Tugas Kemahiran UU
Tugas Kemahiran UU
Latar Belakang
Undang (RUU) sebagaimana diatur di dalam Pasal 22D ayat (1) UUD NRI
Tahun 1945, yang menurut Pemohon, RUU dari DPD harus diperlakukan setara
dengan RUU dari Presiden dan DPR
2. Kewenangan DPD ikut membahas RUU yang disebutkan dalam Pasal 22D UUD
NRI Tahun 1945 bersama DPR dan Presiden;
Disamping itu, dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 diatur
pengajuan RUU di luar Prolegnas mencakup: a. untuk mengatasi keadaan luar biasa,
keadaan konflik, atau bencana alam; dan b. keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya
urgensi nasional atas suatu Rancangan Undang-Undang yang dapat disetujui bersama oleh
alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum. Perlu dikaji secara lebih
mendalam, apakah sistem prolegnas yang terbuka yang memungkinkan adanya
perencanaan RUU di luar Prolegnas Pasal 23 ayat (2) poin a tersebut masih akan
dipertahankan, mengingat makna “dalam keadaan tertentu” yang mencakup untuk mengatasi
keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam serta membutuhkan penanganan cepat
sudah diakomodasi dengan adanya mekanisme Perpu. Atau pembatasan pembentukan Perpu
yang perlu dikaji mengingat adanya Pasal 23 ayat (2) poin b. Untuk masalah Peraturan Daerah
(Perda), selama ini sering terjadi “tarik ulur” antara Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, baik pada
tahap pembentukan Perda maupun tataran peraturan pelaksanaannya. Ketidaksinkronan antara
kedua UU tersebut, misalnya saat ini terdapat dua istilah berbeda untuk maksud yang sama
yaitu: Program Legislasi Daerah sebagaimana tertera Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
dan Program Pembentukan Perda sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014. Hal ini perlu dikaji untuk memperjelas keberadaan Perda, mekanisme dan tata cara
pembentukan Perda. Permasalahan lain terkait Perda, penyusunan Perda selain dilengkapi
dengan Naskah Akademik, dapat juga dilengkapi dengan Keterangan dan/atau Penjelasan,
namun demikian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tidak memberikan format yang baku
bagi Penjelasan dan/atau Keterangan, hal ini membingungkan daerah dalam pelaksanaannya.
B. Identifikasi Masalah
D. Metode
1. Tipe penelitian
b. Penelitian Lapangan
3. Analisis Data
A. KAJIAN TEORI
1) Teori Ketatanegaraan
for which they were created, preventing any discrepancy between the law
as declared and it is actually enforced. (1.Umum: peraturan perundang-
16
Asas-asas tersebut bersifat kumulatif. Dengan kata lain, ketujuh asas tersebut harus
dipenuhi dalam setiap pembentukan undang-undang. Oleh karena itu perlu dipikirkan
adanya konsekwensi bahwa undang-undang dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila
tidak memenuhi asas-asas tersebut. Akan tetapi sebelum pada keputusan tersebut, terlebih
dahulu harus ada parameter atau indikator yang jelas pada tiap asas-asas tersebut.
Selain asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, hal lain yang
harus menjadi perhatian dalam pembentukan undang-undang adalah materi muatan yang
diatur dalam undang-undang. Materi muatan undang-undang harus mencerminkan:
1. asas Ketuhanan yang Maha Esa, bahwa bahwa setiap materi muatan undang-
undang harus mencerminkan nilai-nilai kebebasan beragama dan beribadat menurut
agama dan kepercayaannya.
10. asas ketertiban dan kepastian hukum, bahwa setiap materi muatan undang-undang
harus dapat mewujudkan ketertibandalam masyarakat melalui jaminan
kepastian hukum.
Selain asas-asas tersebut diatas, undang-undang tertentu dapat berisi asas lain sesuai
dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.
a. Peraturan lembaga yang mempunyai daya ikat hanya internal saja, yaitu hanya
mengikat organisasi pembuat peraturan karena berkaitan dengan peraturan tata tertib
lembaga, susunan organisasi dan sejenis. Masuk kategori ini diantaranya adalah
Peraturan MPR, Peraturan DPR, Peraturan DPD, Peraturan Komisi Yudisial.
NIM: 1640050067