Bab I PDF
Bab I PDF
Bab I PDF
PENDAHULUAN
Pada saat ini, perkembangan teknologi semakin pesat dan persaingan antar
permasalahan yang muncul juga semakin banyak dan rumit. Hal ini menuntut para
generasi muda untuk kreatif, produktif, dan kompetitif. Kondisi ini juga menuntut
order thinking skills (HOTS) ialah hal yang penting dan sekarang menjadi
sudah menjadi tujuan kurikulum secara internasional (Tan dan Halili, 2015).
Partnership for 21st Century Skills (P21) juga menyebutkan bahwa keterampilan
berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis dan kreatif dapat membantu
kesuksesan siswa dalam karir masa depannya (Alismail dan McGuire, 2015).
1
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” secara tersirat menginginkan agar HOTS peserta didik dikembangkan dan
Pada proses pembelajaran, buku teks merupakan salah satu hal yang
pembelajaran. Dalam kaitan melatihkan HOTS, buku teks yang baik tentu
merupakan buku teks yang melatihkan HOTS (Susanti, Kusumah, dan Sabandar,
2014). Akan tetapi, buku-buku teks di Indonesia khususnya buku teks matematika
Muatan HOTS dalam buku teks matematika urgen untuk dilakukan karena
HOTS sudah menjadi tujuan utama dari pendidikan (Abosalem, 2016). Selain itu,
kebanyakan guru setuju bahwa mengajarkan HOTS adalah hal yang penting
terutama untuk membimbing ide siswa (Tan dan Halili, 2015). HOTS sangat
diperlukan oleh siswa karena permasalahan yang akan mereka hadapi dalam
matematika sendiri, HOTS merupakan salah satu keterampilan yang penting untuk
dikembangkan (Apino dan Retnawati, 2017) dan sangat diperlukan karena mata
2
sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama (Riadi dan Retnawati,
2014). Selain itu, permasalahan nyata yang tidak rutin dalam pembelajaran
matematika memerlukan keterampilan berpikir kritis dan kreatif atau dengan kata
lain memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa (Susanto dan
Retnawati, 2016).
Jika dilihat dari tingkatan kognitif Taksonomi Bloom Revisi, tiga level
teratas dari ranah kognitif yaitu menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mencipta (C6) tergolong dalam kategori HOTS. Tiga level terbawah yaitu
kategori lower order thinking skills (LOTS). Namun demikian, tidak berarti
bahwa LOTS tidak penting. LOTS harus dilalui terlebih dahulu untuk dapat naik
ke tingkat berikutnya (Utari, 2013). Dengan kata lain, untuk dapat sampai pada
tujuan yang lebih tinggi, level yang lebih rendah harus dipenuhi lebih dahulu.
keterampilan berpikirnya (Utari, 2013). Akan tetapi, dari penilaian hasil belajar
yang banyak dibuat di sekolah, ternyata persentase butir soal yang paling banyak
diarahkan pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Musfiqi dan Jailani, 2014).
HOTS padahal harus dicapai agar dalam proses pembelajaran dapat menghasilkan
siswa yang berkompeten di bidangnya (Utari, 2013). Oleh karena itu, siswa perlu
(Arifin dan Retnawati, 2017). Salah satu hal yang dapat membiasakan siswa
3
dengan kegiatan HOTS adalah buku teks yang digunakan dalam proses
pembelajaran di kelas.
(Susanti et al., 2014). Buku teks sebenarnya menggambarkan usaha minimal yang
harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran serta bukan
Tohir, Valentino, Imron, dan Taufiq, 2017). Guru dan siswa dapat menggunakan
sumber lain yang terpercaya selain buku teks dalam proses pembelajaran. Akan
tetapi, buku teks matematika yang digunakan di sekolah mencerminkan apa yang
dipelajari oleh siswa (Valverde, Bianchi, Wolfe, Schmidt, dan Houang, 2002).
Dengan kata lain, buku teks merepresentasikan proses tindakan nyata pengajaran
Digunakan oleh Satuan Pendidikan, buku yang digunakan oleh satuan pendidikan
baik berupa buku teks pelajaran maupun buku non teks pelajaran merupakan
sarana proses pembelajaran bagi guru dan siswa. Freeman et al. (Wijaya, Heuvel,
dan Doorman, 2015) mengatakan bahwa keputusan guru dalam memilih materi
dan strategi pengajaran secara langsung sering dipengaruhi oleh buku teks yang
digunakan oleh guru. Schimdt et al. (Wijaya et al., 2015) juga menyebutkan
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara buku teks yang digunakan dengan
4
hasil belajar matematika siswa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
semakin banyak muatan HOTS pada sebuah buku teks pelajaran, maka akan
semakin besar pula kesempatan HOTS untuk dilatihkan dan diajarkan kepada
siswa. Oleh karena itu, diperlukan analisis muatan HOTS pada buku teks
matematika Indonesia yang digunakan oleh guru dan siswa di sekolah, khususnya
Malaysia, 2012)
5
Benchmarking internasional seperti PISA (Program for International
negara yang menjadi peserta dan memperoleh skor 375 untuk kompetensi
menjadi peserta dan untuk kompetensi matematika memperoleh skor 421 (OECD,
2012).
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya ialah faktor keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa Indonesia dan Malaysia. Hal ini karena soal matematika PISA
tidak hanya membutuhkan kemampuan berpikir tingkat rendah siswa, tetapi juga
dan Lestari, 2014). Dengan melihat hasil PISA, maka kita dapat mengatakan
bahwa HOTS siswa Malaysia lebih tinggi dibandingkan dengan HOTS siswa
6
perbedaan prestasi matematika antara Indonesia dan Malaysia. Hasil TIMSS tahun
dengan skor rata-rata yang diperoleh adalah 403 sedangkan skor rata-rata
Malaysia 519 dan menempati peringkat 16 dari 38 negara. Selanjutnya pada tahun
2003 Indonesia menduduki peringkat 35 dari 46 negara dengan skor rata-rata yang
diperoleh adalah 411, sementara skor rata-rata Malaysia adalah 508 dan
diperoleh adalah 397, sementara skor rata-rata Malaysia adalah 474 dan
kemampuan siswa dari hanya mengetahui fakta, prosedur, atau konsep hingga
7
Malaysia juga merupakan salah satu negara yang sudah lama menekankan
keterampilan berpikir kritis dan kreatif yang merupakan bagian dari keterampilan
terintegrasi untuk sekolah menengah pada tahun 1988 (Heong, Othman, Yunos,
Kiong, Hassan, & Mohamad, 2011). Hal ini berarti, Malaysia sudah menekankan
mulai ditekankan pada proses pembelajaran sejak keluarnya hasil Program for
International Student Assessment (PISA) dari tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2012
hingga 2015. Hasil ini mengindikasikan bahwa ternyata HOTS siswa Indonesia
yang merupakan negara tetangga Indonesia dan sistem pendidikannya yang tidak
berbeda jauh dengan Indonesia mampu menempati urutan PISA dan TIMSS di
atas Indonesia, kemudian sudah sejak lama menerapkan HOTS dalam kurikulum
pendidikannya, dan belum ada data komparasi muatan HOTS di buku matematika
Indonesia dan Malaysia, maka perlu dilakukan analisis muatan HOTS pada buku
teks matematika Indonesia dan Malaysia. Hal ini dilakukan untuk melihat
bagaimana muatan HOTS pada buku teks matematika di Indonesia dan bagaimana
muatan HOTS pada buku teks matematika Malaysia. Oleh karena itu,
pada Buku Teks Matematika SMP (Komparasi Buku Indonesia dan Malaysia).
8
B. Identifikasi Masalah
terbilang rendah.
2. Belum adanya data mengenai muatan HOTS pada buku teks matematika SMP
di Indonesia.
ini fokus pada analisis buku teks matematika Indonesia kelas VIII dan buku teks
dari muatan HOTS (Higher Order Thinking Skill). Berdasarkan fokus masalah
tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana muatan HOTS pada buku teks matematika Indonesia kelas VIII
SMP?
Sekolah Menengah?
9
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini ialah
sebagai berikut:
VIII SMP.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini ialah hasil analisis muatan HOTS
(Higher Order Thinking Skill) pada buku teks matematika Indonesia SMP kelas
VIII dan buku teks matematika Malaysia Tingkatan 2 Sekolah Menengah dapat
itu, hasil penelitian ini dapat memberikan inspirasi untuk melakukan penelitian
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
muatan HOTS (Higher Order Thinking Skill) pada buku teks. Hal ini dapat
10
b. Bagi Guru SMP
guru SMP dalam menggunakan buku teks pada proses pembelajaran. Guru dapat
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi bahan diskusi pada Musyawarah Guru Mata
pedagogik guru.
11