"Sekitar 70 persen tanah di DKI Jakarta tercemari air limbah, termasuk Kali Ciliwung yang
aliran airnya sangat tidak layak konsumsi," ungkap Effendy, Senin (25/4/2011) di Jakarta.
Hal tersebut terjadi karena baru 3 persen septictank warga yang terolah dengan baik. Selain itu,
sekitar 97 persen lainnya akibat tinja yang mencemari air tanah. "Itu belum tertangani dengan
baik. Hal tersebut membuat kualitas air tanah di DKI Jakarta tercemar," ujar Effendy.
Akibat pencemaran limbah ini, kata Effendy, aliran air di sepanjang Kali Ciliwung tercemar
bakteri E coli jauh di atas ambang normal, yakni 80 persen. "Air di sana sudah berubah menjadi
coklat dan hitam kepekatan sehingga tidak bisa dikonsumsi masyarakat meski diolah oleh PAM
(perusahaan air minum)," tuturnya.
Oleh karena itu, tak mengherankan apabila kemudian harga air di Jakarta menjadi mahal. Selain
masalah pencemaran tanah akibat air limbah, permukaan tanah juga turun 40 sentimeter akibat
beban bangunan yang berlebihan.
Menanggapi hal ini, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengaku lebih mengkhawatirkan soal
penurunan permukaan tanah sebanyak 2 cm per tahun akibat penyedotan air tanah yang tidak
terkendali. Padahal, permukaan air laut terus meninggi hingga 1 cm per tahun. "Kalau masalah
ini enggak diselesaikan juga, 50 tahun lagi beberapa wilayah di Jakarta Utara bisa tenggelam,"
ujarnya.