Anda di halaman 1dari 18

KONVENSI PENULISAN NASKAH MAKALAH

1). Pemilihan Tema dan Topik


 Tema yang ditentukan adalah umum/bebas.
 Topik yang dipilih bebas, dengan ketentuan berada dalam lingkup tema yang
telah ditentukan.
 Contoh: lingkup kajian teknologi pertanian, teknologi pertanian di Indonesia,
mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian di UGM, dan sebagainya.

2). Format Pengetikan


 Makalah diketik di Microsoft Words, tidak ditulis tangan.
 Kertas berukuran A4 (21 x 29,7 cm) atau sesuaikan format kertas A4 pada
Microsoft Words.
 Batas margin kertas dari tepi kiri 4 cm, kanan 3 cm, atas 3 cm, bawah 3 cm.
 Jenis huruf (font) Times New Roman dengan ukuran 12.
 Pengaturan margin: rata kiri-kanan (justify).
 Jarak pengetikan antarbaris 2 spasi.
 Penulisan nomor halaman diletakkan di tengah bawah.
 Makalah diketik sebanyak 10—15 halaman, sudah termasuk daftar pustaka.

3). Sistematika Makalah


(a). Judul
 Judul diketik dengan huruf kapital.
 Judul diketik dengan huruf cetak tebal (bold).
 Judul diketik di tengah (center).
 Judul diketik tanpa tanda titik, tidak terlalu pendek/panjang, dan menggunakan
ragam bahasa baku.
(b). Identitas
 Setelah mengetik judul, beri jarak 2 kali enter, kemudian ketik “oleh”
 Di bawah “oleh” ketik nama lengkap dengan huruf kapital, misal FARADILA
NURBAITI
 Di bawah nama ketik nomor induk mahasiswa
(c). Pendahuluan (Bagian I)
 Pendahuluan diketik “1. Pendahuluan”, cetak tebal, huruf P diketik kapital.
 Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penulisan, yang
dapat diketik dalam bentuk paragraf.
 Latar belakang (1.1 Latar Belakang) berisi: pentingnya permasalahan atau alasan
pemilihan topik; fakta-fakta penting terkait topik yang dipilih; penelitian yang
sudah pernah ada dan berkaitan dengan topik yang dipilih; manfaat praktis
penulisan; serta teori-teori yang berkaitan.
 Rumusan masalah (1.2 Rumusan Masalah) berisi permasalahan-permasalahan
yang akan diulas dalam makalah. Rumusan masalah dapat ditulis dalam bentuk
kalimat tanya maupun kalimat pernyataan. Misalnya: Rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut. Bagaimanakah pengaruh iklan di televisi
bagi anak usia dini? Mengapa anak usia dini dianjurkan untuk menonton televisi
dengan bimbingan orang tua?
 Tujuan penulisan (1.3 Tujuan) berisi jawaban dari rumusan masalah atau garis
besar hasil yang akan dicapai dalam penulisan.
 Penulisan paragraf selalu diawali dengan satu baris pertama menjorok ke kanan.
 Pendahuluan diketik sebanyak 2—3 halaman.
(d). Pembahasan (Bagian 2)
 Bagian pembahasan ini merupakan tubuh argumentasi, berisi argumentasi dari
penulis.
 Penamaan bagian pembahasan TIDAK DIKETIK DENGAN “2. Pembahasan”,
tetapi ditulis relevan atau bahkan sama dengan judul makalah. Misalnya makalah
diberi judul PERANAN BIOTEKNOLOGI DAN MIKROBA ENDOFIT DALAM
PENGEMBANGAN OBAT HERBAL, maka penamaan bagian pembahasannya “2.
Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam Pengembangan Obat
Herbal”.
 Pembahasan dapat terdiri atas subbagian seperti 2.1, 2.2, dst., yang jumlahnya
bergantung pada banyaknya rumusan permasalahan yang diuraikan dalam
makalah.
(e). Kesimpulan (Bagian 3)
 Penulisan bagian penutup ini adalah “3. Kesimpulan”.
 Penulisan isi kesimpulan TIDAK DIRINCI NOMOR PER NOMOR, tetapi berbentuk
paragraf.
 Kesimpulan berisi jawaban dari rumusan masalah sehingga jumlah kesimpulan
harus relevan dengan rumusan masalah.
(f). Daftar Pustaka (Bagian 4)
 Daftar pustaka diketik di lembar terakhir, terpisah dengan lembar isi makalah.
 Judul daftar pustaka diketik dengan huruf kapital dan cetak tebal, tanpa diakhiri
tanda titik.
 Daftar pustaka dapat berupa:
1. buku
2. koran
3. majalah
4. jurnal
5. skripsi, tesis, disertasi
6. internet, maksimal 3 tautan situs web.
 Semua sumber pustaka yang dijadikan sebagai rujukan harus muncul dalam isi
makalah dan dibuktikan dengan adanya penulisan kutipan.

4. Penulisan Sitasi/Kutipan
 Kutipan wajib ditulis sebagai bentuk penghargaan terhadap bacaan yang
dijadikan sebagai sumber acuan.
PEMBENTUKAN ISTILAH KAMUS

oleh
Faradila Nurbaiti
16/404299/PSA/08020

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan

dengan makna, konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.

Sementara itu, pembentukan istilah adalah usaha mencipta atau menggubah kata baru,

terutama untuk menyampaikan ilmu pengetahuan khusus dalam suatu bidang ilmu atau

profesional. Istilah dibentuk untuk menghindari kesalahpahaman dalam bidang ilmu

tertentu (Chaer, 2007:88—89).

Indonesia memiliki lembaga kerja pembakuan dan pembentukan istilah pada 1942

di bawah pemerintahan Jepang yang saat itu menduduki Indonesia. Lembaga itu bernama

Komisi Bahasa Indonesia yang diketuai oleh Mori (orang Jepang sebagai pemimpin

kantor pengajaran). Lalu pada 1945, setelah Jepang meninggalkan Indonesia, komisi ini

telah menghasilkan sekitar tujuh ribu buah istilah meliputi istilah bidang hukum,

kedokteran, kehewanan, kimia, administrasi, keuangan, fisika, dan pertanian. Sesudah

proklamasi kemerdekaan pada 1947, pemerintah Republik Indonesia membentuk

lembaga bernama Panitia Pekerja Bahasa Indonesia yang diketuai oleh Mr. St. Takdir

Alisjahbana dengan salah satu tugasnya mengembangkan peristilahan akan tetapi panitia

itu gagal beroperasi karena situasi perang dan menghentikan kegiatannya. Setelah perang

kemerdekaan usai pada 1950, terbentuklah lembaga bernama Komisi Istilah dengan tugas
menyelenggarakan penyususnan istilah dalam bahasa Indonesia. Komisi ini terdiri atas 19

seksi yang anggotanya adalah para ahli berbagai kementerian. Komisi ini bekerja hingga

1967 dan menghasilkan kurang lebih 300.000 buah istilah Indonesia sebagai padanan dari

istilah asing.

Menurut Kridalaksana (via Moelino, 1985:55), pembentukan istilah dalam suatu

bahasa dapat dilakukan dengan (1) mengambil kata atau frasa umum yang diberi makna

tertentu dalam bahasa Indonesia, misalnya kata garam yang merupakan nama zat dapat

diambil untuk ilmu pengetahuan seperti ilmu kimia dan diberi makna tertentu, (2)

membuat kombinasi dari kata-kata umum, (3) membantu kata turunan dari kata dasar

yang umum, (4) membuat kata turunan dengan analogi, (5) meminjam/menerjemahkan,

(6) pembentukan istilah dengan singkatan, dan (7) mengambil alih dari bahasa

asing/daerah. Dalam pengambilalihan istilah dari bahasa lain, Kridalaksana menawarkan

dua prosedur, yakni (1) menerjemahkan ungkapannya dengan tidak mengubah makna dan

(2) peminjaman istilah itu dengan penyesuaian dalam bentuk ungkapan-ungkapannya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan masalah

dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

(1) Bagaimanakah pemilihan kosakata sebagai sumber peristilahan dalam kamus?

(2) Bagaimanakah cara dan tahap-tahap pembentukan istilah yang ada di dalam

kamus?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah:


(1) menjelaskan cara pemilihan kosakata sebagai sumber peristilahan dalam kamus,

dan

(2) memaparkan cara dan tahap-tahap pembentukan istilah yang ada di dalam kamus.

2. Pembentukan Istilah Kamus

Pada bagian ini, pembentukan istilah kamus dipaparkan menjadi dua subbagian,

yakni pemilihan kosakata sebagai sumber peristilahan dan cara serta tahapan dalam

pembentukan istilah.

2.1 Pemilihan Kosakata sebagai Sumber Peristilahan

2.1.1 Sumber Kosakata

Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah terdapat tiga sumber kosakata untuk

membentuk istilah dengan urutan prioritas pengambilannya. Ketiga sumber itu adalah:

a. Kosakata bahasa Indonesia, dengan prioritas: pertama, kosakata bahasa Indonesia

yang masih digunakan. Misalnya, kata kedai dan kata kopi adalah dua buah kata

yang masih lazim digunakan lalu dijadikan istilah kedai kopi (istilah dalam bidang

pariwisata) sebagai padanan istilah Inggris coffeeshop. Kedua, kosakata bahasa

Indonesia yang sudah tidak lazim dipakai, seperti hara (istilah dalam bidang

kimia) sebagai padanan kata nutrient. Contoh lainnya kata tenggat (istilah dalam

ilmu komunikasi) sebagai padanan kata Inggris deadline.

b. Kosakata bahasa-bahasa serumpun (Melayu) atau bahasa-bahasa Nusantara, yakni

antara lain bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang, bahasa Bali, bahasa Aceh,

bahasa Bugis, dan lain-lain. Dalam hal ini juga dengan urutan prioritas, pertama
kosakata bahasa serumpun atau Nusantara yang masih lazim digunakan. Setelah

itu kosakata bahasa serumpun atau Nusantara yang sudah tidak lazim digunakan.

c. Kosakata bahasa asing, baik bahasa asing Eropa, bahasa asing Timur Tengah,

maupun bahasa asing Asia, tetapi dengan prioritas bahasa Inggris karena bahasa

Inggris merupakan bahasa internasional pertama dan ilmu pengetahuan datang ke

Indonesia terutama dalam bahasa Inggris.

2.1.2. Persyaratan Pemilihan Kosakata

Kosakata yang akan dijadikan istilah, baik dari bahasa Indonesia, bahasa-bahasa

serumpun/bahasa-bahasa Nusantara, maupun bahasa-bahasa asing harus mengikuti

persyaratan tertentu.

(a) Bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa Serumpun yang akan dipilih menjadi istilah

harus memenuhi hal-hal berikut.

(1) Seandainya terdapat dua buah kata atau lebih yang maknanya mirip atau

mendekati sama, maka hendaklah dipilih kata yang paling cocok untuk konsep

tertentu. Misalnya deretan kata berikut memiliki makna yang mirip.

- agung - besar -raya

- area - kawasan - wilayah -daerah

- asli - tulen - murni

- bea - cukai - pajak

Salah satu deretan kata tersebut dapat dipilih untuk dijadikan istilah dalam

bidang tertentu contohnya kita memilih kata agung untuk istilah jaksa agung,

hakim agung, dan masjid agung; tetapi kita tidak dapat memperoleh istilah
*hari agung dan *guru agung. Dalam hal ini, deretan kata yang dapat dipakai

pada hari dan guru adalah deretan kata besar.

(2) Seandainya terdapat dua buah ungkapan (kata atau gabungan) yang

rujukannya sama, maka hendaklah dipilih kata atau gabungan yang paling

ringkas misalnya;

- Gambut (istilah bidang pertanian) lebih ringkas daripada tanah berlumut

untuk padanan peat;

- Kosakata (istilah bidang linguistic) lebih ringkas daripada

pembendaharaan kata untuk padanan vocabulary;

- Suaka politik (istilah bidang politik) lebih ringkas daripada perlindungan

politik untuk padanan asylum;

- Pakan (istilah bidang biologi) lebih ringkas daripada makanan ternak

untuk padanan poultry.

(3) Seandainya terdapat dua ungkapan (kata atau gabungan kata) yang memiliki

rujukan yang sama, maka hendaklah dipilih ungkapan (kata atau gabungan

kata) yang konotasinya lebih baik dan lebih sedap didengar. Misalnya:

- Panti wreda mempunyai konotasi yang lebih baik dan lebih sedap

didengar daripada rumah jompo.

- Waria mempunyai konotasi yang lebih baik dan lebih sedap didengar

daripada banci.

- Turnanetra mempunyai konotasi yang lebih baik dan lebih sedap didengar

daripada orang buta.


- Pramuwisma mempunyai konotasi yang lebih baik dan lebih sedap

didengar daripada pembantu rumah tangga.

- Ke belakang mempunyai konotasi yang lebih baik dan lebih sedap

didengar daripada buang air.

Persyaratan-persyaratan di atas nampaknya dapat dilanggar atau tidak diikuti

sebab (a) kita lebih memilih lembaga permasyarakatan, yang lebih panjang,

daripada penjara yang lebih ringkas; (b) antara istilah pelacur, wanita tuna susila

(WTS), dan pekerja seks komersial (PSK) kini lebih dipilih pekerja seks

komersial, yang lebih panjang. Di samping itu, konotasi kedua istilah yang dipilih

itu pun tetap tidak lebih baik. Hal tersebut tentu karena yang tidak baik untuk

masyarakat Indonesia.

(b) Bahasa Asing

Persyaratan dalam mengambil kosakata bahasa asing adalah sebagai berikut.

(1) Kosakata asing itu memudahkan pengalihan antarbahasa. Misalnya:

- cek (istilah Keuangan) padanan cheque

- ekspor (istilah Ekonomi) padanan export

- paspor (istilah Hukum) padanan passport

- satelit (istilah Komunikasi) padanan satellite

- presiden (istilah Hukum) padanan president

(2) Kosakata asing yang dijadikan istilah lebih cocok daripada kosakata bahasa

Indonesia. Misalnya:

- aktor (dari actor) lebih cocok daripada pelaku atau lakon (istilah kesenian)
- klorofil (dari chlorophyll) lebih cocok daripadazat penghijau (istilah

biologi)

- favorit (dari favorite) lebih cocok daripadakegemaran atau kesayangan

(istilah kesenian)

- sistem (dari system) lebih cocok daripadatata susunan (istilah politik)

- kritik (dari critic) lebih cocok daripadakecaman (istilah kesenian)

(3) Kosakata asing yang dijadikan istilah lebih ringkas daripada istilah Indonesia.

Misalnya:

- royalti (dari royalty) lebih singkat daripada uang jasa pengarang (istilah

keuangan)

- laten (dari latent) lebih singkat daripada tersembunyi (istilah politik)

- diplomasi (dari diplomacy) lebih singkat daripada penyelenggaraan

hubungan resmi (istilah politik)

- troli (dari trolly) lebih singkat daripadakereta dorong (istilah

perhubungan)

(4) Kosakata asing yang dijadikan istilah Indonesia akan memudahkan

kesepakatan di antara para pakar karena padanannya dalam bahasa Indonesia

terlalu banyak. Misalnya:

- kamera (dari camera) dipilih di antara alat foto, alat potret, atau tustel

- detergen (dari detergent) dipilih di antara bahan pembersih, sabun cuci,

atau sabun serbuk

- galeri (dari gallery) dipilih di antara balai seni, balai budaya atau toko

seni
- ideal (dari ideal) dipilih di antara idaman, cita-cita, atau teladan

- teller (dari teller) dipilih di antarajuru bayar atau juru hitung

2.2 Pembentukan Istilah

2.2.1 Cara Pembentukan Istilah berdasarkan Sumber Kosakata

Setelah mengetahui sumber pembentukan istilah dan persyaratan pengambilan

kosakata dari sumber yang akan dijadikan istilah, maka akan dibicarakan bagaimana

istilah tersebut dibentuk dari sumber dan persyaratan tersebut.

(a) Kosakata Bahasa Indonesia

Kosakata bahasa Indonesia, baik yang lazim digunakan maupun yang sudah

tidak digunakan, dapat dijadikan istilah dengan cara;

(1) Penyempitan makna adalah sebuah kata yang memiliki makna umum yang luas

dipersempit atau dibatasi hanya memiliki sebuah makna tertentu. Misalnya kata

gaya yang memiliki makna kekuatan dipersempit menjadi maknanya hanya

menjadi dorongan atau tarikan yang akan menggerakkan benda bebas (tidak

terikat) dan menjadi istilah baru untk padanan kata force (istilah fisika). Kata

kendala yang memiliki makna ‘penghalang, perintang’ dipersempit maknanya

menjadi ‘pembatas keleluasaan gerak’ yang tidak perlu menghalangi atau

merintangi untuk dijadikan istilah baru di bidang fisika sebagai padanan

constraint. Kata tenaga yang memiliki makna ‘daya, kekuatan untuk

mengerakkan sesuatu’ dipersempit maknanya untuk dijadikan istilah baru sebagai

padanan power (istilah elektronika).

(2) Perluasan makna adalah sebuah kata yang semula jangkauan maknanya sempit

kemudian diperluas dan berlaku sebagai istilah dengan pengertian khusus dalam
bidang tertentu. Misalnya, kata sandang yang semula bermakna selendang

diperluas maknanya dalam bidang pembangunan menjadi segala macam pakaian.

Kata garam yang semula bermakna ‘garam dapur (Na Cl)’ diperluas maknanya

sehingga mencakup semua jenis senyawa dalam bidang kimia. Kata pesawat yang

semula dimaknai sebagai ‘alat, perkakas, mesin’ diperluas maknanya di bidang

teknik menjadi ‘kapal terbang’.

(b) Kosakata Bahasa-bahasa Nusantara

Kosakata bahasa-bahasa Nusantara dapat dijadikan istilah dalam bahasa

Indonesia apabila kosakata itu dapat mewadahi konsep atau pengertian dalam bidang

ilmu atau kegiatan tertentu. Misalnya:

- lugas (dari bahasa Jawa) untuk mewadahi konsep yang bersahaja saja

untuk padanan kata to the point direct

- mapan (dari bahasa Jawa) untuk mewadahi konsep ‘mantap,stabil’ untuk

padanan kata establish

- sulih (dari bahasa Jawa) untuk mewadahi makna ‘ganti’ untuk padanan

kata subtitute

- nyeri (dari bahasa sunda) untuk mewadahi konsep atau makna rasa sakit

sebagai padanan kata pain, dan lain sebagainya.

- Marga (dari bahasa Sunda) untuk mewadahi makna ‘kelompok

kekrabatan’ sebagai padanan kata clan

- Agih (dari bahasa Sunda) untuk mewadahi konsep atau makna

‘pembagian’ sebagai padanan kata distribute


- Pantau, pantauan (dari bahasa Minang) untuk mewadahi konsep

‘pengawasan dengan cermat’ sebagai padanan kata monitor

- Luah (dari bahasa Minang) untuk mewadahi konsep atau makna ‘volume

zat cair yang mengalir melalui permukaan per satuan waktu sebagai

padanan kata charge

- Kiat (dari bahasa Minang) untuk mewadahi konsep atau makna ‘seni, cara

melakukan’ sebagai padanan kata art

- Antasan (dari bahasa Bali) untuk mewadahi konsep ‘sungai kecil, anak

sungai’ sebagai padanan kata creek

- Ngaben (dari bahasa Bali) untuk mewadahi konsep ‘pembakaran jenazah’

sebagai padana kata crematorium

- Gantole ( dari bahasa Bugis) unuk mewadahi konsep ‘pesawat laying

tanpa mesin’ sebagai padanan kata hangglider

- Gambut ( dari bahasa Banjar) untuk mewadahi konsep atau makna

‘lapisan atas tanah gembur yang berumput dan berakar tumbuhan’ sebagai

padanan kata peat

Di samping itu, dapat juga sebuah kata dari bahasa-bahasa Nusantara yang untuk

keperluan peristilahan, maknanya dipersempit atau diperluas. Misalnya, kata ranah

dalam bahasa minang bermakna tanah rata atau daratan rendah dipersempit

maknanya menjadi lingkungan yang memungkinkan terjadinya percakapan yang

merupakan kombinasi antara partisipan, topik, dan temper sebagai padanan istilah

domain.
(c) Bahasa Asing

Kosakata bahasa asing dijadikan istilah dalam bahasa Indonesia dilakukan

dengan cara:

(1) Diserap secara utuh jika ejaan dan lafal masih sama dengan bahasa asingnya.

Misalnya:

- absurd untuk konsep tidak masuk akal (istilah sastra)

- transfer untuk konsep pemindahan (istilah ekonomi)

- wig untuk konsep rambut palsu penutup kepala (istilah kesenian)

- teller untuk konsep ‘juru bayar, juru hitung’ (istilah keuangan)

- trauma untuk konsep ‘goncangan jiwa’ (istilah psikologi)

(2) Diserap dengan penyesuaian ejaan dan lafal. Misalnya:

- diplomasi (dari diplomacy) untuk konsep penyelenggaraan hubungan

resmi

- royalti (dari royalty) untuk konsep uang jasa pengarang

- troli (dari trolly) untuk konsep kereta dorong

- galeri (dari gallery) untuk konsep ‘balai seni, balai budaya’

- kamera (dari camera) untuk konsep ‘alat potret, tustel’

(3) Penerjemah istilah asing ke dalam istilah Indonesia. Misalnya:

- Pengobatan dari medical treatment

- Ketidakadilan dari injustice

- Bentuk terikat dari bound form

- Bandar udara dari airport

- Daur dari cycle


(4) Penyerapan dan penerjemahan sekaligus yang sebagian dari istilahnya

diterjemahkan dan sebagian lagi disesuaikan ejaannya. Misalnya:

- antisejajar dari antiparallel

- inframerah dari infrared

- vector semu dari pseudovector

- ultraungu dari ultraviolet

- semipenghantar dari semiconductor

(5) Istilah serapan asing yang sudah lama digunakan tetap digunakan. Misalnya:

- gereja (dari kata bahasa Potrugis igreja)

- bendera (dari kata bahasa Portugis bandeira)

- bengkel (dari kata bahasa Belanda winkel)

- belenggu (dari kata bahasa Tamil vilangu)

- baju (dari kata bahasa Parsi bazu)

2.2.2 Tahapan Pembentukan Istilah secara Umum

Dalam pembentukan atau penciptaan sebuah istilah terdapat tujuh langkah yang

harus diikuti. Misalnya, kita sudah memiliki konsep A yang akan dibuat istilahnya, maka

langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.

(1) Langkah pertama, memilih sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang masih

lazim digunakan dengan menerapkan persyaratan pemilihan kosakata yang

telah disebutkan sebelumnya dan cara pembentukannya, maka hasilnya adalah

calon istilah 1 untuk konsep A tersebut.

(2) Langkah kedua adalah mencari dan memilih sebuah kata dalam bahasa

indonesia yang sudah tidak lazim digunakan dengan menerapkan persyaratan


yang telah dibahas sebelumnya dan cara pembentukannya, maka hasilnya

adalah calon istilah 2 untuk konsep A tersebut.

(3) Langkah ketiga adalah mencari dan memilih sebuah kata bahasa serumpun

atau bahasa Nusantara yang masih lazim digunakan dengan menerapkan

persyaratan yang telah dibahas sebelumnya dan cara pembentukannya, maka

hasilnya adalah calon istilah 3 untuk konsep A tersebut.

(4) Langkah keempat adalah mencari dan memilih sebuah kata dalam bahasa

serumpun atau bahasa Nusantara yang sudah tidak lazim digunakan dengan

menerapkan persyaratan yang telah dibahas sebelumnya dan cara

pembentukannya, maka hasilnya adalah calon istilah 4 untuk konsep A

tersebut.

(5) Langkah kelima adalah mencari dan memilih sebuah kata dalam bahasa

Inggris digunakan dengan menerapkan persyaratan yang telah dibahas

sebelumnya dan cara pembentukannya, maka hasilnya adalah calon istilah 5

untuk konsep A tersebut.

(6) Langkah keenam adalah mencari dan memilih sebuah kata dalam bahasa asing

bukan Inggris dengan menerapkan persyaratan yang telah dibahas sebelumnya

dan cara pembentukannya, maka hasilnya adalah calon istilah 6 untuk konsep

tersebut.

(7) Langkah ketujuh adalah memilih calon istilah yang terbaik di antara calon

istilah 1 sampai calon istilah 6.

Dalam proses pembentukan istilah langkah-langkah ini harus diikuti, tetapi

kadangkala kita tidak selalu mendapati calon istilah di setiap langkah tersebut, maka
pemilihan istilah itu diberikan kepada ahli dalam bidang ilmu atau kegiatan yang

bersangkutan.

3. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini.

Pertama, sumber kosakata yang dapat digunakan dalam pembentukan istilah kamus dapat

berasal dari kosakata bahasa Indonesia yang masih digunakan, kosakata bahasa Indonesia

yang sudah tidak lazim dipakai, kosakata bahasa-bahasa serumpun (Melayu) atau bahasa-

bahasa Nusantara, dan kosakata bahasa asing, dengan adanya persyaratan-persyaratan

yang penting untuk diperhatikan. Kedua, terdapat beberapa cara pembentukan istilah

kamus berdasarkan sumber kosakata yang dipilih dan juga terdapat tujuh langkah atau

tahapan yang harus dilakukan dalam membentuk istilah kamus.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. (2007). Leksikologi dan Leksikografi. Jakarta: Rineka Cipta.

Moelino, Anton M. (1985). Perkembangan dan Pembinaan bahasa; Ancangan Alternatif

di dalam Perencanaan bahasa. Jakarta: Djambatan.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1979b). Pedoman Umum Pembentukan

Istilah. Jakarta: Balai Pustaka.

Setiawan, Teguh. (2015). Leksikografi. Yogyakarta: Ombak.

Zgusta, Ladislav. (1971). Manual of Lexicography. The Hague; Mouton.

______________. (1979). Theory and Method in Lexicography. Columbia: Hornbeam

Press. Incorporated.

Anda mungkin juga menyukai