Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PENELITIAN

UPAYA PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM MENINGKATKAN JUMLAH


WISATAWAN ASING MELALUI HALAL TOURISM

Mata Kuliah : Isu-Isu Internasional Domestik

Disusun oleh :

 Rafli Bowo (201710360311126)


 Ray Dava (201710360311136)
 Abdul Basith (201710360311141)
 M. Kammarullah (201710360311146)
 Ahmad Jundy Izzah (201710360311179)

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

2019
ABSTRAK

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu meningkatkan lapangan kerja dan
pertumbuhan ekonomi. Saat ini, wisata halal (halal tourism) mulai banyak diminati. Hal
tersebut seiring dengan peningkatan wisatawan muslim dari tahun ke tahun. Pengembangan
wisata halal mulai banyak dilakukan oleh berbagai negara. Jurnal ini akan membahas
mengenai konsep dan prinsip wisata halal, serta membahas peluang dan tantangannya di
Indonesia, khusunya Malang.

Kata kunci : Wisata Halal, Wisatawan Muslim, Indonesia, Malang

ABSTRACT

The tourism sector is one sector that is able to increase employment and increase economic
growth. At present, halal tourism is starting to become popular. This is in line with the increase
in Muslim tourists from year to year. The development of halal tourism began to be carried out
by various countries. This journal will explore the development of halal tourism in several
countries, reviewing the concepts and principles of halal tourism, and discuss the chances and
challenges in Indonesia, especially Malang.

Keywords : Halal Tourism, Muslim Tourism, Indonesia, Malang


I. Latar Belakang

Globalisasi merupakan suatu fenomena yang tidak dapat lagi untuk diindahkan oleh
berbagai negara di dunia. Globalisasi telah memberikan berbagai akibat baik dari segi ekonomi,
sosial-budaya, politik dan keamanan. salah satu ciri penting globalisasi, yaitu dimana dunia dan
pasar-pasar kini terintegrasi dan terkoneksi satu sama lain dalam lingkungan global yang tanpa
batas (Widagyo, 2015). Adanya dunia yang tanpa batas inilah kemudian yang menjadi suatu
peluang bagi individu-individu dan corporation dalam melakukan aktifitas lintas negara dengan
mudah.

Wisata halal merupakan konsep yang relatif baru dalam kajian pariwisata pada saat ini.
Banyak wisatawan merasa masih belum memahami dengan hadirnya konsep wisata halal yang
mengedepankan nilai-nilai keislaman. Namun, jika dicermati lebih kedalam, wisata halal bukan
sebuah konsep yang menakutkan bagi wisatawan karena wisata halal bisa dikatakan hanya
melengkapi wisata yang dimainkan oleh ketersidiaan infrstruktur dan layanan yang sudah
berkembang yang telah ada. Posisi wisata halal adalah sebuah alternatif bagi wisatawan Islam
yang ingin mendapatkan tidak hanya suatu kebutuhan wisata, tetapi juga unutk memenuhi
kebutuhan spritual. Wisata halal, tidak hanya milik wisatawan yang beragama Islam saja,
wisatwan non-Islam juga diperbolehkan untuk ikut merasakan wisata halal ini. Dalam konteks
perkembangan pariwisata halal, bisa di pelajari lebih dalam bahwa perkembangan wisata halal
tidak bisa dilepaskan dari wisata religi, wisata syariah dan kemudian berkembang menjadi wisata
halal yang ada.(Asrofi, 2011)

Halal Tourism Destination, Moslem Frendly Tourism Destination dan Wisata Syariah
adalah konsep berbeda dalam sebutan namun satu makna yaitu wisata halal. Wisata halal bisa
diperhadapkan dengan wisata boleh, sunah atau haram. Hadirnya istilah wisata halal merupakan
jawaban terhadap pandangan miring, dan tidak produktif pada dunia parawisata. Padahal
realitasnya wisata itu adalah bahagian dari kebutuhan hidup manusia. Citra wisata tercoreng
bukan karena substansinya, akan tetapi disebabkan prilaku dari pihakpengelola, masyarakat
sekitar daerah wisata dan atau wisatawan yang berbuat tidak halal.

Pada saat ini pariwisata adalah salah satu sektor unggulan yang memberikan kontribusi
sognifikan terhadap pendapatan nasional Indonesia, Menparekraf menjelaskan bahwa dalam
beberapa tahun terakhir ini, kontribusi dari sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional
semakin meningkat. Ini terasa saat perekonomian nasional menghadapi krisis global seperti
tahun-tahun sebelumnya, ketika penerimaan dari ekspor turun tajam. Pariwisata mengalami
peningkatan kontribusinya naik dari 10% menjadi 17% dari total ekspor barang dan jasa
Indonesia dan memiliki posisi sebagai penyumbang devisa terbesar meningkat dari peringkat 5
menjadi peringkat 4 dengan penghasilan devisa sebesar 10 Miliar USD. Sementara itu,
kontribusinya secara langsung terhadap PDB sudah mencapai 3,8% dan jika memperhitungkan
efek penggandanya, kontribusi pariwisata pada PDB mencapai sekitar 9%. Penyerapan tenaga
kerja di sektor ini juga sudah mencapai 10,18 juta orang atau 8,9% dari total jumlah pekerja
sehingga merupakan sektor pencipta tenaga kerja terbesar keempat.

Indonesia pada saat ini diketahui sebagai Negara dengan mayoritas penduduk Muslim
terbesar di dunia saat ini, dengan jumlah penduduk Muslim sebesar 207.176.162 maka sudah
sepatutnya sektor pariwisata melihat hal ini sebagai sebuah sektor pasar baru yang cukup
potensial, dengan menggabungkan konsep wisata dan nilai yang terkandung dalam Islam maka
sudah saatnya pariwisata Syariah dapat menjadi jawaban atas kondisi tersebut. Jumlah kunjungan
wisman ke Indonesia beberapa tahun terakhir ini di dominasi oleh wisman asal Negara-negara
ASEAN seperti Malaysia, Singapura, dan juga negara ASEAN lainnya. Selain itu juga dari
beberapa Negara-negara Eropa, terutama Rusia, kemudian dari Amerika, Australia, dan Negara-
negara di Timur Tengah Timur Tengah seperti Saudi Arabia, Qatar, dan lain-lain. Dari beberapa
Negara tersebut, potensi kunjungan terbesar wisatawan mancanegara ke Indonesia dari luar
Negara-negara ASEAN ialah dari Negara- 74 negara Timur Tengah terutama Saudi Arabia, Uni
Emirat Arab dan beberapa negara di kawasan teluk.

Sebagai upaya untuk mengembangkan wisata halal (halal tourism), Indonesai berusaha
meningkatkan keberadaan hotel syariah. Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Indonesia telah membuat pedoman penyelenggaraan hotel syariah. Syariah
yang dimaksud disini adalah prinsip-prinsip hukum islam sebagaimana yang diatur fatwa dan
atau telah disetujui oleh Majelis Ulama Idonesia (MUI). Pada tahun 2013, terdapat 37 hotel
syariah yang telah bersertifikat halal dan 150 hotel menuju operasional syariah. Terdapat
sebanyak 2.916 restoran dan 303 diantaranya telah bersertifikasi halal, dan 1.800 sedang
mempersiapkan untuk sertifikasi (Kementrian Pariwisata, 2015).
Oleh sebab itu maka diperlukan kajian mendalam terkait pengembangan potensi wisata
Halal di Indoneisia dengan memperhatikan aspek wisatawan Timur Tengah sebagai pasar
sasaran utama wisatawan manca negara sehingga rancangan strategi pemasaran dapat lebih fokus
dan menarik calon wisatawan yang berada di Negara-negara Timur Tengah seperti Saudi Arabia,
Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, UAE dan Mesir untuk berkunjung dan menjadi kontributor
penyumbang wisatawan mancanegara ke Indonesia yang cukup besar.

Potensi pengembangan industri pariwisata halal sangat besar di Indonesia, khususnya di


Kota Malang. Dengan meningkatkan jumlah restoran, hotel, dan lainya yang bersertifikasi halal.
Juga dengan peningkatan sarana dan prasarana daya tarik wisata, travel agent, tour guide, dan
seluruh stakeholders yang terkait, melakukan sedikit penyesuaian pelayanan dan produknya
untuk memenuhi kriteria umum pariwisata syariah. Tentunya wisatawan muslim lebih tertarik ke
Indonesia, mengingat Indonesia mempunyai kekayaan alam yang luar biasa dan daya tarik wisata
yang beragam dan sangat menarik. Untuk itu perlu adanya sosialisasi pariwisata syariah sehingga
dapat memaksimalkan kedatangan wisatawan muslim ke Indonesia dan dapat bersaing dengan
destinasi lainnya di dunia.

Kota Malang sendiri bisa disebut sebagai salah satunya Kota yang menjalankan program
Halal Tourism, hal ini dilatar belakangi karena adannya inisiatif dari masyarakat kota Malang
sendiri. Dengan ini Kementrian Pariwisata akhirnya berupaya untuk membuat kota Malang
menjadi salah satu kota yang bisa menciptakan Halal Tourism di Indonesia.

Kementrian Pariwisata menganggap bahwa kota Malang sudah siap dalam menjalankan
Halal Tourism karena sudah dapat memenuhi kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi
destinasi yang bersifat halal tersebut. Implementasi wisata halal dikuatkan dengan penyediaan
sarana prasarana yang halal. Harapannya, semakin banyak wisatawa,  khususnya dari kawasan
Timur Tengah, yang berkunjung ke Malang. Meskipun, Disbudpar mengakui baru beberapa hotel
dan restoran yang telah bersertifikat halal.

PERKEMBANGAN WISATA HALAL (HALAL TOURISM) INDONESIA

Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama islam.


Menurut Badan Pusat Statsitik pada tahun 2010, warga muslim di Indonesai sebanyak 87,18%,
sedangkan lainnya beragama Kristen (6,96%), Katolik (2,91%,) Hindu (1,69), Budha (0,72) dan
sisanya menganut agama yang lain (BPS, 2010). Potensi ini dimanfatkan Indonesai untuk terus
berupaya mengembangkan wisata halal (halal tourism). Hal ini didukung oleh kondisi geografis
yang sangat strategis. Iklim tropis yang dimiliki Indonesia menjadikan negara ini memiliki
berbagai kekayaan flora dan fauna. Biodiversitas yang tinggi ini menjadikan Indonesia memiliki
potensi yang besar sebagai negara tujuan wisata. Produk wisata yang ditawarkan dikelompokkan
dalam tiga hal yaitu wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan (Widagdyo, 2015). Sebagai
upaya untuk mengembangkan wisata halal (halal tourism), Indonesai berusaha meningkatkan
keberadaan hotel syariah. Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Indonesia telah membuat pedoman penyelenggaraan hotel syariah. Syariah yang dimaksud disini
adalah prinsip-prinsip hukum islam sebagaimana yang diatur fatwa dan atau telah disetujui oleh
Majelis Ulama Idonesia (MUI). Pada tahun 2013, terdapat 37 hotel syariah yang telah
bersertifikat halal dan 150 hotel menuju operasional syariah. Terdapat sebanyak 2.916 restoran
dan 303 diantaranya telah bersertifikasi halal, dan 1.800 sedang mempersiapkan untuk sertifikasi
(Kementrian Pariwisata, 2015). Pada umumnya, makanan dan minuman di Indonesia dilakukan
sertifikasi halal oleh MUIyang ditandai dengan logo halal resmi pada kemasan makanan dan
minuman, dan dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
sehingga makanan dan minuman yang tersedia di Indonesia terjamin kehalalannya bagi
wisatawan muslim. Sedangkan wisatawan non-muslim dapat meyakini bahwa makanan dan
minuman tersebut tidak mengandung zat berbahaya bagi tubuh, sehingga layak untuk dikonsumsi
(Jaelani, 2017).

Dampak Wisata Halal Sebagai Alat Diplomasi Publik Diplomasi publik sesuai dengan
tujuannya untuk meningkatkan citra positif agar publik tertarik dengan negara tersebut dalam hal
ini terhadap wisatawan dianggap berhasil terlihat dari bagan 1. jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Indonesia dan terutama Nusa Tenggara Barat sebagai destinasi
wisata halal mengalami peningkatan.

II. Rumusan masalah

1. Bagaimana pemerintah Kota Malang dalam melegalisasikan halal tourism di Kota


Malang?
2. Apa tantangan pengimplementasian halal tourism bagi kota Malang?
III. Metode Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian empiris. Jenis penelitian
empiris sendiri ialah jenis penelitian lapangan dengan mengkaji apa yang terjadi dalam
kenyataan di dalam masyarakat (Efianingrum, 2010). Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
dan menemukan fakta dan data yang dibutuhkan dalam penelitian yang dilatar belakangi oleh
keadaan nyata yang terjadi di masyarakat. Dengan data yang terkumpul tersebut peneliti
kemudian menuju kepada identifikasi masalah yang nantinya merujuk pada penyelesaian
masalah. Penelitian ini termasuk dalam penelitian empiris karena bertujuan untuk
mengumpulkan data upaya pemerintah Kota Malang dalam upaya melegalisasikan Halal tourism
di Kota Malang sehingga peneliti diharuskan untuk menganalisis data dan melakukan
pengamatan terhadap upaya pemerintah Kota Malang.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
Teknik kualitatif. Teknik ini biasanya mengutamakan pada masalah proses dan makna, dimana
penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi-
analisis yang teliti dan penuh makna, yang juga tidak menolak informasi kuantitatif dalam
bentuk angka maupun jumlah (Aman, 2007). Dengan menggunakan teknik ini hasil data yang
peroleh dapat dikonfirmasikan dengan hasil penelitian, dan juga peneliti dapat menjelaskan
proses peristiwa berlangsung dan dapat memperkirakan mengapa sesuatu terjadi dalam seting
nyata.

IV. Pembahasan
 Hubungan Antara Pariwisata Sebagai Alternatif Pembangunan Ekonomi
Kebijakan luar negeri dengan melakukan diplomasi publik melalui pembangunan
wisata halal tentunya secara rasional ingin memenuhi kepentingan nasional, dalam hal ini
adalah mencapai kepentingan dalam bidang ekonomi dengan menarik kunjungan
wisatawan Muslim sebagai target pasar utama. Pariwisata dan ekonomi memiliki
keterkaitan yang kuat, seiring berkembangnya pariwisata di suatu daerah sangat
memungkinkan untuk berkembangnya perekonomian di daerah tersebut. Hubungan
keduanya saling melengkapi, ekonomi akan tumbuh jika ditopang oleh perkembangan
wisata yang semakin maju, terutama bagi pelaku usaha sekitar destinasi wisata, baik
pelaku usaha kecil, menengah, maupun yang besar. Model ekonomi pariwisata sendiri
ada tiga unsur yang terkait, yaitu: 1) konsumen dalam hal ini adalah wisatawan; 2) mata
uang yang beredar sebagai unsur dalam transaksi ekonomi; 3) adanya barang dan jasa
dari sektor ekonomi. Hipotesis menarik yang dikemukakan oleh para ahli tentang
hubungan antara pariwisata dan ekonomi yang kausalitas, yakni: a) pertumbuhan
ekonomi ditopang oleh pariwisata, maka dari itu pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
perkembangan pariwisata; b) pariwisata ditopang oleh ekonomi, sehingga perkembangan
wisata dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi (economic-driven tourism hypothesis); c)
keduanya (ekonomi dan pariwisata) memiliki manfaat satu sama lain dan bersifat dua
arah (reciprocal causal hypothesis). Lalu, ada dua hal yang membangun adanya hubungan
antara pariwisata dan ekonomi, yakni: 1) pariwisata berdampak pada ekonomi karena
dapat menciptakan lapangan kerja, berpengaruh terhadap pendapatan, neraca
pembayaran, penerimaan devisa dari beberapa hal, seperti belanja wisatawan,
pembangunan pariwisata, impor maupun ekspor barang dan lain-lain; 2) pariwisata dapat
menjadi efek stimulus bagi produk-produk tertentu dan dapat membentuk komunitas-
komunitas yang diharapkan hal tersebut dapat menggerakkan ekonomi daerah ke arah
yang positif dengan diciptakannya lapangan kerja baru dan meningkatnya pendapatan
bagi daerah.

 Potensi Wisata Halal Dunia dan Pasar Wisatawan Timur Tengah


Wisata halal menjadi tren baru dalam segmen pariwisata dunia, perkembangannya
pun terus mengalami peningkatan. Terlihat sejak tahun 2014 ada 108 juta wisatawan
muslim yang melakukan perjalanan wisata, meningkat di tahun 2015 yang mencapai
117 juta wisatawan muslim, lalu tahun 2016 mencapai 121 juta wisatawan muslim, dan
juga mengalami peningkatan di tahun 2017 hingga 131 juta wisatawan muslim. Nilai
perjalanan wisatawan Muslim secara global diproyeksikan mengalami peningkatan dari
tahun 2014 mencapai nilai USD 145 Miliar, dan di tahun 2026 akan mencapai USD 300
Miliar (Global Muslim Travel Index, 2015, 2016, 2017, 2018).
Ada beberapa hal yang membuat segmen ini mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan, yaitu: pertumbuhan populasi Muslim yang paling cepat mengalami
peningkatan, pertumbuhan middle class income dari populasi Muslim yang cukup besar,
populasi Muslim dengan usia rata-rata 24 tahun pada tahun 2015 juga menjadi peluang
karena usia muda ini yang sering melakukan perjalanan wisata, meningkatnya akses
informasi dengan berbagai media yang menjadikannya cepat diketahui oleh masyarakat
luas, fasilitas dan pelayanan yang ramah terhadap wisatawan Muslim juga meningkat,
Ramadan Travel yakni adanya layanan pada bulan Ramadan membuat wisatawan
Muslim tertarik untuk berkunjung, dan bisnis travel yang semakin beragam dengan
cepat menangkap peluang untuk melayani wisatawan Muslim. (Global Muslim Travel
Index, 2018).
Bagi Indonesia hal ini menjadi peluang untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dengan jumlah wisatawan Muslim dengan target pasar wisatawan yang berasal
dari kawasan Timur Tengah, seperti Arab Saudi dan Mesir pada tahun 2017 yang datang
berjumlah 222.362 wisatawan dengan rata-rata lama tinggal di Indonesia bagi
wisatawan asal Arab Saudi 10,83 hari menghabiskan USD 2.226 untuk satu orang,
sedangkan Mesir 10,47 hari yang menghabiskan USD 1.293 untuk satu orang.
Karakteristik dari wisatawan asal Timur Tengah ini yaitu wisatawan yang lebih
menyukai jenis wisata-wisata dataran tinggi, maka dari itu mereka berkunjung ke
Malang, Jawa Timur.

 Upaya Pemerintah Malang

Halal tourism sendiri banyak diterapkan oleh kota-kota/ kabupaten-kabupaten


yang berada di Republik Indonesia sendiri. Pemerintah Kota Malang mengupayakan
pengembangkan destinasi pariwisata halal untuk meningkatkan wisatawan di daerah
setempat. Pemkot Malang sudah memulai dengan mendorong pengelola hotel, restoran
dan pasar untuk menguatkan program tersebut. Bahkan sudah ada bazar yang
menerapkan konsep halal, melibatkan perguruan tinggi dan usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM). Untuk itu, nantinya Pemkot mendorong lebih banyak UMKM
mengantongi sertifikat halal agar produknya bisa mendukung pariwisata berbasis halal.
Hal tersebut dilakukan guna menuju ekonomi syariah.
Kota Malang masih menjadi primadona wisatawan, baik lokal maupun
mancanegara. Tercatat, kota yang disebut Makobu atau Malang Kota Bunga itu
dikunjungi 15.034 wisatawan mancanegara dan 4,8 juta wisatawan nusantara sepanjang
2018. Data itu meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Pada Tahun 2017, jumlah
wisatawan mancanegara sebanyak 12.456 orang dan wisatawan lokal sebanyak 4,3 juta
orang. "Terdapat peningkatan dibandingkan tahun 2017. Tahun 2017, turis mancanegara
tercatat sebanyak 12.456 orang. Sementara turis lokal ada 4,3 juta orang," kata Kasi
Promosi Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang, Agung H
Buana, Minggu (30/12/2018). Adapun pada Tahun 2016, jumlah wisatawan
mancanegara sebanyak 9.535 orang dan wisatawan nusantara sebanyak 3,9 juta orang.
Pada Tahun 2015, jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 8.754 orang dan wisatawan
nusantara sebanyak 3,3 juta orang. Sementara pada Tahun 2014, jumlah wisatawan
mancanegara berjumlah 6.025 orang dan wisatawan nusantara berjumlah 2,4 juta orang.

Selain itu, dalam hal sertifikasi produk halal pemerintah telah bekerjasama
dengan lima perguruan tinggi di Malang untuk melakukan pembinaan sekaligus
memfasilitasi bagi para UMKM Kuliner dan Hotel untuk bisa mendapatkan sertifikasi
halal.

Misi mengembangkan pariwisata halal Indonesia, Kementerian Pariwisata


(Kemenpar) gandeng kerjasama Pemkot Malang. Sebab Malang Raya terutama Kota
Malang termasuk dalam destinasi wisata halal unggulan di Indonesia. Pertumbuhan
wisata halal Indonesia di 2018 mencapai 42 persen. Sedangkan terget kunjungan
wisatawan halal dunia ke Indonesia di 2019 sejumlah 5 juta atau tumbuh 42 persen, jika
dibandingkan tahun lalu sejumlah 3,5 juta. Dalam pengembangan wisatawan Malang
Raya telah menyatakan kesiapannya dalam mengembangkan pariwisata halal. Hal
tersebut terlihat dari beberapa persyaratan yang telah dimiliki Pemerintah Kota Malang,
salah satunya terkait laboratorium sertifikasi halal. Dengan hal itu Kota Malang sudah
mempunyai laboratorium sertifikasi halal di lima perguruan tinggi, ini lah yang menjadi
tolak ukur kami untuk menilai kesiapan dari Pemkot Malang dalam mengembangkan
wisata halal
Belum lama ini pemerintah Kota Malang mendatangkan sudah ada 500 agen
wisata dari Malaysia yang datang ke Kota Malang. Kedatangan agen wisata itu untuk
melihat potensi wisata yang ada di Kota Malang untuk dipromosikan di Malaysia.
Pemerintah Kota Malang memaparkan, menjadikan Kota Malang sebagai destinasi wisata
halal sudah tepat untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Alasannya, wisata
halal menjanjikan lokasi wisata yang aman. Apalagi wisata halal memang sedang gencar
dilakukan di berbagai daerah. Terkait dengan persiapan untuk menjadikan Kota Malang
sebagai destinasi wisata halal, Sutiaji mengaku sudah menggagas mal halal dan hotel
halal. Selain itu juga sudah menbangun lokasi wisata kuliner halal.

Selain itu, dalam hal sertifikasi produk halal pemerintah telah bekerjasama
dengan lima perguruan tinggi di Malang untuk melakukan pembinaan sekaligus
memfasilitasi bagi para UMKM Kuliner dan Hotel untuk bisa mendapatkan sertifikasi
halal.

Pemerintah sendiri menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Malang


khususnya dari Timur Tengah bisa tumbuh double digit di tahun 2019. Tetapi, Saat ini
masih dibawah 10 persen. Namun secara umum, kunjungan Wisatawan mancanegara ke
Malang mencapai 11 ribu, dan untuk Wisatawan nusantara mencapai 6 ribu. Pemerintah
Kota Malang sendiri mentargetkan 10 persen.

V. KESIMPULAN

Wisata halal (halal tourism) merupakan studi yang mulai berkembang beberapa tahun
terakhir. Penggunaan terminologi terkait wisata halal juga beragam dan hingga kini masih
menjadi perdebatan. Wisata halal adalah sebuah gagasan konsep tourism atau wisata yang
mengedepankan nilai-nilai keislaman, dengan adannya wisata halal sendiri dapat membuat
wisatawan muslim yang tidak ragu dengan akan adannya makanan, hotel, maupun tempat
wisatannya sendiri. Posisi wisata halal adalah sebuah alternatif bagi wisatawan Islam yang ingin
mendapatkan tidak hanya suatu kebutuhan wisata, tetapi juga unutk memenuhi kebutuhan
spritual. Wisata halal, tidak hanya milik wisatawan yang beragama Islam saja, wisatwan non-
Islam juga diperbolehkan untuk ikut merasakan wisata halal ini.
Di era ini pariwisata merupakan salah satu bidang yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat dan dengan adannya pariwisata sendiri dapat memberikan kontribusi terhadap
pendapatan nasional dalam beberapa tahun terakhir ini, kontribusi dari sektor pariwisata terhadap
perekonomian nasional semakin meningkat. Ini terasa saat perekonomian nasional menghadapi
krisis global seperti tahun-tahun sebelumnya, ketika penerimaan dari ekspor turun tajam.

Indonesia sendiri merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dengan
begitu maka sepatutnya sektor pariwisata yang ada di Indonesia mulai di kembangkan karena hal
ini sebagai sektor pasar yang cukup potensial. Dengan menggabungkan konsep wisata dan nilai
yang terkandung dalam Islam maka sudah saatnya pariwisata Syariah dapat menjadi jawaban
atas kondisi tersebut. Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia beberapa tahun terakhir ini di
dominasi oleh wisman asal Negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, dan juga negara
ASEAN lainnya.

Adanya peningkatan wisatawan muslim dari tahun ke tahun merupakan peluang dan
tantangan bagi sektor pariwisata untuk mengembangkan wisata halal. Banyak negara-negara
(baik mayoritas muslim maupun non-muslim) berupaya mengembangkan wisata halal. Namun,
dilihat dari konsep dan prinsip wisata halal yang ada, negara-negara tersebut umumnya hanya
mencoba menciptakan suasana yang ramah muslim.

Potensi pengembangan industri pariwisata halal sangat besar di Indonesia, khususnya di


Kota Malang. Dengan meningkatkan jumlah restoran, hotel, dan lainya yang bersertifikasi halal.
Juga dengan peningkatan sarana dan prasarana daya tarik wisata, travel agent, tour guide, dan
seluruh stakeholders yang terkait, melakukan sedikit penyesuaian pelayanan dan produknya
untuk memenuhi kriteria umum pariwisata syariah. Tentunya wisatawan muslim lebih tertarik ke
Indonesia, mengingat Indonesia mempunyai kekayaan alam yang luar biasa dan daya tarik wisata
yang beragam dan sangat menarik. Untuk itu perlu adanya sosialisasi pariwisata syariah sehingga
dapat memaksimalkan kedatangan wisatawan muslim ke Indonesia dan dapat bersaing dengan
destinasi lainnya di dunia.

Pemerintah kota Malang juga mencoba mengembangkan destinasi pariwisata halal untuk
meningkatkan wisatawan asing. Pemerintah kota Malang memulainnya dengan mendorong
pengelola hotel, restoran dan pasar untuk menguatkan program tersebut. Bahkan sudah ada bazar
yang menerapkan konsep halal, melibatkan perguruan tinggi dan usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM). Untuk itu, nantinya Pemkot mendorong lebih banyak UMKM mengantongi
sertifikat halal agar produknya bisa mendukung pariwisata berbasis halal. Hal tersebut dilakukan
guna menuju ekonomi syariah.

Pengembangan wisata halal perlu untuk dilakukan, salah satunya dengan melakukan
berbagai penelitian atau kajian. Hingga kini, penelitian terkait wisata halal masih terbatas di
Indonesia, khususnya Malang. Salah satu penelitian yang mungkin dapat dilakukan yakni terkait
persepsi wisatawan non-muslim terhadap wisata halal.

DAFTAR PUSTAKA
Asrofi, M. (2011). Halal Logistics Business Potential in Indonesia.
Widagyo, K. G. (2015). Analisis Pasar Pariwisata Halal Indonesia. The Journal of
Tauhidinomics.
Global Muslim Travel Index. (2015, 2016, 2017, 2018). Global Muslim Travel Index. Singapore:
CrescentRating & Mastercard.
Global Muslim Travel Index. (2016). Global Muslim Travel Index Report 2016. Singapore:
CrescentRating.
Global Muslim Travel Index. (2018). Global Muslim Travel Index 2018. Singapore: Mastercard
& Crescentrating.

Anda mungkin juga menyukai