Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Petir dan kilat merupakan fenomena alam yang sering terjadi pada musim
hujan. sebelum diawali dengan hujan, pertama yang terjadi adalah langit yang
berubah menjadi gelap disertai angin kencang suara petir pun bergemuruh. Sebelum
terdengar gemuruh petir terlihat kilatan cahaya yang menyilaukan di langit. Disini
terjadi perbedaan antara kemunculan suara petir dan kilatan cahaya, ini disebabkan
karena kecepatan cahaya lebih cepat dibandingkan rambat bunyi di udara. Petir juga
merupakan gangguan yang sering terjadi di daerah penyaluran (distribusi dan
transmisi) listrik. Berada di negara Indonesia yang mempunyai iklim tropis dan
kelembapan yang tinggi, sehingga menyebabkan kerapatan sambaran petir yang
terjadi.

Terdapat dua macam sambaran petir, yang pertama adalah sambaran petir
langsung (direct stroke) dan sambaran petir tidak langsung (indirect stroke).
Tegangan lebih yang disebabkan oleh sambaran petir tidak langsung yang terjadi di
saluran udara dapat menyebabkan kerusakan sistem listrik,jaringan komunikasi dan
kontrol. Sambaran petir dapat mempengaruhi kualitas daya yang signifikan dan
menyebabkan kegagalan,kehancuran peralatan listrik pada saluran Transmisi.

Untuk dapat mengetahui tegangan yang terinduksi pada saluran udara akibat
sambaran petir (lightning induced voltage) dapat dihitung menggunakan metode
terbarukan FDTD (finite difference time domain). Metode ini menggunakan
pendekatan domain ruang dan waktu. metode FDTD pertama kali diusulkan oleh
K.S Yee dimana ruang komputasi dibagi menjadi sel-sel kecil dengan parameter
permitifitas (ε), konduktivitas listrik (σe) dan permeabilitas (μ) Metode FDTD telah
banyak diterapkan untuk menganalisi tegangan lebih di saluran transmisi. Oleh
karena itu untuk menghitung dan mengetahui panjang gelombang dari tegangan
induksi karena sambaran petir dapat menggunakan metode FDTD 1D atau FDTD
3D.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Menghitung tegangan induksi karena sambaran petir dengan menggunakan


metode FDTD.
2. Mensimulasikan tegangan induksi karena sambaran petir dengan FDTD
pada saluran multiconduktor dengan arrester dan Tiang Transformer

Tujuan Penelitian
1. Untuk menghitung tegangan induksi karena sambaran petir dengan
menggunakan metode FDTD.
2. Untuk mengetahui panjang gelombang dari tegangan induksi dengan
mensimulasikannya.

Relevansi
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut :

1. Memberikan gambaran tentang sambaran petir tidak langsung maupun


langsung yang terjadi di saluran konduktor dengan surja arrester dan tiang
transformer
2. Mengetahui perhitungan dari tegangan induksi karena sambaran petir
sehingga dapat mendesain sistem proteksi yang dapat mengatasi sambaran
petir yang terjadi.
3. Dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya untuk
menghitung tegangan induksi karena sambaran petir di saluran conduktor
dengan surja arrester dan tiang Transformer menggunakan metode FDTD.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

Petir[5]

Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kapasitor
raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng positif)
dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti yang sudah diketahui kapasitor
adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat.
Petir juga dapat terjadi dari awan ke awan (intercloud), dimana salah satu awan bermuatan
negatif dan awan lainnya bermuatan positif. Negara indonesia memilik iklim yang
tropis dimana sangat panas dan lembab. Kedua faktor ini sangat berperan penting
dalam pembentukan awan Comulonimbus penghasil petir. Secara umum di daerah
tropis terbentuk siklon tropis atau hurikan,angin puyuh, badai tropis,taifun atau
angin ribut tergantung pada daerah dan kekuatannya. Siklon tropis adalah bagian
pentig dari sistem sirkulasi pembentukan atmosfer dimana memindahkan panas dari
derah khatulistiwa meniuju garis lintang yang lebih tinggi. Daerah yang paling
subur untuk pertumbuhan siklon tropis yaitu Samudra Hindia dan perairan barat
Australia. Berdasarkan strukturnya,siklon tropis adalah daerah raksasa aktivitas
awan,angin dan badai petir yang berkisar.

Unsur-unsur dari siklon tropis meliputi kecaburan cuaca yang telah


ada,samudra tropis hangat,lengas (uap lembab), dan angin ringan tinggi relatif.
Penggunaan kondensasi ini sebagai sebuah tenaga pendorong adalah furak primer
yang membedakan siklon tropis dari fenomena meteorologis lainnya. Dalam rangka
meneruskan untuk mendorong mesin baranya,siklon tropis harus tetap di atas air
hangat,yang menyajikan kelembapan atmosfer yang dibituhkan. Penguapan lengas
ini dipacu oleh angin tinggi dan tekanan atmosfer yang dikurangi yang hadir di
badainya, mengakibatkan siklus berlarut-larut. Sebagai hasilnya,saat sebuah siklon
tropis melewati atas daratan,kekuatannya akan menipis dengan pesat.siklon tropis
digolongkan ke dalam tiga kelompok utama : depresi tropis,badai tropis dan
kelompok ketiga yang namanya tergantung pada daerah.
Depresi tropis adalah sistem tergantung awan dan badai petir dengan
sirkulasi dan angin berlarut maksimum permukaan teratas kurang dari 17
meter/detik (33 knot,38 m/j atau 62 km/j). Badai tropis adalah sistem terjuntrung
dari badai petir kuat dengan sirkulasi dan angin berlarut maksimum permukaan
terarasi di antara 17 dan 33 meter per detik (34-63 knot, 39-73 m/j, atau 62-117
km/j). Oleh karena itu Indonesia mempunyai hari guruh (hari terjadinya petir dalam
setahun) yang sangat tinggi. Kerapatan petir di Indonesia juga sangat besar yaitu
12/km2/tahun yang berarti setiap luas area 1 km2 berpotensi menerima sambaran
petir seanyak 12 kali setiap tahunnya. Energi yang dihasilkan satu sambaran petir
mencapai 55 kwhours.

Fenomena Petir[5]

Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua
massa dengan medan listrik berbeda. Prinsip dasarnya kira-kira sama dengan
lompatan api pada busi. Di alam sekitar kita, petir biasa terjadi pada awan yang
tengah membesar menuju awan badai (Cumulonimbus). Sedemikian raksasanya
sampai-sampai ketika petir itu melesat, tubuh awan akan terang dibuatnya. Dan,
sebagai akibat udara yang terbelah, sambarannya yang rata-rata memiliki kecepatan
150.000 km/detik itu juga akan menimbulkan bunyi yang menggelegar bunyi yang
kemudian biasa kita sebut: geluduk, guntur, atau halilintar. Dalam musim
penghujan, awan-awan jenis ini banyak terbentuk.Kekuatan petir yang pernah
tercatat adalah mulai dari ribuan amper sampai 200.000 amer atau sama dengan
kekuatan ang dibutuhkan untuk menyalakan 500 ribu lampu bohlam 100 Watt.

Arus petir hanya sesaat kira-kira selama 200 micro-detik tapi hasil
kerusakan yang ditimbulakan sangat luar biasa. Efek dari sambaran petir secara
langsung sangat jelas terlihat, mulai dari kerusakan bangunan,kebakaran sampai
bahaya kematian bagi manusia. Selain itu pada saat petir menyambar akan ada
loncatan muatan listrik ke benda yang bersifat konduktor disekitar pusat hantaman
loncatan ini bahkan bisa mengalir kemana-mana hingga puluhan kilometer.
Petir telah banyak membuat kerugian pada manusia, kerugian pada manusia
dan kerugian pada peralatan sejak dulu. Semakin banyaknya pemakaian alat
elektronik dan peralatan tegangan rendah saat ini telah meningkatkan jumlah
statistik kerusakan yang ditimbulkan oleh pengaruh sambaran petir baik langsung
maupun tidak langsung. Ditambah lagi Indonesia memiliki hari guruh yang tinggi
dengan jumlah sambaran petirnya yang banyak, sehingga kerusakan dan kerugian
yang ditimbulkanpun lebih besar. Gangguan yang disebabkan oleh sambaran petir
merupakan salah satu penyebab gangguan di saluran transmisi distribusi atau
saluran konduktor yang terdiri dari tiang trafo. Gangguan akibat sambaran petir
dapat dibagi menjadi dua yaitu permanen dan temporer. Gangguan temporer dapat
diatasi dengan pemakaian recloser dan breaker sedangkan gangguan permanen
dapat diatasi dengan fuses. Lightning performance atau performa petir adalah angka
gangguan yang terjadi sepanjang 100 km pada saluran udara setiap tahun akibat
sambaran petir.

Mekanisme Sambaran Petir[5]

Awan dan bumi merupakan suatu elektroda-elektroda raksasaa yang disekat


oleh udara dimana pelepasan muatan akan terjadi karena adanya perbedaan
teganggan diantara keduanya harus melewati harga tegangan tembus kritis udara.

Pada proses terjadinya petir, awan di angkasa ada yang bermuatan negatif
da nada yang bermuatan positif. Sedangkan pada permukaan bumi bermuatan
netral. Karena ada perbedaan potensian antara bumi dan awan maka akan terjadi
petir. Karena awan bergerak terus dengan bantuan angin, awan yang bermuatan
positif akan mengumpul dengan awan muatan positif lainnya. Muatan positif di
awan bisa berada di bagian atas atau bagian bawah awan. Begitu sebaliknya jika
muatan positf posisinya berada di atas, maka muatan negatif berada di bagain
bawah awan.

Pada saat terjadi beda potensial yang tinggi antara awan dengan bumi, maka
awan akan melepaskan muatan negatifnya agar terjadi kesetimbangan muatan.
Electron atau muatan positif yang mengalir ke kumi itulah yang sebut dengan petir.
Proses loncatan elekron tersebut melalui media udara. Suara petir berasal dari
loncatan elekron yang menembus batas isolasi udara. Loncatan electron yang
berupa bunga api tersebut sangat besar dan sangat panas. Pada saat bunga api itu
melewati udara, udara tersebut akan memuai. Pemuaian yang secara tiba-tiba atau
dalam waktu yang singkat itulah yang menyebabkan suara petir. Pada saat ion bebas
yang memiliki muatan negatif dan muatan positif berkumpul di awan. Awan yang
bergerak oleh tiupan angin akan bergesakan dengan awan yang lainnya dan
terjadinya ionisasi karena titik-titik air yang berubah menjadi gas karena mengalami
penguapan atau bisa juga sebaliknya.

Sambaran Langsung
Merupakan kilat yang menyambar langsung pada kawat fasa (untuk saluran
tanpa kawat tanah) atau pada kawat tanah (umtuk saluran dengan kawat tanah).
Pada saluran udara tegangan menengah diasumsikan bahwa pada saluran dengan
kawat tanah tidak ada kegagalan perisaian. Asumsi ini dapat dibenarkan karena
tinggi kawat diatas kawat relatif lebih rendah (10 sampai 13 meter) dan juga karena
dengan sudut perisaian yang biasanya lebih kecil 60o sudad dapat dianggap semua
sambaran kilat mengenai kawat tanah, jadi tidak ada kegagalan perisaian.
Pada waktu kilat menyambar kawat tanah atau kawat fasa akan timbul arus
besar dan sepasang gelombang berjalan yang merambat pada kawat. Arus yang
besar ini dapat membahayakan peralatan-peralatan yang ada pada saluran. Oleh
karena saluran tegangan menengah tidak begitu tinggi diatas tanah, maka jumlah
sambaran langsung pun rendah. Makin tinggi tegangan sistem makin tinggi
tiangnya maka makin tinggi pula besar jumlah sambaran ke saluran itu.

Sambaran Tidak langsung


Sambaran ini dinamakan sambaran induksi yang merupakan sambaran titik
lain yang letaknya jauh tetapi objek terkena pengaruh dari sambaran hingga dapat
menyebabkan kerusakan pada objek tersebut. Bila terjadi sambaran kilat ke tanah
di dekat saluran maka akan terjadi fenomena transien yang diakibatkan oleh medan
elektromagnetis dari kanal kilat. Fenemona kilat ini terjadi pada kawat pengantar.
Akibat dari kejadian ini timbul tegangan lebih atau gelombang berjalan yang
merambat pada kedua sisi kawat di tempat sambaran berlangsung.

Gelombang Berjalan[4]
Sampai saat ini sebab-sebab dari gelombang berjalan yang diketahui yaitu
sambaran kilat secara langsung pada kawat, sambaran kilat tidak langsung pada
kawat induksi, operasi pemutusan (switching operations), busur tanah (arcing
grounds),gangguan-gangguan pada sistem oleh berbagai kesalahan dan tegangan
mantap sistem. Dari sebab-sebab ini akan menimbulkan surja (surge) pada kawat
yaitu surja tegangan dan surja arus. Dari sudut energi, dapat dikatakan bahwa surja pada
kawat disebabkan oleh penyuntikan energi secara tiba-tiba pada kawat. Energi ini
merambat pada kawat,sama halnya seperti bila kita melemparkan batu pada air yang tenang
dalam sebuah kolam. Energi yang merambat ini terdiri dari arus dan tegangan.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian terdiri dari Studi Literatur, Pengumpulan Data, Studi
Konfigurasi eksperimen ,Flow Chart Penelitian, Sistematika Laporan, dan Jadwal
Penelitian.
1.1. Studi Literatur
Untuk penelitian ini , studi literatur yang telah dilakukan yaitu dengan cara
mencari bahan bacaan dari publikasi ilmiah internasional dan buku-buku teks yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Pada penelitian ini literatur-literatur yang digunakan adalah :
1. Referensi [1-3] adalah paper-paper yang menjelaskan tentang tegangan
induksi dan Metode FDTD
2. Referensi [4-5] menjelaskan proses terjadinya petir.
3. Referensi [6-7] adalah paper-paper yang menjelaskan tentang perhitungan
tegangan induksi menggunakan metode FDTD .

Pengumpulan Data
Data yang akan digunakan pada penelitian ini diambil dari referensi [13],
yang meliputi parameter-parameter untuk mensimulasikan, panjang gelombang
dari pengukuran tegangan induksi.

Konfigurasi Saluran konduktor

Dalam metode FDTD, analisis ruang persegi panjang dibagi menjadi berbagai
persegi panjang kecil, yang sering disebut "sel". Untuk discretize
medan listrik dan magnet dalam ruang, bidang listrik dan magnetik terletak di tepi
dan masing-masing bentuk dari sel,. Kemudian, persamaan Maxwell diselesaikan
dengan menerapkan metode derivatif perbedaan ruang dan waktu. ukuran sel
ditetapkan lebih kecil dari panjang gelombang untuk mendapatkan hasil yang
akurat, dan langkah waktu ditentukan berdasarkan pada kondisi.
Secara umum, metode FDTD diklasifikasikan menjadi tipe seragam-grid dan
tipe non seragam-grid. Ukuran sel seragam dalam ruang analisis, sedangkan ukuran
sel dapat bervariasi untuk tahap selanjutnya. Metode FDTD diadopsi untuk
menyederhanakan deskripsi teknik yang diusulkan. Perhatikan bahwa teknik yang
diusulkan juga bisa diterapkan untuk jenis seragam-grid.[6]

pemodelan FDTD dan simulasi biasanya lebih disukai karena kemampuan untuk
menangani fenomena elektromagnetik dan perilaku broadband. Menjalankan
simulasi membutuhkan optimasi parameter. Ukuran jaring spasial, Δx dan Δy,
langkah waktu Δt, total periode simulasi (Tmax = nΔt), yang Sumber bandwidth,
B, dan durasi pulsa merupakan karakteristik parameter yang harus secara optimal
dipilih sebelum simulasi [7].

Pada penelitian ini terdapat studi konfigurasi eksperimen dari piantini[1]


gambar 1. Konfigurasi Eksperimental 1: plane view untuk radius 1 cm dan panjang garis 1,4 km
untuk empat konduktor dengan bangunan terdekat: (a) he = 0 m (tidak ada bangunan), (b) he = 5
m, dan (c) he = 15 m. Jarak antara lokasi stroke dan titik pengukuran (M) adalah 20 m. Jarak
antara titik pengukuran dan set terdekat surge arrester yang terletak di sisi kiri dan kanan diberi
label se dan sd. dimensi ditunjukkan mengacu pada sistem skala penuh.
Gambar 2. konfigurasi Eksperimental 2: plane view dari radius 1-cm dan panjang garis 1,4 km
untuk empat konduktor dengan bangunan terdekat: (a) he = 0 m (tidak ada bangunan), (b) he = 5
m, dan (c) he = 15 m. Jarak antara lokasi stroke dan pengumpan utama adalah 70 m. Jarak antara
lokasi stroke dan lateral yang terdekat adalah 20 m.Arrester ditempatkan di ujung lateral dan pada
sr jarak dari titik pengukuran. dimensi ditunjukkan mengacu pada sistem skala penuh.
Gambar 1 dan 2 menunjukkan konfigurasi eksperimental, yang dipelajari
oleh Piantini et al. [1],dimana dimensi disebut sebagai
sistem skala penuh dengan memperhatikan faktor skala untuk
panjang (1:50). Ini termasuk 1-cm-radius dan 1,4-km panjang dengan
menggunakan konduktor tiga fasa dan konduktor netral yang berfungsi untuk
melakukan ground,mewakili 15 kV pada saluran distribusi. Gambar 1 (a) dan 2 (a)
menunjukkan kasus yang tidak terdapat bangunan (Tinggi bangunan he =0 m),
Gambar. 1 (b) dan 2 (b) menunjukkan tinggi bangunan he = 5m, dan Gambar. 1 (c)
dan 2 (c) menunjukkan tinggi bangunan he = 15 m. konduktor tiga fase secara
horizontal diatur dan satu konduktor netral terletak 10 dan 8 m di atas tanah,
masing-masing. Jarak antara konduktor fase yang berdekatan adalah 0.75m, dan
setiap konduktor fasa yang terhubung ke ground melalui resistansi 455-Ω. [2]

Pada Gambar 1, jarak antara titik sambaran petir dan titik ukur tegangan, M
adalah 20 m. Jarak antara titik pengukuran dan set terdekat dari surge arrester
terletak di sisi kiri dan kanan diberi label se dan sd, masing-masing.Dua kasus
dengan nilai yang berbeda dari se dan sd dianggap kasus 1 dengan se = 75 m dan sd
= 75 m, dan kasus 2 dengan se = 148 m dan sd = 174 m. Pada Gambar. 2, jarak
antara titik petir langsung dan feeder utama adalah 70 m, antara titik petir langsung
dan lateral terdekat adalah 20 m. Jarak antara titik pengukuran, M dan set terdekat
dari surge arrester adalah berlabel sr. Dalam percobaan ini, sr ditetapkan untuk 75
atau 150 m. Terdapat gamabar yang akan menunjukkan 3-D pandangan saluran
petir dengan simulasi yang panjangnya 900-m secara vertikal mewakili saluran
transmisi (TL) dan jaringan distribusi untuk sistem jalur empat konduktor.Simulasi
dari kecepatan propagasi ke atas saat petir diatur ke 0.11 c, di mana c adalah
kecepatan cahaya.

Untuk komputasi FDTD, sistem ini ditampung di Volume kerja 1480 m × ×


500 m 1000 m, yang terbagi ke dalam sel kubik 5 m × 5 m × 5 m, kecuali untuk
ruang di sekitar jaringan distribusi (1455 m × 320 m × 30 m), di mana sel-sel
kubiknya adalah 0,5 m × 0,5 m × 0,5 m yang digunakan. Jumlah sel dalam volume
kerja adalah sekitar 11,8 × 107 (≈1480/5 × 500/5 × 1000/5 + 1455 / 0.5 × 320 / 0,5
× 30 / 0.5). Perhatikan bahwa setiap elemen seperti nonlinier atau linier resistor,
induktor atau kapasitor diwakili oleh salah satu sisi sel dalam tampilan simulasi
FDTD .

1.2.Diagram Alir Penelitian


Langkah – langkah penelitian yang akan dilakukan dapat dibuat dalam
bentuk diagram alir yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

START

Membuat Konfigurasi Surja Arrester dan


Tiang Trafo

Menentukan
pembagian
subgrid atau sel
dari konfigurasi

Menentukan parameter
untuk simulasi
menggunakan Metode
FDTD

simulasi

tidak
berhasil

ya
END
gambar 3. Diagram alir untuk mensimulasikan tegangan induksi karena sambaran petir
menggunakan metode FDTD.

Sistematika Laporan
Sistematika pembahasan pembuatan penulisan laporan dalam penelitian ini
meliputi; Bab 1 : Pendahuluan, Bab 2: Kajian Pustaka, Bab 3: Desain dan
konfigurasi dari saluran konduktor, Bab 4: Simulasi dan Analisis, Bab 5:
Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA

[1]. A.Piantini dan J.M Janiszewski., “Lightning Induced VoltagesOn Distribution


Lines Close to Buildings” IEEE Trans. Electromagnetik, September 2000.
[2]. Baba Yoshihiro.,Tran Hun Thang.,Piantini Alexandre., dan Rakov
A.Vladimir., “FDTD Computation of Lightning-Induced Voltages on
Multiconduktor Lines with Surge Arrester and Pole Transformers,” IEEE
Trans.Electromagnetik, Juni 2015.
[3]. Baba Yoshihiro.,Tran Hun Thang.,Piantini Alexandre., dan Rakov
A.Vladimir., “Lighting-Induced Voltage in the Presence of Nearby
Buildings:FDTD Simulaion versus Small-Scale Experiment,” IEEE
Trans.Electromagnetik, Desember 2015.
[4]. Hutauruk, T.S., “Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja”, Jakarta, Erlangga,
1989.
[5]. Mahmudsyah, S., “Diktat Kuliah Teknik Tegangan Tinggi : Petir dan
Permasalahannya”, Surabaya, ITS, 2005.
[6]. Toroglu Gizem dan Sevgi Levent., “Finite-Difference Time-Domain (FDTD)
Matlab Codes FOR First and Second-Order EM Differential Equations,” IEEE
Antenas dan Propagation Magazine, Vol.56, April 2014.
[7]. Tatematsu Akiyoshi dan Noda Taku., “Three-Dimensional FDTD Calculation
of Lightning-Induced Voltages on a Multiphase Distribution Line With the
Lightning Arresters and an Overhead Shielding Wire” IEEE Trans.
Electromagnetik, Februari 2014.

Anda mungkin juga menyukai