Menurut Dr. H. Goddijn/Dr. W. Goddijn Sosiologi Agama adalah bagian dari sosiologi umum/non agama (versi barat) yang mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profan dan positif yang menuju kepada pengetahuan umum yang jernih dan pasti dari struktur, fungsi-fungsi dan perubahan-perubahan kelompok keagamaan dan gejala-gejala kelompokkan keagamaan. Sedangkan menurut kamus Sosiologi, Sosiologi Agama (Sociology of Religion) adalah sosiologi yang melibatkan analisa yang sistematik dan mengenai fenomena agama dengan menggunakan konsep dan metode Sosiologi. Sosiologi Agama adalah suatu cabang ilmu yang otonom, muncul sekitar akhir abad ke-19. Sosiologi agama membicarakan salah satu aspek dari berbagai fenomena sosial, yaitu agama dalam perwujudan sosial. Menurut Durkheim, moralitas yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dan bisa menjadi patokan bagi seluruh anggota kelompok tidak bisa dipisahkan dari agama. Moralitas dan agama juga tidak dapat dipisahkan dari kerangka sosial. Secara umum, objek kajian Sosiologi Agama dibagi menjadi dua bagian, yaitu sasaran langsung (obyek material) dan sudut pendekatan (obyek formal). Sosiologi Agama menangani masyarakat agama sebagai sasarannya langsung. Masyarakat agama yang demikian itu akan disoroti secara berturut-turut struktur dan fungsinya, pengaruhnya terhadap masyarakat luas umumnya dan atas stratifikasi sosial khususnya. Sejauh ini agama telah membaur di dalam kemasyarakatan yang nyata dan agama bukanlah sebagai suatu sistem ajaran (dogma dan moral) itu sendiri. Sosiologi agama tidak membuat evaluasi mengenai ajaran dogma dan moral yang diyakini pemeluk-pemeluknya. Jika ilmu ketuhanan (teologi) mempelajari tentang agama dari kacamata kehendak Tuhan, maka Sosiologi Agama mempelajari dari sudut empiris sosiologis atau dengan kata lain dilihat dari segi dimensi sosiologisnya, seperti seberapa jauh unsur kepercayaan mempengaruhi pembentukan kepribadian pemeluk- pemeluknya; ikut mengambil bagian dalam menciptakan jenis-jenis kebudayaan; mewarnai dasar dan haluan negara; mempengaruhi terbentuknya partai-partai politik dan golongan non politik; memainkan peranan dalam munculnya strata sosial, dalam lahirnya organisasi- organisasi; seberapa jauh agama ikut mempengaruhi proses sosial, perubahan sosial, sekulerisasi, fanatisme, bentrokan, dan lain sebagainya. Ada beberapa aspek keberagamaan yang menjadi rentang wilayah kajian Sosiologi Agama diantaranya : 1. Perwujudan Agama di Kepulauan Indonesia 2. Penelitian Mengenai Berbagai Kepercayaan 3. Penelitian Mengenai Pranata Keagamaan 4. Penelitian Mengenai Organisasi-Organisasi yang Berhubungan dengan Suatu Bangsa 5. Penelitian Mengenai Berbagai Peranan dalam Keagamaan 6. Penelitian Mengenai Agama dan Pelapisan Sosial 7. Penelitian Mengenai Agama dan Masyarakat Daerah 8. Penelitian Mengenai Agama dan Golongan Sosial 9. Penelitian Mengenai Gerakan Keagamaan 10. Penelitian Mengenai Perasaan dan Pengalaman Keagamaan (Religious Emotion and Religious Experience) 11. Penelitian Mengenai Agama sebagai Motivasi untuk Bertindak 12. Penelitian Mengenai Peranan Agama dalam Perubahan Sosial 13. Penelitian Mengenai Agama sebagai Faktor Integrasi Masyarakat 14. Penelitian Mengenai Masalah Hubungan Antarpemeluk Agama atau Antarkelompok Keagamaan Sosiologi Agama bermaksud membantu para pemimpin agama dalam mengatasi masalah- masalah sosioreligius yang tidak kalah beratnya dengan masalah-masalah sosial non keagamaan. Kedudukan Sosiologi Agama sangat dekat dengan Sejarah dan Filsafat serta merupakan suatu refleksi dan analisis sistematis terhadap masyarakat, kebudayaan dan agama sebagai proyek manusia. Sosiologi Agama tidak melulu membicarakan suatu agama yang diteliti oleh para penganut agama tertentu tetapi semua agama dan di semua daerah di dunia tanpa memihak dan memilih-milih. Pengkajiannya bukan diarahkan kepada bagaimana cara seseorang beragama, melainkan diarahkan kepada kehidupan agama secara kolektif terutama dipusatkan pada fungsi agama dalam mengembangkan atau menghambat kelangsungan hidup dan pemeliharaan kelompok-kelompok masyarakat. Jadi, pelembagaan berlangsung pada tiga tingkat yang saling mempengaruhi, yaitu antara ibadah, doktrin, dan organisasi. Sosiologi Agama pada prinsipnya sama dengan ilmu Sosiologi Umum, yang membedakan hanyalah obyek materinya, jika Sosiologi Umum membicarakan semua fenomena yang ada pada masyarakat umum, sedangkan Sosiologi Agama membicarakan salah satu aspek dari berbagai fenomena sosial, yaitu agama dalam perwujudan sosial. Jika Sosiologi Umum membahas masyarakat dalam arti yang sangat umum dan luas, maka Sosiologi Agama membahas Sosiologi dari segi masyarakat khususnya masyarakat agama. Sehingga hanya sosiologilah yang mamu mempelajari masyarakat secara umum baik masyarakat secara umum maupun masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Sosiologi pada awalnya merupakan ilmu yang hanya mengkaji masyarakat, namun karena pengaruh Durkheim kemudian Sosiologi mulai mendapat tempat di kehidupan modern. Menurut Durkheim, hanya Sosiologilah yang dapat membantu memahami gejolak di masyarakat yang bergerak di atas kaki mereka sendiri. Sosiologi Agama merupakan cabang ilmu dari Sosiologi Umum dan bukan Ilmu Teologi, bukan ilmu yang sakral, tetapi ilmu yang profan (tidak bersangkutan dengan agama atau tujuan keagamaan), ilmu yang empiris dan positif, ilmu yang dilakukan dan dibina oleh sosiolog yang entah orangnya suci atau tidak suci. Sosiologi Agama juga dapat digunakan sebagai landasan keilmuan dan digunakan untuk melakukan riset tentang masyarakat yang dipengaruhi oleh keagamaan di kehidupan kesehariannya. Jadi, akan seimbang jika mempelajari Sosiologi Umum dan Sosiologi Agama karena kita dapat mengetahui apa saja pengaruh agama bagi kehidupan sosial masyarakat. Namun dalam mereview materi tersebut diatas, masih menimbulkan pertanyaan apakah mampu Sosiologi Agama menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang berhubungan dengan sosial keagamaan yang akhir-akhir ini sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Referensi Firdaus. 2015. Relevansi Sosiologi Agama dalam Kemasyarakatan. Al-AdYaN. Vol. X, No. 2.