Anda di halaman 1dari 22

1.

Askep teori:
a. Ansietas
Ansietas adalah kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, tidak
memiliki objek yang spesifik, dialami secara subjektif serta dikomunikasikan secara
intrapersonal (Stuart, 2007).
Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai
gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).
Tingkatan Ansietas :
1) Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketergantungan dalam kehidupan sehari-hari. menyebabkan
individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas
ini dapat memotivasi belajar dan menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.
2) Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu.
Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat lebih
berfokus pasda area jika diarahkan untuk melakukannya.
3) Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada sesuatu
yang rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang lain. Semua perilaku
ditujukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu memerlukan banyak arahan
untuk berfokus pada hal lain.
4) Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan, karena
mengalami kehilangan kendali.
1. Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Data fokus yang perlu dikaji
pada klien yang mengalami ansietas adalah sebagai berikut Menurut (Stuart & Sundeen,
1995) :
1. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologisdan perilaku
secara tidak langsung melaluitimbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya
untuk melawan ansietas.
a) Faktor Predisposisi
b) Faktor Presipitasi
c) Stresor Pencetus
- Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi disabilitas fisiologis yang akan
terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
fungsi sosial.
d) Penilaian Stresor
Penilaian stresor mendorong pengkajian perilaku dan persepsi klien dalam
mengembangkan intervensi yang tepat. Sehingga pemahaman ansietas memerlukan
integrasi banyak faktor seperti pengetahuan dari perspektif psikoanalisis,
interpersonal, perilaku, genetik dan biologis.
e) Sumber Koping
Memanfaatkan dan menggerakan sumber koping yang ada disekitar lingkingan dapat
mengatasi stres dan ansietas yang dialami oleh individu. Sumber koping tersebut
berupa modal ekonomi, kemampuan menyelelesaikan masalah, dukungan sosial dan
keyakinan budaya.
f) Mekanisme Koping
Ketidakmampuan mengatasi ansietas sacara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Pola mekanisme koping yang biasa digunakan untuk
mengatasi ansietas ringan cenderung tetap meskipun ketika ansietas menjadi lebih
intens.ansietas ringan lebih sering ditangani tanpa sadar. Ansietas sedang dan berat
menimbulkan dua jenis mekanisme koping :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untukmemenuhi tuntutan stres secara realistis.
» Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi
hambatan pemunuhan kebutuhan.
» Perilaku menarik diri digunakan utntuk menjauhkan diri dari sumber
ancaman, baik secara fisik maupun psikologis.
» Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasanya
dipakai individu, mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan
personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang.
Tetapi karena respon tersebut bersifat relatif pada tingkat tidak sadar dan
mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat
menjadi respon maladaptif terhadap stres.

2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas termasuk diagnosa keperawatan dalam klasifikasi The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) (Nurjannah, 2004), faktor yang berhubungan :
o Terpapar racun
o Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai utama atau tujuan hidup
o Berhubungan dengan keturunan atau hereditas
o Kebutuhan tidak terpenuhi
o Transmisi interpersonal
o Krisis situasional atau maturasional
o Ancaman kematian
o Ancaman terhadap konsep diri
o Stress
o Substance abuse
o Perubahan dalam : status peran, status kesehatan, pola interaksi
o Fungsi peran
o Lingkungan status ekonomi
3. Perencanaan
Ringkasan rencana asuhan keperawatan: respons ansietas berat dan panik
Diagnosis keperawatan : ansietas berat atau panik
Kriteria hasil: pasien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan

Tujuan jangka pendek Intervensi Rasional


Pasien akan terlindung  Pada awalnya kita menerima dan  Ansietas berat dan
dari bahaya mendukung, bukan menyerang panik dapat dikurangi
pertahanan diri pasien dengan mengizinkan
 Kenalkan realitas kesedihan yang pasien untuk
berhubungan dengan mekanisme menentukan besarnya
koping pasien saat ini. stres yang dapat
 Jangan fokuskan pada fobia, ritual ditangani.
atau keluhan fisik itu sendiri.  Jika pasien tidak
Berikan umpan balik pada pasien mampu
tentang perilaku, stressor, penilaian menghilangkan
stressor, dan sumber koping. ansietas, ketegangan
 Perkuat ide bahwa kesehatan fisik dapat mencapai
berhubungan dengan kesehatan tingkat panik dan
emosional dan bahwa area ini akan pasien dapat
membutuhkan eksplorasi di masa kehilangan kendali.
depan  Saat ini pasien tidak
 Sementara itu, mulai terapkan memiliki alternatif
batasan perilaku maladaptive pasien untuk mekanisme
dengan cara yang mendukung koping

Ringkasan rencana asuhan keperawatan: respons ansietas berat dan panik-lanjutan


Diagnosis keperawatan: ansietas berat atau panik
Kriteria hasil: pasien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan.
Tujuan jangka pendek Intervensi Rasional
1. Pasien akan  Bersikap tenang terhadap pasien.  Perilaku pasien dapat
mengalami situasi dimodifikasi dengan
yang lebih sedikit  Kurangi stimulus lingkungan. mengubah
menimbulkan  Batasi interaksi pasien dengan lingkungan dan
ansietas pasien lain untuk meminimalkan interaksi pasien
aspek menularnya ansietas. dengan lingkungan
 Identifikasi dan modifikasi situasi
yang dapat menimbulkan ansietas
bagi pasien.
 Berikan tindakan fisik yang
mendukung seperti mandi air hangat
dan masase.

2. Pasien akan  Pada awalnya, berbagi aktivitas  Dengan mendorong


terlibat dalam dengan pasien untuk memberikan aktifitas keluar
aktivitas yang dukungan dan penguatan perilaku rumah perawat
dijadwalkan produktif secara sosial. membatasi waktu
sehari-hari  Berikan beberapa jenis latihan fisik. pasien yang tersedia
 Rencanakan jadwal atau daftar untuk mekanisme
aktifitas yang dapat dilakukan setiap koping destruktif
hari. sambil meningkatkan
 Libatkan anggota keluarga dan partisipasi dan
sistem pendukung lainnya sebanyak menikmati aspek
mungkin. kehidupan lainnya

3. Pasien akan  Berikan medikasi yang dapat  Efek hubungan


mengalami membantu mengurangi rasa tidak terapeutik dapat
penyembuhan dan nyaman pasien. ditingkatkan jika
gejala-gejala  Amati efek samping medikasi dan kendali kimiawi
ansietas berat lakukan penyuluhan kesehatan yang terhadap gejala
relevan memungkinkan
pasien untuk
mengarahkan
perhatian pada
konflik yang
mendasari

Ringkasan rencana asuhan keperawatan: respons ansietas sedang


Diagnosis keperawatan: respons ansietas sedang
Kriteria hasil: pasien menunjukan cara koping adaptif terhadap stress.

Tujuan jangka pendek Intervensi Rasional


1. Pasien akan  Bantu pasien mengidentisikasi dan  Untuk mengadopsi
mengidentifikasi menggambarkan perasaan yang respon koping yang
dan mendasari. baru, pasie pertama
menggambarkan  Kaitkan perilaku pasien dengan kali harus menyadari
perasaan tentang perasaan tersebut. perasaan dan
ansietas  Validasikan semua perubahan dan mengatai
asumsikan kepada pasien. penyangkalan dan
 Gunakan pertanyaan terbuka untuk resistens yang
beralih dari topik yang tidak disadari atau tidak
mengancam ke isu-isu konflik. disadari
 Variasikan besarnya ansietas untuk
meningkatkan motivasi pasien.
 Sementara itu, gunakan konfrontasi
suportif dengan bijaksana.

2. Pasien akan  Bantupasien menggambarkan situasi  Setelah perasaan


mengidentifikasi dan interaksi yang mendahului ansietas dikenali,
penyebab ansietas. ansietas. pasien harus
 Tinjau penilaian pasien terhadap mengenali
stresor, nilai-nilai yang terancam, perkembangannya
dan cara konflik berkembang. termasuk stresor
pencetus, penilaian
stresor, dan sumber
yang tersedia
Ringkasan rencana asuhan keperawatan: respons ansietas sedang-lanjutan
Diagnosis keperawatan: ansietas sedang
Kriteria hasil: pasien akan menunjukan cara kopiing adaptif terhadap stres.

Tujuan jangka pendek Intervensi Rasional


1. Pasien akan  Hubungkan pengalaman pasien  Respon koping
mengidentifikasi saat ini dengan pangalaman yang adpatif yang baru
penyebab ansietas relevan pada masa lalu. dapat dipelajari

2. Pasien akan  Kaji bagaimana pasien melalui analisis

menguraikan respon menurunkan ansietasnya di masa mekanisme koping

koping adaptif dan lalu dan tindakan yang dilakukan yang dugunakan di

maladaptif untuk menurunkannya. masa lalu, penilaian

 Tunjukan efek maladaptif dan ulang stresor,

destruktif dari respon koping saat menggunakan

ini. sumber-sumber yang

 Dorong pasien untuk tersedia dan

menggunakan respon koping menerima tanggung

adaptif yang efektif dimasa lalu. jawab untuk berubah

 Fokuskan tanggung jawab untuk


berubah pada pasien.
 Bantu pasien secara aktif untuk
mengaitkan hubungan sebab dan
akibat sambil mempertahankan
ansietas batasan yang sesuai.
 Bantu pasien dalam menilai
kembali nilai, sifat, dan arti
stressor pada saat yang tepat

3. Pasien akan  Bantu pasien mengidentifikasi  Seseorang juga dapat


mengimplementasikan cara untuk membangun kembali mengatasi stres
dua respon adaptif pikiran, memodifikasi perilaku, dengan mengatur
untuk mengatasi menggunakan sumber-sumber dan distres emosional
ansietas menguji respon koping yang baru. yang menyertainya
 Dorong pasien melakukan melalui penggunaan
aktifitas fisik untuk mengeluarkan teknik
energi. penatalaksanaan
 Libatkan orang terdekat sebagai stres.
sumber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien
mempelajari respon koping yang
baru.
 Ajarkan pasien tentang teknik
relaksasi untuk meningkatkan
kendali dan percaya diri serta
mengurangi stres

4. Pelaksanaan

SP I p1 :

1. Identifikasi stressor cemas.

2. Identifikasi koping maladaptif dan akibatnya.

3. Bantu perluas lapang persepsi.

4. Konfrontasi positif (jika perlu).

5. Latih teknik relaksasi: nafas dalam.

6. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.

SP II p :

1. Validasi masalah dan latihan sebelumnya.


2. Latih koping: beraktivitas.

3. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.

SP III p :

1. Validasi masalah dan latihan sebelumnya.

2. Latih koping: olah raga.

3. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.

SP I k1 :

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala ansietas sedang yang dialami pasien

beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien cemas

SP II k :

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien cemas

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien cemas

SP III k :

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat

2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarg

Fase Orientasi :

”Assalamualaikum bu”
”Perkenalkan nama saya H, panggil saja saya H, saya mahasiswa UMP yang sedang

bertugas selama dua hari di ruangan Sakura ini, nama Ibu siapa Bu?”

“Ibu lebih suka dipanggil siapa?”

“Ibu, tujuan saya di sini adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan Ibu. Saya yang akan

merawat Ibu selama di sini, mulai dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang”

”Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”

“ O, jadi Ibu semalam gelisah, tidak bisa tidur?”

”Baiklah, Bu, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang perasaan yang Ibu

rasakan? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 30 menit?”

”Kita berbincang-bincang dimana Bu? Baiklah kita akan berbincang-bincang di ruang ini”

Fase Kerja :

”Tadi Ibu katakan, Ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba Ibu ceritakan lebih lanjut

tentang perasaan Ibu?”

“Apa yang Ibu sedang pikirkan?”

“Apa yang Ibu lakukan terkait dengan perasaan tersebut?”

“Apa yang terjadi sehingga Ibu merasa gelisah?”

”Bagaimana kalau saya ukur dulu ya tekanan darah, Ibu”

”Apakah sebelumnya Ibu pernah mengalami kondisi seperti sekarang ini?”

”Jadi Ibu sebelumnya sering juga mengalami perasaan gelisah seperti sekarang ?”

“Apa masalah yang sebelumnya sering membuat Ibu gelisah?”

“Selama ini, bila Ibu punya masalah yang mengganggu, apa yang Ibu lakukan?”
“Jadi kalau Ibu punya masalah, Ibu akan memikirkan terus masalah itu sehingga Ibu merasa

gelisah, tidak bisa tidur, tidak nafsu makan?”

”Kalau Ibu sedang tidak gelisah, bagaimana kebiasaan tidur dan makan Ibu?”

“Apa pekerjaan Ibu sehari-hari? Apakah Ibu selama ini puas dengan pekerjaan yang Ibu

lakukan? Bagaimana dengan penghasilan Ibu?”

“Dalam keluarga Ibu, apa yang biasanya dilakukan kalau ada masalah ?”

“Oh, jadi dalam keluarga Ibu, memang terbiasa cepat panik dalam menghadapi masalah?”

“Bagaimana kebiasaan Ibu dalam beribadah? Bagaimana dengan kebiasaan beribadah dalam

keluarga Ibu?”

“Apakah sebelumnya Ibu pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan ?”

“Apa yang Ibu lakukan? Dengan siapa biasanya Ibu meminta bantuan untuk

menyelesaikan masalah kalau Ibu merasa tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut?”

“Apakah Ibu berhasil menyelesaikan masalah tersebut?”

“Wah, baik sekali, berarti dulu Ibu pernah mampu menyelesaikan masalah yang cukup berat,

saya yakin sekali Ibu sekarang juga akan mampu menyelesaikan kecemasan yang Ibu

rasakan”

“Baiklah Bu, bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan Ibu dengan latihan

relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi

kecemasan yang Ibu rasakan”

“Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, Ibu perhatikan saya, lalu Ibu

bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan”

“Kita mulai ya Bu. Ibu silakan duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, Ibu tarik

nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu Ibu
hemBuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang coba

Ibu praktikkan”

“Wah bagus sekali, Ibu sudah mampu melakukannya. Ibu bisa melakukan latihan ini selama

5 sampai 10 kali sampai Ibu merasa relaks atau santai”

Fase Terminasi :

”Bagaimana perasaan Ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang Ibu rasakan dan

latihan relaksasi?”

“Coba Ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari, wah bagus sekali”

“Jam berapa Ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini?”

“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian Ibu. Jadi, setiap Ibu merasa cemas, Ibu bisa

langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah kita

Buat”

“ Latihan relaksasi ini hanya salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengatasi

kecemasan atau ketegangan, masih ada cara lain dengan latihan mengerutkan dan

mengendurkan otot, bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok pagi?”

“Jam berapa Bu?”

“Seperti biasa jam 10 pagi di rumah Ibu?”

“Masih ada yang mau ditanyakan Bu? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu.

“Assalamualaikum”

5. Evaluasi
Evaluasi perencanaan perawatan harus dibuat perindividu. Pengkajian yang
berkesinambungan memberi data untuk menentukan apakah hasil akhir klien dapat dicapai.
Persepsi klien tentang keberhasilan terapi juga berperan dalam evaluasi. Walaupun semua
hasil dicapai, perawat harus menanyakan apakah klien merasa nyaman atau puas dengan
kualitas hidupnya.
Evaluasi terapi gangguan ansietas didasarkan pada hal-hal berikut (Videbeck, 2001) :
Apakah klien memahami program pengobatan dan apakah klien berkomitmen
mematuhinya?
Apakah frekuensia atau intensitas episode ansietas klien berkurang?
Apakah klien memahami berbagai metode koping dan kapan harus menggunakannya?
Apakah klien yakin bahwa kualitas hidupnya memuaskan?

b. Gangguan konsep diri


Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain
(Stuart dan sundeen 1998: 227).
Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan
realita dunia.

Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut:


a. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan
tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman baru.
b. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.
c. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan identitas diri, harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa
syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetapi merasa
sebagai seorang yang penting dan berharga.
d. Penampilan peran adalah serangkaian pola prilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi diberbagai kelompok sosial. Peran
yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran
yang di terima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
e. Identitas personal adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan
individu. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung
sepanjang hidupnya, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja.

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
1. Pengkajian
Didalam kegiatan pengkajian ini, beberapa komponen yang dikaji yaitu:
a. Faktor yang mempengaruhi gangguan konsep diri
Faktor ini meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Stresor Pencetus
1). Adanya trauma
Trauma aniaya seksual, psikologis, dan menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
2). Ketegangan peran
Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan, dimana individu
mengalami fluktuasi.

c. Manifestasi klinis
Gejala – gejala yang muncul akibat dari gangguan konsep diri yaitu :
Mengkritik diri sendiri, perasaan malu terhadap diri sendiri, perasaan bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, kurang percaya diri.
d. Pohon Masalah
Isolasi sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh


(Kelliat 1998)
Masalah Keperawatan
1). Isolasi sosial: Menarik diri.
2). Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.
3). Gangguan citra tubuh

2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial: Menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri : Harga
diri rendah.
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh.

3. Intervensi Keperawatan
a. Perencanaan Keperawatan:
1). Isolasi sosial menarik diri
berhubungan dengan harga diri rendah
a). Tujuan umum: klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
optimal
b). Tujuan Khusus:
(1). Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi:
(a). Klien dapat memperkenalkan dirinya
(b). Klien dapat mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang
diderita
(c). Klien mau menjawab salam
(d). Klien menunjukan ekspresi bersahabat
Tindakan keperawatan:
(a). Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Jelaskan tujuan interkasi
- Buat kontrak yang jelas
(b). Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dengan penyakit
yang diderita
(c). Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
(d). Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
(2). Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Keriteria Evaluasi: klien dapat menyebutkan aspek positif dan kemampuan
dirinya
Tindakan keperawatan:
(a). Diskusikan kemampuan dan sapek positif yang dimiliki klien
(b). Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian negatif
(c). Utamakan memberikan pujian yang realistik.
(3). Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Kriteria Evaluasi: klien dapat menyabutkan kemampuan yang masih dapat
digunakan
Tindakan Keperawatan:
(a). Diskusikan kemampuan yang dapat digunakan selama sakit
(b). Diskusikan pula kemampuan yang dapat dianjurkan penggunaannya
setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien
(4). Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai
dengan kondisi sakit dan kemampuan yamg dimiliki.
Kriteria Evaluasi: klien dapat menetapkan keinginan atau tujuan yang
realistis.
Tidakan Keperawatan:
(a). Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
(b). Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
(c). Beri contoh pekasanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
(5). Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit
dan kemampuan yang dimiliki
Kriteria Evaluasi: klien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan keperawatan:
(a). Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
(b). Beri pujian atas keberhasilan klien
(c). Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
(6). Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria Evaluasi: klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
dikeluarga
Tindakan keperawatan:
(a). Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien harga diri rendah
(b). Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat
(c). Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
(7). Klien dapat mengguanakan obat dengan 6 benar
Kriteria Evaluasi: klien dapat mengguankan obat dengan prinsip 6 benar
Tindakan keperawatan:
(a). Beri pengetahuan tentang obat, dosis dan manfaat obat dengan benar
(b). Anjurkan klien meminta obat sendiri pada perawat
2). Gangguan konsep diri:
harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
a). Tujuan umum: klien dapat menunjukan peningkatan harga diri
b). Tujuan Khusus
(1). Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi: klien dapat meningkatkan keterbukaan dan saling
percaya dengan perawat
Tindakan keperawatan:
(a) Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Komunikasi terbuka, jujur dan empati
- Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
- Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan
terhadap perubahan itu
(2). Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
Kriteria Evaluasi: klien menerima perubahan tubuh yang terjadi
Tindakan keperawatan:
(a) Diskusikan perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
(b) Observasi ekspresi klien pada saat diskusi
(3). Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Kriteria Evaluasi: klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Tindakan keperawatan:
(a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki oleh klien
dari luar perubahab yang terjadi
(b) Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih
dimiliki klien
(4). Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi
tubuh
Kriteria Evaluasi: klien menerima perubahan tubuh yang terjadi
Tindakan keperawatan:
(a) Dorong klien untuk dan berperan serta dalam asuhan keperawatan
secara bertahap
(b) Libatkan klien dalam kelompok dengan masalah gangguan citra
tubuh
(c) Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan
(5). Klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan masalah yang
harus dihadapi.
Kriteria evaluasi: klien dapat memilih beberapa cara mengatasi
perubahan yang terjadi
Tindakan keperawatan:
(a) Diskusikan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
dampak perubahan struktur atau fungsi tubuh.
(b) Dorong klien memilih cara yang sesuai bagi klien
(c) Bantu klien melakukan cara yang dipilih
(6). Klien dapat melakukan tindakan pengambilan integritas tubuh
Kriteria evaluasi: Klien adaptasi dengan cara yang dipilih dan
digunakan
Tindakan keperawatan:
(a) Bantu klien mengurangi perubahan citra tubuh, misalnya protes
untuk bagian tubuh yang tertentu
(b) Rehabilitasi bertahap bagi klien.

b. Penatalaksanaan Medis
Harga diri rendah termasuk dalam kelompok penyakit skizoprenia tidak
tergolongkan, maka jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:
1) Psikofarmakol
Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa, obat yang
biasa digunakan di RS jiwa antara lain.
a) Anti Psikosis
(1) Cloropromazin ( Thorazime) dosis 25-2000 mg/hari
(2) Haloperidol (hal dol) dosis 2-40 mg/hr indikasi digunakan
untuk pengobatan psikosa, mengobati masalah perilaku yang
berat pada anak-anak yang berhubungan dengan keadaan
yang tiba-tiba meledak, mengontrol mual dan muntah yang
berat dan kecemasan berat. Kontra indikasi: hiperaktif,
galaukoma, hamil dan menyesui, efek samping yaitu anemia,
mulut kering, mual dan muntah, konstipasi, diare, hipotensi,
aritmia cordis, takikardi, eksrapiramidal, penglihatan
berkabut.
b) Anti Parkinson
Trihexypenidril (artane) dosis 5-15 mg/hr indikasi berbagai bentuk
parkinsonisme. Kontra indikasi: galukoma, takikardi, hipertensi,
penyakit jantung, asma, ulserasi, duodenum. Efek samping: sakit
kepala, lemas, cemas, psikosis, depresi, halusinasi, ortostatik, foto
sensitivitas, penglihatan berkabut, mual muntah, konstipasi,
frekuensi/retansi urin.
2) Pengobatan Somatik
a) Elektro Convulsif Therapi (ECT)
Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal
yang menghasilkan efek therapi dengan menggunakan arus listrik
berkekuatan 75-100 volt. Cara kerja belum diketahui secara jelas
namun dapat dikatakan bahwa therapi convulsif dapat
memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat mempermudah
kontak dengan orang lain, indikasi ECT yaitu depresi berat dan
bila therapi obat-obatan belum berhasil (gangguan berpolar), klien
yang sangat mania, hiperaktif, klien resiko tinggi bunuh diri,
psikosis akut, skozoprenia.
b) Pengkajian Fisik
Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi
Pengekangan mekanik dilakukan dengan menggunakan manset
untuk pergelangan tangan dan kaki serta seprei pengekang.
Isolasi yaitu menempatkan klien dalam suatu ruangan tertentu di
Rumah sakit.
Indikasi: Pengendalian prilaku amuk yang membahayakan diri
dan orang lain
Kontra indikasi: resiko tinggi bunuh diri, hukuman.

3) Psikoterapi
Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan
merupakan bagian penting proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi
yaitu memberikan rasa aman dan tenang. Menerima klien apa adanya,
motivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara
verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada klien.
4) Terapy Modalitas
Therapi Okupasi:
Therapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan
partisifasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau juga yang
segala dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan
meningkatkan harga diri.

3. Evaluasi
a. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
4) klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai
dengan kondisi sakit dan kemampuan yang dimiliki
5) klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi
sakit yang dimiliki
6) klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
7) klien dapat menggunakan kegiatan sesuai kondisi sakit
yang dimiliki
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan
dengan gangguan citra tubuh
1) Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan
saling percaya
2) klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
3) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
4) klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk
fungsi tubuh
5) klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan
masalah yang harus dihadapi
6) klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas
tubuh

Anda mungkin juga menyukai