Askep Teori
Askep Teori
Askep teori:
a. Ansietas
Ansietas adalah kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, tidak
memiliki objek yang spesifik, dialami secara subjektif serta dikomunikasikan secara
intrapersonal (Stuart, 2007).
Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai
gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).
Tingkatan Ansietas :
1) Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketergantungan dalam kehidupan sehari-hari. menyebabkan
individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas
ini dapat memotivasi belajar dan menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.
2) Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu.
Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat lebih
berfokus pasda area jika diarahkan untuk melakukannya.
3) Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada sesuatu
yang rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang lain. Semua perilaku
ditujukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu memerlukan banyak arahan
untuk berfokus pada hal lain.
4) Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan, karena
mengalami kehilangan kendali.
1. Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Data fokus yang perlu dikaji
pada klien yang mengalami ansietas adalah sebagai berikut Menurut (Stuart & Sundeen,
1995) :
1. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologisdan perilaku
secara tidak langsung melaluitimbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya
untuk melawan ansietas.
a) Faktor Predisposisi
b) Faktor Presipitasi
c) Stresor Pencetus
- Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi disabilitas fisiologis yang akan
terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
fungsi sosial.
d) Penilaian Stresor
Penilaian stresor mendorong pengkajian perilaku dan persepsi klien dalam
mengembangkan intervensi yang tepat. Sehingga pemahaman ansietas memerlukan
integrasi banyak faktor seperti pengetahuan dari perspektif psikoanalisis,
interpersonal, perilaku, genetik dan biologis.
e) Sumber Koping
Memanfaatkan dan menggerakan sumber koping yang ada disekitar lingkingan dapat
mengatasi stres dan ansietas yang dialami oleh individu. Sumber koping tersebut
berupa modal ekonomi, kemampuan menyelelesaikan masalah, dukungan sosial dan
keyakinan budaya.
f) Mekanisme Koping
Ketidakmampuan mengatasi ansietas sacara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Pola mekanisme koping yang biasa digunakan untuk
mengatasi ansietas ringan cenderung tetap meskipun ketika ansietas menjadi lebih
intens.ansietas ringan lebih sering ditangani tanpa sadar. Ansietas sedang dan berat
menimbulkan dua jenis mekanisme koping :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untukmemenuhi tuntutan stres secara realistis.
» Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi
hambatan pemunuhan kebutuhan.
» Perilaku menarik diri digunakan utntuk menjauhkan diri dari sumber
ancaman, baik secara fisik maupun psikologis.
» Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasanya
dipakai individu, mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan
personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang.
Tetapi karena respon tersebut bersifat relatif pada tingkat tidak sadar dan
mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat
menjadi respon maladaptif terhadap stres.
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas termasuk diagnosa keperawatan dalam klasifikasi The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) (Nurjannah, 2004), faktor yang berhubungan :
o Terpapar racun
o Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai utama atau tujuan hidup
o Berhubungan dengan keturunan atau hereditas
o Kebutuhan tidak terpenuhi
o Transmisi interpersonal
o Krisis situasional atau maturasional
o Ancaman kematian
o Ancaman terhadap konsep diri
o Stress
o Substance abuse
o Perubahan dalam : status peran, status kesehatan, pola interaksi
o Fungsi peran
o Lingkungan status ekonomi
3. Perencanaan
Ringkasan rencana asuhan keperawatan: respons ansietas berat dan panik
Diagnosis keperawatan : ansietas berat atau panik
Kriteria hasil: pasien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan
koping adaptif dan lalu dan tindakan yang dilakukan yang dugunakan di
4. Pelaksanaan
SP I p1 :
SP II p :
SP III p :
SP I k1 :
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala ansietas sedang yang dialami pasien
SP II k :
SP III k :
Fase Orientasi :
”Assalamualaikum bu”
”Perkenalkan nama saya H, panggil saja saya H, saya mahasiswa UMP yang sedang
bertugas selama dua hari di ruangan Sakura ini, nama Ibu siapa Bu?”
“Ibu, tujuan saya di sini adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan Ibu. Saya yang akan
merawat Ibu selama di sini, mulai dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang”
”Baiklah, Bu, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang perasaan yang Ibu
”Kita berbincang-bincang dimana Bu? Baiklah kita akan berbincang-bincang di ruang ini”
Fase Kerja :
”Tadi Ibu katakan, Ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba Ibu ceritakan lebih lanjut
”Jadi Ibu sebelumnya sering juga mengalami perasaan gelisah seperti sekarang ?”
“Selama ini, bila Ibu punya masalah yang mengganggu, apa yang Ibu lakukan?”
“Jadi kalau Ibu punya masalah, Ibu akan memikirkan terus masalah itu sehingga Ibu merasa
”Kalau Ibu sedang tidak gelisah, bagaimana kebiasaan tidur dan makan Ibu?”
“Apa pekerjaan Ibu sehari-hari? Apakah Ibu selama ini puas dengan pekerjaan yang Ibu
“Dalam keluarga Ibu, apa yang biasanya dilakukan kalau ada masalah ?”
“Oh, jadi dalam keluarga Ibu, memang terbiasa cepat panik dalam menghadapi masalah?”
“Bagaimana kebiasaan Ibu dalam beribadah? Bagaimana dengan kebiasaan beribadah dalam
keluarga Ibu?”
“Apa yang Ibu lakukan? Dengan siapa biasanya Ibu meminta bantuan untuk
menyelesaikan masalah kalau Ibu merasa tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut?”
“Wah, baik sekali, berarti dulu Ibu pernah mampu menyelesaikan masalah yang cukup berat,
saya yakin sekali Ibu sekarang juga akan mampu menyelesaikan kecemasan yang Ibu
rasakan”
“Baiklah Bu, bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan Ibu dengan latihan
relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, Ibu perhatikan saya, lalu Ibu
“Kita mulai ya Bu. Ibu silakan duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, Ibu tarik
nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu Ibu
hemBuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang coba
Ibu praktikkan”
“Wah bagus sekali, Ibu sudah mampu melakukannya. Ibu bisa melakukan latihan ini selama
Fase Terminasi :
”Bagaimana perasaan Ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang Ibu rasakan dan
latihan relaksasi?”
“Coba Ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari, wah bagus sekali”
“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian Ibu. Jadi, setiap Ibu merasa cemas, Ibu bisa
langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah kita
Buat”
“ Latihan relaksasi ini hanya salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan atau ketegangan, masih ada cara lain dengan latihan mengerutkan dan
mengendurkan otot, bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok pagi?”
“Masih ada yang mau ditanyakan Bu? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu.
“Assalamualaikum”
5. Evaluasi
Evaluasi perencanaan perawatan harus dibuat perindividu. Pengkajian yang
berkesinambungan memberi data untuk menentukan apakah hasil akhir klien dapat dicapai.
Persepsi klien tentang keberhasilan terapi juga berperan dalam evaluasi. Walaupun semua
hasil dicapai, perawat harus menanyakan apakah klien merasa nyaman atau puas dengan
kualitas hidupnya.
Evaluasi terapi gangguan ansietas didasarkan pada hal-hal berikut (Videbeck, 2001) :
Apakah klien memahami program pengobatan dan apakah klien berkomitmen
mematuhinya?
Apakah frekuensia atau intensitas episode ansietas klien berkurang?
Apakah klien memahami berbagai metode koping dan kapan harus menggunakannya?
Apakah klien yakin bahwa kualitas hidupnya memuaskan?
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
1. Pengkajian
Didalam kegiatan pengkajian ini, beberapa komponen yang dikaji yaitu:
a. Faktor yang mempengaruhi gangguan konsep diri
Faktor ini meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Stresor Pencetus
1). Adanya trauma
Trauma aniaya seksual, psikologis, dan menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
2). Ketegangan peran
Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan, dimana individu
mengalami fluktuasi.
c. Manifestasi klinis
Gejala – gejala yang muncul akibat dari gangguan konsep diri yaitu :
Mengkritik diri sendiri, perasaan malu terhadap diri sendiri, perasaan bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, kurang percaya diri.
d. Pohon Masalah
Isolasi sosial : Menarik diri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial: Menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri : Harga
diri rendah.
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh.
3. Intervensi Keperawatan
a. Perencanaan Keperawatan:
1). Isolasi sosial menarik diri
berhubungan dengan harga diri rendah
a). Tujuan umum: klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
optimal
b). Tujuan Khusus:
(1). Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi:
(a). Klien dapat memperkenalkan dirinya
(b). Klien dapat mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang
diderita
(c). Klien mau menjawab salam
(d). Klien menunjukan ekspresi bersahabat
Tindakan keperawatan:
(a). Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Jelaskan tujuan interkasi
- Buat kontrak yang jelas
(b). Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dengan penyakit
yang diderita
(c). Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
(d). Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
(2). Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Keriteria Evaluasi: klien dapat menyebutkan aspek positif dan kemampuan
dirinya
Tindakan keperawatan:
(a). Diskusikan kemampuan dan sapek positif yang dimiliki klien
(b). Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian negatif
(c). Utamakan memberikan pujian yang realistik.
(3). Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Kriteria Evaluasi: klien dapat menyabutkan kemampuan yang masih dapat
digunakan
Tindakan Keperawatan:
(a). Diskusikan kemampuan yang dapat digunakan selama sakit
(b). Diskusikan pula kemampuan yang dapat dianjurkan penggunaannya
setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien
(4). Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai
dengan kondisi sakit dan kemampuan yamg dimiliki.
Kriteria Evaluasi: klien dapat menetapkan keinginan atau tujuan yang
realistis.
Tidakan Keperawatan:
(a). Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
(b). Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
(c). Beri contoh pekasanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
(5). Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit
dan kemampuan yang dimiliki
Kriteria Evaluasi: klien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan keperawatan:
(a). Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
(b). Beri pujian atas keberhasilan klien
(c). Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
(6). Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria Evaluasi: klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
dikeluarga
Tindakan keperawatan:
(a). Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien harga diri rendah
(b). Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat
(c). Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
(7). Klien dapat mengguanakan obat dengan 6 benar
Kriteria Evaluasi: klien dapat mengguankan obat dengan prinsip 6 benar
Tindakan keperawatan:
(a). Beri pengetahuan tentang obat, dosis dan manfaat obat dengan benar
(b). Anjurkan klien meminta obat sendiri pada perawat
2). Gangguan konsep diri:
harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
a). Tujuan umum: klien dapat menunjukan peningkatan harga diri
b). Tujuan Khusus
(1). Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi: klien dapat meningkatkan keterbukaan dan saling
percaya dengan perawat
Tindakan keperawatan:
(a) Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Komunikasi terbuka, jujur dan empati
- Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
- Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan
terhadap perubahan itu
(2). Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
Kriteria Evaluasi: klien menerima perubahan tubuh yang terjadi
Tindakan keperawatan:
(a) Diskusikan perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
(b) Observasi ekspresi klien pada saat diskusi
(3). Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Kriteria Evaluasi: klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Tindakan keperawatan:
(a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki oleh klien
dari luar perubahab yang terjadi
(b) Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih
dimiliki klien
(4). Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi
tubuh
Kriteria Evaluasi: klien menerima perubahan tubuh yang terjadi
Tindakan keperawatan:
(a) Dorong klien untuk dan berperan serta dalam asuhan keperawatan
secara bertahap
(b) Libatkan klien dalam kelompok dengan masalah gangguan citra
tubuh
(c) Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan
(5). Klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan masalah yang
harus dihadapi.
Kriteria evaluasi: klien dapat memilih beberapa cara mengatasi
perubahan yang terjadi
Tindakan keperawatan:
(a) Diskusikan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
dampak perubahan struktur atau fungsi tubuh.
(b) Dorong klien memilih cara yang sesuai bagi klien
(c) Bantu klien melakukan cara yang dipilih
(6). Klien dapat melakukan tindakan pengambilan integritas tubuh
Kriteria evaluasi: Klien adaptasi dengan cara yang dipilih dan
digunakan
Tindakan keperawatan:
(a) Bantu klien mengurangi perubahan citra tubuh, misalnya protes
untuk bagian tubuh yang tertentu
(b) Rehabilitasi bertahap bagi klien.
b. Penatalaksanaan Medis
Harga diri rendah termasuk dalam kelompok penyakit skizoprenia tidak
tergolongkan, maka jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:
1) Psikofarmakol
Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa, obat yang
biasa digunakan di RS jiwa antara lain.
a) Anti Psikosis
(1) Cloropromazin ( Thorazime) dosis 25-2000 mg/hari
(2) Haloperidol (hal dol) dosis 2-40 mg/hr indikasi digunakan
untuk pengobatan psikosa, mengobati masalah perilaku yang
berat pada anak-anak yang berhubungan dengan keadaan
yang tiba-tiba meledak, mengontrol mual dan muntah yang
berat dan kecemasan berat. Kontra indikasi: hiperaktif,
galaukoma, hamil dan menyesui, efek samping yaitu anemia,
mulut kering, mual dan muntah, konstipasi, diare, hipotensi,
aritmia cordis, takikardi, eksrapiramidal, penglihatan
berkabut.
b) Anti Parkinson
Trihexypenidril (artane) dosis 5-15 mg/hr indikasi berbagai bentuk
parkinsonisme. Kontra indikasi: galukoma, takikardi, hipertensi,
penyakit jantung, asma, ulserasi, duodenum. Efek samping: sakit
kepala, lemas, cemas, psikosis, depresi, halusinasi, ortostatik, foto
sensitivitas, penglihatan berkabut, mual muntah, konstipasi,
frekuensi/retansi urin.
2) Pengobatan Somatik
a) Elektro Convulsif Therapi (ECT)
Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal
yang menghasilkan efek therapi dengan menggunakan arus listrik
berkekuatan 75-100 volt. Cara kerja belum diketahui secara jelas
namun dapat dikatakan bahwa therapi convulsif dapat
memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat mempermudah
kontak dengan orang lain, indikasi ECT yaitu depresi berat dan
bila therapi obat-obatan belum berhasil (gangguan berpolar), klien
yang sangat mania, hiperaktif, klien resiko tinggi bunuh diri,
psikosis akut, skozoprenia.
b) Pengkajian Fisik
Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi
Pengekangan mekanik dilakukan dengan menggunakan manset
untuk pergelangan tangan dan kaki serta seprei pengekang.
Isolasi yaitu menempatkan klien dalam suatu ruangan tertentu di
Rumah sakit.
Indikasi: Pengendalian prilaku amuk yang membahayakan diri
dan orang lain
Kontra indikasi: resiko tinggi bunuh diri, hukuman.
3) Psikoterapi
Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan
merupakan bagian penting proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi
yaitu memberikan rasa aman dan tenang. Menerima klien apa adanya,
motivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara
verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada klien.
4) Terapy Modalitas
Therapi Okupasi:
Therapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan
partisifasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau juga yang
segala dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan
meningkatkan harga diri.
3. Evaluasi
a. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
4) klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai
dengan kondisi sakit dan kemampuan yang dimiliki
5) klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi
sakit yang dimiliki
6) klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
7) klien dapat menggunakan kegiatan sesuai kondisi sakit
yang dimiliki
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan
dengan gangguan citra tubuh
1) Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan
saling percaya
2) klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
3) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
4) klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk
fungsi tubuh
5) klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan
masalah yang harus dihadapi
6) klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas
tubuh