi gejala setempat (lokal) dan
gejala umum (mengenai seluruh tubuh)
Gejala Lokal :
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris. Intensitas atau
derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada berat/luas kerusakan
ujung-ujung saraf dan lokasi luka
Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung padalokasi luka, jenis
pembuluh darah yang rusak .
Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling melebar
Ganguan fungsi, fungdi anggota badan akan terganggu baik oleh karena
rasa nyeri atau kerusakan tendon.
Gejala umum :
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan terutama jenis tes darah lengkap untuk
mengetahui terjadinya infeksi. Pemerksaan X-ray jika terdapat fraktur atau dicurigai
terdapat benda asing.
GDA
Elektrolit serum
BUN/ keratin
Bronkoskopi
Berguna dalam diagnose luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi edema,
pendarahan, dan tukak pada saluran pernapasan.
EKG
Tanda iskemia miokardial/ disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
f. . Komplikasi
Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak
adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot,
saraf, dan pembuluh darah.
Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
g. Penatalaksanaan
G. Pencegahan
Luka robek (laserasi atau vulnus laceratum) Yaitu luka yang disebabkan oleh
benturan keras dengan benda tumpul. Tepi luka biasanya tidak teratur. Luka tusuk
(vulnus punctum) Yaitu luka yang disebabkan oleh benda runcing yang menusuk
kulit, misalnya jarum atau paku.1 Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat
tusukan benda runcing yang biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya.
Misalnya tusukan pisau yang menembus lapisan otot, tusukan paku dan benda-benda
tajam lainnya.
b. Etiologi
Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya
c. Epidemiologi
Indonesia sendiri memiliki angka prevalensi luka cukup tinggi, dari data riskesdas
tahun 2013 disebutkan bahwa angka prevalensi cedera nasional adalah sebesar 8,2%.
Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,7% dibandingkan dengan 5 tahun
sebelumnya, pada tahun 2007 prevalensi cedera secara nasional adalah sebesar 7,5%.
Adapun kejadian cedera tersebut terbagi menjadi beberapak kategori penyebab
cedera. Prevalensi cedera berdasarkan kategori penyebabnya adalah cedera akibat
jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%), selanjutnya penyebab cedera
karena terkena benda tajam/tumpul (7,3%), transportasi darat lain (7,1%) dan
kejatuhan (2,5%).
d. Patofisiologi
Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan
sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma
akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila
jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat
hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya
tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di
koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi
peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika
jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah
jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan
mati dan hidup.1 Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi
kerusakan jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan
menurunkan ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif.
Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang
berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.
e. Gejala klinis
f. Tatalaksana
g. Pencegahan
Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptic,
misalnya alcohol, halogen, yodium, oksidansia, logam berat dan asam berat.
Pembersihan luka, Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka, menghindari
terjadinya infeksi, membuang jaringan nekrosis dan debris (INETNA, 2004).
Pembalutan luka, luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur
kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat
dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per
tertiam.
Penutupan luka, Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
h. Komplikasi
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia ,
ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.. • Vulnus perforatum adalah Luka
jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah,
tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel
organ jaringan. • Vulnus penetratum adalah Luka tembus (Penetrating Wound),
yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk
diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
b. Etiologi
vulnus perforatum/penetratum ini dapat disebabkan oleh trauma tajam yang
menyebabkan luka terbuka seperti terkena tombak atau panah atau karena proses
infeksi yang meluas.
c. Manifestasi klinis
Apabila seseorang terkena luka maka dapat terjadi gejala setempat (local) dan
gejala umum (mengenai seluruh tubuh).
Gejala Local
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris. Intensitas
atau derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada berat / luas
kerusakan ujung-ujung saraf dan lokasi luka. • Perdarahan, hebatnya
perdarahan tergantung pada Lokasi luka, jenis pembuluh darah yang
rusak . • Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling
melebar • Ganguan fungsi, fungdi anggota badan akan terganggu baik
oleh karena rasa nyeri atau kerusakan tendon.
Gejala umum
Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi akibat
penyuli/komplikasi yang terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau
perdarahan yang hebat.
d. Patofisiologi
Vulnus terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tubuh yang bisa
disebabkan oleh traumatis/mekanis, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik, dan gigitan hewan atau binatang. Vulnus yang terjadi
dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala seperti bengkak,
krepitasi, shock, nyeri, dan deformitas atau bisa juga menimbulkan kondisi yang
lebih serius. Tanda dan gejala yang timbul tergantung pada penyebab dan tipe
vulnus.
g. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah
h. Penatalaksanaan
Pembedahan-Imunisasi tetanus-Immobilisasi-Terapi antibiotik
i. Proses Penyembuhan Luka
Stadium Satu-Pembentukan Hematoma: Pembuluh darah robek dan terbentuk
hematoma disekitar. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang
rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini
berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
Stadium Dua-Proliferasi Seluler: Pada stadium ini terjadi proliferasi dan
differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,
dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami
proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah
osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari
terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah.
Fase ini berlangsung selama 8 jam.
Stadium Tiga-Pembentukan Kallus: Sel-sel yang berkembang memiliki potensi
yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan
mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel
tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago,
membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal.
Stadium Empat-Konsolidasi: Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut,
anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan
tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa, diantara fragmen
dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu
beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
Stadium Lima-Remodelling: Telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang
padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang
oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang
lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang
tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk
struktur yang mirip dengan normalnya.
4. LUKA BAKAR
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas
(scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan
kimia, serta sengatan matahari (sunburn).
5. LUKA BAKAR DERAJAT I
a. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.
Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan
dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga
terlatih dan terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola
oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik,
bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi,
rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi.
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak
langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll)
atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) 1. Kulit adalah organ
tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostasis.
Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya
sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6
mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada
kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu
dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan
luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm
sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium
yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel
darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang
banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada
luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat
tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingi
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem
laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga. Dapat
juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda
keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang
berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat
meninggal. Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi
serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini di tandai dengan
meningkatnya diuresis 3
b. Patofisiologi
darah dan produksi urin.4 kulit manusia dapat mentoleransi suhu 44oC (111oF) relatif
selama 6 jam sebelum mengalami cedera termal.
c. Fase Luka Bakar
Luka bakar terbagi dalam 3 fase, yaitu fase akut, subakut, dan fase lanjut.
Pembagian ketiga fase ini tidaklah tegas, namun pembagian ini akan membantu
dalam Penanganan Luka Bakar Yang Lebih Terintegrasi.
Fase akut/syok/awal
Fase ini dimulai saat kejadian hingga penderita mendapatkan perawatan di
IRD/ Unit luka bakar. Seperti penderita trauma lainnya, penderita luka bakar
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme
bernafas), dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway dapat terjadi
segera atau beberapa saat seteah trauma, namun obstruksi jalan nafas akibat
juga dapat terjadi dalam 48-72 jam paska trauma. Cedera inhalasi pada luka
bakar adalah penyebab kematian utama di fase akut. Ganguan keseimbangan
sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal berdampak sitemik hingga
syok hipovolemik yang berlanjut hingga keadaan hiperdinamik akibat
instabilisasi sirkulasi.
Fase subakut/flow/hipermetabolik
Fase ini berlangsung setelah syok teratasi. Permasalahan pada fase ini adalah
proses inflamasi atau infeksi pada luka bakar, problem penutupan lukan, dan
keadaan hipermetabolisme.
Fase lanjut
Pada fase ini penderita dinyatakan sembuh, namun memerlukan kontrol rawat
jalan. Permasalahan pada fase ini adalah timbulnya penyulit seperti jaringan
parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas, dan adanya
kontraktur.
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis,
berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan
scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka
berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
b. Epidemiologi
c. Gambaran Klinis
Derajat II Dangkal (Superficial)
Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.Organ-
organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh. Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam
setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka
bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II
superficial setelah 12-24 jam Ketika bula dihilangkan, luka tampak
berwarna merah muda dan basah, jarang menyebabkan hypertrophic
scar. Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara
spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).
Derajat II dalam (Deep)
Fase subakut/flow/hipermetabolik
Fase lanjut
Pada fase ini penderita dinyatakan sembuh, namun
memerlukan kontrol rawat jalan. Permasalahan pada fase ini adalah
timbulnya penyulit seperti jaringan parut yang hipertrofik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas, dan adanya kontraktur.
a. Definisi
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).
b. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik.Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap
drajat kenaikan temperatur.Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur
yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam
hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka
bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh,
penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik.
Volume cairan iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi kejaringan, kondisi ini dikenal dengan
syok.
c. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat Luka
bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) Luka bakar kimia biasanya
disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam
bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakan
untuk keperluan rumah tangga.
Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) Listrik menyebabkan
kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran listrik
menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika
intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber
arus maupun grown
Luka bakar radiasi (Radiasi Injury) Luka bakar radiasi disebabkan karena
terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini sering disebabkan
oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia
kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama
juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang
dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis,
organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar
berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar,
terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak
dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik
mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama
karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka.
f. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka
akibat
trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang
diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar
pada survey sekunder
9. LUKA BAKAR AKIBAT TRAUMA DINGIN
a. Definisi
Frosbite (Radang Dingin) adalah injuri dingin yang bersifat lokal disebabkan
oleh terpaparnya temperatur yang dingin.
Radang dingin adalah cedera yang disebabkan oleh pembekuan dari kulit dan
jaringan di bawahnya.
b. Patofisiologi
sel pada frosbite disebabkan oleh pembekuan secara langsung pada sel
disaat injuri atau oleh karena perfusi jaringan yang tidak adekuat sebagai
akibat dari spasme vaskuler, dan oklusi pembuluh-pembuluh kecil pada area
injuri.
Dengan pembekuan sel secara langsung (crystallization), terbentuk
kristal es di dalam cairan ekstraseluler dan secara osmotik menarik cairan
intraseluler sehingga menyebabkan dehidrasi sel. Perubahan vaskuler yang
terjadi antara lain meliputi vasokontriksi , penurunan perfusi kapiler dan
peningkatan visikositas darah dengan disertai terbentuknya endapan dan
trombus.
Setelah pencairan terjadi stasis vaskuler pada area yang injuri sebagai
akibat dari obstruksi pada dasar pembuluh darah. Edema terjadi pada area
injuri selama 2-3 hari setelah pencairan. Trombus, pendarahan interstitial dan
infiltrasi leukosit dapat terjadi. Nekrosis jaringan terjadi dan menjadi lebih
jelas sebagai edema yang pecah.
c. Manifestasi Klinik
Kerusakan yang terjadi dapat kecil/ringan dapat juga luas hingga mampu
menyebabkan hilangnya suatu bagian tubuh. Adapun bagian tubuh
yangserig terkena meliputi tangan, kaki, hidung, dan telinga.
d. Tatalaksana
Farmakologi
Imunisasi tetanus 0,5ml IM
Plasma ekspander : dekstran 40, 20 ml/kg IV setiap 24 jam untuk
menurunkan endapan; terapi ini masih kontroversial
Antibiotik : tetrasiklin atau ampisilin umtuk profilaksis, 250 mg PO
setiap 6 jam
Analgesik narkotik : morphin 15 mg IM setiap 3 jam, atau
Analgesik antipiretik : aspirin 600 mg PO setiap 3 jam
Non-farmakologi
Merendam di air hangat selama 20 menit dengan suhu 28-45 derajat
celcius.
Pembedahan
Escharotomy
Sympathectomy untuk spasme berat dan nyeri
Debridement setelah retraksi jaringan (13 minggu-4 bulan setelah
injuri)
Amputasi ekstermitas nonviable setelah retraksi ariga viable; mungkin
beberapa bulan setelah injuri
10. LUKA BAKAR AKIBAT BAHAN KIMIA
a. Definisi
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn).
Basa sangat berbahaya untuk kornea, ion hidroksida dapat tembus dengan mudah
hingga menyebabkan pelunakan kornea dan penetrasi bola mata sering
menyebabkan efek yang jauh lebih berbahaya.
Tampilan klinis luka bakar asam dan basa dapat membingungkan dan
menyebabkan keterlambatan pengobatan atau pengobatan yang berlebihan.
Selain ion hidrogen atau hidroksil, beberapa bahan kimia mengandung anion atau
kation yang memiliki sifat destruktif yang spesifik. Ion fluorida, sebagai contoh,
memiliki efek vasospastik dan dapat menembus sangat dalam selama proses
berlangsung.
d. Etiologi
Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap cedera jaringan lunak.
Begitu juga halnya dengan kriteria sembuhnya luka pada tipa cedera jaringan luka
baik luka ulseratif kronik, seperti dekubitus dan ulkus tungkai, luka traumatis,
misalnya laserasi, abrasi, dan luka bakar, atau luka akibat tindakan bedah. Luka
dikatakan mengalami proses penyembuhan jika mengalami proses fase respon
inflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi.
Kemudian disertai dengan berkurangnya luasnya luka, jumlah eksudat berkurang,
jaringan luka semakin membaik.
Tubuh secara normal akan merespon terhadap luka melalui proses peradangan
yang dikarakteristikan dengan lima tanda utama yaitu bengkak, kemerahan, panas,
nyeri dan kerusakan fungi. Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase
yaitu:
Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3–4 hari. Dua proses
utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis.
Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat vasokonstriksi
pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah,
endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan
darah di daerah luka. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan
luka. Scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka
oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari
luka ke tepi. Sel epitel membantu sebagai barier antara tubuh dengan
lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Suplai darah
yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang
diperlukan pada proses penyembuhan.
Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak.
Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke
daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar
dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka.
Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses
yang disebut fagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor
angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel
diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama
mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat
penting bagi proses penyembuhan.
Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke–4 atau 5 sampai hari ke–21.
Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi fibroblas, sel inflamasi,
pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid.
Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke
daerah luka mulai 24 jam pertama setelah terjadi luka. Diawali
dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut
proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah
substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka.
Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan
luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Kapilarisasi dan
epitelisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang
memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan.
Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke–21 dan berakhir 1–2 tahun. Fibroblas
terus mensintesis kolagen. Kolagen menyalin dirinya, menyatukan
dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan
elastisitas dan meninggalkan garis putih. Dalam fase ini terdapat
remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan
kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas
luka. Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka
serta peningkatan kekuatan jaringan. Terbentuk jaringan parut 50–
80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya. Kemudian terdapat
pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi
jaringan yang mengalami perbaikan.
Usia
Sirkulasi darah dan pengiriman oksigen pada luka, pembekuan, respon
inflamasi,dan fagositosis mudah rusak pada orang terlalu muda dan
orang tua, sehingga risiko infeksi lebih besar. Kecepatan pertuumbuhan sel
dan epitelisasi pada luka terbuka lebih lambat pada usia lanjut sehingga
penyembuhan luka juga terjadi lebih lambat.
Nutrisi
Diet yang seimbang antara jumlah protein, karbohidrat, lemak, mineral dan
vitamin yang adekuat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap patogen dan menurunkan risiko infeksi. Pembedahan, infeksi luka
yang parah, luka bakar dan trauma, dan kondisi defisit nutrisi meningkatkan
kebutuhan akan nutrisi. Kurang nutrisi dapat meningkatkan resiko infeksi dan
mengganggu proses penyembuhan luka. Sedangkan obesitas dapat
menyebabkan penurunan suplay
pembuluh darah, yang merusak pengiriman nutrisi dan elemen-elemen yang
lainnya yang diperlukan pada proses penyembuhan. Selain itu pada obesitas
penyatuan jaringan lemak lebih sulit, komplikasi seperti dehisens dan
episerasi yang diikuti infeksi bisa terjadi.
c. Oksigenasi
Penurunan oksigen arteri pada mengganggu sintesa kolagen dan
pembentukan epitel, memperlambat penyembuhan luka. Mengurangi kadar
hemoglobin (anemia), menurunkan pengiriman oksigen ke jaringan dan
mempengaruhi perbaikan jaringan.
d. Infeksi
Bakteri merupakan sumber paling umum yang menyebabkan terjadinya
infeksi. Infeksi menghematkan penyembuhan dengan memperpanjang fase
inflamasi, dan memproduksi zat kimia serta enzim yang dapat merusak
jaringan. Resiko infeksi lebih besar jika luka mengandung jaringan nekrotik,
terdapat benda asing dan suplai darah serta pertahanan jaringan berkurang.
e. Merokok
Merokok dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin dan kerusakan
oksigenasi jaringan. Sehingga merokok menjadi penyulit
dalam proses penyembuhan luka.
Cuci luka bakar secara halus dan lakukan dressing dengan NaCl 0,9%
dingian untuk membantu menghentikan proses kerusakan dan
mengurangi nyeri Luka bakar superfisial umumnya sembuh cepat dan
dapat diobati dengan perawatan luka bakar rutin atau minor. Pada
pasien dengan luka bakar berat, antibakteri topikal digunakan untuk
mengontrol pertumbuhan bakteri dan mencegah infeksi invasif pada
luka yang terkontaminasi hingga skin grafting dilakukan
Jong, W. d. (2005). Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta.: Medika
Auskulapius FKUI.
SM, W. (2000). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kedua. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia .
Tamsuri, a. (2004). Tanda-tanda vital suhu tubuh seri kebutuhan dasar manusia.
jAKARTA: EGC.