Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Islam sebagaimana satu-satunya agama yang diakui keabsahannya oleh Allah
SWT. Walaupun ada banyak agama lain di muka bumi, namun hanya agama islam
yang sangat sempurna konsep dan fleksibilitasnya. Islam adalah agama yang
“Rahmatan lil’alamin” (Q.S An-Biya :1-7) sangat menjunjung tinggi keseimbangan
kehidupan antara makhluk satu dengan yang lainnya. Makannya dalam islam dikenal
ada dua jenis hubungan ketergantungan. Yaitu, “hablunminallah” dan
“hablunminanas” kaitannya dengan pengembangan individual manusia dalam hal
pengetahuan sebagai tonggak peradaban muslim. Disadari atau tidak, Pendidikan
adalah salah satu kebutuhan primer yang tidak bias dilepaskan dari keberlangsungan
siklus kehidupan suatu kelompok masyarakat. Tanpa adanya sebuah Pendidikan yang
cukup, sebuah komunitas akan sangat lambat peningkatan taraf hidupnya. Karena
kebodohan dalam melakukan suatu hal umumnya justru akan menimbulkan masalah-
masalah baru yang bisa menghambat laju perkembangannya. Karena itulah
pendidikan menjadi sebuah kebutuhan pokok yang keberadaannya tidak bisa ditawar
lagi.
Pendidikan adalah sebuah media bagi terjadinya transformasi nilai dan ilmu
yang berfungsi sebagai pencetus corak kebudayaan dan peradaban manusia.
Pendidikan berwawasan kemanusiaan memberikan pengertian bahwa pendidikan
harus memandang manusia sebagai subyek pendidikan, bukan sebagai obyek yang
memilah-milah potensi (fitrah) manusia. Artinya, pendidikan adalah suatu upaya
memperkenalkan manusia akan eksistensi dirinya, baik sebagai diri pribadi yang
hidup bersama hamba Tuhan yang terikat oleh hukum normatif (syariat) dan
sekaligus sebagai khalifah di bumi.
II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan ?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Islam ?
3. Apa tujuan Pendidikan Islam ?
4. Apa landasan pemikiran Islam ?
5. Apa Prinsip Pendidikan Islam ?
6. Bagaimana Pengembangan Sistem Pendidikan ?
7. Bagaimana arah Pengembangan Pendidikan Islam ?
1
III. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pendidikan
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan Islam
3. Mengetahui apa itu tujuan Pendidikan Islam
4. Mengetahui Landasan Pemikiran Islam
5. Mengetahui Prinsip Pendidikan Islam
6. Mengetahui Pengembangan Sistem Pendidikan
7. Mengetahui arah Pengembangan Pendidikan Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara. Ahmad D. Marimba mengartikan pendidikan
merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama. (Marimba, 1962)
Zuhairini mengemukakan pendidikan adalah suatu aktivitas untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup
dengan kata lain pendidikan tidak berlangsung di dalam kelas tetapi juga berlangsung
di luar kelas. Pendidikan bukan bersifat formal (UU 19, 2005) tetapi juga bersifat
nonformal. Secara substansial, pendidikan tidak sebatas pengembangan intelektual
manusia, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Sehingga
pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap
manusia.
B. Pengertian Pendidikan Islam
Dari beberapa definisi Pendidikan islam yang dikemukakan diatas, tampak
sekali umumnya penekanan utama diberikan kepada pentingnya pembentukan akhlak
(kepribadian), disamping adanya penekanan persoalan fitrah dan upaya manusia
dalam mencapai hidup makmur dan bahagia sesuai dengan ajaran dan norma islam.
Pendidikan sebagai padanan makna tarbiyah secara bahasa mempunyai asal makna
tumbuh (nãma), berkembang (nasyaa ), dan memperbaiki (ashlaha) (al-Suwaid, 1990:
13 ). Secara istilah menurut Raghib al-Isfahani tarbiyah adalah mengembangkan
sesuatu setahap demi setahap sampai tercapai kesempurnaan. Dan menurut Najar,
tarbiyah berarti menumbuhkembangkan potensi individu sedikit demi sedikit dengan
latihan–latihan sampai potensi individu tersebut dapat mencapai kesempurnaan
(Najar: 43 ).
Pengertian pendidikan yang bersifat umum, menurut Azra (1999: 4), jika
dihubungkan dengan agama Islam memunculkan pngertian baru yang secara totalitas
inheren mengandung makna tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Pendidikan Islam dapat
dimaknai sebagai upaya mengoptimalkan perkembangan potensi manusiawi,
kecakapan hidup, dan sikap kepribadian individu peserta didik menuju tercapainya
3
kesempurnaan dan kedewasaan yang baik. Pendidikan yang orientasinya adalah
sebagai proses pendewasaan dan penyempurnaan untuk tercapainya kebaikan
kemanusiaan, dengan demikian mengharuskan berlangsung secara mustamirah, baik
dalam situasi pergaulan, pengajaran, latihan-latihan, dan bimbingan, serta tertuju pada
keutuhan pengembangan skill, sikap pribadi dan sosial, serta semangat pengabdian
pada Tuhan secara kritis dan praktis.
Tampak sekali penekana makna pendidikan kepada pembentukan kepribadian,
dan pendekatan bersifat teoritis dan praktis kearah perbaikan sikap mental yang
memadukan antara iman sekaligus amal shaleh yang tertuju kepada individu dan
masyarakat luas. Dalam pemberian makna pendidikan islam kepada pembentukan
kepribadian, syariat islam harus melalui proses pendidikan, mengajak beriman,
beramal shaleh dan berakhlak, adanya perbaikan sikap mental, pendidikan teoritis dan
praktis, pendidikan iman dan amal sekaligus pendidikan individu dan masyarakat.
Muhammad Athiyah Al-Abrasy memberikan pengertian bahwa pendidikan islam
atarbiyah memperisapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia
mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur
pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik
dengan lisan maupun tulisan. Arah pendidikan islam adalah mempersiapkan manusia
supaya hidup bahagia dan sempurna, punya rasa kebangsaan, kesehatan, berakhlak,
berketrampilan dan mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan sebaik-
baiknya.
C. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah merupakan salah satu aspek upaya umat Islam
membelajarkan generasinya dapat menjalankan ajaran Islam secara kaffah dalam
tugas dan perannya sebagai hamba Allah Swt dan sebagai khalifatullah fil ardhy.
Peran inilah yang mengharuskan tujuan pendidikan Islam tidak dapat lepas dari siapa
hakikat manusia dan apatujuan hidup manusia dalam Islam. Tujuan pendidikan Islam
dengan demikian harus mampu menjawab terciptanya pribadi-pribadi hamba Allah
Swt. yang bertakwa, pribadi yang mampu mengelola kehidupan lebih maju dan bijak,
pribadi yang peduli dengan lingkungan alam dan sesama dengan semangat
kerahmatan, dan pribadi yang mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.Tujuan Pendidikan antara lain menjadikan manusia utama dan bijaksana,
menjadi warga negara yang baik, menjadi orang biasa yang bertanggung jawab, bisa
hidup bahagia sejahtera dan seterusnya.
Tujuan pendidikan dengan demikian menurut Ainain (1980: 150–153) tidak
dibenarkan keluar dari tiga pilar berikut.
1. Pilar ruhiyah/spiritual.
4
Pilar ini berkaitan dengan menyadari eksistensi Allah Swt., sebagai sesuatu
yang sangat agung dan tinggi. Pilar ini akan dapat tertanam melalui kualitas keimanan
yang harus ditanamkan dalam jiwa anak.
2. Pilar ubudiyah.
Pilar ini merupakan perwujudan sikap manusia yang kedua, yakni ketika
manusia dalam semua keadaan hidup pribadi dan keluarga, dalam memelihara
kebaikan diri dan lingkungan, dalam pergaulan dengan dirinya dan manusia lain
senantiasa berpegang pada prinsip hukum tertinggi yang dibuat oleh Allah Swt.
3. Pilar fardiyah/pribadi.
Pilar pribadi ini berkaitan dengan bagaimana agar pendidikan mampu
mengoptimalkan pembinaan dan pengembangan potensi manusiawi secara total, baik
akal, akhlak, jiwa, fisik, keindahan, dan kemampuan sosial.
4. Pilar fardun fil mujtami.
Pilar ini berkaitan dengan bagaimana agar pendidikan mampu menumbuhkan
potensi individu yang sekaligus menyadari posisinya tidak bisa lepas dari tugas
kehidupan ditengan sosial kemasyarakatan.
Ciri pokok tujuan pendidikan islam menurut Omar Muhammad Al-Thoumy Al-
Syaibani
1. Sifat yang bercorak agama dan akhlak
2. Sifat komprehensif yang mencakup segala aspek pribadi pelajar dan
perkembangan dalam masyarakat
3. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan unsur dan
cara pelaksanaannya
4. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan dan perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku dan kehidupan, memperhitungkan perbedaan diantara
individu, masyarakat, dan kebudayaan.
Prinsip tujuan pendidikan islam meliputi :
a. Menyeluruh
b. Keseimbangan dan kesederhanaan
c. Kejelasan
d. Tidak ada pertentangan
e. Realisme dan dapat dilaksanakan
f. Menerima perubahan dan perkembangan dalam rangka metode
keseluruhan yang terdapat dalam agama.
Tujuan pendidikan islam menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasy yamg
dikutip dari Qomar Muhammad Al-Thoumy Al-Syaibani :
5
Untuk membentuk akhlak mulia , kaum uslimin sepakat bahwa
pendidikan akhlak yang sempurna adalah tujuan pendididkan yang sebenarnya.
Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat, pendidikan islam tidak
hanya menitik beratkan pada keagamaan atau dunia saja, melainkan pada keduanya
dan memandang kesiapan keduanya.
Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan dilihat dari segi
kemanfaatan, pendidikan islam menyeluruh bagi kesempurnaan kehidupan.
Menyiapkan pelajar dari segi profesi, supaya dapat menguasai profesi
dan ketrampilan tertentu agar dapat mencari rizki dalam hidup.
Dengan demikian tujuan pendidikan islam dikenal adanya beberapa jenis atau
tingkatan yang terdiri dari tujuan umum, akhir, sementara, dan operasioanal. Hal ini
menggambarkan bahwa tujuan pendidikan islam harus disesuaikan dengan target
yang ingin dicapai.
1. Konsep Manusia
Hati dapat digunakan untuk ber-tafaqquh (Q.S. Ali Imran: 159) dan
menentukan baik dan buruk perilaku, sebagaimana hadis Rasul yang sangat popular:
”Ketahuilah bahwa dalam diri manusia ada segumpal daging, jika baik maka akan
baiklah semuanya dan jika rusak maka akan rusaklah semuanya, ketahuilah segumpal
daging itu adalah hjati”. Manusia adalah perpaduan kedua unsur jasad dan ruh,
meskipun sebagian ulama berbeda pendapat memandang akal, jiwa, hati dan ruh,
yakni hanya merupakan murodif. Kesatuan unsur di atas menggambarkan secara
tegas, bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna/kamilah wa syamilah.
Pandangan Alquran terhadap manusia bukan hanya memperhatikan potensi batin,
sebagaimana tegambar pada diagram di atas, melainkan Alquran juga sangat
memperhatikan betapa besar pengaruh lingkungan dan pendidikan, Pendidikan Islam
yang benar harus memperhatikan kedua unsur pembentuk tabiat manusia, untuk satu
tujuan yakni tercapainya kesempurnaan manusia. Pendidikan Islam sebagaimana
yang digariskan pada ajaran Islam harus menjaga perkembangan aspek jasad dan ruh.
Pendidikan Islam hendaknya melihat manusia secara utuh/nazrah syumuliyah
takamuliyah.
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang dalam Alquran sebanyak 854
kali, kata ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian dan obyek pengetahuan.
Berbeda dengan konsep barat dalam Islam ilmu tidak dibatasi pada yang ilmiah
(sistematik, rasional, empiris, dan bersifat kumulatif), karena Islam juga menerima
ilmu pengetahuan yang bersifat supra rasional dan supra empiris, yakni sejenis imu
pengetahuan yang bersumber dari wahyu dan intuisi (Tim Dosen, 2009: 167). Islam
memandang baik ilmu (sains) maupun pengetahuan (knowledge) , keduanya
bersumber dari Allah Swt. Dialah yang mengajarkan pada manusia ilmu pengetahuan
(Q.S. al-Baqarah: 32), dan Dialah yang menurunkan wahyu dan menyediakan alam
semesta sebagai sumber Ilmu. Baik ayat kauliah maupun ayat kauniah semuanya
kembali pada kesatuan ilmu, yakni ilmu yang bersumber dari ilmu Allah Swt., oleh
karenanya Islam memandang bahwa tidak ada dikotomi ilmu yang tauqifiyah (ilmu
yang didapat melalui pengajaran Allah Swt. secara langsung) dengan ilmu yang
muktasabah (ilmu yang diperoleh dari Alla Swt. secara tidak langsung, melalui
prosedur pengusahaan). Integrasi ilmu kepada Ilmu Allah Swt. secara logis baik ilmu
tauqifiyah maupun muktasabah tidak ada pertentangan, justru karena menyatu pada
8
integrasi ilmu Tuham, maka seharusnya ilmu apa pun harus saling mendukung dan
saling menyempurnakan.
Selain dari itu Alquran menjelaskan juga tentang potensi rohaniah lainnya,
yakni al-Qalb, ‘Aqlu An Ruh, dan an-Nafs. Dengan bermodalkan potensi yang
dimilikinya itulah manusia merealisasi fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi yang
9
bertugas untuk memakmurkannya. Di sisi lain, di samping manusia berfungsi sebagai
khalifah, juga bertugas untuk mengabdi kepada Allah (Az-Zariyat, 51: 56). Dengan
demikian manusia itu mempunyai fungsi ganda, sebagai khalifah dan sekaligus
sebagai ‘abd. Fungsi sebagai khalifah tertuju kepada pemegang amanah Allah untuk
penguasaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pelestarian alam raya yang berujung
kepada pemakmurannya. Fungsi ‘abd bertuju kepada penghambaan diri semata-mata
hanya kepada Allah. Untuk terciptanya kedua fungsi tersebut yang terintegrasi dalam
diri pribadi muslim, maka diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif yang
dapat mengantarkan pribadi muslim kepada tujuan akhir pendidikan yang ingin
dicapai. Agar peserta didik dapat mencapai tujuan akhir (ultimate aim) pendidikan
Islam, maka diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif yang dapat
mengantarkan pribadi muslim kepada tujuan akhir pendidikan yang ingin dicapai.
Beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam mengembangkan model
pendidikan yang mencerahkan sebagai berikut.
10
4. Tarbiyah Fardiyah Ijtima’iyah, yakni pendidikan diarahkan untuk
membentuk individu dan sosialkemasyarakatan. Pendidikan yang idial adalah mampu
membentuk keutamaan individu agar tercipta masyarakat yang idial dimana individu
sebagai unsur pembentuknya. Sebaliknya pendidikan juga bekerja sama dengan
masyarakat agar masyarakat dapat menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
individu mencapai keitamaan kemampuan individualnya. Meminjam istilah Dewey
pendidikan harus dapat menjadi miniatur kehidupan masyarakat yang terseteril dari
unsur negatif kehidupan sosial.
7. Tarbiyah ila al-Khair, yakni agar model l pendidikan diarahkan pada tujuan
akhir kebaikan. Konsep ini berpangkal pada fungsidiciptaknnya, manusia sebagai
rahmatan lil’alamin. Pendidikan hedaknya mampu mengantarkan anak didiknya pada
kehidupan yang penuh makna bagi diri, sosial dan alam semesta, guna tercapainya
kebahagiaan kehidupan. Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu,
melanikan harus dibawa untuk memberikan kebermaknaan hidup menciptakan
kerahmatan alam semesta .
9. Tarbiyah Kulliyyah, prinsip ini merujuk pada konsep bahwa Islam adalah
pendidikan untuk semua orang dan golongan. Konsep ini sejalan dengan
keuniversalan Islam. Islam tidak diperuntukkan bagi golongan, aliran, bangsa
11
tertentu, tetapi untuk semua ummat di alam semesta ini. Pendidikan dengan demikian
harus mewadahi semua ras, kultur, budaya, dan bangsa.
Melihat masa depan yang penuh dengan tantangan sudah barang tentu tidak
bisa menyesuaikan permasalahan jika pendidikan Islam tersebut masih terikat
dikotomi. Berkenaan dengan itu perlu diprogramkan upaya pencapainya, mobilisasi
pendidikan Islam tersebut, misalnya melakukan rancangan kurikulum, baik
merancang keterkaitan ilmu agama dan umum maupun merancang nilai-nilai Islami
pada setiap pelajaran; personifikasi pendidik di lembaga pendidikan sekolah Islam,
sangat dituntut memiliki jiwa keislaman yang tinggi .Lembaga pendidikan Islam
dapat merealisasikan konsep kurikulum seutuhnya bedasar prinsip pendidikan Islam
di atas. Dari prinsip di atas tujuan pendidikan dapat disederhanakan berorientasi
kepada tiga tujuan besar. 1. Tercapainya tujuan hablum minallah (hubungan dengan
Allah. 2. Tercapainya tujuan hablum minannas (hubungan dengan manusia). 3.
Tercapainya tujuan hablum minal’alam (hubungan dengan alam). Adapun model-
model pengembangan lembaga pendidikan Islam ada tiga pendekatan sebagai pola
alternatif yaitu: pendekatan sistematik (perubahan total), pendekatan suplementer
(dengan menambah sejumlah paket pendidikan yang bertujuan memperluas
pemahaman), dan pendekatan komplementer (dengan upaya mengubah kurikulum
13
dengan sedikit radikal untuk disesuaikan secara terpadu). Sedangkan konsep
pendidikannya adalah pendidikan integralistik dan humanistik.
Desain proses yang sejalan dengan arah pendidikan pencerahan, adalah proses
pendiddikan yang mengoptimalkan seluruh potensi manusiawi (fisik, jiwa, akal, hati,
dan ruh) agar pengetahuan yang diperoleh anak didik tidak hanya memahami dan
mampu mempraktikkan semata, melainkan lebih dari itu pengetahuan diperoleh
menjadikan lebih bermakna dan membimbingnya untuk mengunakan secara benar
sebagai rahmatan lil’alamin. Pengetahuan anak didik tidak semata keahlian yang
berorientasi kerja, melainkan pengetahuan itu dimaknai secara sosial budaya dan
kebermaknaannya bagi tugas kekhalifahan. Dan untuk mendukung proses tersebut di
samping harus mengoptimalkan seluruh potensi manusiawi, diperlukan adanya
kesinambungan dan keselarasan tujuan, isi pembelajaran, dan proses baik di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (mustamirah). Proses seperti ini yang
akan membuka belenggu deschooling, dan akan menjadikan proses pendidikan yang
dapat berjalan sepanjang hidup. Model desain pendidikan berdasar Islam harus
diarahkan Pertama, orientasi pendidikan harus lebih ditekankan kepada aspek afektif
14
dan psiko motorik. Pendidikan lebih menitikberatkan pada keterpaduan pembentukan
akhlak peserta didik dan pembekalan keterampilan atau skill. Kedua, pembelajaran
dikembangkan pada pola student oriented agar terbentuk sikap kemandirian,
tanggung jawab, kreatif, dan inovatif. Ketiga, Prmbelajaran diarahkan pembentukan
kesempurnaan kepribadian yang siap menjadin khalifatullah fil-ardi, tidak direduksi
sebatas tranfer ilmu tan papa pendewasaan berbuat. Keempat, perlunya penguatan
dan pembinaan motivasi belajar yang benar, sehingga anak akan menjadi jiwa
pembelajar yang ikhlas dan konsisten.
15
Pada sisi lain, muncul pula jenis pendidikan luar sekolah bagi anak-anak
muslim dengan model pesantrenisasi dan TPA (Taman Pendidikan Al Quran).
Pendidikan pesantrenisasi sebagai jenis pendidikan Islam yang muncul sebagai
kekuatan pendidikan Islam, walaupun dilaksanakan secara insidental pada setiap
bulan Ramadhan, tetapi terencana dan terprogram oleh sekolah-sekolah. Selain itu,
pada tahun 90-an juga muncul sekolah-sekolah elite Muslim yang dikenal sebagai
“Sekolah Islam”. Sekolah-sekolah itu mulai menyatakan dirinya secara formal dan
diakui oleh banyak kaum Muslim sebagai “sekolah unggulan” atau “sekolah Islam
unggulan”.
1. Pendekatan Sistematik
Yaitu perubahan harus dilakukan terhadap keseluruhan sistem pada lembaga
pendidikan Islam formal yang ada, dalam arti terjadi perubahan total.
2. Pendekatan Suplementer
Yaitu dengan menambah paket pendidikan yang bertujuan memperluas
pemahaman dan penghayatan ajaran Islam secara lebih memadai.
3. Pendekatan Komplementer
16
Yaitu dengan upaya mengubah kurikulum dengan sedikit radikal untuk
disesuaikan secara terpadu. Artinya, untuk kondisi sekarang ini, perubahan
kurikulum pendidikan Islam harus diorientasikan pada kompetensi yaitu
kompetensi knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan), kompetensi
ability (kemampuan tertentu), kompetensi sosial-kultural, dan kompetensi
spiritual ilahiyah.
1. Orientasi pendidikan harus lebih ditekankan pada aspek afektif dan psiko
motorik.
2. Pembelajaran dikembangkan pada pola student oriented agar terbentuk sikap
kemandirian, tanggung jawab, kreatif, dan inovatif.
3. Pembelajaran diarahkan pembentukan kesempurnaan kepribadian yang siap
menjadi khalifatullah fil-ardi.
4. Perlunya penguatan dan pembinaan motivasi belajar yang benar, sehingga
anak akan menjadi jiwa pembelajar yang ikhlas dan konsisten.
5. Pembelajaran mengedepankan kemampuan proses.
6. Perlunya pengembangan pembelajaran keahlian.
17
7. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk menciptakan generasi yang berperan
sebagai khalifah memajukan kehidupan sekaligus memiliki spiritualitas yang
kokoh sebagai hamba Allah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
18
Daftar Pustaka
Najar, Fahmi. 2011. Al-Harbu An-Nafsiyah Adlwaun Islamiyatun. Riyad: Dar al-
Fadlilah, t.th, didownload dari www.waqfea.com. 3 oktober 2011.
Nasution, Harun. 1987. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah. Jakarta:
UI Press.
Hidayat, Wiji. 2011. Review Strategi Pendidikan Islam Karya Hujair Ah.Sankay.
www. geogle.com. didownload 25 Juni 2011.
19