Faesal
ABSTRAK
Pertambahan jumlah penduduk yang tidak dibarengi dengan peningkatan produksi pangan
akan berakibat krisis kekurangan pangan, karena itu upaya peningkatan persediaan bahan
pangan yang bersumber dari serealia non-padi perlu digalakkan baik keragaman maupun
produktivitasnya. Peningkatan produksi padi di Indonesia selama beberapa tahun terakhir
mengalami stagnasi. Dalam kurun waktu 2005-2010 pertumbuhan produksi padi masih di atas
3%, namun setelah memasuki periode 2010-2015 akibat anomali iklim dan konversi lahan yang
tidak terkendali menyebabkan pertumbuhan produksi cenderung terjadi penurunan. Untuk itu
diperlukan terobosan baru di dalam hal penyediaan serealia selain padi sebagai sumber
karbohidrat dan nutrisi lainnya yang dapat dijadikan bahan subtitusi beras atau tepung terigu.
Terdapat beberapa jenis serealia non-padi yang merupakan sumber genetik lokal yang belum
dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber pangan. Tanaman seralia non-padi disertai
teknologi budidaya dan pemanfaatan serta nilai gizi yang dapat berkontribusi signifikan
terhadap kemandirian pangan berkelanjutan serta bioindusti yaitu jagung khusus (QPM, Provit
A, Srikandi Putih, Anoman-1, Bima Putih-1, Pulut), sorgum, hermada, millet/jewawut dan Jali
PENDAHULUAN
181
Faesal: Peningkatan Peran Penelitian Serealia Menuju ……
Jagung
Tanaman jagung (Zea Maize, L) berdasarkan pemanfaatannya dapat
digolongkan menjadi tiga kategori yaitu jagung untuk pangan, pakan dan energi.
Khusus akan diuraikan lebih jauh dalam tulisan ini adalah jagung untuk pangan.
Jagung yang dirakit untuk pangan meliputi jagung putih, nilai protein tinggi dan jagung
pulut yang biasa juga disebut sebagai jagung fungsional. Jenis jagung utamanya yang
berwarna putih kecuali jagung pulut dapat dijadikan beras jagung atau tepung jagung
sebagai bahan subtitusi beras atau tepung terigu. Sementara jagung pulut dapat
dikosumsi dalam bentuk jagung rebus, jagung bakar atau di buat jagung olahan seperti
marning, binte, dan lain-lain. Bahkan di Jawa Timur jagung kuning (Pioneer) dapat
diolah menjadi keripik jagung atau tortila dan di jual di pasar swalayan dengan harga
yang cukup lumayan dapat bersaing dengan keripik dari bahan lain seperti ubi jalar, ubi
182
Seminar Nasional Serealia, 2013
kayu, dan talas. Selain itu jagung memiliki komposisi kimia yang cukup lengkap
dengan potensi aktif bahan nutrisi merupakan nilai unggul jagung dibanding serealia
lainnya (Suarni dan Yasin 2011). Dengan demikian jagung memberikan kontribusi yang
cukup signifikan terhadap penyediaan pangan saat ini dan masa akan datang.
Jumlah aksesi tanaman serealia selain padi yang terkoleksi di Balai Penelitian
Tanaman Serealia hingga tahun 2011 masih terbatas dan yang agak banyak adalah
jagung diikuti oleh sorgum dan gandum. Hal ini terjadi karena cold storage selama ini
belum memenuhi syarat untuk penyimpanan plasma nutfah dan sering mati lampu,
sehingga beberapa koleksi plasma nutfah rusak. Tampaknya plasma nutfah yang
mengalami penambahan dari tahun 2009 hingga 2011 hanya jagung, padahal plasma
nutfah lainnya juga sangat potensil untuk mendukung penyediaan pangan berbasis
sumber daya lokal (Tabel 1).
Tabel 1. Jenis plasma nutfah serealia potensil untuk pangan alternatif di Balitsereal
183
Faesal: Peningkatan Peran Penelitian Serealia Menuju ……
permintaan pengguna. Dalam hal ini digunakan sebagai benih sumber untuk
mendukung pengembangan dan pemantapan program SL-PTT jagung baik hibrida
maupun komposit yang dicanangkan seluas 1000 ha (Ditjen Tanaman Pangan 2013).
Nilai gizi jagung putih secara umum tidak jauh berbeda dengan beras bahkan
kualitas proteinnya dapat ditingkatkan melalui konversi gen ө-2. Total protein jagung
hasil konversi gen sedikit mengalami penurunan akan tetapi mutu proteinnya
meningkat terutama protein esensial seperti lisin dan triptopan meningkat dengan
adanya perlakuan konversi gen. Kegiatan perbaikan mutu protein melalui konversi gen
ө-2 ini telah dilakukan di Balitsereal pada tahun 2008 dan hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 2. Keberhasilan memasukkan gen ө-2 pada jagung putih yang mnyebabkan nilai
protein (lisin dan triptopan) jagung meningkat dan diharapkan dapat menanggulangi
persoalan gizi buruk yang melanda beberapa wilayah di Indonesia (Yasin et al 2007).
Jagung putih yang telah dirakit adalah jenis jagung komposit dengan produktivitas
masih rendah, sehingga pada kegiatan berikutnya dirakit jagung putih hibrida bahkan
sudah dilepas dengan nama Bima putih-1 yang memiliki keunggulan dapat
mensubtitusi beras hingga 70% (Yasin et al. 2010).
Perbaikan nutrisi jagung untuk pangan tidak berhenti pada perbaikan mutu
protein, akan tetapi terus dilanjutkan untuk perbaikan kandungan vitamin satu
diantaranya adalah perakitan jagung unggul kaya vitamin A (β caroten). Pada tahun
2011 telah dilepas dua varietas yaitu Prpvit A1 dan Provit A2 dengan kandungan β
caroten masing-masing 0,081 dan 0,144 ppm (Aqil et al. 2012). Kegiatan ini bertujuan
untuk menghasilkan jagung yang mengandung vitamin A dengan demikian petani yang
mengonsumsi jagung dapat mendapatkan asupan vitamin A setiap hari untuk
menghidari penyakit rabun senja dan kerontokan rambut (Yasin et al. 2010).
Penelitian mengenai peningkatan kandungan vit A beberapa materi provit A
menghasilkan Obatampa (Pro-A)BC1C2-F2 dan KUI caratenoid Syn yang
184
Seminar Nasional Serealia, 2013
Tabel 3. Kandungan β caroten, protein dan lemak beberapa materi jagung provit-A
Sorgum
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) tergolong tanaman rumput-rumputan
(Johnson grass) yang berasal dari benua Afrika dan saat ini sudah tersebar luas ke
seluruh penjuru dunia. Sorgum merupakan salah satu produsen bahan pangan
potensil, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Sorgum mempunyai beberapa
kelebihan dibanding serealia yang lain diantaranya yaitu tahan terhadap kekeringan,
adaptif pada lahan marginal, dapat diratun, produksi biomas tinggi untuk bahan organik
atau pakan ternak, nilai gizi biji tidak kalah dengan beras atau jagung dan batang serta
biji dapat dijadikan bahan baku pembuatan etanol.
Beberapa daerah di Indonesia sejak dahulu mamanfaatkan sorgum sebagai
bahan pangan untuk subtitusi beras atau tepung seperti di Demak, Nusa Tenggara
Timur dan Selayar. Perbandingan nilai nutrisi sorgum, beras dan jagung untuk
kandungan karbohidrat sorgum dan jagung relatif sama masing-masing 73,0 g dan
72,4 g, sedangkan beras lebih tinggi 78,9 g, namun dari segi protein sorgum lebih
tinggi 11,0 g dibanding beras 6,8 g dan jagung 8,9 g kandungan nutrisi lainnya
ditunjukkan pada Tabel 4. Telah diperoleh dua galur sorgum (15006 a dan 1090 A)
185
Faesal: Peningkatan Peran Penelitian Serealia Menuju ……
yang berbiji putih untuk pangan fungsional dengan nilai nutrisi tinggi dapat dijadikan
suplemen terigu (Balitsereal 2009). Perbandingan nilai nutrisi sorgum, beras dan
jagung ditampilkan pada (Tabel 4).
186
Seminar Nasional Serealia, 2013
sorgum sangat berpotensi sebagai bahan pangan pokok atau sumber karbohidrat
(Pranoto dan Triwitono 2010). Hasil penelitian dilaporkan bahwa nasi sorgum memiliki
indeks glisemik rendah (41) karena itu baik untuk dikonsumsi bagi penderita kencing
manis atau diabetes melitus (Randi 2006).
Jewawut/Millet
Millet/Jewawut (Setaria italica L.) termasuk tanaman tahan kering, sesuai di
lahan marginal mampu berproduksi 3-4 t/ha. Menutut (Nurmala 2003) produksinya
jewawut di Indonesia mampu mencapai 4,0 t/ha di lahan marginal sementara tanaman
pangan lain kurang berhasil. Jewawut dapat dijadikan sebagai sumber energi, protein,
kalsium, vitamin B-1, Riboflavin (B-2), sedangkan nutrisi lainnya setara dengan beras.
Jewawut seperti halnya sorgum juga merupakan tanaman serealia yang
potensil untuk pangan akan tetapi sampai saat ini jewawut di Indonesia hanya dikenal
sebagai pakan burung, sedangkan pemanfaatannya untuk pangan belum banyak
diketahui. Hasil penelitian di Univeritas Sumatra Utara (USU) melaporkan bahwa millet
mengandung asam glutamat yang apabila bergabung dengan senyawa lain
menyebabkan rasa enak pada makanan. Telah dilaporkan pula bahwa di Jawa Timur
jewawut/millet digunakan untuk bahan bubur, mie dan kue kering (Publikasi USU
2013). Selanjutnya dilaporkan pula bahwa kandungan nutrisi tiga jenis millet/jewawut
terutama karbohidrat untuk pangan tidak jauh berbeda dengan beras maupun jagung
bahkan lebih tinggi dibanding gandum (Tabel 5). Jewawut/millet mengandung senyawa
penting seperti vitamin B, anti oksidan, bioaktif dan serat. Selain itu jewawut
mengandung gluten yang sifatnya elastis, kedap udara, sehingga tidak mudah putus
saat pencetakan mie.
Tabel 5. Kandungan nutrisi tiga jenis millet/jewawut jagung, beras dan gandum
Hermada
Hermada (Sorgum bicolor Mounh L.) adalah tanaman sejenis serealia atau
rumput-rumputan yang berasal dari Jepang dan Amerika Serikat. Di Indonesia
187
Faesal: Peningkatan Peran Penelitian Serealia Menuju ……
hermada merupakan nama lain sorgum dari singkatan harapan masa depan menjadi
hermada. Rumput ini dapat dipanen hingga tiga kali, panen pertama pada umur 55 hari
setelah tanam dan 2 kali panen berikutnya berselang 45 hari. Rumput hermada
memiliki nilai ekonomi tinggi karena malainya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sapu salju, sedangkan daun tanaman hermada dapat dijadikan pakan
ternak. Malai rumput hermada di Indonesia harganya Rp. 6000 per kg karena di ekspor
ke Jepang dan Eropa. Manfaat hermada untuk pangan adalah bijinya yang sudah
diselep dapat digunakan sebagai pengganti beras dengan nilai jual Rp. 800 per kg,
rasa nasi biji hermada tidak berbeda dengan nasi beras, namun tekstunya agak liat
dibanding nasi beras, Nilai gizi biji hermada menurut hasil analisis laboratorium
biokimia UGM adalah tertera pada Tabel 6.
Jali
Tanaman jali (Coix larcyma jobi L.) tergolong jenis tanaman biji-bijian (Serealia)
tropika dari suku padi-padian (Poaceae). Tanaman jali berasal dari Asia Timur dan
Malaya. Jali sudah dibudidayakan di Tiongkok 2000 tahun lalu, bahkan di India
tanaman jali sudah ditanam sejak 4000 tahun yang lalu. Di Indonesia tanaman jali
menyebar pada berbagai ekosistem baik iklim kering maupun basah, seperti yang
ditemukan di Sulawesi, Sumatra, Kalimantan. Di Jawa Barat tanaman jali
dibudidayakan secara konvensional di beberapa Kabupaten seperti Kab. Bandung,
Sumedang, Sukabumi, Garut, Ciamis, dan Indramayu.
Beberapa species jali dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat dan juga
sebagai bahan obat. Jali yang sudah ditumbuk dapat dibuat, ketan, tape, dodol dan
sebagainya. Biji jali dapat dimanfaatkan untuk pembuatan wajik, lemper, klepon dan
putu ayu dengan nilai etetika baik hingga sangat baik artinya bahwa produk tersebut
sudah diterima oleh masyarakat (Wardani 2011). Jali juga berhasiat dapat dipakai
untuk mengobati kanker paru, kanker mulut rahim (Cervic) dan penyakit ginjal
(Nurmala, 2003). Nilai gizi biji jali secara umum lebih tinggi dibanding beras, hanya
kandungan lemak beras sedikit lebih tinggi dibanding biji jali (Tabel 7).
188
Seminar Nasional Serealia, 2013
KESIMPULAN
Perakitan seralia non padi dengan nilai nutrisi tinggi mendukung realisasi program
diversivikasi dan ketahanan panggan menuju kemandirian pangan berkelanjutan.
Perakitan serealia non padi dengan nilai nutrisi yang unik dapat mendukung
program pertanian bioidustri
DAFTAR PUSTAKA
Aqil, M., C. Rapar, Zubachtirodin. 2012. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Edisi
Ketujuh Puslitbang Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Kementerian
Pertanian. 13 p.
Balitsereal. 2009. Highlight Balai Penelitian Tanaman Serealia 2008. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Pusat Peneitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 45 p.
Balitsereal. 2010. Highlight Balai Penelitian Tanaman Serealia 2008. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Pusat Peneitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 43 p.
Balitsereal. 2011. Highlight Balai Penelitian Tanaman Serealia 2010. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Pusat Peneitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 46 p.
Batan. 2012. Rencana Strategis Badan Tenaga Nuklir Nnasional Th. 2000-2014.
189
Faesal: Peningkatan Peran Penelitian Serealia Menuju ……
Faesal dan Syuryawati. 2012. Urgensi koleksi plasma nutfah jagung lokal di Flores
Nusa Tenggra Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Publikasi Universitas Sumatra Utara: http//www Reprository usu. Ac. id. Diakses 6 Juni
2013
Randi A. 2006. Kajian nasi sorgum sebagai pangan fungsional. Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Suarni dan M. Yasin 2011. Jagung sebagai sumber pangan fungsional. Iptek Tanaman
Pangan. Vol. 6, No. 1, p.41-54
Yasin, M., S. Singgih, M. Hamdani, dan S. B. Santoso. 2007. Keragaan hayati plasma
nutfah jagung. Jagung. Teknik prroduksi dan pengembangan. Badan Litbang
Pertanian. p. 42-54
Yasin, M., A. Rahman dan M. Azrai. 2008. Peluang pengembangan jagung varietas
Anoman-1 pada lahan kering beriklim kering. Prosiding Simosium V Tanaman
Pangan. Buku 3 Penelitian dan Pengembangan Palawija. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 113 p.
Wardani, L. K 2011. Pemanfaatan bahan pangan lokal biji jali pada pembuatan
kudapan (wajik, lemper, klepon dan putu ayu). e Print ∂ UNY. Lumbung
Pustaka Universitas Yogyakarta.
190
Seminar Nasional Serealia, 2013
Widowati, S 2009. Tepung aneka umbi sebuah solusi ketahanam pangan. www.
Litbang.deptan go,id/Artikel. Sinar Tani, 6 Mei 2009.
191