Anda di halaman 1dari 28

Tugas Makalah

Tanaman Pangan
“Budidaya dan Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuhan Kacang-kacangan”

Di Susun Oleh
Kelompok 3
Septia Am. S Abdullah
Rahmawati Gobel
Nur Sesya Doholio
Juliyanti Djafar
Cindrawati Jumaati
Sri Yustika C Pakaya
Mentari
Renaldi
Kelas A Pendidikan Biologi

JURUSAN BIOLOGI
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

1
T.A 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktu yang telah ditentukan.Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Tanaman Pangan, Atas terselesaikannya makalah ini maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada: Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran dalam penulisan makalah ini, Dosen mata kuliah
Tanaman Pangan, semua pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah
ini.
Karena keterbatasan pengetahuan penulis maka penulisan makalah ini jauh
dari sempurna,oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.

Gorontalo, Februari 2020


Penyusun

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3
2.1 Cara Budidaya Tanaman Kacang-kacangan...............................................5
2.2 Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Tanaman Kacang-kacangan.....23
BAB III PENUTUP.........................................................................................26
3.1 Kesimpulan.................................................................................................26
3.2 Saran...........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein yang saling
melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum. Komoditi ini juga
ternyata potensial sebagai sumber zat gizi lain selain protein, yaitu mineral,
vitamin B,karbohidrat kompleks dan serat makanan. Disamping diolah secara
tradisional dengan direbus, dikukus, dan disayur, sebenarnya potensi
penggunaannya sangat luas untuk menghasilkan produk baru. Misalnya sebagai
bahan baku tepung campuran (flour mix) yang dapat digunakan dalam pembuatan
berbagai produk pangan, termasuk makanan bayi. Kacang-kacangan dapat
menyumbang banyak protein dan zat gizi lain bagi masyarakat di negara maju dan
negara berkembang.Karena kandungan seratnya tinggi, maka kacang-kacangan
juga dapat dijadikan sumber serat.
Mengenai efek kesehatan serat dari kacang-kacangan sebagian besar masih
terbatas pada kacang kedelai.Dibandingkan dengan makanan berserat yang
dewasa ini tersedia dalam bentuk makanan suplemen dengan berbagai merek
dagang, sebenarnya kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat yang
tidak kalah mutunya. Jugadibandingkan dengan serat makanan dalam buah-
buahan dan sayuran yang dikenal dapat mencegah timbulnya kanker, mutu serat
makanan dalam kacang-kacangan juga tidak kalah. Bahkan kacang-kacangan
mempunyai keistimewaan lain, yaitu berharga murah, berprotein tinggi,
kandungan lemaknya pada umumnya baik untuk kesehatan dan mengandung
berbagai mineral dalam jumlah yang cukup banyak.
Di Indonesia, terdapat berbagai jenis kacang-kacangan dengan berbagai
warna, bentuk,ukuran dan varietas, yang sebenarnya potensial untuk menambah
zat gizi dalam dietatau menu sehari-hari. Jenis yang mendominasi pasar adalah
kacang kedelai, yang sebagian besar masih diimpor. Sebenarnya telah banyak

4
usaha yang dilakukan untuk mengangkat kacang-kacangan lokal Indonesia,
kacang hijau,kacang mente,kacang tanah kacang merah.
Kacang adalah istilah non-botani yang biasa dipakai untuk menyebut biji
sejumlah tumbuhan polong-polongan (namun tidak semua). Dalam percakapan
sehari-hari, kacang dipakai juga untuk menyebut buah (polong) atau bahkan
tumbuhan yang menghasilkannya. Di Jakarta, kata “kacang” biasanya
dimaksudkan untuk polong kacang tanah. Kata ini sebenarnya dipakai untuk
menyebut biji kering yang berbentuk menyerupai ginjal dan dimakan setelah
dikeringkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Budidaya Tanaman Kacang-Kacangan ?
2. Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Kacang-
kacangan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Budidaya Tanaman Kacang-
Kacangan
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Tanaman Kacang-kacangan

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cara Budidaya Tanaman Kacang-kacangan
2.2.1 Cara Budidaya Tanaman Kacang Tanah
1. Pengolahan Tanah
Tanaman kacang tanah menyukai tanah yang gembur dan subur. Adapun
yang dianjurkan/sesuai dengan petunjuk yaitu pengolahan tanah dilakukan dengan
menggunakan cangkul, dengan kedalaman 20 –30 cm. Pada tanah dimana air
sukar meresap perlu dibuat saluran air untuk mengatur drainase.
Pengolahan tanah bertujuan agar tanah padat menjadi longgar atau
gembur, sehingga pertukaran udara dalam tanah menjadi lancar. Seluruh petani
responden dalam pengolahan tanah dilakukan dengan cara dicangkul. Biasanya
tanah dicangkul dengan kedalaman 20 - 30 cm. Dalam pembuatan bedengan
dengan ukuran lebar 80 - 100 cm dan panjangnya disesuaikan dengan panjang
lahan. Maksud pembuatan ini adalah untuk memudahkan pembuangan air,
memelihara dan menghindar pemadatan tanah karena terinjak-injak.
2. Benih
Benih yang digunakan yang paling bagus adalah benih dengan varietas
Lokal. Jumlah benih yang digunakan bervariasi sesuai dengan luas lahan. Adapun
jumlah benih yang digunakan rata-rata 29,77 kg/petani atau sebesar 34,61 kg/ha
dengan harga yang berlaku saat penelitian sebesar Rp.22.0000/kg.
3. Penanaman
Jarak tanam yang dipergunakan petani yaitu 30 x 30 cm dan biji kacang
tanah yang dimasukan kedalam lubang sebanyak 2 - 3 biji perlubang dengan
kedalaman lubang 4 - 5 cm. Biji akan tumbuh 1 minggu setelah tanam. Waktu
tanam dimulai bulan September sampai Desember, yaitu kurang lebih selama 3
bulan benih kacang tanah bisa langsung ditanam dibedengan (arah utara-selatan)

6
tanpa disemaikan terlebih dahulu. Jarak tanam antar lubang bervariasi. Jarak
tanam yang dianjurkan adalah 40 x 30 cm dan 30 x 20 cm dengan kedalam lubang
3 cm dan pada tiap lubang tanam dimasukan 1 butir benih.

4. Pemeliharaan
Kacang tanah yang ditanam harus terpelihara dengan baik. Gulma dan
tumbuhan pengganggu akan dapat mengurangi produksi tanaman kacang tanah
apabila tanaman pengganggu tidak dikontrol atau disiangi dari tanaman utamanya.
Penyiangan perlu dilakukan jika tanaman banyak ditumbuhi rumput atau gulma,
penyiangan dilakukan 1 - 2 kali dalam satu musim tanam. Sedangkan
pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan dilakukan. Hal ini dilakukan
agar akar tanaman tidak keluar dari dalam tanah.
Hama yang biasa menyerang tanaman kacang tanah antara lain ulat korok
(Stomapterix subsecivella) yang menyerang bagian tulang daun yang
menyebabkan sekitar tulang daun dan menguningnya warna daun. Hama yang lain
yaitu ulat grayak (Spodoptera litura ) yang menyerang bagian daun dan buah
(polong).
Pengendalian yang dilakukan antara lain secara kultur teknik dengan cara
pergiliran (rotasi) tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dan mengatur
waktu tanam secara serempak dalam satu hamparan untuk memutus siklus. Selain
itu dapat dilakukan secara manual yaitu mengumpulkan ulat grayak kemudian
dimusnahkan dan membersihkan sisa tanaman tempat persembunyian hama.
Adapun petani tidak menggunakan insektisida dalam pengendalian hama dan
penyakit.
5. Panen dan Pasca Panen
Pada umumnya varietas yang ditanam didaerah setempat telah cukup tua
ada umur 100 hari dengan tanda-tanda :
a. Kulit polong telah mengeras dan bagian dalam berwarna coklat kehitam-
hitaman.
b. Biji telah berisi penuh, kulit bijinya tipis.
c. Sebagian besar daun sudah mengering dan lurus.

7
Cara panen dengan mencabut tanaman kacang tanah dengan tangan.
Setelah semua tanaman kacang tanah dipanen atau dicabut kemudian dilakukan
pemetikan yaitu memisahkan polong kacang tanah dari rumpunnya. Kemudian
polong kacang tanah diangkut kerumah. Penjemuran dilakukan selama 7-8 hari,
setelah kering dimasukan ke dalam karung goni yang masih berbentuk polong
kering siap untuk dijual (ZIRAA’AH, 2015).

2.2.2 Cara Budidaya Tanaman Kacang Kedelai


Menurut Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Loka Pengkajian
Teknologi Pertanian Sulawesi Barat NO.003/DIS-LPTP/2016 Budidaya tanaman
Kacang Kedelai diantaranya :
1. Pemilihan Varietas
Pilihan varietas unggul baru (VUB) kedelai disesuaikan dengan
agroekosistem setempat dan permintaan pengguna. Setiap varietas memiliki daya
adaptasi berbeda antar agroekosistem, seperti lahan sawah/tegal, lahan kering,
lahan masam, dan lahan pasang surut. Berdasarkan warna bijinya dikenal kedelai
kuning dan kedelai hitam.Pemeliharaan kedelai hitam umumnya lebih mudah
daripada kedelai kuning.Kedelai kuning membutuhkan tanah yang lebih subur,
serta memerlukan pengairan dan pemeliharaan yang lebih baik daripada kedelai
hitam. Kedelai hitam umumnya hanya digunakan untuk bahan baku kecap,
sedangkan kedelai kuning untuk bahan baku tempe, susu kedelai, tahu serta
makanan lainnya (tauco dan lain-lain).
Varietas berbiji kecil : Gepak Kuning, Gepak Hijau. Varietas berbiji
besar : Agromulyo, Grobogan, Panderman, Anjasmoro, Burangrang, Arjasari,
Mahameru.Berdasarkan potensi hasil dan kemampuan adaptasi terhadap
perubahan lingkungan dianjurkan menanam VUB: Kaba, Argomoliyo,
Anjasmoro, Burangrang, Grobogan, Kaba, dan Sinabung. Kebutuhan benih 40
kg/ha dengan daya tumbuh 90%. Sampai saat ini, produktivitas kedelai nasional
ditingkat petani ratarata 1,3 ton/ha dengan kisaran 0,6-2 ton/ha. Sedangkan
ditingkat penelitian telah mencapai 1,7-3,2 ton/ha, bervariasi menurut kesuburan
lahan dan penerapan teknologinya.

8
2. Persiapan Lahan
Pada lahan kering, tanah dibajak 2 kali sedalam 30 cm, sedangkan pada
lahan sawah dengan tanaman monokultur, tanah dibersihkan dari jerami,
kemudian tanah diolah satu kali. Kemudian dibuat saluran drainase setiap 4 m,
sedalam 20-25 cm, lebar 20 cm. Pembuatan saluran drainase dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya penggenangan air, karena tanaman kedelai tidak tahan
terhadap genangan. Jika keadaan lahan masam, perlu diberi kapur bersamaan
dengan pengolahan lahan yang kedua atau paling lambat seminggu sebelum
tanam. Pengapuran menggunakan dolomite, dilakukan dengan cara menyebar rata
dengan dosis 1,5 ton/ha. Jika ditambah pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, maka dosis
kapur dapat dikurangi menjadi 750kg/ha.
3.Penanaman
Penananaman dilakukan dengan tugal, dengan jarak tanama 40 cm x 10
cm atau 40 cm x 15 cm (dua biji per lubang). Populasi tanaman kisarannya
350.000-500.000/ha.Semakin subur lahan, sebaiknya jarak tanam semakin lebar.
4. Pemupukan
Dosis pemupukan berdasarkan pada rekomendasi yang telah disusun. Atau
secara umum dosis pemupukan sekitar 50 kg Urea, 75 kg SP36 dan 100 - 150 kg
KCl/ha, diberikan seluruhnya pada saat tanam atau diberikan 2 kali (saat tanam
dan 2 MST). Pada sawah yang subur dan bekas padi yang di pupuk dengan dosis
tinggi, tanaman kedelai tidak perlu tambahan NPK. Agar dosis pemupukan sesuai
dengan spesifik lokasi hendaknya menggunakan PUTS / PUTK. Pupuk diberikan
dengan cara ditugal atau dilarik 5-7 cm dari tanaman, kemudian ditutup tanah.
5. Pemberian kapur pada lahan masam
Lahan kering masam sebaiknya menggunakan kapur pertanian (dolomit
atau kalsit) dengan dosis :
a. pH 4,8 - 5,3 -> 2,0 t/ha.
b. pH 5,3 - 5,5 -> 1,0 t/ha.
c. pH 5,5 - 6,0 -> 0,5 t/ha.
6. Pengairan

9
Fase kritis tanaman kedelai terhadap kekeringan mulai pada saat
pembentukan bunga hingga pengisian biji (fase reproduktif). Pemberian air
dilakukan mulai dari fase pertumbuhan hingga pengisian biji. Frekuensi
pemberian air 1 - 4 kali per bulan tergantung dari kondisi iklim dan jenis tanah.
Pada jenis tanah berpasir, kedelai di airi 3-4 kali per bulan pada kondisi musim
kemarau. Pada tanah yang mengandung bahan organic tinggi cukup 1 - 2 kali per
bulan pada kondisi musim kemarau.

7. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pra maupun pasca tumbuh dengan cara pemantauan
baik secara mekanik - konvensional atau manual mupun secara kimia dengan
menggunakan herbisida (dosis disesuaikan anjuran produk). Penyiangan
dilakukan pada umur 15 dan 30 hari. Jika rumput masih banyak, maka penyiangan
dilakukan lagi pada umur 55 hari.
8. Panen dan Pasca Panen
Waktu, cara dan alat pane yang digunakn dalam pemanenan dapat
mempengaruhi jumlah dan mutu hasil kedelai. Bila dipanen terlalu awal akan
banyak biji muda dan perontokan biji relatif sulit dilakukan. Sebaliknya, kalau
terlambat panen menyebabkan tercecernya biji di lapang. Untuk itu dianjurkan
beberapa hal sebagai
berikut :
a. Panen dilakukan apabila semua daun tanaman telah rontok, polong
berwarna kuning/coklat dan mengering.
b. Panen dimulai sekitar pukul 09.00 pagi saat air embun sudah hilang.
Pangkal batang tanaman dipotong menggunakan sabit bergerigi atau sabit
tajam.
c. Hindari pemanenan dengan cara mncabut, agar tanah/kotoran terbawa.
d. Brangkasan tanaman (hasil panenan) dikumpulkan ditempat yang kering
dan diberi alas terpal/plastik.
Penanganan pasca panen yang terdiri dan penjemuran brangkasan
tanaman, pembijian, pengeringan, pembersihan, dan penyimpanan biji perlu

10
mendapat perhatian yang cukup. Sebab kegiatan ini mempengaruhi kualitas biji
atau benih yang dihasilkan.Kedelai sebagai bahan konsumsi dipetik pada umur 75
- 100 hari, sedangkan untuk benih umur 100 - 110 hari, agar kemasakan biji betul-
betul sempurna dan merata. Penjemuran yang terbaik adalah penjemuran
brangkasan kedelai diberi alas terpal.

9. Penyimpanan
Penyimpanan biji kedelai untuk konsumsi dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Biji disimpan dalam kantong plastik berukuran 30 - 40 kg, ketebalan 0,2
mm dan kedap udara
b. Setelah biji dimasukkan ke dalam kantong plastik, bagian atas kantong
diikat kuat dengan tali rafia.
c. Kantong-kantong yang telah berisi biji-biji kedelai tersebut, kemudian
dimasukkan ke dalam karung plastik (seperti karung pupuk), dan bagian
atas karung diikat dengan tali rafia. Kemudian disusun rapi ditempat
penyimpanan/gudang.
2.2.3 Cara Budidaya Tanaman Kacang Merah
Menurut Rukmana (1998), tahapan dalam budidaya tanaman kacang
merah adalah sebagai berikut:
1. Pembibitan
a. Persyaratan Benih/Bibit
Benih yang akan digunakan harus bebas dari hama dan penyakit, seragam,
tidak tercampur dengan varietas lain, serta bersih dari kotoran. Benih yang baik
mempunyai daya tumbuh yang tinggi, dapat disimpan lama, tahan terhadap
serangan hama dan penyakit, tumbuhnya cepat dan merata, serta mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi tinggi.
b. Penyiapan Benih
Memilih benih yang baik agak sulit. Karena itu disarankan untuk membeli
benih yang bersertifikat. Benih ini telah diuji coba oleh balai pengujian benih,
sehingga dijamin kualitasnya. Benih bersertifikat telah banyak dijual ditoko-toko

11
sarana pertanian. Benih buncis yang dibutuhkan dalam jumlah tertentu, tetapi
kadang-kadang benih yang dibeli jumlahnya melebihi yang dibutuhkan. Sehingga,
masalahnya sekarang adalah bagaimana menyimpan kelebihan benih itu. Cara
menympannya dengan memberi suhu 18-20 derajat C dengan kelembaban relatif
50-60 %. Kandungan air benih juga sangat menentukan terhadap keawetan simpan
benih. Kandungan yang baik untuk menyimpan benih sekitar 14%. Bila
persyaratan diatas terpenuhi maka daya simpan benih buncis dapat mencapai 3
tahun.
2. Pengolahan Media Tanam
a. Pembukaan Lahan
Pembersihan rumput-rumputan (gulma) bermaksud agar tidak terjadi
persaingan makanan dengan tanaman pokoknya. Cara membersihkannya dapat secara
manual, yaitu dengan jalan mencabut gulma dengan tangan, cangkul, cetok atau
traktor (bila lahannya luas). Pemberantasan dengan bahan kimia juga dapat dilakukan,
yaitu dengan menyemprotkan herbisida. Penyemprotannya dapat dilakukan setelah
gulma tumbuh ataupun sebelum tumbuh. Gulma jenis Cynodon dactylon disemprot
dengan herbisida Actril DS, dengan dosis 1,5-2 liter dalam 400 liter air/ha, pada
tinggi tanaman 10-15 cm. Untuk gulma Boreria alata, dapat diberantas dengan
herbisida Fernimine 720 AS. Dosis yang digunakan 1-1,5 liter yang dilarutkan dalam
500 liter air. Jenis rumput Eluisine indica lebih baik menggunakan Fusilade 25 EC
dengan doiss 1-2 liter dengan campuran air sebanyak 400-600 liter. Herbisida lain
yang dapat dipakai adalah Goal 2E, Lasso 480 EC, Paracol, Roundup, Satunil
400/200 EC, Saturin 500/50 EC dengan dosis seperti yang tercantum dalam labelnya.
Setelah bersih dari gulma pekerjaan selanjutnya adalah membajak tanah. Tanah
dibajak dan dicangkul 1-2 kali sedalam 20-30 cm. Untuk tanah-tanah berat
pencangkulan dilakukan dua kali dengan jangka waktu 2-3 minggu, untuk tanah-
tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan sekali saja.
b. Pembuatan Bedengan
Selanjutnya untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan dibuat bedengan-
bedengan dengan ukuran panjang 5 meter, lebar 1 meter dan tinggi 20 cm. Jarak antar
bedengan 40-50 cm, selain sebagai jalan juga untuk saluran pembuangan air
(drainase). Untuk areal yang tidak begitu luas, mislnya tanah pekarangan, tidak dibuat

12
bedengan tetapi menggunakan guludan tanah selebar 20 cm, panjang 5 meter, tinggi
10-15 cm dan jarak antar guludan 70 cm.
c. Teknik Penanaman
Tanaman buncis tidak memerlukan banyak air, sehingga saat menanam yang
paling baik yaitu saat peralihan. Hal ini sangat cocok untuk fase pertumbuhan buncis,
dan fase pengisian serta pemasakkan polong. Pada fase ini di khawatirkan akan
terjadi serangan penyakit bercak bila curah hujannya terlalu tinggi. Untuk mengatasi
curah hujan yang terlalu tinggi dapat dibuat saluran-saluran drainase, ini kalau
penanamannya dilakukan pada musim hujan. Sebaliknya, pada musim kemarau perlu
dilakukan penyiraman sesering mungkin terutama pada saat awal perkecambahan.
1) Penentuan Pola Tanam
Tanaman buncis ditanam dengan pola pagar atau barisan karena
penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan. Pada pola ini, jarak antar
tanaman lebih sempit daripada jarak antar barisan tanamannya. Dengan pola tanam
barisan akan mempermudah pekerjaan selanjutnya, seperti pemeliharaan, pengairan,
pemupukan, pembumbunan dan panen.
Jarak tanaman yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar atau
tanah miring. Dan bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan
jarak tanam yang lebih sempit lagi, yaitu 20 x 40 cm. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari tumbuhnya gulma, karena gulma akan lebih cepat tumbuh pada tanah
yang subur. Penentuan jarak tanam ini harus benar-benar diperhatikan karena
berhubungan dengan tersedianya air, hara dan cahaya matahari.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Setelah menentukan jarak tanam, kemudian membuat lubang tanam dengan
cara ditugal. Agar lubang tanam itu lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan ajir,
bambu, penggaris atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut juga ditugal.
Kedalaman tugal 4-6 cm untuk tanah-tanah yang remah dan gembur, sedangkan untuk
tanah liat dapat digunakan ukuran 2-4 cm. Hal ini disebabkan pada tanah liat
kandungan airnya cukup banyak, sehingga dikhawatirkan benih akan busuk sebelum
mampu berkecambah.
3) Cara Penanaman

13
Tanaman buncis tidak memerlukan persemaian karena termasuk tanaman
yang sukar dipindahkan, sehingga benih buncis dapat langsung ditanam di
lahan/kebun. Tiap lubang tanam dapat diisi 2-3 butir benih. Setelah itu lubang tanam
ditutup dengan tanah.
d. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Biji buncis dapat tumbuh setelah lima hari sejak tanam, benih yang tidak
tumbuh harus segera diganti (disulam) dengan benih yang baru. Penyulaman
sebaiknya dilakukan dibawah umur 10 hari setelah tanam, agar pertumbuhan bibit-
bibit tidak berbeda jauh dan memudahkan pemeliharaan.
2) Pengguludan
Peninggian guludan atau bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur
lebih 20 dan 40 hari. Lebih baik dilakukan pada saat musim hujan. Tujuan dari
peninggian guludan adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya
tanaman dan memelihara struktur tanah.
3) Pemupukan
Tindakan pemupukan pada tanaman buncis perlu dilakukan dengan alasan
hara tanaman yang disediakan oleh tanaman dalam jumlah yang terbatas. Sewaktu-
waktu zat hara akan berkurang karena tercuci kadalm lapisan tanah, terbawa erosi
bersama larutan tanah, hilang melalui proses evaporasi (penguapan), dan diserap oleh
tanaman. Apabila keadaan tersebut dibiarkan terus menerus tanpa adanya perbaikan,
maka makin lama persediaan hara dalam tanah makin berkurang sehingga tanaman
tumbuhnya merana. Untuk mencukupi kebutuhan hara tersebut, perlu tambahan dari
luar melalui pemupukan. Diharapkan dengan pemupukan akan mengembalikan dan
meningkatkan kandungan hara dalam tanah, sehingga tanaman akan tumbuh subur
dan produksinya akan melimpah. Pemupukan ini dapat dilakukan pada umur 14-21
hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan hanyalah Urea sebanyak 200 kg/ha, caranya
cukup ditunggal kurang lebih 10 cm dari tanaman. Setelah itu ditutup kembali dengan
tunggal atau diinjak dengan kaki.
4) Pengairan
Air yang diberikan alam sangat bervariasi dan seringkali tidak sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Untuk itu, diperlukan pengaturan pengairan. Biasanya pengairan

14
dilakukan bila penanamannya dilakukan pada musim kemarau, yaitu pada umur 1-15
hari. Pelaksanaannya dilakukan 2 kali sehari, setiap pagi dan sore. Bila
penanamannya dilakukan pada musim hujan, yang perlu diperhatikan adalah masalah
pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit yang telah
dibuat di antara bedengan atau guludan
e. Panen
1) Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dapat dilakukan saat tanaman berumur 60 hari dan polong
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: a) Warna polong agak muda dan suram. b)
Permukaan kulitnya agak kasar. c) Biji dalam polong belum menonjol. d) Bila polong
dipatahkan akan menimbulkan bunyi letup.
2) Cara Panen
Dalam menentukan saat panen harus setepat mungkin sebab bila sampai
terlambat memetiknya beberapa hari saja maka polong bincis dapat terserang
penyakit bercak Cercospora. Penyakit tersebut sebenarnya hanya menyerang daun
dan bagian tanaman lainnya, tetapi karena saat pemetikan yang terlambat maka
penyakit tersebut berkembang sampai ke polong-polongnya. Cara panen yang
dilakukan biasanya dengan cara dipetik dengan tangan. Penggunaan alat seperti pisau
atau benda tajam yang lain sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan luka pada
polongnya. Kalau hal ini terjadi maka cendawan atau bakteri dapat masuk kedalam
jaringan, sehingga kualitas polong menurun.
3) Periode Panen
Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2-3 hari
sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polonh yang seragam dalam tingkat
kemasakkannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur lebih dari 80 hari,
atau kira0kira sejumlah 7 kali panen.
2.2.4 Cara Budidaya Tanaman Kacang Hijau
1. Benih dan Varietas
 Semua varietas kacang hijau yang telah dilepas cocok ditanam
 di lahan sawah maupun tegalan.
 Varietas unggul yang tahan penyakit embun tepung dan bercak
 daun seperti Sriti, Kutilang, Perkutut, dan Murai dapat

15
 dianjurkan untuk ditanam pada daerah endemik.
 Kebutuhan benih sekitar 20 kg/ha dengan daya tumbuh 90%.
2. Penyiapan Lahan
 Pada lahan bekas padi, tidak perlu dilakukan pengolahan tanah
 (Tanpa Olah Tanah = TOT). Tunggul padi perlu dipotong
 pendek.
 Apabila tanah becek maka perlu dibuat saluran drainase
 dengan jarak 3–5 m.
 Untuk lahan tegalan atau bekas tanaman palawija lain
3. Cara Tanam
 Tanam dengan sistem tugal, dua biji/lubang.
 Pada musim hujan, digunakan jarak tanam 40 cm x 15 cm
 sehingga mencapai populasi 300–400 ribu tanaman/ha.
 Pada musim kemarau digunakan jarak tanam 40 cm x 10 cm
 sehingga populasinya sekitar 400–500 ribu tanaman/ha.
 Pada bekas tanaman padi, penanaman kacang hijau tidak boleh
 lebih dari 5 hari sesudah padi dipanen.
 Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih dari 7 hari.
4. Pemupukan
 Untuk lahan yang kurang subur, tanaman dipupuk 45 kg Urea + 45–90 kg
SP36 + 50 kg KCl/ha yang diberikan pada saat
 tanam secara larikan di sisi lubang tanam sepanjang barisan tanaman.
 Bahan organik berupa pupuk kandang sebanyak 15–20 ton/ ha dan abu
dapur sangat baik untuk pupuk dan diberikan sebagai penutup lubang
tanam.
 Di lahan sawah bekas padi yang subur, tanaman kacang hijau tidak perlu
dipupuk maupun diberi bahan organik.
5. Mulsa Jerami
 Untuk menekan serangan hama lalat bibit, pertumbuhan gulma, dan
penguapan air, jerami padi sebanyak 5 ton/ha dapat diberikan sebagai
mulsa.

16
6. Penyiangan
 Penyiangan dilakukan dua kali pada saat tanaman berumur 2 dan 4
minggu.
 Pada daerah yang sukar mendapatkan tenaga kerja dapat digunakan
herbisida pra-tumbuh non-selektif seperti Lasso, Roundup, Paraquat,
Dowpon, atau Goal dengan takaran 1–2 liter/ha yang diberikan 3–4 hari
sebelum tanam.

7. Pengairan
 Bila tersedia fasilitas pengairan, dapat dilakukan pengairan pada periode
kritis kacang hijau terhadap ketersediaan air yaitu saat menjelang berbunga
(umur 25 hari) dan pengisian polong (45–50 hari). Pengairan diberikan
melalui saluran antarbedengan.
 Pada daerah panas dan kering (suhu udara 30–31 oC dan kelembaban
udara 54–62%) pertanaman perlu diairi dua kali
 pada umur 21 hari dan 38 hari. Sedangkan untuk daerah yang
 tidak terlalu panas dan kering, pengairan cukup diberikan satu
 kali pada umur 21 hari atau 38 hari.
 Bila ditanam segera setelah padi sawah yang tanahnya Vertisol (lempung),
pengairan tidak perlu diberikan, karena walaupun
8. Pengendalian Hama
 Hama utama kacang hijau adalah lalat kacang Agromyza phaseoli, ulat
jengkal Plusia chalcites, kepik hijau Nezara viridula, kepik coklat
Riptortus linearis, penggerek polong Maruca testutalis dan Etiella
zinckenella, dan kutu Thrips.
 Pengendalian hama dapat dilakukan dengan insektisida, seperti: Confidor,
Regent, Curacron, Atabron, Furadan, atau Pegassus dengan dosis 2–3
ml/liter air dan volume semprot 500–600 liter/ha.

17
 Pada daerah endemik lalat bibit Agromyza phaseoli perlu tindakan
perlakuan benih dengan insektisida Carbosulfan (10 g/kg benih) atau
Fipronil (5 cc/kg benih).
9. Pengendalian Penyakit
 Penyakit utama adalah bercak daun Cercospora canescens, busuk batang,
embun tepung Erysiphe polygoni, dan penyakit puru Elsinoe glycines.
Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida seperti:
Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsene MX 200 atau Daconil pada awal
serangan dengan dosis 2 g/l air.
 Penyakit embun tepung Erysiphe polygoni sangat efektif dikendalikan
dengan fungisida hexakonazol yang diberikan pada umur 4 dan 6 minggu.
 Penyakit bercak daun efektif dikendalikan dengan fungisida hexakonazol
yang diberikan pada umur 4, 5 dan 6 minggu.
10. Panen dan Pascapanen
 Panen dilakukan apabila polong berwarna hitam atau coklat.
 Pemanenan umumnya dilakukan dengan cara dipetik. Namun, varietas-
varietas unggul kacang hijau yang ditanam dengan teknik budi daya dan
pengairan yang tepat, akan masak serempak (³ 80%) sehingga dapat juga
dipanen dengan sabit.
 Polong segera dijemur selama 2–3 hari hingga kulit mudah terbuka.
 Pembijian dilakukan dengan cara dipukul, sebaiknya di dalam kantong
plastik atau kain untuk menghindari kehilangan hasil.
 Biji dijemur lagi sampai kering simpan yaitu kadar air 8–10% (Jurnal
Online Agroteknologi,2015).
2.2.5 Cara Budidaya Tanaman Kacang Panjang
1. Syarat pertumbuhan
Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol / lempung berpasir, subur,
gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5
6,5. Suhu antara 20- 30 derajat Celcius, iklimnya kering, curah hujan antara 600
1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum kurang dari 800 m dpl.
2. Pembibitan

18
 Benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah sebagai berikut:
penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di atas 85%, tidak
rusak/cacat, tidak mengandung wabah hama dan penyakit. Keperluan
benih untuk 1 hektar antara 15-20 kg.
 Benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi benih langsung tanam
pada lubang tanam yang sudah disiapkan.
3. Pengolahan media tanam
 Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak hingga tanah
menjadi gembur.
 Buatlah bedengan dengan ukuran lebar 60-80 cm, jarak antara bedengan
30 cm, tinggi 30 cm, panjang tergantung lahan. Untuk sistem guludan
lebar dasar 30-40 cm dan lebar atas 30-50 cm, tinggi 30 cm dan jarak
antara guludan 30-40 cm
 Lakukan pengapuran jika pH tanah lebih rendah dari 5,5 dengan dolomit
sebanyak 1-2 ton/ha dan campurkan secara merata dengan tanah pada
kedalaman 30 cm
4. Teknik penanaman
 Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm,
30 x 40 cm. Dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm.
 Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim
penghujan, tetapi dapat saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai
 Benih direndam POC NASA dosis 2 tutup/liter selama 0,5 jam lalu
tiriskan
 Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji, tutup dengan
tanah tipis/dengan abu dapur.
5. Penyulaman
Benih kacang panjang akan tumbuh 3-5 hari setelah tanam. Benih yang
tidak tumbuh segera disulam.
6. Penyiangan

19
Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu setelah
tanam, tergantung pertumbuhan rumput di kebun. Penyiangan dengan cara
mencabut rumput liar/membersihkan dengan alat kored.
7. Pemangkasan / perempelan
Kacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun
maupun ujung batang. Tanaman yang terlalu rimbun dapat menghambat
pertumbuhan bunga.
8. Pemupukan
Pupuk diberikan di dalam lubang pupuk yang terletak di kiri-kanan lubang
tanam. Jumlah pupuk yang diberikan untuk satu tanaman tergantung dari jarak
tanam POC NASA diberikan 1-2 minggu sekali semenjak tanaman berumur 2
minggu, dengan cara disemprotkan (4-8 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan
total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 M2 (10-20 botol/ha).
Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4
tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak
dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan (dapat
disiramkan dengan dosis + 2 tutup/10 liter air ).
9. Pengairan
Pada fase awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiraman
dilakukan rutin tiap hari. Pengairan berikutnya tergantung musim.
10. Pengelolaan hama dan penyakit
a) Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)
Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan tanaman
yang terserang terhambat dan daun berwarna kekuningan, pangkal batang
terjadi perakaran sekunder dan membengkak. Pengendalian: dengan cara
pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dan
penyemprotan dengan PESTONA.
b) Kutu daun (Aphis cracivora Koch)
Gejala: pertumbuhan terlambat karena hama mengisap cairan sel tanaman dan

20
penurunan hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan
sebagai vektor virus. Pengendalian: dengan rotasi tanaman dengan tanaman
bukan famili kacang-kacangan dan penyemprotan Natural BVR
c) Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Gejala: daun berlubang dengan ukuran tidak pasti, serangan berat di musim
kemarau, juga menyerang polong. Pengendalian: dengan kultur teknis, rotasi
tanaman, penanaman serempak, Semprot Natural VITURA
11. Panen dan pasca penen
 Ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal, mudah
dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol
 Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap
panen 3,5-4 bulan
 Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan
memotong tangkai buah dengan pisau tajam.
 Selepas panen, polong kacang panjang dikumpulkan di tempat
penampungan, lalu disortasi
 Polong kacang panjang diikat dengan bobot maksimal 1 kg dan siap
dipasarkan(Pustaka, 2012).
2.2.6 Cara Budidaya Tanaman Buncis
1. Persiapan Media Tanam
Tanah aluvial dikeringanginkan selama 1 minggu, kemudian diayak
dengan ayakan dengan mesh 1,2 x 0,5 cm mesh tanah untuk pemisahan berbagai
campuran partikel tanah dan tekstur tanah lebih halus. Kompos dicampur dalam
tanah aluvial yang sudah dimasukkan dalam polibag secara merata dengan
konsentrasi sesuai perlakuan.
2. Penanaman Biji Buncis
Biji buncis direndam selama kurang lebih 20 menit, biji yang tenggelam
akan digunakan sebagai bahan uji. Biji tanaman buncis ditanam ke dalam polibag
dengan cara ditugal sebanyak 4 biji tiap polibag dan media tanam disiram. Bibit
dipilih salah satunya umur 1 minggu yang pertumbuhan baik yang dijadikan
sampel bahan uji dan 3 bibit lainnya dicabut (Julia, 2014).

21
3. Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman tanaman dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu waktu pagi hari
(06.00) dan sore hari (17.00) WIB (Aly, 1995).
4. Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dicabut pakai tangan jika ada
yang tumbuh di sekitar polibag penelitian, untuk menghindari kompetisi hara dan
serangan hama penyakit.
5. Pengendalian Hama
Pengendalian hama dilakukan secara manual membuang daun yang ada
bercak hitan dengan cara mengambil atau memotong daun yang terkena hama.
6. Parameter Lingkungan
Pengukuran paremeter lingkungan dilakukan ketika pada saat penanaman
tanaman buncis. Adapun parameter yang diukur meliputi suhu udara (°C),
kelembaban tanah (%) dan pH tanah. Pengamatan tanaman pada usia 7 minggu.
7. Parameter Pertumbuhan
Pengamatan dan pengukuran parameter dilakukan pada akhir (52 hari)
penelitian antara lain :
a. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk pad
akhir pengamatan.
b. Jumlah Daun (helai)
Daun yang dihitung adalah semua daun yang tumbuh, dihitung pada akhir
pengamatan.
c. Kandungan Klorofil (mg/g)
Pengukuran kandungan klorofil dilakukan padadengan alat klorofil meter,
Daun yang diukur 3 helai daun tiap individu tanaman. Bagian daun yang diukur
yaitu pangkal daun, tengah daun. Nilai yang didapat kemudian dirata-ratakan.
d. Berat Basah Tanaman (g)
Pengukuran berat basah dilakukan dengan cara menimbang berat tanaman
setelah pemanenan dan dalam keadaan segar menggunakan timbangan analitik.
e. Berat Kering Tanaman (g)

22
Pengukuran berat kering tanaman dilakukan dengan cara tanaman
dimasukkan ke dalam(Ernawati DKK, 2018).

2.2 Faktor Lingkungan yang mempengaruhi Pertumbuhan dan


Perkembangan Tanaman Kacang-kacangan
1. Kondisi air dan tanah
Kawasan agroforestri tempat penelitian memiliki curah hujan 141,43 mm
per tahun, tidak tersedia sarana irigasi sehingga merupakan lahan tadah hujan.
Kawasan berupa perbukitan (kemiringan 25-30%), dengan kandungan bahan
organik 0,925% (sangat rendah), kadar N, P, dan K-tersedia masing-masing
0,06% (rendah), 4 ppm (rendah), dan 0,04 me -100 g (rendah), sehingga tingkat
kesuburan termasuk kategori rendah. Agregasi tanah litosol belum optimum
menandakan bahwa proses pedogenesis tanah belum lanjut. Ini ditunjukkan oleh
kelas tekstur geluh berdebu (Silty Loamy), kadar C organik dan bahan organik
rendah, persentase fraksi klei dan bahan organik juga rendah berakibat pada
proses sementasi agregat tanah rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan keadaan
hidrologi daerah ini masuk dalam kategori kritis (Purnomo et al. 2012).
Tingkat karbon organik di agrisiviculture dan agrosilvopastoral relatif
sangat rendah karena kurangnya masukan berupa bahan organik dan tingkat erosi
yang tinggi karena distribusi yang tidak merata penutup tanaman penutup di
permukaan tanah. Marzaioli et al. ( 2010) mengungkapkan bahwa tanah hasil
panen permanen pada umumnya rendah untuk komponen gizi dan organik.
Agrosilvopastoral, agrisilviculture, dan silvopastoral didominasi oleh jati
( Tectonia grandis), namun tingkat karbon organik di silvopastoral lebih tinggi
karena selimut tanaman penutup lebih merata. kapasitas tukar kation dari tiga
jenis agroforestry terinfeksi oleh jenis tanah, Litosol dan Latosol coklat
kemerahan, yang kation rentang kapasitas tukar adalah 30 cmol kg- 1 ( Berjemur,
1998). P tersedia tiga jenis agroforestry tinggi mungkin karena pengaruh pupuk.
Kandungan Ca, Mg dan kejenuhan basa dalam tiga jenis agroforestry tergolong
rendah, sedang dan rendah. Total N konten di agrosilvopastoral dan silvopastoral
tergolong sedang, sedangkan yang relatif rendah di agrisilviculture.

23
Total N konten di agrosilvopastoral lebih tinggi dari agrisilviculture
karena vegetasi agrosilvopastoral lebih bervariasi yang sampah yang dihasilkan
bervariasi antara kualitas tinggi ke rendah, seperti jati dan Leucaena glauca.
sampah kualitas tinggi terurai difficultly sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk dapat memberikan nutrisi bagi tanaman, sedangkan sampah berkualitas
rendah bisa diurai sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Kondisi tanah kesuburan dapat diringkas dengan indeks kualitas tanah.


Tanah nilai indeks kualitas agrosilvopastoral, agrisilviculture, dan menurut
silvopastoral fungsi tanah dalam siklus hara di bawah hutan sekunder. Artinya,
penerapan agroforestry sistem di hulu Bengawan Solo DAS memiliki cukup
dalam meningkatkan kesuburan tanah. Jika ketiga jenis agroforestry
dibandingkan, indeks kualitas tanah dari silvopastural paling dekat dengan hutan
sekunder. Kualitas tanah pada ketiga jenis agroforestry dapat ditingkatkan dengan
penambahan input bahan organik dalam bentuk tanaman penutup dan dengan
meminimalkan pengolahan tanah (Supriyadi dkk, 2016).

2. Cahaya dan pertumbuhan tanaman


Cahaya sebagai faktor penting bagi tanaman tergantung pada karakter
tajuk pohon di agroforestri . Cahaya diterima oleh tajuk tanaman kedelai hanya
sekitar 9,42% dari 49000 lux. Selama pertumbuhan tanaman kedelai mengintersep
cahaya sesuai dengan durasi pemupukan. Kedelai kontrol (tidak dipupuk) berumur
15, 30, dan 45 hari setelah tanam (hst) mengintersep cahaya sebesar 23, 32, dan
42%, dipupuk selama 4 minggu mengintersep 35, 47, dan 51%, dipupuk selama 5
minggu mengintersep 38, 50, dan 64%, dipupuk selama 6 minggu mengintersep
39, 48, dan 57%, dan dipupuk selama 7 minggu mengintersep 39, 41, dan 49%.
Intersepsi cahaya ditentukan oleh struktur kanopi, sehingga menjadi indikator
habitus tanaman yang tercermin pada karakter daun. Indeks luas daun (ILD)
mencerminkan karakter daun (Purnomo et al. 2013).
Di tanah tempat tanaman tumbuh, tanaman mengintersep cahaya 50, 90,
dan 95% menjadi indikator ILD sebesar 1,0, 3,3, dan 4,3 (Sinclair and Gardner,
1998). Ini berarti bahwa ILD kedelai di penelitian ini hanya sekitar 1,0 sampai 2,0

24
yang menandakan pertumbuhan tidak optimum karena cahaya bagi tanaman
sangat rendah (hanya 9,42%). Bahkan ILD dari hasil pengukuran paling tinggi
hanya 0,8 sehingga jauh dari ILD tanaman pertanian optimum 3-5 (Sitompul dan
Guritno, 1995).
3. Respon Tumbuhan Terhadap Cahaya, Suhu dan Co2
Kedelai adalah tanaman berhari pendek, yaitu tidak mampu berbunga bila
penyinaran melebihi 16 jam, dan cepat berbunga bila kurang dari 12 jam. Lama
penyinaran matahari di Indonesia umumnya sekitar 12 jam. Di Indonesia kedelai
berbunga pada umur 25–40 hari dan panen pada umur 75–95 hari, sedangkan di
wilayah subtropika dengan panjang hari 14– 16 jam kedelai berbunga umur 50–70
hari dan panen pada umur 150–160 hari. Lama penyinaran optimal adalah 10–12
jam, penyinaran kurang dari 10 jam atau lebih dari 12 jam menyebabkan
pembungaan lambat, penurunan jumlah bunga, polong, dan hasil, tetapi ukuran
biji tidak terpengaruh dan menjadi lebih kecil bila penyinaran <6 jam (Arifin
2008).

4. Respons terhadap suhu tanah


Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan kedelai, utamanya saat
fase perkecambahan. Untuk mendapatkan perkecambahan biji yang baik, suhu
tanah harus lebih tinggi dari 10 oC. Suhu tanah optimal untuk perkecambahan biji
adalah 24,2–32,8 °C (Tyagi dan Tripathi 1983).
5. Respon Terhadap Salinitas Tanah
Penilaian toleransi kedelai terhadap salinitas beragam tergantung
parameter dan pembanding yang digunakan. Berdasarkan penurunan bobot kering
tanaman dan kandungan N tanaman pada tingkat salinitas 50 dan 100 mM NaCl,
kedelai tergolong toleran dibandingkan kacang tunggak, kacang hijau, dan faba-
bean (Delgado et al. 1994).

Berdasarkan pengujian salinitas dari ECe 0,8 hingga 7,0 dS/m, kedelai
termasuk mempunyai sensitivitas sedang dibandingkan dengan jagung, tomat, dan
kentang (Katerji et al. 2000). Katerji et al. (2000) menggunakan istilah sensitivitas
dan bukan toleransi. Biji kedelai tidak mampu berkecambah pada salinitas tanah

25
(ECe) >7 dS/ m (Mindari 2009). Hasil kedelai tidak mengalami penurunan pada
salinitas 5 dS/m, tetapi pada salinitas 6,2, 7,5, dan 10 dS/m mengalami penurunan
berturut-turut 25%, 50%, dan 100%. Berdasarkan penurunan hasil 10%, nilai
kritis salinitas untuk kedelai adalah 1,3 dS/m (setara padi dan kacang tanah).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein yang saling
melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum. Komoditi ini juga
ternyata potensial sebagai sumber zat gizi lain selain protein, yaitu mineral,
vitamin B,karbohidrat kompleks dan serat makanan. Disamping diolah secara
tradisional dengan direbus, dikukus, dan disayur, sebenarnya potensi
penggunaannya sangat luas untuk menghasilkan produk baru. Misalnya sebagai
bahan baku tepung campuran (flour mix) yang dapat digunakan dalam pembuatan
berbagai produk pangan, termasuk makanan bayi. Kacang-kacangan dapat
menyumbang banyak protein dan zat gizi lain bagi masyarakat di negara maju dan
negara berkembang.Karena kandungan seratnya tinggi, maka kacang-kacangan
juga dapat dijadikan sumber serat.
3.2 Saran

26
Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca makalah ini, dan
semoga makalah ini dapat menjadi rujukan ataupun media belajar bagi siapa saja
yang ingin mempelajari materi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, HS dan MHS, Arifin. 2008. Pemeliharaan Tanaman. Jakarta : Penerbit
Penebar Swadaya
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Loka Pengkajian Teknologi
Pertanian Sulawesi Barat NO.003/DIS-LPTP/2016
Bahrun. 2015. Pengembangan budidaya kacang tanah (arachis hypogeae l) dan
pendapatan Petani di desa manurung kecamatan kusan hilir kabupaten
tanah bumbu provinsi kalimantan selatan.
Ernawati, Elvi Rusmiyanto P. W , Mukarlina . Respon Pertumbuhan Vegetatif
Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Dengan Pemberian Kompos
Limbah Kulit Pisang Nipah. Protobiont (2018) Vol. 7 (1) : 45 – 50
Katerji, N., J.W. van Hoorn, A. Hamdy, and M. Mastrorilli. 2000. Salt tolerance
classification of crops according to soil salinity and to water stress day
index. Agric Water Manag 43(1): 99–109.
Lafria Dessi dkk. 2015. Laju pertumbuhan Tanaman dan Produksi dua Varietas
Kacang Hijau dengan pemberian pupuk Guano. Jurnal Online
Agroteknology ISSN No. 2337-6597 Vol 3 No.3 : 949-955

27
Mindari, W., Maroeto, dan Syekhfani. 2009. Ameliorasi Air salin menggunakan
pupuk organik untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai dan jagung
dalam rotasi. Penelitian Hibah Bersaing DP2M Dikti TA. 2009.
Purnomo D, Suryono, Trijono DS, Mth Sri Budiastuti, and Supriyadi. 2012.
Varies litter containing tannin on agroforestry system as nitrification inhibitor for
increasing nitrogen fertilizer effisiency for soybean. J. of Agriculture
Sience and Technology B, 2 (2): 198-203.

Purnomo, D. dan Sitompul S.M., dan Budiastuti S. MTh. 2013. Solar radiation in
agroforestry system. J. Of Agricultural Science and Technology B. Vol. 3
No. 8: 351-356.
Pustaka. 2012. Teknology Budidaya Sayuran. Jakarta : Badan Litbag Pertanian
Kementrian Pertanian
Rukmana, R., 1998, Kacang merah, Budidaya dan Pasca panen. Kanisius.
Yogyakarta
Supriyadi , Sri Hartati, Nur Machfiroh and Reni Ustiatik. Soil Quality Index In
The Upstream Of Bengawan Solo River Basin According To The Soil Function
In Nutrient Cycling Based On Soybean Production In Agroforestry.
Agrivita Volume 38 No. 1 February-2016 Issn : 0126 - 0537
Ziraa’ah, Volume 40 nomor 2, juni 2015 halaman 81-85 issn elektronik 2355-
3545

28

Anda mungkin juga menyukai