Anda di halaman 1dari 2

BANTUAN MAHAR TERHADAP MERTUA AGAR MENJAGA KEHORMATAN

KELUARGA MEMPELAI ISTRI


Ahmad faujy
Institut Pesantren KH. Abdul Chalim
E-mail: Ahmadfaujy37@gmail.com

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan adalah salah satu sunnah rosul, ia di artikan sebuah ikatan dan perjanjian antara
suami istri yang mengharuskan masing-masing pihak menaati kewaibannya. Dalam pernikahan, Allah
mewajibkan seorang suami memberikan mahar kepada seorang istri agar suami menghayati
kemulian dan kehormatan istrinya, maka allah memerintahkan untuk memberikannya sebuah
mahar.1

Mahar merupakan pemberian yang dilakukan oleh pihak mempelai laki-laki kepada mempelai
wanita yang hukumnya wajib. Pemberian mahar kepada wanita bukanlah sebagai harga dari
perempuan itu dan bukan juga sebagai pembelian perempuan itu dari orang tuanya, mahar juga
merupakan salah satu syarat yang dapat menghalalkan hubungan suami isteri, yaitu interaksi timbal
balik yang disertai landasan kasih sayang dengan peletakan status kepemimpinan keluarga kepada
suami dalam kehidupan berumah tangga. Kewajiban pemberian mahar oleh calon suami juga
merupakan satu gambaran dari sebuah kemauan dan tanggung jawab dari suami untuk memenuhi
nafkah yang jelas diperlukan dalam kehidupan berumah tangga. 2

Islam menganjurkan bahwa mahar diberikan calon suami kepada calon isteri berupa benda
berharga yang tidak harus mahal harganya, karena pada hakekatnya mahar merupakan suatu
pemberian wajib dari calon suami kepada calon isteri sebagai ketulusan hati untuk menimbulkan
rasa cinta dan kasih sayang bagi seorang isteri kepada seorang suami. Agama Islam tidak
menjelaskan secara terang mengenai jumlah besar atau kecilnya mahar, akan tetapi besar dan
kecilnya mahar harus disesuaikan dengan sepantasnya, sewajarnya. Rasullullah SAW mengajarkan
kepada umatnya untuk memberikan mahar yang sewajarnya agar tidak terjadi rasa permusuhan
dalam dirinya sendiri dan Rasullullah Saw memberikan mahar kepada isteri-isterinya tidak lebih dari
12 uqiyah (40 Dirham).3

Para ulama sepakat bahwa mahar hukumnya wajib dibayar oleh calon suami kepada calon istri
baik secara tunai, hal tersebut didasarkan pada landasan hukum nas alQur'an dan hadits.
Sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur'an surat an-Nisa‟ ayat 4. hal tersebut sesuai dengan

1
blogspot.com/2015/12/makalah-mahar
2
Abd.Kohar, kedudukan dan hikmah dalam perkawinan hal 1
3
Maisura , Peneten mahar dalam pernikahan pada masyarakat gambong meunasah keude kecamatan bandar baru
kabupaten pidie. Hal 3
pemikiran para imam mazhab, atau dengan kata lain mahar adalah pemberian wajib berupa uang
atau barang dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan ketika dilangsungkannya akad
nikah. Mahar merupakan salah satu unsur penting dalam pernikahan. Salah satu usaha Islam dalam
menghargai kedudukan seorang wanita yaitu memberikannya hak untuk memegang urusan.

Besar dan kecilnya jumlah mahar, jenis dan bentuk hendaknya berpedoman pada sifat
kesederhanaan dan ajaran kemudahan yang dianjurkan oleh syariat Islam. Islam tidak menetapkan
jumlahnya, tetapi disesuaikan dengan kemampuan pihak mempelai laki-laki. Mengenai besarnya
mahar, ulam fiqih telah bersepakat bahwa mahar tidak ada batas tinggi rendahnya. Hal ini
menunjukkan bahwa Islam tidak pernah mempersulit proses akad nikah. Lain halnya dengan realita
masyarakat ketika menikahkan anak wanitanya, dikondisikan sesuai dengan strata sosial antara
mempelai laki-laki dengan mempelai wanitanya, dari segi ekonomi, pendidikan serta status
sosialnya.4 penentuan mahar di masyarakat ditentukan berdasarkan strata sosial semakin tinggi
pendidikan semakin tinggi juga mahar yang diminta oleh karna itu untuk menutupi tingginya mahar
sebagain mertua membantu calon mantunya untuk memberi mahar yang tinggi karena untuk
menjaga kehormatan keluarganya.

pada dasarnya salah satu tujuan dari pernikahan adalah memelihara pandangan mata,
menenteramkan jiwa, memelihara nafsu seksualitas, menenangkan fikiran, membina kasih sayang
serta menjaga kehormatan dan memelihara kepribadian. 5 Pernikahan hukumnya wajib bagi orang
yang telah mempunyai keinginan kuat untuk nikah dan telah mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan dan memikul beban kewajiban dalam hidup pernikahan serta ada kekhawatiran,
apabila tidak nikah, ia akan mudah tergelincir untuk berbuat zina. 6

Fenomena latar belakang di atas menjadikan peneliti untuk mengkaji lebih lanjut penelitian dengan
judul ” BANTUAN MAHAR TERHADAP MERTUA AGAR MENJAGA KEHORMATAN
KELUARGA MEMPELAI ISTRI”

4
Maisura , Peneten mahar dalam pernikahan pada masyarakat gambong meunasah keude kecamatan bandar baru
kabupaten pidie. Hal 4
5
Zahry Hamid, Pokok-Pokok Hukum Pernikahan Islam dan UndangUndang Perkawinan di Indonesia, Yogyakarta:
Bina Cipta, 2004, h. 2.
6
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz II, Kairo: Maktabah Dâr al-Turas, t.th,
h. 110.

Anda mungkin juga menyukai