Menghitung Distribusi Curah Hujan Dengan
Menghitung Distribusi Curah Hujan Dengan
DISUSUN OLEH
NAMA : AISYAH NURUL LATHIFAH
NIM : 15405241014
KELAS/KELOMPOK : A/1
1
I. JUDUL
Menghitung Rerata Curah Hujan dengan Metode Aljabar (Aritmetik) dan
Poligon Thiessen.
II. TUJUAN
1. Menghitung rerata curah hujan dengan metode aljabar (aritmetik) dan
poligon thiessen.
2. Membandingkan penggunaan metode aljabar (aritmetik) dan poligon
thiessen.
2
1
R= (R + R2 + .... + Rn)
n 1
R : curah hujan daerah (mm)
n : jumlah titik-titik (pos-pos) pengamatan
3
3. Metode Isohyet (Garis)
Menurut Seyhan (1990: 55-59), metode isohyet memungkinkan
penghitungan presipitasi dengan bantuan isohyet (garis yang
menghubungkan jeluk presipitasi yang sama) yang digambarkan pada
kawasan tersebut. Presipitasi rata-rata ditentukan dengan menjumlahkan
hasil kali luas isohyet dan presipitasi (jeluk isohyet itu), dan dibagi dengan
luas total. Metode ini merupakan metode yang paling teliti karena
mempertimbangkan relief, aspek, dan lain-lain, sangat baik untuk
kawasan-kawasan bergunung, memerlukan keterampilan, membutuhkan
stasiun-stasiun pengamat di dan dekat kawasan tersebut, dan bermanfaat
untuk curah hujan yang singkat.
V. LANGKAH KERJA
1. Menghitung menggunakan metode rerata aljabar (aritmetik):
a. Memberikan nomor setiap titik stasiun.
b. Menghitung rerata curah hujan meggunakan rumus:
c. Mencatat hasilnya.
2. Menghitung menggunakan metode poligon thiessen:
a. Memberikan nomor setiap titik stasiun.
4
b. Membuat garis putus-putus untuk menghubungkan titik-titik stasiun
terdekat.
c. Membagi setiap garis putus-putus menjadi dua bagian sama besar.
d. Membuat garis tegak lurus dari pembagian garis putus-putus untuk
membentuk poligon.
e. Menarik garis tegak lurus tersebut sampai bertemu dengan dua gari
tegak lurus yang terdekat.
f. Menghapus garis putus-putus.
g. Menghitung rerata curah hujannya dengan rumus:
h. Mencatat hasilnya.
3. Membuat laporan praktikum.
5
= 238,2 mm
Dari perhitungan rata-rata curah hujan di suatu daerah dengan cara rata-
rata aljabar mendapatkan hasil 22,5 mm. Rata rata itu diambil dari r1= 183
mm, r2= 279 mm, r3= 250 mm, r4= 176 mm, r5= 225 mm, r6= 210 mm.
Untuk perhitungan yang kedua yaitu dengan menggunakan cara poligon
Thiessen. Dari perhitungan tersebut hasil rata-rata curah hujan yaitu 238,2
mm. Hasil dari perhitungan cara aljabar lebih kecil dari pada rata-rata
menggunakan metode poligon Thiessen. Perbedaan rerata curah hujan tiap
tempat yang berbeda pada suatu wilayah disebabkan intensitas hujan yang
bisa dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan vegetasi. Menurut dasar teori,
perhitungan menggunakan rerata aljabar sesuai untuk kawasan-kawasan yang
datar (rata) dan untuk DAS-DAS dengan jumlah penakar hujan yang besar
yang didistribusikan secara merata pada lokasi-lokasi yang mewakili
sedangkan perhitungan menggunakan poligon thiessen sesuai untuk kawasan-
kawasan dengan jarak penakar-penakar hujan yang tidak merata, memerlukan
stasiun-stasiun pengamat di dan dekat kawasan tersebut, penambahan atau
pemindahan suatu stasiun pengamat akan mengubah seluruh jaringan, dan
metode ini tidak memperhitungkan topografi.
I. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas, rata-rata curah hujan menggunakan metode
aljabar 22,5 mm dan cara poligon Thiessen curah 238,2 mm. Hujan daerah
merupakan data yang sangat penting bagi perencanaan dan pemanfaatan suatu
wilayah. Tujuan mengetahui rata-rata curah hujan itu bermanfaat untuk
masyarakat di daerah itu untuk pemanfaatan dan perencanaan suatu wilayah
seperti dalam proyek pembangunan tempat wisata ataupun lahan perkebunan
atau pertanian. Dengan mengetahui rata-rata curah hujan dalam pemanafaatan
pada suatu daerah itu juga lebih efektif dan dapat maksimal dan mengurangi
resiko-resiko yang timbul dari perencanaan dan pemanfaatan dari suatu
wilayah. Dilihat dari dasar teori yang menjelaskan tentang penyebaran
6
masing-masing metode, dapat diketahui bahwa metode poligon Thiessen
lebih akurat dibandingkan metode aljabar.