BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
upaya-upaya tersebut yang dilakukan pada fasilitas kesehatan yang dimiliki Polri
maupun non Polri terutama melayani masyarakat lingkungan Polri serta masyarakat
umum yang ada disekitarnya. Pelayanan yang tersedia dalam bentuk rawat jalan,
fungsi ini diemban oleh Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polri (Biddokkes).
2.1.2. 1. Pelayanan Rawat jalan termasuk Unit Gawat Darurat meliputi : (1)
Poliklinik rumah sakit Polri; (2) Poliklinik induk di Polda; (3) Poliklinik tingkat
Poltabes/Polres.
13
Sama seperti rumah sakit lainnya di Indonesia tugas sekaligus fungsi dari
dan dana pemeliharaan kesehatan yang ditanggung oleh negara melalui sistem iuran
Personil Polri serta dana non APBN yang berasal dari hasil pemanfaatan fasilitas
Seluruh personil Polri baik Anggota maupun Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
lingkungan Polri adalah termasuk pegawai negeri (UU RI No. 43 TAHUN 1999).
Oleh karena itu juga tunduk pada aturan pemerintah. Dalam hal ini Pemerintah telah
menetapkan bahwa seluruh Pegawai Negeri termasuk Personil Polri wajib membayar
iuran untuk pembiayaan pemeliharaan kesehatan yang dikutip setiap bulannya yang
(PP RI No. 28 TAHUN 2003 dan Skep Kapolri No.Pol : Skep / 245/ II/ 2006 ). Dana
Soesetyo B, 1994).
berbeda dengan PNS non Personil Polri. Dana pemeliharaan kesehatan PNS non
Personil Polri dikelola oleh PT. Askes sedangkan Personil Polri dikelola oleh Polri
sendiri melalui unit kerja organisasi Polri yang mengurusi masalah kesehatan yaitu
Pusdokkes Polri di tingkat Mabes Polri dan Bidang Kedokteran dan Kesehatan
Dana DPK Polri adalah hasil dari potongan gaji anggota Polri dan PNS Polri
sebesar 2% dari gaji bruto (gaji pokok) yang diterima langsung oleh Polri dari
Distribusi DPK tersebut saat ini adalah 25% untuk Mabes Polri, 5% Rumah Sakit
berikut:
1. Pengadaan Obat dan Alkes/ bahan habis pakai, yang tidak terpenuhi dari
dan keluarganya yang berobat di luar fasilitas kesehatan Polri berdasarkan rujukan
dari Pusdokkes Polri dan jajarannya. Restitusi adalah semacam asuransi kesehatan
Polri. Restitusi berlaku pada pembiayaan yang telah dikeluarkan oleh peserta di luar
dahulu oleh anggota /PNS Polri pada pelayanan kesehatan di luar fasilitas kesehatan
Polri. Kemudian diajukan klaim penggantian dan pembayarannya oleh Dokkes Polri.
Besarnya penggantian biaya adalah sampai batas maksimal seperti yang tertera dalam
dalam hal ini standar PT. Askes Indonesia (Biddokkes Polda Sumut, 2006).
Askes Sosial adalah sumber dana pemeliharaan kesehatan yang berasal dari 2
% pemotongan gaji bruto seluruh PNS Republik Indonesia ( kecuali PNS TNI/Polri)
dipercayakan kepada PT. Askes yang disalurkan dari Departemen Keuangan. Dari
Tabel 2.1 terlihat perbedaan antara Askes Sosial dan DPK Polri.
Dana Non APBN Rumah Sakit adalah dana yang merupakan hasil penerimaan
dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum yang dikelola sesuai dengan
XII/2000). Pelayanan kesehatan yang diberikan dapat berasal dari Tenaga Medis dan
Paramedis baik oleh Personil Organik maupun Dokter Konsulen Tamu di RSBM.
umum, 20% untuk peningkatan pelayanan pasien dinas dan 20% untuk peningkatan
diantaranya adalah honor dan tambahan biaya rujukan. Dalam hal ini pemanfaatannya
dapat digunakan untuk membiayai dokter spesialis yang dilakukan terhadap pasien
tanggungan Polri.
Tabel 2.1. Persamaan dan perbedaan Askes Sosial dan DPK Polri
2.3. Kinerja
kemampuan kerja (tentang peralatan). Sedang menurut istilah, kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah
tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya (Wibowo, 2007).
(proses), output dan outcome (dampak). Variabel variabel tersebut tidak dapat
dipisahkan dan saling berkaitan. Dalam satu organisasi yang terdiri dari individu-
organisasi berpengaruh terhadap output dan outcome yang akan diraih oleh
individu dapat diarahkan dan dimotivasi untuk mencapai output tertentu (Laurensius
F, 2005)
peran, kondisi keluarga, kondisi fisik dan karateristik kelompok kerja. Sedang faktor
serikat buruh, kondisi ekonomi, perubahan lokasi kerja, dan kondisi pasar (Tika MP,
2006 ).
Konsep yang lebih sederhana adalah bahwa pelaksanaan kinerja akan sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang bersumber dari pekerja sendiri maupun
yang bersumber dari organisasi. Dari pekerja sangat dipengaruhi oleh kemampuan
atau kompetensinya sedang dari sisi organisasi dipengaruhi oleh seberapa baik
kinerja yaitu karakteristik individu, prilaku dan hasil yang dicapai (Tabel 2.2).
Namun dalam menilai kinerja pelayanan dokter spesialis di RSBM hanya beberapa
dan keuangan.
pemberian penghasilan atau imbalan jasa akan selalu dikaitkan dengan kuantitas,
kualitas dan manfaat jasa yang dipersembahkan oleh pekerja. Selain itu penghasilan
dikendalikan jika menyangkut urusan meraih laba. Sedang ditinjau dari sudut
1. KARAKTERISTIK INDIVIDU
Keahlian
Pengetahuan kerja
Kepemilikan sertifikat/ijin keahlian
Kemampuan
Kekuatan fisik
Koordinasi anggota badan dlm bekerja
Kemandirian
Kebutuhan
Hasrat untuk berhasil
Kebutuhan sosial
Sikap
Kejujuran
Loyalitas
Kreativitas
Kepemimpinan
2. PERILAKU
Pelaksanaan tugas pokok (berdasarkan identifikasi dan elemen kritis pekerjaan)
Menjelaskan produk kepada calon pembeli
Menjual produk
Melakukan pengepakan dan pengiriman
Menanggapi komplain dan keluhan
Mematuhi perintah
Melaporkan masalah
Merawat perlengkapan
Membuat catatan pekerjaan
Mengikuti peraturan
Hadir secara teratur
Memberi saran
3. HASIL
Jenis/kuantitas Produk
Nilai jual Produk
Tingkat Produksi
Pelanggan yang dilayani
Kualitas Produksi
Efektivitas penggunaan bahan
Efektivitas penggunaan alat
Tingkat keselamatan kerja
Kepatuhan terhadap prosedur
Kepuasan pelanggan
Kompensasi adalah kontra prestasi terhadap penggunaan tenaga atau jasa yang
telah diberikan oleh tenaga kerja. Werther dan Davis (1996) mendefinisikan
kompensasi sebagai apa yang diterima pekerja sebagai tukaran atas kontribusinya
kepada organisasi.
imbalan tersebut dapat mempengaruhi motivasi kerja dan kepuasan kerja karyawan.
timbulnya demotivasi dan tidak adanya kepuasan kerja dikalangan pekerja yang
akhirnya dapat menyebabkan turunnya kinerja baik pekerja maupun organisasi itu
Menurut Werther dan Davis (2001) yang dikutip dari Wibowo (2007)
Grand teori untuk menjadi landasan penelitian adalah Model Teori Kinerja
Gibson. Teori ini memadukan 4 komponen penting yang dapat disebut sebagai faktor-
faktor. Tiga (3) faktor diantaranya adalah (1) Variabel Individu (2) Variabel
Psikologis dan (3) Variabel Organisasi yang dapat dikategorikan sebagai variabel
kausa (independen) terhadap 1 faktor ke empat yaitu Variabel Prilaku Individu yang
Variabel
Individu
Variabel
Variabel
Kinerja
Psikologis
Individu
Variabel
Organisasi
terhadap kinerja / pencapaian seseorang baik di dalam produk kerja yang tampak
dalam prestasi kerja per target ataupun dapat dicermati dari bentuk perubahan prilaku
Di dalam kerangka konsep grand teori ini akan diperkaya dan disederhanakan
menyesuaikan materi penelitian dengan garis besar tujuan penelitian. (1) Pada
Pada Variabel Psikologis akan dicermati beberapa butir utama terkait masalah
motivating factor (faktor motivasi F.Herzberg; 1966) yang disebut oleh Gibson
dicermati komponen Hygiene variable (hygiene teori F. Herzberg; 1966) yang disebut
Gibson (2008) sebagai faktor ekstrinsik, dalam hal ini berfokus pada masalah
imbalan ( pembiayaan).
persepsi responden menilai apa yang mereka rasakan selama bekerja di RSBM,
dari responden satu demi satu. Dari analisis semacam ini diharapkan akan dapat
variabel dependen yaitu perubahan prilaku atau disebut sebagai kinerja dokter
Pemberian kompensasi yang adil dan layak melalui sistem pengupahan akan
diberikan pada pekerja sebagai kompensasi atas waktu dan tanggung jawab yang
telah diserahkan. Menurut Wibowo (2007), ada dua sistem pembayaran upah yaitu
Team – based pay dan Skill-based pay. Team –based pay adalah pembayaran berbasis
tim menghubungkan pembayaran dengan perilaku kelompok kerja. Dalam hal ini
individu menerima penghargaan atas dasar kerja sama kelompok dan /atau tim
dan Donally (2000) Skill-based pay merupakan upah yang dibayar pada tingkat yang
menunjukkan dan berkembang dalam mewujudkan pekerjaan mereka . Tabel 2.3 akan
Menurut pengamatan penulis sistem Skill – based pay merupakan sistem yang
sering dipakai dalam penerapan pengupahan pada dokter spesialis yang bekerja di
rumah sakit pemerintah non Depkes/Pemda serta rumah sakit swasta, di mana banyak
terdapat tenaga spesialis konsulen dari luar yang berasal dari rumah sakit pemerintah
Keuntungan Kerugian
Memberikan motivasi yang kuat pada Pekerja hanya menyukai pekerjaan
pekerja tingkat tinggi karena rata-rata
upahnya lebih tinggi
Memperkuat rasa percaya diri Diperlukan investasi dalam training
pekerja
Tenaga kerja yang fleksibel Tidak semua pekerja menyukai,
karena ditekan terus untuk semakin
meningkatkan keterampilan
(Sumber: Widodo, 2007)
Menurut Gibson dkk (2000) tujuan utama program penghargaan (dalam hal
ini kompensasi) adalah untuk menarik orang yang cakap untuk bergabung dalam
organisasi, menjaga pekerja agar datang untuk bekerja dan memotivasi pekerja untuk
mencapai kinerja yang tinggi. Hal tersebut dituangkan dalam bentuk model sebagai
dan penghargaan. Kinerja merupakan hasil dari kombinasi usaha dari individu dan
meningkatkan kinerja pekerja. Di samping itu, penghargaan dan kinerja tinggi akan
individu
kesamaan perlakuan dan pemenuhan kebutuhan. Tipe penghargaan terdiri dari unsur
ekstrinsik yaitu finansial, material dan sosial, sedang unsur intrinsik adalah psikis.
Sementara itu kriteria distribusi menyangkut hasil, perilaku dan faktor lain. Model ini
dikemukakan oleh Kreitner dan Kinicki (2001) yang terlihat pada Gambar 2.3.
Minaria pada tahun 2004 telah meneliti hubungan faktor individu, organisasi
(BPFK) Medan Tahun 2004. Tema penelitian terbilang sama dengan berfokus pada
dependen yaitu aspek kinerja pegawai. Pendekatan yang dibuat Minaria sedikit
pengaruh lebih besar terhadap kinerja pegawai BPFK lebih besar dari nilai
Kerangka konsep penelitian adalah garis besar teoritis (grand theory) dari
konsep kemudian dipertegas dalam ulasan definisi operasional sehingga prinsip yang
dikandung tetap berada di jalur teoritis. Pada penelitian ini, terdapat pembatasan-
pembatasan terhadap variabel penelitian. Faktor individu hanya dibatasi pada faktor
pengetahuan dan keterampilan. Faktor psikologis dibatasi pada sikap dan motivasi,
sedang faktor organisasi dibatasi pada masalah imbalan dalam hal ini adalah honor
2. Aspek Persepsi :
Persepsi terhadap inequity (X2.2)