Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MANAJEMEN FARMASI

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK


“PELAPORAN”

URAIAN PELAPORAN OBAT DI APOTEK

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi:
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan
dan pelaporan (Menkes RI, 2014).

Pencatatan dan pelaporan pencatatan adalah salah satu pengelolaan sediaan farmasi
yang dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang meliputi pengadaan seperti surat pesanan dan faktur, penyimpanan
seperti kartu stock untuk memantau keluar masuknya obat, penyerahan yaitu nota atau struk
penjualan dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan
untuk kebutuhan management apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika dan
psikotropika dan pelaporan lainnya (Menkes RI, 2014).

Dalam pelaporan obat di apotek kompetensi dan kemampuan apoteker diharapkan


mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Apoteker bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan di apotek
termasuk pencatatan, administrasi pembelian, penjualan, pelaporan keuangan dan laporan
penggunaan narkotika/psikotropika, menurut (Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta, 2004).

Dan di apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala


mengenai pemasukan dan atau pengeluaran jenis obat golongan narkotika dan psikotropika
yang berada dalam penguasaannya, hal ini terdapat pada Undang-undang RI nomor 5 tahun
1997 tentang psikotropika, Undang-undang RI nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika dan
Permenkes RI nomor 3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan
pelaporan narkotika dan psikotropika serta Permenkes RI nomor 35 tahun 2014 tentang
standar pelayanan kefarmasian di apotek.

Sistem pelaporan obat narkotika dan obat psikotropika :


Berikut beberapa metode pelaporan narkotika dan psikotropika yang pernah ada
diantaranya;

- Secara manual, dimana apoteker penanggung jawab mengisi laporan narkotika dan
psikotropika dengan cara ditulis didalam kertas yang sudah adalah format laporannya lalu
dikirim langsung atau melalui pos ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan BPOM.
- Menggunakan sistem e-mail atau CD yaitu apoteker penanggung jawab apotek
membuat laporan narkotika dan psikotropika secara manual dan kemudian petugas
SIPNAP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merekapitulasi laporan dan melaporkannya
melalui website http:// www.sipnap.binfar.depkes.go.id
- Aplikasi sistem pelaporan narkotika dan psikotropika (SIPNAP) berbasis online
menggunakan website : www.sipnap.kemkes.go.id dimana apoteker penanggung jawab
apotek membuat dan mengirimkan laporan SIPNAP langsung melalui internet dan dapat
langsung tersambung ke petugas SIPNAP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Propinsi dan Kemenkes RI (Dinkes, 2017).

Tujuan Kementerian Kesehatan membuat aplikasi dalam bentuk website khusus untuk
pelaporan obat golongan narkotika dan psikotropika yang disebut dengan aplikasi sistem
pelaporan narkotika dan psikotropika (Aplikasi SIPNAP) yaitu untuk mengembangkan sistem
pelaporan obat golongan narkotika dan psikotropika nasional yang cepat dan terintegrasi
dimulai dari unit pelayanan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kemenkes RI.

Laporan SIPNAP merupakan data dasar dalam membuat perencanaan kebutuhan obat
golongan narkotika dan psikotropika di Indonesia yang dibuat untuk mempermudah
pelaporan dan pengawasannya. Sistem pelaporan ini berbasis website yang mudah
dioperasikan sehingga diharapkan tersedia hasil pelaporan yang representatif, akurat, valid
dan cepat serta dengan terlaksananya pelaporan SIPNAP maka diharapkan distribusi obat
golongan narkotika dan psikotropika secara ilegal dapat dicegah (Dinkes, 2017)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketersediaan obat golongan narkotika dan


psikotropika di apotek salah satunya adalah pelaporan obat. Karena kewajiban melapor setiap
bulan juga salah satu faktor apotek tidak menyediakan obat golongan narkotika dan
psikotropika, hal ini dibuktikan dari jawaban responden pada jurnal dimana APA dan PMA
yang tidak menyediakan obat golongan narkotika karena sulit membuat laporan sebanyak
2,00% dan 6,98% dan tidak menyediakan obat golongan psikotropika 0% dan 15,15%. Masih
banyak apotek yang tidak membuat laporan obat golongan narkotika dan psikotropika
menunjukkan kurangnya komitmen apoteker terhadap regulasi hukum.

Pustaka Jurnal

Susanti, J. 2018. Evaluasi Ketersediaan Serta Aplikasi Sistem Pelaporan Obat Golongan
Narkotika dan Psikotropika pada Apotek di Kota Medan. Tesis. Program Studi
Magister Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Available
from URL : http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4062

Anda mungkin juga menyukai