Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakkan nilai-nilai kemanusiaan,
atau hubungan personal, interpesonal dan masyarakat secara Agung dan Luhur, tidak ada
perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian, yang mengikat semua aspek
manusia. Karena islam yang berakar pada kata “salima” dapat diartikan sebagai sebuah
kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu sifatnya fitnah, kedamaian, akan hadir, jika
manusia itu sendiri menggunakan dorongan diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan
manusia dan memposisikan dirinya sebagai mahluk ciptaan tuhan yang bukan saja unik tapi
juga sempurna. Namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan tidak berjalan, seiring
fitnah, maka janji tuhan azab dan keinahan akan datang. Tegaknya aktifitas keislaman dalam
hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki
ahlak. Jika seseorang sudah memahami ahlak maka akan menghasilkan kebiasaan hidup
yang baik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagai mana pengertian akhlak ?
2.      menjelaskan definisi akhlaq dalam pengembangan budaya,sains,teknologi,seni dan etos
kerja ?
4. Seperti apa akhlak dalam pendidikan islam ?
3.      Bagaimana pandangan islam terhadap akhlak ?
C.    Tujuan
1.      Sebagai bentuk penyelesaian tugas mata pelajaran Akhlak.
2.      Untuk menjelaskan macam-macam akhlak terpuji yang dianjurkan dan di ridhoi
Allah SWT serta penerapannya di kehidupan sehari-hari.
3. Untuk menjelaskan gambaran umun tentang Akhlak Tercela.
4. Untuk menjelaskan metode peningkatan kualitas Akhlak dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Akhlah
Akhlak (Ar.: al-akhlak, jamak dari al-khulq = kebiasaan, perangai, tabiat, dan agama).
Tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-buat, dan telah menjadi
kebiasaan. Kata akhlak dalam pengertian ini disebut dalam Al-Quran dengan bentuk
tunggalnya, khulq, pada firman Allah SWT yang merupakan konsiderans pengangkatan
Muhammad sebagai Rasul Allah1[1]. Dijelaskan dalam Al-Quran sebagai berikut :

)٦٨:٤ .‫والك لعلر حلق عطلم(المملع‬


Atrinya
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pengerti yang agung (QS Al-
Qalam, 68 :4)2[2]”
Beberapa istilah yang bekaitan dengan akhlak. Menurut jamil salibah (ahli bahasa
arab kontemporer asal suriah), adalah akhlak yang baik dan ada yang buruk. Akhlak yang
baik disebut adab (adab). Kata adab juga digunakan dalam arti etika yaitu tata cara sopan
santun dalam masyarakat guna memelihara hubungan baik antar mereka.
Ulamah akhlak brbeda pendapat tentang apa kah akhlak yang lahir dari manusia
merupakan hal pendidikan dan latihan ataukah pembawah sejak lahir. Sebagian
mengatakan bahwa akhlak merupakan pembawah sejak lahir orang yang bertingkah laku
baik atau buruk karena pembawanya sejak lahir. Karenanya, akhlak tidak bisa diubah
melalui pendidikan atau latihan. Pandangan ini dipegang oleh kaum jabariah, salah satu
aliran dalam teologi islam. Sebagian lain berpendapat bahwa akhlak merupakan hasil
pendidikan. Karenanya, akhlak bisa diubah melalui pendidikan, dan itulah sebabnya
mengapa Rasulullah SAW “diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Malik). Pendapat ini
dipegang oleh kebanyakan ulamah. Ibnu maskawaih, ketika mengeritik pandangan pertama,
mengatakan bahwa pandangan negatif tersebut antara lain akan memebuat segalah bentuk
normal dan bimbingan jadi tertolak, orang jadi tunduk pada kekejaman dan kelaliman, serta
nak-anak jadi liar karena tubuh dan perkembangan tanpa nasihat dan pendidikan.

2
Menurut Quraish Shihab, meskipun kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia,
ada issyarat dalam Al-Quran bahwa manusia pada dasarnya cendrung pada kebajikan.
Didalam Al-Qurandiuraikan bahwa iblis menggoda Adam, lalu adam durhaka kepada Tuhan.
Sebelum digoda iblis, Adam tidak durhaka artinya ia tidak melakukan sesuatu yang buruk
akibat godaan itu, adam menjadi sesat, tetapi kemudian bertobat kepada tuhan sehingga
kembali kepada kesuciannya.
Ukuran Baik dan Bururk. Ulama berbeda pendapat tentang ukuran baik dan buruk
akhlak. Mereka terbagi menjadi tiga golongan
Golongan pertama, Muktazilah (aliran teologi islam rasional dan liberal pada abad
ke-8, didirikan oleh wasil bin ata [80 H/699 M-131 H/748 M]), berpendapat bahwa ukuran
baik dan buruk akhlak adalah esensinya. Untuk ini mereka membagi akhlak yang menuntut
esensinya adalah buruk dan Allah SWT pasti melarangnya, seperti besikap jujur dan adil. Ada
akhlak yang menurut esensinya bisa baik dan buruk, seperti membunuh.
Golongan kedua. Maturidiah (aliran yang didirikan oleh abu Abu Mansur Muhammad
al-maturidi [w. 333H/944 M]) dan mashab *Hanafi, sependapatdengan golongan
Muktazilah. Hanya saja mereka, berbeda pendapat tentang tanggung jawab terhadap akhlak
tersebut. Menurut mereka, akal tidak dapat menetapkan kewajiban, yang menetapkan
kewajiban adalah syarak. Manusia akan dimintai pertanggung jawaban hanya atas dasar
kesadaran etisnya yang diperoleh melalui syarak.
Golonga ketiga, Asy’ariyah (aliran yang didirikan oleh Abu Hasan Ali bin Ismailal-Asy-
ari [260H/873 M-324 H/935 M]) dan jumlah ulamah usul fikih, berpendapat bahwa baik dan
buruk akhlak ditentukan olej syarak. Apa yang diperintahkan adalah baik dan yang
dilarangnya adalah baik dan apa yang dilrangnnya adalah buru. Manusia akan dimintai
pertanggung jawaban diperoleh melalui syarak.
Al-Quran meberi kebebasan kepada manusia untuk memilih bertingkah laku baik
atau buruk sesuai dengan kehendaknya. Atas dasar kehendak dan pilihannya itulah manusia
dan diminta pertanggung jawabannya diakherat atas segalah tingkah lakunya 3[3]. Allah SWT
berfirman.

Artunya :

3
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa) : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri
ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
(Q.S Al Baqarah 2 : 2864[4])

Sumber Akhlak. Akhlak orang muslim merujuk pada dua sumber utama pada ajaran
islam. Sumber pertama diterangkan oleh *Aisyah binti Abu Bakar ketika ditanya para
sahabat tentang akhlak Rasulullah SAW Aisyah berkata adalah : “Akhlak Rasulullah SAW
adalah Al-Quran”(H.R Ahmad bin Hanban). Adapun sumber kedua adalah keteladanan yang
dicontohkan oelh Rasulullah SAW kepada umatnya, sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT
di dalam firman-Nya.
Artinya :
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. : (Q.S Al-Ahzab. 33 : 21)5[5].
Sasaran Ahlak. Dalam Islam, secara garis besar akhlak manusia mencangkup tiga
sasaran, yaitu terhadap Allah SWT, terhadap bersama manusia, dab terhadap
lingkungannya.
Akhlah terhadap Allah SWT. Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlak manusia
terhadap Allah SWT bertitik tolak dari pengakuan dan kesadaran bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah SWT yang memiliki segalah sifat terpuji dan sempurna.
a.       Mensucikan Allah SWT dan memuji-nya.
b.      Bertaqwa (berserah diri) kepada Allah SWT setelah berbuat atau berusaha lebih dahulu.
c.       Berbaik sangka kepada Allah SWT
Akhlak Terhadap Sesama Manusia

5
a.       Akhlak terhadap Oran Tua diantaranya sebagai berikut :
1.      Memelihara keridaan orang tua
2.      Berbakti kepada orang tua
3.      Memelihara etika pergaulan kepada orang tua
b.      Akhlak terhadap kaum kerabat. Akhlak yang paling utama terhadap kaum kerabat ialah
mengadakan hubungan silaturahmi dan berbuat ihsan (baik) terhadap mereka, seperti
mencintai mereka serta turut merasakan suka dan duka mereka. Diatara ayat-ayat yang
berbicara tentang akhlak ini ialah surah an-Nisa (4) ayat 1 dan 36, surah ar-ra’d (13) ayat 25,
surah al-israh (17) ayat 26, dan surah Muhammad (47) ayat 22. Diantara hadist Nabi SAW
yang berbicara tentang akhlak ini ialah “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari
akhirmaka hendaklah ia mengadakana hubungan silaturrahmi” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
c.       Akhlak terhadap tantangan. Diantara akhlak seseorang terhadap tantangannya ialah sebagai
berikut.
1.      Tidak menyakiti tetangganya. Baik dengan perbuatan maupun denga perkataan
2.      Berbuat ihsan (kebaikan) kepada tentangga diataranya ialah melakukan *takziah ketika
tetangganya mendapatkan musibah, melakukan *tahnia ketika tetanggany mendapat
kegembiraan, menjenguknya ketika sakit, menolongnya ketika dimintai tolong.
Ahklah terhadap Lingkungan. Dimaksudkan dengan lingkungan disini ialah segalah
sesuatu yang berada disekitar manusia, seperti binatang, tumbuhan-tumbuhan dan benda-
benda yang tak bernyawa.
Akhlak yang dianjurkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber daru fungsi
manusia sebagai khalifah. Khalifah menuntut adanya interaksi antara manusia dan alam.
Khalifah mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, dan bimbingan agar setiap mahluk
mencapai tujuannya. Mahluk-mahluk itu adalah umat seperti manusia juga. Al-Quran
menggambarkan : “dan tiada binatangbinatang yang ada dibumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melaikan umat-umat (juga) seperti kamu… ”(Q.S. 6:38).
Oleh sebab itu menurut Al-Qurtubi, makluk-mahluk itu tidak boleh diperlukan secara
aniayah6[6].
Allah SWT menciptakan Ala mini dengan tujuan yang benar, sesuai dengan firman-
Nya. (Q.S. Al-Ahqaaf. 46:3)7[7].

7
Artinya :
Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan
dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. dan orang-orang yang kafir
berpaling dari apa yang diperingatkan kepada merek a.
M. Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam memanfaatkan alam manusia tidak
hanya dituntut untuk tidak bersikap angkuh terhadap sumber daya yang dimilikinya, tetapi
juga dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah SWT,
pemilik ala mini. Manusia ditutntu tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau
kelompok saja tetapi juga kemaslahatan semua pihak. Dengan demikian, manusia
diperintahkan bukan untuk mencari kemenagan, tetapi keselarasan dengan alam.
Kitab Tentang Akhlak. Disamping petunjuk tentang akhlak dalam bentuk perbuatan
seperti dikemukakan diatas, didalam islam terdapat juga petunjuk untuk memiliki perangai
seperti sabar, ramah, ikhlas, pemaaf, jujur,dan kasih sayan, serta petunjuk untuk
menghindari perangai yang buruk sepertipemarah, pendendam, dan berdusta.
Pembahasan tentang petunjuk-petunjuk tersebut banyak dimuat dalam kitab
tasawuf dan akhlak antara lain sebagai berikut.
1.      Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah (risalah karya Qusyairi). Karya Abu Qasim Abdul Karim bin
Hawazin bin Abdul Malik bin Talha bin Muhammad Al-Qusyairi (376 H/986 M-465 H/1074
M). kitab ini membahas antara lain tingkah laku, prinsif dan sifat sufi, serta kode etika para
pelajar.
2.          Ihya Ulum Ad-Din (Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama), karya Imam al-gazali. Kitab yang
terdiri atas 4 jilid ini dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama mengupas masalah ibadah
dengan segala rahasianya. Bagian kedua membahas masalah adat dan muamalah. Bagian
ketiga menyajikan hal-hal yang dapat merusak diri, termasuk akhlak-akhlak tercela. Bagian
keempat menguraikan hal-hal yang menyelamatkan manusia dalam berbagai kerusakan,
termasuk akhlak terpuji.
3.          Al-Azkar (Zikir-zikir), karya imam an-Nawawi, kitab ini berkumpulan hadist dan doa tentang
aktivitas sehari-hari, latihan rohani, etika umum, dan lain-lain yang mempererat hubungan
manusia dengan Tuhan dan sesamanya.
4.          Al-Akhlaq al-Islamiyyah wa Ususuha (Akhlak Islamdan dasar-dasarnya). Karya Ayekh
Abdurrahman Hasan Habnakah al-Maidani (ahli ilmu akhlak konteporer asal Suriah).
Materinya antara lain dasarnya akhlak yang digalidari Al-Quran dan hadis petunjuk praktis
penerapan akhlak, dan pendidikan akhlak8[8].
B.DEFINISI IPTEK
Definisi IPTEK sebagai singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah sesuatu
yang sangat berkaitan dengan teknologi. Dalam sudut pandang filsafat ilmu, ilmu dengan
pengetahuan sangat berbeda maknanya. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasikan, disistemasi dan di interpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran
obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah, sedangkan Pengetahuan adalah apa
saja yang diketahui oleh manusia baik melalui panca indra, instuisi, pengalaman maupun
firasat. Jadi Ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan
melalui proses pengkajian dan dapat dinalar serta diterima oleh akal. (Saifulloh,2009).
Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses
yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Teknologi dibuat atas dasar ilmu
pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Kata teknologi sering
menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan
saintifik yang baru ditemukan.
Dalam dunia ekonomi, teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang
dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang
diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi). Oleh karena itu, kita
dapat melihat perubahan teknologi pada saat pengetahuan teknik kita meningkat.
Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai
hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga
memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi
karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan
ilmu pengetahuan dengan teknologi. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa
kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif
berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang
berakibat kehancuran alam semesta.

8
Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak
boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran
Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak,
karena bersumber dari Allah. Ada pula ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge)
tingkat kebenarannya bersifat nisbi, karena bersumber dari akal pikiran manusia.
Islam, agama yang sesuai dengan fitrah semula jadi manusia,maka syariatnya bukan
saja mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun
dan membina peradaban, bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar selamat dan
menyelamatkan baik di dunia terlebih lagi di akhirat kelak.
Ilmu sangat penting dalam kehidupan. Rasulullah pernah bersabda bahwa untuk hidup
bahagia di dunia ini manusia memerlukan ilmu dan untuk hidup bahagia di akhirat pun
manusia memerlukan ilmu. Untuk bahagia di dunia dan di akhirat, manusia juga
memerlukan ilmu. Jadi kita harus menuntut ilmu, baik ilmu untuk keselamatan dunia,
terlebih lagi ilmu yang membawa kebahagiaan di akhirat. Atas dasar itulah Islam
mewajibkan menuntui Ilmu. Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat.” (HR. Ibnu Abdul Barr)
Bahkan dalam Islam menuntut ilmu itu dilakukan tanpa batasan atau jangka waktu
tertentu, ilmu mesti dilakukan sejak dalam buaian hingga ke liang lahad. Ini diberitahu oleh
Rasulullah dengan sabdanya :

“Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga ke liang lahad”


Pesatnya perkembangan Sains dan Teknologi semakin terasa dari hari ke hari. Banyak hasil
dari perkembangan Sains dan Teknologi yang tadinya diluar angan-angan manusia sudah
menjadi keperluan harian manusia. Contohnya : penyampaian informasi yang dahulu
memerlukan waktu hingga berbulan-bulan, kini dengan adanya telepon, handphone,
internet dapat sampai ke tujuan hanya dalam beberapa detik saja, bahkan pada masa yang
(hampir) bersamaan. Melalui TV, satelit dan alat komunikasi canggih lainnya, kejadian di
satu tempat di permukaan bumi atau di angkasa dekat permukaan bumi dapat diketahui
oleh umat manusia di seluruh dunia dalam masa yang bersamaan. Selain dalam bidang
komunikasi, perkembangan dalam bidang lain pun seperti material, alat-alat transportasi,
alat-alat rumah tangga, bioteknologi, kedokteran dan lain-lain begitu maju dengan pesat.
Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting dalam
pembangunan peradaban material atau lahiriah manusia. Allah berfirman dalam Al Qur’an
surat Al Imron 190-191 :

Artinya: ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa
neraka”.

Dari ayat ini dapat kita lihat, bahwa melalui pengamatan, kajian dan pengembangan
sains dan teknologi, Allah menghendaki manusia dapat lebih merasakan kebesaran,
kehebatan dan keagungan Nya. Betapa hebatnya alam ciptaan Allah, yang kebesaran dan
keluasannya-pun manusia belum sepenuhnya mengetahui, maka sudah tentu Maha hebat
lagi Allah yang menciptakannya.

Seni
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi
bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik
dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari
nilai-nilai keTuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan
budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan
jiwanya terus bertambah.
Seni adalah sebuah keindahan yang dapat mengungkap rasa sampai jauh kedalam jiwa
seseorang. Jadi, apabila pernah merasakan sebuah getaran keindahan yang begitu dalam
dan membuat kita tidak dapat lagi melupakannya maka artinya kita sudah dapat menangkap
arti kata seni dalam arti yang sebenarnya. Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang
di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata
seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”.
Namun menurut kajian ilmu di Eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang
lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Pandangan Islam tentang seni.Seni
merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan
Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia
memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya.
Allah berfirman dalam surat Al-Qaaf ayat 6 :

Artinya: “Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana
Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak-retak?” [QS
50: 6].

Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi, dan Seni


Dalam pandangan Islam ,antara agama,Ilmu pengetahuan ,teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yg disebut dinul
Islam.
Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak(iman ,ilmu,
dan amal shalih). Sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim (14:24-25) 

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg


baik(Dinul Islam) seperti sebatang pohon yg baik,akarnya kokoh(menghujam ke bumi)dan
cabangnya menjulang ke langit.pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dg seizin
Tuhannya.Allah membuat perumpamaan –perumpamaan itu agar manusia selalu ingat.
Ayat di atas menganalogikan bangunan Dienul Islam bagaikan sebatang pohon yang
baik, iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran
Islam. Ilmu diidentikkan dengan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/ cabang-
cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan
teknologi dan seni.
Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan
memberikan jaminan kebaikan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya.
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah
serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan
akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri. (M. Saifulloh, 2009).

C.     Pendidikan Islam


Pendidikan islamadalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian
yang sesuai dengan ajaran islam atau suatu upaya dengan ajaran islam memiliki nilai-nilai
islam serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai islam.
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan
keperibadian tentunya pendidikan islam memerlukan landasan kerja untuk member arah
bagi programnya sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagai sumber semua
peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan lengah pelaksanaan dan sebagai jalur
langkah menentukan arah usaha sersebut.
Urutan prioritas pendidikan islam dalam upayah pembentukan kepribadian muslim,
sebagaimana di ilustrasikan berturut-turut dalam al-quran surat Lugman mulai ayat 3 dan
seterusnya adalah9[9].
1. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya : "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Luqman ayat 13) 10
[10].

10
Pendidikan yang pertama dan utama untuk dilakukan adalah pembentuka keyakinan
kepada Allah yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian.
2.      Pendidikan Akhlaqul Karimah
Sejalan dengan usaha membentuk dasar keyakinan atau keimanan maka diperlukan
juga usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak yang mulia adalah merupakan modal
bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antar sesamanya.
Akhlak termasuk diantara makana yang terpenting dalam hidup ini tingkatnya berada
sesudah keimanan atau kepercayaan kepada Allah, Malaikatnya, Rasul-rasulnya, hari akhir
yang terkandang hasyar, hisab, balasan akhirat dan qada dan qadar Allah. Apabila beriman
kepada Allah dan beribadah kepadanya pertama-tama berkaitan rapat antar hubungan
hamba dan Tuhannya, maka akhlak pertama sekali berkaitan dengan hubungan Muamalah
Manusia dan orang-orang lain, baik secara individu maupun kolektif. Tetapi perlu diingat
bahwa akhlak tidak terbatas pada penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia
yang lainnya, tetapi melebihi itu, juga mengatur hubungan manusia dengan segalah yang
terdapat dalam wujud dan kehidupan ini malah melampawi itu yaitu mengatur hubungan
antar hamba denga Tuhannya11[11].

Artinya :
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Luqman 18)12[12].
Selanjutnya, tentang pendidikan (Pendidikan Islam) Al-Quran, antra lain berbicara
mengenai : karakteristik sejarah dan medan pendidikan.
1.      Karakteristik Pendidikan Islam
Pendidikan islam bukannya hanya pendidikan akhlak aqiqah dan ibadah saja,
melaikan lebih luas, yakni :
a.       Pendidikan Islam mencakup seluruh aspek manusia

11

12
b.      Pendidikan Islam mencakup kepentingan hidup dunia dan akhirat.
c.       Pendidikan Islam berlangsung terus-menerus sejak masih dalam kandungan ibu sampai
masuk liang lahat, setiap orang selalu terlebit dalam proses pendidikan baik sebagai terdidik
maupun pendidik.
d.      Sistem Pendidikan islam menuju keselarasan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Segi-
segi pendidikan islam diatas pada satu perinsip :
Al-Quran dan pendidikan islam mempelihara dan memperhatikan Fitnah Manusia,
pada islam sengaja direncanakan oleh Allah intik selaras, relevan dan sesuai dengan fitnah
tersebut. Sehingga dikatakan bahwa fungsi pendidikan menurut Al-Quran adalah : usaha
dan upaya manusiakan manusia. Dan oleh karena itu fitnah manusia itu selalu cendrung
kepada Al-Haq atau Al-Islam, maka pendidikan menurut Al-Quran adalah menuju
terbentuknya pribadi Muslim Paripurna. (Ali Khalil Abu Al-Ainain, 1980 : 147-148)
2.      Sasaran Pendidikan Islam
Dari segi salah satu esensi penting pendidikan yakni pertumbuhan dan
perkembangan, maka sasaran pendidikan merupakan persoalan asasi dan menyangkut
masalah ini dan nilai Qurani terdiri atas dua tingkat :
a.       Nilai-nilai Rohaniah, berupa “Imam” (Tauhid), yakni merupakan motivasi dasar dari seluruh
aktivasi manusia, melahirkan keikhlasan.
b.      Nilai-nilai pengabdian (Ubudiyah) terdiri dari nilai-nilai moral (Akhlak), nilai individu , nilai-
nilai social (Masyarakat)
3.      Medan Pendidikan Islam
Menurut ajaran Islam, medan pendidikan adalah :
a.       Pendidikan Jasmani
b.      Pendidikan Rasio
c.       Pendidikan Aqidah
d.      Pendidikan moral (Akhlak)
e.       Pendidikan Kreatifitas
f.       Pendidikan Seni
g.      Pendidikan Sosial
Islam menilai Pendidikan Jasmani sebagai cukup penting karena jasmani manusia
ikut member adil dalam upaya penuaian, tugas hidup manusia pendidikan rasio, tidak hanya
bermaksud agar manusia maupun berfikir saja, melainkan lebih dari, dengan kemampuan
berfikir manusia akan lebih baik dalam mengenal dan selanjutnya mengabdikan dirinya
kepada khaliqnya arah pendidikan kreatifitas adalah agar manusia mampu mengajarkan
akhlak kepada dirinya sendirinya. Sedangkan pendidikan (Terbentuknya manusia pengabdi
yang Shalih), juga dalam rangka pencapaian sasaran pendidikan sosial amat penting artinya
bagi penuaian tugas ibadah dalam dimensi sosial13[13].
Adapun tujuan pendidikan islam yang sejalan dengan misi islam itu sendiri yaitu
mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlak Al-Karimah. (Al-karimah1979).
Misi islam itu sendiri yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlak Al-
Karimah. (Al-Syaibany, 1979)
Dan tujuan tersebut sama dan sebangun dengan target yang terkandung dalam
tugas kenabian, yang diemban oleh Rasul Allah SAW. Yang terungkap dalam pernyataan
beliau : “sesungguhnya aku diutus adalah untuk membimbing mausia mencapai akhlak yang
mulia” (Al-Hadist) faktor kemulian akhlak dalam pendidikan islam dinilai sebagai faktor kunci
dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang menurut pandangan islam berfungsi
menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera dudunia dan
kehidupan akherat.
Dua sasaran pokok yang akan oleh pendidikan islam tadi, kebahagian dunia dan
kesejahteraan akhir, memuat sisi-sisi penting. Dan bagian ini dipandang sebagai nilai lebih
dari pendidikan islam disbanding dengan pendidikan non islam. Nilai lebih tersebut terlihat
bahwa pendidikan islam dirancang agar dapat merangkum tujuan hidup manusia sebagai
mahluk ciptaan tuhan yang pada hakikatnya tunduk pada hakikat penciptaanya.
1.      Tujuan Pendidikan islam itu bersifat fitnah yaitu membimbing perkembangan manusia
sejalan dengan fitnah kejadiannya.
2.      Tujuan pendidikan islam menentang dua dimensi yaitu tujuan akhir bagi keselamatan hidup
didunia dan diakhirat.
Prof. Mohammad athiyan Al-Brosyi dalam kejadiannya tentang pendidikan islam
telah menyimpulkan 5 (Lima) tujuan yang asasi bagian pendidikan islam yang diuraikan
dalam “At-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa-Falsafatuha”. Yaitu :
1.      Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia
2.      Persiapan untuk kehidupan dunia dan diakhirat14[14].

13

14
Dalam kaitannya dengan evaluasi pendidikan islam telah menggariskan tolak ukur
yang serasi dengan tujuan pendidikan. Baik tujuan jangka pendek, yaitu membimbing
manusia agar hidup selamat didunia maupun tujuan jangka panjang untuk kesejahteraan
hidup akhirat nanti. Kedua tujuan tersebut menyatu dalam sikap dan tingkah lakunya dalam
kehidupan sehari-hari. Akhlak yang mulia terlihat dalam penampilan sikap pengabdiannya
kepada Allah SWT dan kepada lingkungannya bauk kepada sesama manusia, maupun
terhadap kepada alam sekitarnya. Oleh karena itu dalam pendidikan islam evaluasi lebih
ditekankan pada penguasa sikap (aspek efektif) ketimbang pengetahuan (aspek kognitif).
Akhlak yang diharapkan dapat dibentuk melalui pendidikan islam, nilai-nilai akhlak
sebagai bagian yang seharusnya dijadikan landasan bagian sistem pendidikan islam, hingga
dalam pelaksanaan seseorang muslim maupun menempatkan dirinya sebagai khalifah Allah
dimuka bumi dan untuk memakmurkan kehidupan di bumi dan menghindarkan segala
bentuk perbuatan yang mengarah kepada kerusakan15[15].
D.    Akhlak Dalam Pandangan Islam
Untuk menyempurnakan rangkaian pembahasan ini, ada satu topik penting yang
banyak dibicarakan orang dan pengaruhnya cukup besar dalam kehidupan masyarakat
ataupun individu. Topik tersebut adalah tentang akhlak dalam pandangan islam.
Seperti telah diketahui agama islam mengatur hubungan manusia dengan
penciptanya hubungan manusia dengan dirinya serta hubungan manusia dengan
sesamanya. Hubungan manusia dengan penciptanya dalam masalah akidah dan ibadah.
Hubungan manusia dengan dirinya diatur dengan hukum akhlak, makanan dan minuman,
serta pakaian, selain itu hubungan manusia dengan sesamanya, diatur dengan hukum
muamalah dan uqubat.
Islam telah memecahkan persoalan hidup manusia secara menyeluruh dengan
menitik beratkan perhatian kepada umat manusia serta integal, tidak terbagi-bagi dengan
demikian, kita melihat islam menjelaskan persoalan dengan metode yang sama yaitu
membangun semua solusi persoalan tersebut diatas dasar akidah, yaitu asas rohani tentang
kesadaran manusia akan hubungan dengan Allah kemudian dijadikan asa peradapan islam
asas syarat islam dan asas negara.
Masyarakat tegak dengan peraturan-peraturan hidup serta dipengaruhi oleh
perasaan dan pemikiran yang merupakan kebiasaan umum, hasil dari pemahaman hidup

15
yang dapat menggerakan masyarakat. Karena itu, yang menggerakkan masyarakat.bukanlah
akhlak melainkan peraturan-peraturan yang diterapkan ditengah masyarakat, pemikiran-
pemikiran dan perasaan yang ada pada masyarakat 16[16].

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengerian akhlak Al-akhlak, jamak dari al-khulg yaitu kebiasaan, perangai, tabiat dan
agama, akhlak juga dikatakan tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak
berbuat-buat dan telah menjadi kebiasaan adapun sasaran akhlak dalam islam secara garis
besar akhlak manusia mencakup tiga sasaran yaitu akhlak terhadap Allah SWT. Akhlak
terhadap sasaran manusia.
Akhlak terhadap lingkungan didalam pembentukan akhlak perlu adanya pendidikan
islam yang mengarahkan akhlak tersebut, karena didlam tujuan pendidikan islam yang
sejalan dengan misi islam itu sendiri yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai
akhlak al-karinah (al-syaibany 1979) faktor kemuliaan akhlak kunci dalam menentukan
keberhasilan pendidikan yang menurut pandangan islam berfungsi menyiapkan manusia
yang mampu menata kehidupan yang sejahtera didunia dan diakhirat. Akhlak yang
diharapkan dapat dibentuk melalui pendidikan islam.
B.     Kritik dan Saran
Apabila didalam penulis makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan
maohon dimaafkan

16
KATA PENGANTAR

Asslamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan Makalah Filsafat Pendidikan Islam

yang berjudul “Pandangan Islam Terhadap Akhlak”. Sholawat serta salam semoga tetap

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan

kelemahan, baik mengenai materi maupun sistematika penulisan. Hal ini disebabkan oleh

keterbatasan pengetahuan penulis sendiri. Untuk itu dengan segala kerendahan hati,

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal

penelitian di masa yang akan datang.

Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Anda mungkin juga menyukai