Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI

MENGHITUNG DISTRIBUSI CURAH HUJAN DENGAN CARA


RERATA ALJABAR DAN POLIGON THIESSEN
DOSEN PENGAMPU: ARIF ASHARI, M.Sc

DISUSUN OLEH
NAMA : AISYAH NURUL LATHIFAH
NIM : 15405241014
KELAS/KELOMPOK : A/1

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

1
I. JUDUL
Menghitung Rerata Curah Hujan dengan Metode Aljabar (Aritmetik) dan
Poligon Thiessen.

II. TUJUAN
1. Menghitung rerata curah hujan dengan metode aljabar (aritmetik) dan
poligon thiessen.
2. Membandingkan penggunaan metode aljabar (aritmetik) dan poligon
thiessen.

III. DASAR TEORI


Presipitasi adalah faktor utama yang mengendalikan berlangsungnya daur
hidrologi dalam suatu wilayah DAS (merupakan elemen utama yang perlu
diketahui mendasari pemahaman tentang kelembaban tanah, proses resapan air
tanah, dan debit aliran). Seperti diketahui bahwa keberlanjutan proses
ekologi, geografi, dan tataguna lahan disuatu lahan DAS ditentukan oleh
berlangsungnya daur hidrologi, dan dengan demikian, presipitasi dapat
dipandang sebagai faktor pendukung sekaligus pembatas bagi usaha
pengelolaan sumber daya air dan tanah (Asdak. 2007: 39).
Presipitasi adalah proses jatuhnya butiran air atau kristal es ke permukaan
bumi (Lakitan, 1994: 129). Faktor yang mempengaruhi hujan antara lain
kelembaban udara, tekanan udara, suhu udara, ketinggian tempat, angin,
musim, keberadaan laut, dan penyinaean matahari. Untuk mengukur curah
hujan, terdapat 3 metode yaitu sebagai berikut:
1. Metode Rerata Aljabar (Aritmetik)
Menurut Seyhan (1990: 55), metode rerata aljabar (aritmetik)
adalah metode yang paling sederhana dan diperoleh dengan menghitung
rata-rata aritmetik dari semua total penakar hujan di suatu kawasan.
Metode ini sesuai untuk kawasan-kawasan yang datar (rathujanun untuk
DAS-DAS dengan jumlah penakar hujan yang besar yang didistribusikan
secara merata pada lokasi-lokasi yang mewakili. Rumusnya:

2
1
R= (R + R2 + .... + Rn)
n 1
R : curah hujan daerah (mm)
n : jumlah titik-titik (pos-pos) pengamatan

R1, R2, .... Rn : curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)


2. Metode Poligon Thiessen
Menurut Seyhan (1990: 55), metode poligon thiessen terdapat
bisektor tegak lurus yang digambar melalui garis-garis lurus yang
menghubungkan penakar-penakar hujan di dekatnya, dengan
meninggalkan masing-masing penakar di tengah-tengah suatu poligon.
Jumlah hasil kali luas poligon dan presipitasi (dari penakar di poligon itu)
dibagi dengan luas total untuk mendapatkan presipitasi rata-rata. Metode
ini sesuai untuk kawasan-kawasan dengan jarak penakar-penakar
presipitasi yang tidak merata, memerlukan stasiun-stasiun pengamat di dan
dekat kawasan tersebut, penamahan atau pemindahan suatu stasiun
pengamat akan mengubah seluruh jaringan, dan metode ini tidak
memperhitungkan topografi. Rumusnya:
A 1 R 1+ A 2 R 2+…+ AnRn
R=
A 1+ A 2+ …+ An
R : curah hujan daerah
R1, R2,.... Rn : curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah jumlah
titik-titik pengamatan.
A1, A2, .. An : bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan.

3
3. Metode Isohyet (Garis)
Menurut Seyhan (1990: 55-59), metode isohyet memungkinkan
penghitungan presipitasi dengan bantuan isohyet (garis yang
menghubungkan jeluk presipitasi yang sama) yang digambarkan pada
kawasan tersebut. Presipitasi rata-rata ditentukan dengan menjumlahkan
hasil kali luas isohyet dan presipitasi (jeluk isohyet itu), dan dibagi dengan
luas total. Metode ini merupakan metode yang paling teliti karena
mempertimbangkan relief, aspek, dan lain-lain, sangat baik untuk
kawasan-kawasan bergunung, memerlukan keterampilan, membutuhkan
stasiun-stasiun pengamat di dan dekat kawasan tersebut, dan bermanfaat
untuk curah hujan yang singkat.

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Peta wilayah untuk dianalisis rerata curah hujannya dengan metode aljabar
(aritmetik) dan poligon thiessen.
2. Milimeter block untuk mengukur luas poligon.
3. Kertas Kalkir untuk menjiplak peta wilayah berserta poligonnya
4. Drawing pen untuk menggambar peta wilayah beserta poligonnya.
5. Penggaris untuk membuat garis.
6. Pensil untuk menggambar poligon.
7. Penghapus untuk menghapus kesalahan.
8. Kalkulator untuk menghitung rerata curah hujan.

V. LANGKAH KERJA
1. Menghitung menggunakan metode rerata aljabar (aritmetik):
a. Memberikan nomor setiap titik stasiun.
b. Menghitung rerata curah hujan meggunakan rumus:
c. Mencatat hasilnya.
2. Menghitung menggunakan metode poligon thiessen:
a. Memberikan nomor setiap titik stasiun.

4
b. Membuat garis putus-putus untuk menghubungkan titik-titik stasiun
terdekat.
c. Membagi setiap garis putus-putus menjadi dua bagian sama besar.
d. Membuat garis tegak lurus dari pembagian garis putus-putus untuk
membentuk poligon.
e. Menarik garis tegak lurus tersebut sampai bertemu dengan dua gari
tegak lurus yang terdekat.
f. Menghapus garis putus-putus.
g. Menghitung rerata curah hujannya dengan rumus:
h. Mencatat hasilnya.
3. Membuat laporan praktikum.

VI. HASIL DAN ANALISIS


Setiap daerah memiliki curah hujan yang berbeda-beda, hal tersebut
diketahui dari rekaman hujan dari beberapa stasiun dalam satu wilayah. Dari
satu wilayah tersebut terdiri dari 6 stasiun hujan yang masing-masing
memperoleh data curah hujan yaitu r1= 183 mm, r2= 279 mm, r3= 250 mm,
r4= 176 mm, r5= 225 mm, r6= 210 mm. Data curah hujan tersebut dihitung
dengan dua cara yaitu dengan cara rata-rata aljabar dan cara poligon Thiessen.
Berikut perhitungan data curah hujan dengan cara rata-rata aljabar dan cara
Thiessen.
1. Hitungan dengan cara rata-rata aljabar
1
R= (R + R2 +R 3+ R4 +R5 +R6 )
n 1
1
R= (183+279+250+176+225+210)
6
R= 22,5 mm
2. Hitungan dengan cara Thiessen
A 1 R 1+ A 2 R 2+ A 3 R 3+ A 4 R 4 + A 5 R5+ A 6 R 6
R=
A 1+ A 2+ A 3+ A 4+ A 5+ A 6
1.830+7.533+14.000+880+7.650+3.360
=
148

5
= 238,2 mm
Dari perhitungan rata-rata curah hujan di suatu daerah dengan cara rata-
rata aljabar mendapatkan hasil 22,5 mm. Rata rata itu diambil dari r1= 183
mm, r2= 279 mm, r3= 250 mm, r4= 176 mm, r5= 225 mm, r6= 210 mm.
Untuk perhitungan yang kedua yaitu dengan menggunakan cara poligon
Thiessen. Dari perhitungan tersebut hasil rata-rata curah hujan yaitu 238,2
mm. Hasil dari perhitungan cara aljabar lebih kecil dari pada rata-rata
menggunakan metode poligon Thiessen. Perbedaan rerata curah hujan tiap
tempat yang berbeda pada suatu wilayah disebabkan intensitas hujan yang
bisa dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan vegetasi. Menurut dasar teori,
perhitungan menggunakan rerata aljabar sesuai untuk kawasan-kawasan yang
datar (rata) dan untuk DAS-DAS dengan jumlah penakar hujan yang besar
yang didistribusikan secara merata pada lokasi-lokasi yang mewakili
sedangkan perhitungan menggunakan poligon thiessen sesuai untuk kawasan-
kawasan dengan jarak penakar-penakar hujan yang tidak merata, memerlukan
stasiun-stasiun pengamat di dan dekat kawasan tersebut, penambahan atau
pemindahan suatu stasiun pengamat akan mengubah seluruh jaringan, dan
metode ini tidak memperhitungkan topografi.

I. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas, rata-rata curah hujan menggunakan metode
aljabar 22,5 mm dan cara poligon Thiessen curah 238,2 mm. Hujan daerah
merupakan data yang sangat penting bagi perencanaan dan pemanfaatan suatu
wilayah. Tujuan mengetahui rata-rata curah hujan itu bermanfaat untuk
masyarakat di daerah itu untuk pemanfaatan dan perencanaan suatu wilayah
seperti dalam proyek pembangunan tempat wisata ataupun lahan perkebunan
atau pertanian. Dengan mengetahui rata-rata curah hujan dalam pemanafaatan
pada suatu daerah itu juga lebih efektif dan dapat maksimal dan mengurangi
resiko-resiko yang timbul dari perencanaan dan pemanfaatan dari suatu
wilayah. Dilihat dari dasar teori yang menjelaskan tentang penyebaran

6
masing-masing metode, dapat diketahui bahwa metode poligon Thiessen
lebih akurat dibandingkan metode aljabar.

Anda mungkin juga menyukai