Anda di halaman 1dari 26

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI PECAHAN


MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA
KELAS IV SDN PONCOL 3 KECAMATAN PONCOL
KABUPATEN MAGETAN TAHUN AJARAN 2019/2020.
Suci Lestari
858643608
sucillestari121@gmail.com

Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
belum optimal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah melalui model
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada materi
pecahan pada siswa kelas IV SDN Poncol 3.Pelaksanaan perbaikan dilakukan dalam
dua siklus, siklus 1 dan siklus 2. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2019,
dan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 1 Nopember 2019.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yaitu
hasil nilai sikap dengan nilai rata- rata 76,77 dengan presentase ketuntasan 77 %
sedangkan siklus 2 nilai rata- rata siswa mencapai 90,22 dengan presentase ketuntasan
90 %. Dan hasil evaluasi akhir siswa juga menunjukkan peningkatan dari siklus 1 nilai
rata- rata 68,11 dengan presentase ketuntasan 56 % sedangkan pada siklus 2 nilai rata-
rata siswa 84,44 dengan presentase ketuntasan 100 %. Dengan demikian disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar
Matematika materi pecahan pada siswa kelas IV SDN Poncol 3 Kecamatan Poncol
Kabupaten Magetan.
Kata Kunci : Hasil belajar, pecahan, pembelajaran kooperatif

Pendahuluan
Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar. Dalam pembelajaran
matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran deduktif untuk
menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Tujuan pembelajaran
matematika adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan
konsisten.
Dengan belajar matematika diharapkan siswa dapat melatih cara berfikirnya
secara sistematis, logis, kreatif dan konsisten. Karena matematika sangat berperan
penting dalam kehidupan sehari-hari. Dari belajar matematika diharapkan siswa
dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti jual beli, pada saat membangun

1
rumah para arsitek juga menggunakan perhitungan matematika dan masih banyak
lagi contoh yang lainnya. Selain itu matematika sebagai salah satu pelajaran yang
diikut sertakan dalam ujian nasional. Jadi matematika sangat penting diberikan
kepada siswa di jenjang satuan pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan tingkat
dasar hingga perguruan tinggi
Peranan lingkungan dan keluarga sangat penting dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan yang sangat
penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk meraih prestasi
dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk itu seorang guru
perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat siswa agar mau
belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga dapat menimbulkan
percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat mengembangkan
kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari.
Proses pembelajaran di sekolah berjalan hanya menggunakan strategi dalam
menyampaikan konsep pembelajaran, yang selalu berjalan monoton atau
strateginya selalu bersifat konvensional. Itu berarti siswa lebih banyak bersifat
pasif sedangkan gurulah yang bersifat aktif. Hal ini menyebabkan siswa bosan dan
tidak termotifasi untuk belajar sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar
siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN
Poncol 3, kebanyakan siswa masih menemukan kesulitan dalam pembelajaran
matematika pada materi pecahan. Siswa merasa bingung menyelesaikan soal
pecahan terutama pada operasi penjumlahan.
 Menjelaskan kondisi pembelajaran yang terjadi di kelasnya
Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat dan supervisor
terungkap beberapa identifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran adalah:
a. Siswa cenderug pasif dalam pembelajaran
b. Siswa malu untuk bertanya kepada guru
c. Siswa kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan dari guru
d. Guru menggunakan metode ceramah
 Menjelaskan pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan pendapat ahli

2
Berdasarkan hasil diskusi, bahwa rendahnya pemahaman terhadap materi
pembelajaran, yang harus diperhatikan agar mampu meningkatkan hasil belajar
diantaranya sebagai berikut:
a. Guru menggunakan model pembelajaran yang menarik
b. Guru membuat kelompok diskusi kecil

Analisis Masalah
Faktor penyebab siswa kurang menguasai materi adalah guru hanya menggunakan
metode ceramah sehingga siswa merasa bosan dan tidak tertarik terhadap
pelajaran. Hal tersebut menyebabkan siswa tidak mampu menangkap konsep yang
diberikan guru, yang mengakibatkan hasil belajar siswa cenderung rendah.
Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran dikelas dan usulan
yang diberikan oleh teman sejawat yang mengidentifikasi, peneliti merencanakan
tindakan melakukan pembelajaran pada kelompok-kelompok kecil agar siswa
mampu bekerja sama dengan teman sekelompoknya. Mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran dengan penerapan pendekatan kooperatif dimaksudkan agar semua
anggota kelompok berhasil memahaminya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka
rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut
1. Bagaimanakah upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN
Poncol 3 terhadap penjumlahan pecahan melalui model pembelajaran kooperatif?
2. Bagaimana proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif pada
pembelajaran matematika ?
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkanprestasi belajar siswa kelas IV SDN Poncol 3 pada materi
penjumlahan pecahan melalui model pembelajaran kooperatif.

3
2. Untuk mengetahui ada tidaknya dampak positif dari penerapan model
pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN
Poncol 3.

Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
Bagi siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran matematika.
Menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika
sehingga siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa terlibat langsung dalam penentuan cara-cara belajar yang akan ditempuh
untuk memahami konsep.
Bagi guru
Membantu guru berkembang secara propesional, menambah wawasan dan
meningkatkan mutu pembelajaran dikelas sehingga permasalahan-permasalahan
yang dihadapi dapat teratasi.
Membuat guru menjadi lebih kreatif dalam menciptakan kegiatan pembelajaran di
kelas.
Meningkatkan rasa percaya diri
Kajian Pustaka
Karakteristik Siswa

Menurut Jean Piaget seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan
kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra operasional,
operasional konkret, dan operasional formal. Tahap- tahap perkembangan kognitif
tersebut antara lain :

a. Sensorimotor (lahir sampai 2 tahun)

Terbentuknya konsep kepermanenan objek dan kemajuan gradual dari


perilaku reflektif ke perilaku yang mengarah pada tujuan. Tahap
sensorimotor merupakan tahap awal perkembangan mental anak.

b. Pra Operasional (2 sampai 7 tahun)

4
Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya.
Mereka mulai mempresentasikan benda- benda dengan kata- kata dan
gambar. Dipermulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris yaitu
tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut
berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana
perasaan dari orang di sekitarnya.

c. Operasional Konkret (7 sampai 11 tahun)

Dalam periode ini terdapat proses- proses penting yang dilalui setiap
anak yaitu :

1) Pengurutan, yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut


ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.

2) Klasifikasi, yaitu kemampuan untuk memberi nama dan


mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain.

3) Decentering, yaitu anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek


dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.

4) Reversibility, yaitu anak mulai memahami bahwa jumlah atau


benda- benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.

5) Konservasi, yaitu memahami bahwa kuantitas, panjang, atau


jumlah benda- benda tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda- benda tersebut.

6) Penghilangan sifat egosentrisme, yaitu kemampuan untuk melihat


sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah.

d. Operasional Formal (11 tahun sampai dewasa)


Karakteristik pada tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk
berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul

5
saat pubertas, menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif.
A. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara guru, siswa dan
setiap komponennya, sehingga menimbulkan dialog yang interaktif
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Proses
belajar erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, karena didalam
kegiatan pembelajaran dilakukan proses- proses belajar. Pembelajaran
merupakan inti dari proses pendidikan dalam suatu instansi. Didalam
kegiatan pembelajaran, serangkaian kegiatan disusun dan dipersiapkan
untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Selain itu, kegiatan pembelajaran juga terdapat proses pemberian
pengalaman oleh guru maupun lingkungan kepada siswa, dalam upaya
pencapaian tujuan yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik.

Proses pembelajaran akan berhasil jika komponen-komponennya


berjalan baik dan saling berinteraksi secara optimal. Menurut Hamalik
(2005: 77), ada tujuh komponen dalam pembelajaran diantaranya:

1) Tujuan Pembelajaran

Dalam setiap pelaksanaan kegiatan pasti ada tujuan yang ingin


dicapai. Begitu juga dalam proses pembelajaran, sebelum memulai
kegiatan pembelajaran guru harus merumuskan tujuan yang ingin
dicapai.

2) Peserta Didik
Dalam satu kelas, guru pasti akan menemui peserta didik dengan
karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan setiap individu
memiliki kekhasan masing-masing. Untuk itu, guru harus tahu dan
memahami tiap karakteristik siswanya.

3) Komponen Guru

6
Guru memiliki peranan yang sentral dalam proses pembelajaran.
Guru memiliki peranan sebagai pengajar, pendidik, fasilitator,
konseptor dan konselor. Tidak hanya sekedar menyampaikan materi,
tetapi guru harus bisa menanamkan akhlak dan budi pekerti yang
luhur bagi siswanya.

4) Materi Pelajaran
Materi pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa harus
sesuai dengan kurikulum yang berlaku yang disusun secara
sistematis. Selain itu, materi pelajaran digunakan sebagai salah satu
bahan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

5) Metode Pembelajaran
Metode adalah cara-cara yang digunakan guru untuk
menyampaikan suatu materi dalam proses pembelajaran, yang harus
disesuaikan dengan jenis materi yang akan diberikan. Pemilihan
metode oleh guru, harus menyesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan, tingkat kemampuan siswa serta kondisi dan jumlah siswa
di kelas.

6) Media Pembelajaran
Media adalah segala bentuk perantara/ pengantar penyampaian
pesan dalam proses komunikasi pembelajaran. Penggunaan media
diharapkan dapat membantu guru untuk menyampaikan materi, dan
membantu siswa untuk memahami materi dengan lebih mudah.

7) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi berperan dalam menetapkan keberhasilan dan
kegagalan aktivitas pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan guru
dapat ditujukan untuk menilai ranah kognitif, afektif maupun
psikomotorik.

8) Kualitas Pembelajaran
Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang tidak

7
hanya sekedar menanamkan konsep kepada siswa, tetapi mampu
menanamkan sikap kepada siswa untuk menjadi pribadi yang
berkarakter. Untuk mencapai suatu pembelajaran yang berkualitas,
perlu adanya kesatuan antar komponen-komponen dalam
pembelajaran. Menurut Depdiknas (2004: 15) komponen-komponen
indikator kualitas pembelajaran yang harus terintegrasi dengan baik
diantaranya keterampilan guru, aktivitas siswa, hasil belajar, iklim
pembelajaran dan kualitas media pembelajaran.
B. Pembelajaran Matematika
Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hiererkis,
abstrak, bahasa simbol yang padat anti dan semacamnya. Dalam
perbelajaran matematika pada anak harus lah berbeda dengan orang
dewasa karena anak mempunyai kemampuan berfikir yang berbeda.
Belajar matematika adalah belajar tentang bilangan, belajar
menjumlah, mengurangi dan membagi yang terdapat dalam aljabar,
aritmatika, dan geometri. Jadi belajar matematika adalah melibatkan diri
yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang semuanya telah
tersusun secara hirarki dari konsep-konsep yang rendah sampai konsep-
konsep yang lebih tinggi.
C. Hasil Belajar

Gagne (dalam Suprijono, 2011: 5) menyatakan bahwa hasil belajar


adalah pola- pola perbuatan, nilai- nilai, pengertian- pengertian, sikap-
sikap, apresiasi dan keterampilan, hasil belajar berupa :

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan


dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan


konsep dan lambang.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan


aktivitas kognitifnya sendiri.

8
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek


berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut

D. Penjumlahan Pecahan
a
Pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk ,
b
dengan a adalah pembilang dan b adalah penyebut, b ≠ 0.
Menurut John Bird (2006: 6) ketika 2 dibagi dengan 3, kita dapat

2 2
menulisnya sebagai atau 2/3. disebut suatu pecahan. Bilangan diatas
3 3
garis, yaitu 2, disebut sebagai pembilang dan bilangan di bawah garis,
yaitu 3, disebut sebagai penyebut. Ketika suatu pecahan disederhanakan
dengan membagi pembilang dan penyebutnya dengan pembilang yang
sama, cara ini disebut dengan penyederhanaan. Dalam menyederhanakan
pecahan harus menyamakan penyebut dengan mencari KPK dari penyebut
pecahan tersebut.
Penjumlahan pecahan adalah operasi penjumlahan pada pecahan
yang syaratnya harus menyamakan penyebut dengan cara mencari KPK
dari penyebut pecahan tersebut.
E. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Sudjana (2014:30) model pembelajaran kooperatif adalah


rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Kooperatif berarti bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tujuan.


Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok
kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan
belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain.
2. Prinsip Utama Belajar Kooperatif

9
a. Kesamaan tujuan
Tujuan yang sama pada anak-anak dalam kelompok membuat
kegiatan belajar lebih kooperatif. Tujuan setiap anak mungkin
tidak sama. Seorang anak mungkin ingin menyenangkan gurunya,
yang lain ingin menarik perhatian temannya, yang lain betul-betul
menganggap sebagai suatu kesempatan untuk mengerjakan tugas
sebaik-baiknya. Namun, makin sama tujuan makin kooperatif.
b. Ketergantungan positif
Ketergantungan antara individu-individu dapat dilakukan dengan
berbagai cara, sebagai berikut:
1) Beri anggota kelompok peranan khusus untuk membentuk
pengamat, peningkat, penjelas atau perekam.
2) Bagilah tugas menjadi sub-sub tugas yang diperlukan untuk
melengkapi keberhasilan tugas.
3) Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari
individu-individu.
4) Struktur tujuan kooperatif dan kompetitif dapat
dikoordinasikan dengan menggunakan kelompok belajar
kooperatif.
5) Ciptakan situasi fantasi yang menjadikan kelompok bekerja
bersama untuk membangun kekuatan imajinatif.
3. Manfaat Belajar Kooperatif
a. Meningkatkan hasil belajar siswa
b. Meningkatkan hubungan antar kelompok
c. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar
d. Menumbuhkan realisasi kebutuhan siswa untuk belajar berpikir
e. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
f. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas
g. Relative murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk
menerapkannya.
4. Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif

10
a. Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk bekerja
dalam tim
b. Memerlukan latihan agar siswa terbiasa belajar dalam tim
c. Model belajar kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan
pembahasa materi ajar
d. Memerlukan format penilaian yang berbeda
e. Memerlukan kemampuan khusus bagi guru untuk mengkaji
berbagai teknik pelaksanaan belajar kooperatif.
I. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru. Jumlah siswa kelas IV
sebanyak 9 siswa yaitu 4 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.
Dalam penelitian ini, guru sebagai peneliti juga dijadikan sebagai
subjek yang diteliti
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Poncol 3 yang beralamat di
Desa Poncol, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan
3. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas yaitu mulai tanggal 18 Oktober 2019 sampai
dengan 1 Nopember 2019. Penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus untuk mata pelajaran Matematika . Jadwal pelaksanaan
perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
a. Siklus I : Jumat, 18 Oktober 2019
b. Siklus II : Jumat, 1 Nopember 2019
4. Pihak yang Membantu
Pihak yang membantu penelitian ini adalah pihak kampus, yaitu UT
UPBJJ Surabaya Pokjar Magetan, Tutor (Bapak Drs, Suyono, M.Pd)
Kepala SDN Poncol 3 (Bapak Subari, Spd, SD), teman sejawat (Ibu

11
Sri Ernaning, S.Pd) serta siswa kelas IV SDN Poncol 3 Kecamatan
Poncol Kabupaten Magetan.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam bentuk
penelitian tindakan kelas. Kegiatan ini membahas tentang standar
kompetensi penjumlahan pecahan.
Kegiatan perbaikan pembelajaran dilakukan dalam dua siklus,
masing- masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.Adapun desain prosedur perbaikan
pembelajaran dalam setiap siklus tertera dalam bagan sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1 Prosedur Perbaikan pembelajaran dalam setiap siklus

Berikut adalah deskripsi pelaksanaan pembelajaran tiap siklus

1. Pra Siklus
a. Perencanaan
1. Menyusun rencana pembelajaran. Menentukan Standar
Kompetensi dan kompetensi dasar dalam pembelajaran.
2. Menyusun rancangan untuk proses kegiatan belajar mengajar.

12
3. Menyusun lembar soal tes pembelajaran untuk mengetahui
hasilpembelajaran siswa dalam proses belajar mengajar
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
 Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Guru mengadakan apersepsi.
2) Kegiatan Inti
 Guru menjelaskan tentang syarat menjumlahkan pecahan.
 Guru mengadakan tanya jawab.
 Guru membagikan lembar soal tes.
 Guru menunjuk beberapa siswa untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di depan kelas.
3) Kegiatan Akhir
 Guru memberi penguatan terhadap siswa.
 Guru mengadakan tindak lanjut.
 Guru menutup pelajaran.
c. Pengamatan
Dalam pengamatan ini peneliti menggunakan lembar observasi
(pengamatan) kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pra
siklus diamati oleh guru kelas (penilai 1) untuk membantu meneliti
dalam pelaksanaan pembelajaran
d. Refleksi
Tahap refleksi ini untuk mengkaji kembali hasil pelaksanaan
pembelajaran pra siklus. Pelaksanaan diamati oleh guru kelas
dalam pelaksanaan pembelajaran ditemukan hal-hal sebagai
berikut: guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa
kurang minat dengan materi yang diberikan oleh peneliti.
2. Perbaikan Pembelajaran Siklus 1
a. Perencanaan

13
1. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran. Menentukan
Standar Kompetensi dan kompetensi dasar dalam
pembelajaran.
2. Memberikan penjelasan tentang syarat menjumlahkan pecahan.
3. Mengamati pemahaman siswa tentang materi.
4. Menyusun lembar soal tes pembelajaran untuk mengetahui
hasilpembelajaran siswa dalam proses belajar mengajar.
5. Membuat daftar nilai siswa.
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
 Guru memberikan salam
 Guru mengajak siswa untuk berdoa
 Guru mengajaksiswa menyanyikan lagu “Indonesia Raya”
 Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
 Guru mengadakan apersepsi.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Guru memotivasi siswa
 Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal
siswa/prasyarat.
2) Kegiatan Inti
 Guru menyampaikan inti materi pembelajaran
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang disampaikan.
 Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan
anggota 3 siswa dengan tingkat kepandaian yang heterogen.
 Dengan berkelompok, guru memberikan handout materi
penjumlahan pecahan
 Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk
mengerjakan soal yang telah disiapkan.

14
 Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju dan
menjelaskan hasil diskusi.
 Guru memberikan soal latihan secara individu.
3) Kegiatan Akhir
 Guru memberikan penguatan dan membimbing siswa
membuat rangkuman
 Guru menutup pelajaran.
c. Pengamatan
Selama tahap pelaksanaan peneliti melakukan observasi
terhadap keaktifan siswa serta keterampilan siswa pada saat proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Dalam hal
ini peneliti dibantu oleh seorang observer yang tidak lain adalah
teman sejawat peneliti yang sekaligus sebagai supervisor 2 (Ibu Sri
Ernaning S.Pd).
d. Refleksi
Pada tahap ini, refleksi dilakukan untuk mengkaji kembali hasil
pelaksanaan pembelajaran siklus I. Pelaksanaan pembelajaran
diamati oleh guru kelas untuk membantu meneliti dalam merekam
data. Dalam kegiatan pengamatan peneliti melihat sebagian siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
3. Perbaikan Pembelajaran Siklus 2
a. Perencanaan
1. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran. Menentukan
Standar Kompetensi dan kompetensi dasar dalam
pembelajaran.
2. Memberikan penjelasan tentang syarat menjumlahkan pecahan.
3. Mengamati pemahaman siswa tentang materi.
4. Menyusun lembar soal tes pembelajaran untuk mengetahui
hasilpembelajaran siswa dalam proses belajar mengajar.
5. Membuat daftar nilai siswa
b. Pelaksanaan

15
1) Kegiatan Awal
 Guru memberikan salam
 Guru mengajak siswa untuk berdoa
 Guru mengajaksiswa menyanyikan lagu “Indonesia Raya”
 Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
 Guru mengadakan apersepsi.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Guru memotivasi siswa
 Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal
siswa/prasyarat
2) Kegiatan Inti
 Guru menyampaikan inti materi pembelajaran
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang disampaikan.
 Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan
anggota 3 siswa dengan tingkat kepandaian yang heterogen.
 Dengan berkelompok, guru memberikan handout materi
penjumlahan pecahan
 Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk
mengerjakan soal yang telah disiapkan.
 Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju dan
menjelaskan hasil diskusi.
 Mendorong dan membimbing dilakukannya ketrampilan
kooperatif oleh siswa.

 Mengajukan pertanyaan.
 Menjawab pertanyaan/menanggapi.
 Menyampaikan ide/pendapat.
 Mendengarkan secara aktif
 Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran.

16
 Meminta perwakilan anggota kelompok untuk
mempresentasikan hasil jawaban kelompoknya di depan
kelas kepada kelompok lain.
 Guru memberikan soal latihan secara individu.
 Memberikan umpan balik/evaluasi
 Siswa diarahkan untuk membuat rangkuman.
3) Kegiatan Akhir
 Guru memberikan penguatan dan membimbing siswa
membuat rangkuman
 Guru menutup pelajaran.
c. Pengamatan
Dalam pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi
(pengamatan)kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan
siklus 1 diamati oleh guru kelas untuk membantu meneliti dalam
merekam data. Sedangkan dalam mengukur kemampuan siswa
dalam materi pelajaran, peneliti memakai lembar tes evaluasi untuk
tingkat pemahaman siswa.
d. Refleksi
Refleksi kembali untuk mendapatkan kesimpulan apakah hipotesis
materi tercapai atau tidak. Maka diharapkan pada akhir siklus II
ini, hasil belajar siswa kelas IV SDN Poncol 3 dapat ditingkatkan.
B. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Tujuan analisis ini adalah untuk
membuat gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat
mengenai fakta- fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki atau
diteliti. Analisis deskriptif adalah analisis yang menggunakan suatu data
yang akan dibuat sendiri maupun dibuat secara berkelompok.
Langkah- langkah yang dilakukan dalam penggunaan teknik analisis ini
adalah sebagai berikut :

17
1. Menghitung nilai menulis karangan sederhana pada siklus I dan siklus
II.
2. Menghitung nilai rata- rata (mean) menulis karangan sederhana pada
siklus I dan siklus II. Menghitung nilai rata- rata (mean) dapat
dilakukan dengan rumus :

X X= ∑x
N
Keterangan :
X = Nilai rata- rata (mean)
∑x = Jumlah nilai seluruh siswa
N = Jumlah siswa

3. Menghitung presentase siswa yang sudah berhasil mencapai KKM


yang ditetapkan. Presentase yang dicari dapat diperoleh dari :

P P = ∑siswa yang sudah mencapai KKM x 100%


Jumlah seluruh siswa

Keterangan :
P = Angka presentase
4. Selanjutnya nilai rata- rata (mean) dan angka presentase ketuntasan
yang diperoleh dibandingkan dari kegiatan sebelum tindakan dan
kegiatan sesudah tindakan untuk membandingkan apakah sudah
diperoleh peningkatan setelah diadakan tindakan.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pada bab ini akan dipaparkan tentang penerapan model pembelajaran
kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika kelas IV SDN Poncol 3. Penelitian tindakan kelas ini
dilakukan selama dua siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2. Adapun hasil
penelitian diuraikan dalam tiap- tiap siklus.

18
1. Siklus 1
a. Hasil Pengamatan Kinerja Guru
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus 1

Kategori Skor
No Aspek yang diamati
SB B C K
4 3 2 1
1 Menyiapkan RPP 4 4
2 Mengadakan apersepsi 3 3
3 Menjelaskan tujuan pembelajaran 3 3
4 Menjelaskan materi 3 3
5 Mengelola kelas 2 2
6 Memberi kesempatan bertanya 3 3
7 Menyimpulkan materi 3 3
8 Mengadakan evaluasi 3 3
9 Tindak lanjut 2 2
10 Menutup pelajaran 3 3
Jumlah nilai 29
Rata- rata 72,5
Presentase keberhasilan 73%
Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada siklus I dalam
kinerja guru melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
sudah baik. Hal ini dilihat dari nilai guru 72,5 dan presentase
keberhasilan sebesar 73%.
b. Hasil Pengamatan Keaktifan, Kerjasama/ Sikap Siswa siklus 1
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Keaktifan dan Kerjasama Siswa Siklus 1

ASPEK YANG DINILAI Jml


%
Kerjasama Keaktifan Keberanian Skor
NO NAMA
B S K B S K B S K
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 Alfalen Fahrezy P V - - V - - V - - 9 100
2 Amelia Regina P V - - - V - - V - 7 78
3 Edhio Bagas P - V - - - V - V - 5 56
4 Elis Wida Erlina V - - V - - - V - 8 89
5 Faiq Abhirama Z - V - - V - - - V 5 56
6 Hafiz Wali M V - - - V - - V - 7 78
7 Letisya Desvita - V - - V - V - - 7 78
8 Olivia Mayda Putri V - - V - - V - - 9 100
9 Sherlina Putri S - - V - V - - V - 5 56

19
Jumlah 691
Rata-rata 76,77
Persentase Keberhasilan 77%

Dari Tabel 4.2 hasil penilaian aspek sikap siswa melalui


penerapan model pembelajaran kooperatif adalah baik. Hal ini
dilihat dari nilai rata- rata siswa 76,77 dan presentase keberhasilan
siswa SDN Poncol 3 Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
sebesar 77 %.

c. Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus 1


Tabel 4.3 Hasil evaluasi belajar siswa siklus 1

JML. Nilai
Nomor Soal
No. NamaSiswa Skor Akhir
1 2 3 4 5
1 Alfalen Fahrezy Pratama 1 1 1 6 2 1 86
2 Amelia Regina Putri 1 0 1 4 1 1 57
3 Edhio Bagas Permana 1 0 0 4 2 1 57
4 Elis Wida Erlina 1 1 0 5 2 1 71
5 Faiq Abhirama Zaki 1 0 1 4 1 1 57
6 Hafiz Wali Mustofa 1 0 1 5 2 1 71
7 Letisya Desvita 1 1 1 5 1 1 71
8 Olivia Mayda Putri 1 1 1 6 2 1 86
9 Sherlina Putri Septiani 1 1 1 4 0 1 57
KKM 70
Jumlah 613
Rata – rata 68,11
NilaiTertinggi 86
NilaiTerendah 57
Jumlah Siswa yang Tuntas 5
Persentase siswa yang tuntas 56 %
Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 4
Persentase Siswa yang tidak tuntas 44 %
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa hasil tes
evaluasi pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif, yakni nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 68,11 dan
hasil presentase ketuntasan belajar siswa adalah 56 %. Perolehan tersebut
masih belum memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu

20
untuk nilai rata-rata kelas adalah 70 sesuai dengan KKM mata pelajaran
Matematika.

2. Siklus 2
a. Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus 2
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus 2

Kategori Skor
No Aspek yang diamati
SB B C K
4 3 2 1
1 Menyiapkan RPP 4 4
2 Mengadakan apersepsi 3 3
3 Menjelaskan tujuan pembelajaran 3 3
4 Menjelaskan materi 4 4
5 Mengelola kelas 3 3
6 Memberi kesempatan bertanya 3 3
7 Menyimpulkan materi 4 4
8 Mengadakan evaluasi 4 4
9 Tindak lanjut 4 4
10 Menutup pelajaran 3 3
Jumlah nilai 35
Rata- rata 87,5
Presentase keberhasilan 88%
Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada siklus 2 dalam
kinerja guru melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
sudah sangat baik.Hal ini dapat dilihat dari nilai guru 87,5 dan
persentase keberhasilan sebesar 88 %.
b. Hasil Pengamatan Keaktifan, Kerjasama/Sikap Siswa Siklus 2
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Keaktifan dan Kerjasama Siswa Siklus 2

ASPEK YANG DINILAI


Kerjasama Keaktifan Keberanian Jml
NO NAMA %
B S K B S K B S K Skor
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 Alfalen Fahrezy p V - - V - - V - - 9 100
2 Amelia Regina p V - - V - - - V - 8 89
3 Edhio Bagas p V - - - V - - V - 7 78
4 Elis Wida Erlina V - - V - - V - - 9 100
5 Faiq Abhirama z - V - - V - V - - 7 78
6 Hafiz Wali m V - - V - - V - - 9 100

21
7 Letisya Desvita V - - V - - - V - 8 89
8 Olivia Mayda Putri V - - V - - V - - 9 100
9 Sherlina Putri s - V - - V - V - - 7 78
Jumlah 812
Rata-rata 90,22
Persentase Keberhasilan 90%

Dari Tabel 4.5 hasil penilaian aspek sikap siswa melalui


penerapan model pembelajaran kooperatif adalah sangat baik . Hal
ini dilihat dari nilai rata- rata siswa 90,22 dan persentase
keberhasilan siswa SDN Poncol 3 Kecamatan Poncol Kabupaten
Magetan sebesar 90 %.
c. Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus 2
Tabel 4.6 Hasil evaluasi belajar siswa siklus 2

JML. Nilai
NomorSoal
No. NamaSiswa Skor Akhir
1 2 3 4 5
1 Alfalen Fahrezy Pratama 2 2 2 2 2 10 100
2 Amelia Regina Putri 2 2 2 1 1 8 80
3 Edhio Bagas Permana 2 2 2 1 0 7 70
4 Elis Wida Erlina 2 2 2 2 1 9 90
5 Faiq Abhirama Zaki 2 2 1 1 1 7 70
6 Hafiz Wali Mustofa 2 2 2 2 1 9 90
7 Letisya Desvita 2 2 2 1 1 8 80
8 Olivia Mayda Putri 2 2 2 2 2 10 100
9 Sherlina Putri Septiani 2 2 2 1 0 7 70
KKM 70
Jumlah 760
Rata – rata 84,44
NilaiTertinggi 100
NilaiTerendah 70
Jumlah Siswa yang Tuntas 9
Persentase siswa yang tuntas 100%
Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 0
Persentase Siswa yang tidak tuntas 0%
Berdasarkan Tabel 4.6 hasil evaluasi belajar siswa kelas IV SDN
Poncol 3 Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan (penilaian dari aspek
kognitif/ pengetahuan), dengan menerapkan model pembelajaran

22
kooperatif pada siklus 2 terdapat 9 siswa atau 100 % siswa yang telah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tabel 4. 7 Hasil Pengamatan Kinerja Guru pada Siklus 1 dan Siklus 2

Jumlah Nilai Presentase


Pelaksanaan Tindakan
Skor Rata- rata Ketuntasan
Siklus I 29 72,5 73 %
Siklus II 35 87,5 88 %

Berdasarkan data pada Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa aktivitas


guru melalui penerapan model pembelajaran kooperatif pada mata
pelajaran Matematika materi pecahan pada siswa kelas IV SDN Poncol 3
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan mengalami peningkatan dari siklus
1 sebesar 72,5 dengan presentase ketuntasan 73% sedangkan pada siklus 2
nilai rata- rata siswa mencapai 87,5 dengan presentase ketuntasan sebesar
88 %.

Selain pengamatan kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran,


peneliti juga melakukan pengamatan keaktifan dan kerjasama ( penilaian
afektif/ sikap) siswa kelas IV SDN Poncol 3 Kecamatan Poncol Kabupaten
Magetan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif pada siklus 1
dan siklus 2 diperoleh dari pengamatan yang dilakukan peneliti dapat
dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4. 8 Hasil Pengamatan Keaktifan dan Kerjasama Siswa pada Siklus 1 dan 2
Nilai Presentase
Pelaksanaan Tindakan Jumlah Nilai
Rata- rata Ketuntasan
Siklus I 691 76,77 77 %
Siklus II 812 90,22 90%

Berdasarkan data pada Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai pengamatan
keaktifan dan kerjasama (sikap) siswa kelas IV SDN Poncol 3 Kecamatan
Poncol Kabupaten Magetan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
mata pelajaran Matematika materi pecahan mengalami peningkatan dari siklus

23
1 sebesar 76,77 dengan presentase ketuntasan 77 % sedangkan pada siklus 2
nilai rata- rata siswa mencapai 90,22 dengan presentase ketuntasan sebesar 90
%.

Selain menilai pengamatan aktivitas guru dan keaktifan siswa kelas IV


SDN Poncol 3 Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan pada mata pelajaran
Matematika materi pecahan melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif peneliti juga menilai hasil tes/ evaluasi (penilaian dari aspek
kognitif/ pengetahuan) siswa pada siklus 1 dan siklus 2 diperoleh dari
pengamatan yang dilakukan peneliti dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4. 9 Hasil Nilai Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Nilai Persentase
Pelaksanaan Tindakan Jumlah Nilai
Rata- rata Ketuntasan
Siklus I 613 68,11 56 %
Siklus II 760 84,44 100 %

Berdasarkan data pada Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa hasil nilai
siswa kelas IV SDN Poncol 3 Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif mata pelajaran Matematika materi
pecahan mengalami peningkatan. Pada siklus 1 ini terdapat 4 siswa dari 9
siswa yang tidak mencapai KKM dengan rata- rata nilai sebesar 68,11.
Ketuntasan klasikal pada siklus 1 adalah 56 %. Sedangkan pada siklus 2,
semua siswa tuntas mencapai KKM dengan nilai rata- rata siswa meningkat
sebesar 84,44 dengan presentase ketuntasan juga meningkat dari 56 %
menjadi sebesar 100 %.

III. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penerapan model
pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Matematika materi pecahan kelas
IV SDN Poncol 3 Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

24
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Matematika
materi pecahan kelas IV SDN Poncol dapat meningkatkan aktivitas guru
dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan aktivitas guru
pada siklus 1 sebesar 72,5 dengan presentase ketuntasan 73 % sedangkan
pada siklus 2 nilai rata- rata siswa mencapai 87,5 dengan presentase
ketuntasan sebesar 88 %.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Matematika
materi pecahan kelas IV SDN Poncol 3 terbukti dapat meningkatkan nilai
sikap (keaktifan dan kerjasama) siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat
ditunjukkan dari peningkatan siklus 1 dengan nilai rata- rata sebesar 76,77
dengan presentase ketuntasan 77 % sedangkan pada siklus 2 nilai rata- rata
siswa mencapai 90,22 dengan presentase ketuntasan sebesar 90 %.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Matematika
materi pecahan kelas IV SDN Poncol terbukti dapat meningkatkan hasil
nilai/ evaluasi siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat ditunjukkan dari
peningkatan siklus 1 dengan nilai rata- rata sebesar 68,11 dengan presentase
ketuntasan 56 % sedangkan pada siklus 2 nilai rata- rata siswa mencapai
84,44 dengan presentase ketuntasan sebesar 100 %.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil kesimpulan, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Bagi Siswa
Bagi siswa agar senantiasa membiasakan untuk belajar dan bekerja sama
dengan teman sebaya guna memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi
yang maksimal agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Bagi Guru
Sebagai alternatif variatif pembelajaran hendaknya para guru dapat
menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

25
Bagi sekolah memberi motivasi guru untuk mengembangkan metode
pembelajaran supaya lebih kreatif dan tidak terpaku pada satu metode saja.

4. Bagi Peneliti
Bagi para peneliti berikutnya, disarankan untuk mengembangkan
penggunaan model pembelajaran kooperatif pada SK atau KD yang lain
maupun mata pelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2014. Strategi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan: Universtas
Terbuka
Endang, Harmini. 2011. Matematika Untuk PGSD. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Depdiknas. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar


Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Istarani. 2011. Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sumantri, Mulyani. 2017. Perkembangan Peserta Didik. Banten: Universitas
Terbuka.
Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

26

Anda mungkin juga menyukai