DISUSUN OLEH :
KELAS 4 B / KELOMPOK 6 :
Fasilitator:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “DHF”.
Akhir kata semoga nantinya makalah ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................3
1.3 Tujuan ...................................................................................................3
1.4 Manfaat .................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI ......................................................................4
2.1 Definisi DHF ........................................................................................4
2.2 Etiologi DHF ........................................................................................4
2.3 Epidemiologi DHF ...............................................................................5
2.4 Patofisiologi DHF ................................................................................8
2.5 Manifestasi Klinis DHF .......................................................................9
2.6 Pemeriksaan penunjang DHF ...................................................10
2.7 Penatalaksanaan DHF.........................................................................12
2.8 Pencegahan DHF ................................................................................12
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPPERAWATAN TEORI ..................20
3.1 Pengkajian ..........................................................................................20
3.2 Diagnosa ............................................................................................22
3.3 Intervensi ............................................................................................22
3.4 Implemmentasi ...................................................................................24
3.5 Evaluasi ..............................................................................................25
BAB 4 APLIKASI KASUS ....................................................................26
4.1 Kasus semu ..........................................................................................26
4.2 Asuhan keperawatan ...........................................................................29
BAB 5 PENUTUP ....................................................................................40
5.1 Kesimpulan .........................................................................................40
5.2 Saran ....................................................................................................40
3
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfeksi virus dengue, akan tetap infektif
sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada
saat menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia,
virus dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel
pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Beberapa
penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada
infeksi ini, dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam
sel dengan bantuan organel sel dan membentuk komponen perantara dan
komponen struktur virus. Setelah komponen struktur dirakit, virus dilepaskan
dari dalam sel.Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas protektif terhadap
serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus
lainnya.Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi
biologis yaitu netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody dependent cell-
mediated cytotoxity (ADCC) dan ADE. Berdasarkan perannya, terdiri dari
antobodi netralisasi atau neutralizing antibody yang memiliki serotipe spesifik
yang dapat mencegah infeksi virus, dan antibody non netralising serotype
yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat meningkatkan infeksi yang
berperan dalam pathogenesis DBD dan DSS (Kusriastuti, 2010)
Di indonesia pada tingkat nasional ataupun daerah dikenal beberapa
program pencegahan DBD yaitu : management lingkungan, pengendalian
biologis, pengendalian kimiawi, partisipasi masyarakat, perlindungan individu
dan peraturan perundangan, kegiatan 3M (menguras, menutup, memanfaatkan
kembali/ mendaur ulang) yang merupakan bagian dari PSN dipercaya efektif
untuk penanggulangan DBD. Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan
melalui management lingkungan, pengendalian kimiawi dengan didukung
peran serta masyarakat secara aktif. Pemberantasan sarang nyamuk merupakan
cara yang paling efektif dalam pemberantasan DBD. (Tairas,2015)
5
4. Bagaimana patofisiologi dari DHF?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari DHF?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjaang dengan pasien DHF?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien penderita DHF?
8. Bagaimanah cara pencegahan penyakit DHF?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan DHF?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami pengertian DHF
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari DHF
3. Mengetahui dan memahami epidemiologi dari DHF
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari DHF
5. Mengetahui apa saja manifestasi klinis dari DHF
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien DHF
7. Mengetahui dan dapat melaksanakan penatalaksanaan pada pasien DHF
8. Mengetahui cara pencegahan penyakit DHF
9. Mengetahui penerapan kasus pada pasien penderita DHF
1.3.2 Tujuan umum
Mahasiswa memahami tentang DHF pada pasien dengan DHF.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien
DHF
1.4.2 Bagi FKK
Menjadi sumber pengambangan Ilmu dan Terapan bagi pembaca serta
klinis.
6
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
7
Virus ini termasuk genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai
saat ini dikenal ada 4 serotipe virus yaitu:
8
Contoh gambar nyamuk Aedes aegypti
2.3 Epidemiologi
9
1. Sejak ditemukan kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan
Jakarta, angka kejadian penyakit DBD meningkat dan menyebar
ke seluruh daerah kabupaten di wilayah republik Indonesia
termasuk kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Timor
Timor.
2. Pada pengamatan selama kurun waktu 20-25 tahun sejak awal
ditemukan kasus DBD, angka kejadian luar biasa penyakit DBD
diestimasikan setiap 5 tahun dengan angka kematian tertinggi
pada tahun 1968 awal diketemukan kasus DBD dan angka
kejadian penyakit DBD tertinggi pada tahun 1988.
3. Angka kematian kasus DBD masih tinggi, terutama penderita
DBD yang datang terlambat dengan derajat IV.
4. Vektor penyakit DBD nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus masih banyak dijumpai di wilayah Indonesia.
5. Kemajuan teknologi dalam bidang transportasi disertai mobilitas
penduduk yang cepat memudahkan penyebaran sumber penularan
dari satu kota ke kota lainnya.
10
Penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) di
wilayah jawa timur pada januari 2019 meningkat hingga 47% di
banding bulan yang sama di tahun sebelumnya di katakan
penderita DBD di jawa Timur pada januari 2019 sebanyak 1.634
orang dan 32 diantaranya meninggal dunia sementara di bulan
yang sama tahun sebelumnya hanya 1.114 orang penderita di
kabupaten Tulungagung dengan 223 kasus di januari 2019. Di
Kediri dengan 160 kasus 10 orang diantaranya dinyatakan
meninggal dunia. Di kabupaten Ngawi berada di peringkat ke 4
dan angka 99 kasus penyakit DBD dimsns 2 orang di antaranya
dinyatakan meninggal dunia. Peringkat kelima adalah kabupaten
Blitar dengan angka 82 kasus dimana 1 orang diantaranya
meninggal dunia. Hanya di kota Batu yang tercatat tidak ada
kasus penyakit DBD selama januari 2019.
11
pengendalian DBD perlu lebih mendapat perhatian terutama pada
tingkat kabupaten/kota dan Puskesmas. (Kementrian kesehatan,
2010)
12
2.4 Patofisiologi
13
fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu
aktivas akan merangsang sistim klinin yang berperan dalam proses
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah (Wijaya,
2013).
14
meningkat kedua kalinya sel limposit relatif sudah
bertambah sel-sel eusinofil sangat berkurang. Pada DHF
umunya dijumpai trombositopenia (<100.000/mm³)
danhaemokonsentrasi (kadar DCT ≥20% dari normal).
Uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan
penting pada pemeriksaan kimia darah tampak
hipokalemia, SGOT, SGPT, ureum dan PH darah
mungkin meningkat.
2. Air seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
3. Sumsum tulang belakang
Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi
hiperselular pada hari kelima dengan gangguan maturasi
sedangkan pada hari kesepuluh biasanya sudah kembali
normal untuk semua data.
4. Serologi
Uji serorlogi untuk infek dengue dapat dikatogorikan
menjadi :
a. Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum
yang diambil pada masa akut dan konvalesen
b. Uji sorologi memakai serum tunggal, yaitu uji
dengue blood yang mengukur antibodi.
5. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan PCV meningkat (>20%)
b. Trombositpenia (<100.000/ml)
c. Leukopenia
d. Ig.D. dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :
hipoproteinemia,hipokloremia, dan hiponatremia.
f. Urium dan Ph darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg
15
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2.7 Klasifikasi
1. Derajat I (ringan) : Demam disertai gejala tidak khas atau
non-spesifik dan satu-satunya uji perdarahan yaitu uji
turniket positif dan mudah memar.
2. Derajat II (sedang) : Seperti derajat 1 disertai dengan
perdarahan spontan pada kulit dan atau perdarahan lainnya.
3. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi
dimanisfestasikan seperti nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun, dengan adanya kulit dingin dan lembab serta
gelisha.
4. Derajat IV : Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS)
dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur
(Wijaya, 2013).
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan penderita Demam Berdarah Dengue bersifat
simptomatik dan suportif yaitu adalah dengan cara:
1. Penggantian cairan tubuh.
2. Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter - 2liter dalam
24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
3. Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam
elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5
menit.
Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah
atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan intravena perlu
diberikan. Medikamentosa yang bersifat simptomatis :
1. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di
kepala, ketiak, inguinal.
16
2. Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau
dipiron.
3. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
2.9 Pencegahan
2.8.1 Manajemen Lingkungan
Manajemen lingkungan mencakup semua perubahan
yang dapat mencegah atau meminimalkan
perkembangan vektor sehingga kontak antara manusia
dan vektor berkurang. (Widyastuti Palupi, 2005)
1. Modifikasi lingkungan
a. Perbaikan persediaan air
b. Tanki atau reservoir di atas atau bawah tanah
anti-nyamuk
2. Manipulasi lingkungan
a. Drainase instalasi persediaan air
b. Penyimpanan air rumah tangga
c. Pot/vas bunga dan jebakan semut
d. Bagian luar bangunan
2.8.2 Perlindungan diri
1. Pakaian pelindung
2. Tikar, obat nyamuk bakar, dan aerosol
3. Penolak serangga
4. Insektisida untuk kelambu dan korden
2.8.3 Pengendalian biologis
Di Asia Tenggara, penggunaan preparat biologis
untuk mengendalikan populasi nyamuk vektor penyakit
dengue terutama pada tahap larvanya, entah bagaimana,
hanya menjadi kegiatan lapangan yang berskala kecil.
(Widyastuti Palupi, 2005).
17
1. Ikan
2. Bakteri
3. Siklopoids
2.8.4 Pengendalian kimiawi
Semenjak pergantian abad, zat kimia sudah banyak
digunakan untuk mengendalikan nyamuk Ae. Aegypti.
Saat kekebalan terhadap DDT muncul di awal tahun
1960-an, insektisida organofosfat, yang mencakup
fention, malation, dan fenitrotion dipakai untuk
mengendalikan populasi nyamuk Ae aegypti dewasa dan
temefos sebagai larvasida. Metode yang ada saat ini
untuk menerapkan insektisida mencakup penggunaan
larvasida dan wpengasapan ruangan. (Widyastuti Palupi,
2005)
1. Pemberian larvasida
2. Pengasapan wilayah
18
2.10 Jurnal 1
19
optimal untuk nyamuk berkembang biak, biasanya sejumlah besar
akan terinfeksi dalam waktu orang yang singkat (wabah).
20
(Yudhastuti dan Vidiyani, 2005). serta faktor yang dapat akan
Perubahan perilaku manusia memerlukan proses yang panjang dan
berkelanjutan. Penyuluhan perorangan maupun kelompok untuk
pengetahuan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
berperilaku untuk mencegah terjangkitnya DHF perlu
diprioritaskan, terutama di daerah endemis.
Jurnal 2
21
Jurnal Kesehatan
22
dilaksanakan di setiap tim kesehatan dimana dari pasien masuk
maka discharge planning harus direncanakan dan dilakukan sesuai
prosedur yang di terapkan di rumah sakit. Keberhasilan setelah
dilakukan discharge planning, pasien dapat mengetahui dan
memahami tentang masalah kesehatan yang diderita, pengobatan
ketika pulang, perawatan lanjutan pengetahuan khusus kepada
pasien dan keluarga untuk memastikan perawatan yang sesuai
ketika pasien Berkoordinasi juka terjadi kegawatdaruratan, sudah
pulang dari dengan terdekat rumah sakit. tempat pelayanan
kesehatan unuk memantau status kesehatan pasien.
23
terlibat dalam pelaksanaan discharge planning adalah keluarga yang
memberikan dukungan atau support supaya cepat sembuh dan
membantu dalam perawatan di rumah, perawat yang memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga untuk
mempersiapkan pemulangan dan kebutuhan untuk perawatan
tindakan lanjut di rumah, dokter memberikan terapi pengobatan
selama perawatan di rumah dan ahli gizi memberikan pendidikan
kesehatan tentang gizi makanan yang konsumsi selama perawatan di
rumah. Namun yang paling dominan adalah dokter karena dokter
yang menentukan diagnosa penyakit dan dalam pemberian obat,
sedangkan perawat sebagai pelaksana.
24
(2011) mengatakan ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi
discharge planning yaitu komunikasi, keterlibatan keluarga dan
pasien, dan faktor personil discharge planning. Dapat ditarik
kesimpulan pasien siap pulang apabila mampu melakukan
perawatan lanjutan secara mandiri.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
25
menyerang pada anak sekolah), nomor medikal record,
diagnosa medis.
2. Identitas penanggung jawab : nama, umur, pekerjaan, agama,
hubungan dengan klien, dan alamat.
1.1.2 Riwayat kesehatan klien
1. Keluhan utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan demam tinggi
mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari, terdapat
petechia pada seluruh kulit, perdarahan gusi, nyeri epigastrium,
epistaksis, nyeri pada sendi-sendi, sakit kepala, lemah, nyeri
ulu hati, mual, dan nafsu makan menurun.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan menunjukan adanya sakit kepala, nyeri
otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah,
panas, mual, dan nafsu makan menurun.
26
3. Pemeriksaan tanda-tanda vital (Tekanan darah, suhu tubuh,
nadi, respirasi)
3.1.3 Pengkajian persistem
a. Sistem pernafasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernafasan dangkal,
epistaksis, pergerakan dada simestris, perkusi sonor, pada
auskultasi terdengar ronci, krakles.
b. Sistem kardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji torniquet
positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan
sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipertensi, cyanosis sekitar mulut,
hidung dan jari jari pada grade IV nadi tidak teraba dan
tekanan darah tidak dapat diukur
c. Sistem persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran
serta pada grade IV dapat terjadi DSS
d. Sistem pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastric, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen
terenggang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat
menelan, dapat hematemesis.
e. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing bewarna merah.
f. Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I
terdapat positif pada uji torniquet, terjadi pethike, pada grade
III dapat terjadi perdarahan spontan warna kulit.
27
a) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal dan kulit merah
b) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan ditandai dengan nafsu makan menurun
3.2 Intervensi keperawatan
28
prosedur
penggunaan
kompres
dingin
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
antipiretik
2. Defisit nutrisi
berhubungan Setelah dilakukan Observasi :
dengan tindakan 1x24 jam 1. Identifikasi
ketidakmamp di harapkan kemampuan
uan menelan kebutuhan nutrisi menelan
makanan pada pasien Terapeutik :
ditandai terpenuhi dengan 1. Berikan
dengan nafsu kriteria hasil makanan
makan sebagai berikut: sesuai
menurun 1. Kekuatan keinginan,
otot jika
menelan memungkink
dari skala 3 an
(sedang) 2. Berikan
menjadi makanan
skala 5 hangat, jika
(meningkat diperlukan
) Edukasi :
2. Nafsu 1. Anjurkan
makan dari orang tua
skala 2 atau keluarga
(cukup membantu
memburuk) memberi
menjadi makan
29
skala 4 kepada
(cukup pasien
membaik) Kolaborasi :
I. Kolaborasi
pemberian
analgesik
yang adekuat
sebelum
makan
Observasi :
1. Periksa suhu tubuh alat kompres
2. Identifikasi kondisi kulit yang akan dilakukan kompres
dingin
R/ pasien kooperatif
Terapeutik :
1. Pilih metode kompres yang nyaman dan mudah di dapat
2. Pilih lokasi kompres
3. Balut alat kompres dingin dengan alat pelindung, jika perlu
R/ pasien merasa sedikit nyaman
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur penggunaan kompres dingin
R/ pasien dapat memahami
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antipiretik
R/ pasien mulai membaik
30
menelan makanan ditandai dengan nafsu makan menurun
Observasi :
1. Identifikasi kemampuan menelan
R/ pasien kooperatif
Terapeutik :
1. Berikan makanan sesuai keinginan, jika memungkinkan
2. Berikan makanan hangat, jika diperlukan
R/ pasien mau makan sedikit
Edukasi :
1. Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi
makan kepada pasien
R/ keluarga dapat memahami
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesik yang adekuat sebelum
makan
R/ pasien semakin membaik
BAB 4
APLIKASI KASUS
31
Seorang perempuan berusia 20th datang ke rumah sakit dengan
keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengeluh mual
muntah. Pasien terlihat lemah pada pemeriksaan fisik terdapat akral
panas. BB sebelum masuk ke rumah sakit 50kg saat di rumah sakit
BB turun yaitu 47kg.
Ttv: TD 120/80 mmHg, S 38,5˚C, N 100x/ menit, RR 24x/ menit.
Pemeriksaan torniquet positif terdapat petekie, hasil lab di temukan
adanya trombosit 80.000 imunofgrobulin positif dengue.
4.2 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Biodata
Pendidikan : - Pendidikan : -
Tgl.masuk : 12 Januari
2020
B. Pemberiksaan Fisik
32
Keadaan Umum : Lemah, akral panas, kemerahan, mual, muntah,
takikardi, suhu meningkat, dan px mengatakan susah menelan.
Tanda-Tanda Vital :
Suhu : 38,5°C
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 100x/menit
RR : 24x/menit
33
ANALISA DATA
34
Rabu / 12 DS : Ny. A Proses Hipertermia
Januari 2020 / mengatakan bahwa infeksi
08.00 WIB mengalami demam penyakit
selama 3 hari.
DO :
- KU Lemah
- Akral panas
- Kemerahan
- Takikardi
- Suhu
meningkat
Ttv :
- S : 38,5˚C
- TD : 120/80
mmHg
- N : 100x/menit
- RR :
24x/menit
- Trombosit
80.000
imunofgrobuli
n (+) dengue.
35
- Mual
- Muntah
- KU lemah
TTV :
- S : 38,5˚C
- TD : 120/80 mmHg
- N : 100x/menit
- RR : 24x/menit
1. (A) Pengukuran Atropemetri
Tinggi badan : 155cm
BB : 47 kg
BB idel : 155-100= 55kg.
Lila : 28,5 cm
TSP : 17 cm
IMT : 47 kg x 704,5
1,55m²
= 21,3
2. (B) Biokimia
Trombosit 80.000
imunofgrobulin (+)
dengue.
3. (C) Clinical
Keadaan fisik : lesu
BB : normal
Otot : roksia/lemah
Sistem saraf : reflek
menurun
Fungsi gastrointestinal :
36
anoreksia
Kardiovaskuler : denyut
nadi lebih dari 100x/menit
Rambut : hitam
Kulit : pucat, petekhei,
kering
Bibir : kering, pecah-
pecah, membran mukosa
pucat.
Gusi : peradangan
Lidah : hiperremasis
Gigi : -
Mata : konjungtiva pucat
Kuku : -
4. (D) Diet
Menyajikan makanan
yang mudah dicerna,
dalam keadaan hangat,
dan memberikan makanan
sidikit-sedikit tapi sering.
Pola makan
Waktu Porsi makan
makan
Pagi 1x
Siang 1x
Malem 1x
37
C. DIAGNOSA
N DIAGNOSA
O
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal dan kulit merah
D. Intervensi keperawatan
38
menjadi skala 4 (cukup kompres
membaik). dingin
Terapeutik:
2. Takikardi dari skala 2 1. Pilih metode
(cukup memburuk) kompres yang
menjadi skala 4 (cukup nyaman dan
membaik). -09 mudah di
dapat
2. Pilih lokasi
kompres
3. Balut alat
kompres
dingin dengan
alat pelindung,
jika perlu
Edukasi:
1. Jelaskan
prosedur
penggunaan
kompres
dingin
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
antipiretik
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1x24 Observasi:
jam diharapkan kebutuhan 1. Identifikasi
nutrisi pada pasien terpenuhi kemampuan
dengan kriteria hasil sebagai menelan
berikut: Terapeutik:
1. Kekuatan otot menelan 1. Berikan
dari skala 3 (sedang) makanan
menjadi skala 5 sesuai
39
(meningkat) keinginan, jika
memungkinka
2. Nafsu makan dari skala n
2 (cukup membaik) 2. Berikan
menjadi skala 4 (cukup makanan
meningkat) hangat jika di
perlukan
Edukasi:
1. Anjurkan
orang tua atau
keluarga
membantu
memberi
makan kepada
pasien
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
analgesik yang
adekuat
sebelum
makan, jika
perlu
40
E. Implementasi keperawatan
41
Jam 16.00 sore Terapeutik:
1. Pilih lokasi
kompres
2. Balut alat
kompres
dingin dengan
kain pelindung
R/ pasien merasa
sedikit nyaman
Edukasi:
1. Jelaskan
prosedur
penggunaan
kompres
dingin
R/ pasien dapat
memahami
42
makan, jika
perlu
R/ pasien kooperatif
Terapeutik:
1. Berikan
makanan
hangat
R/ pasien mau makan
sedikit
Terapeutik:
1. Berikan
makanan
sesuai
keinginan
R/ pasien mau makan
sedikit
43
F. Evaluasi Keperawatan
44
- S: 37,5˚C
- TD: 120/80 mmHg
- N: 88x/menit
- RR: 20x/menit
A : masalah tertasi
P : Intervensi di hentikan
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
tergolong arthropod-bone virus, flavirus dan famili
flavivirdae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
genus aedes aegypti atau aedes albopictus.
5.2 Saran
sebaiknya melakukan gaya hidup sehat secara rutin
dan melakukan 3M yaitu mengubur, menguras,
membakar agar terhindar dari demam berdarah.
45
DAFTAR PUSTAKA
46