Anda di halaman 1dari 2

Melejitnya harga elpiji ukuran 12 kilogram dan langkanya elpiji subsidi ukuran 3 kilogram,

membuat sebagian warga di Lamongan Jawa Timur berinovasi dengan membuat energi alternatif
pengganti gas elpiji dari limbah ampas tahu yang banyak terdapat dilingkungan desanya. Selain
lebih ekonomis karena hanya memanfa’atkan limbah tahu yang biasanya dibuang, Gas Metana
yang dihasilkan juga sangat ramah lingungan dan dapat mengurangi dampak pemanasan gobal.

Warga desa Nglebur Kecamatan Kedungpring, Lamongan, Jawa Timur, kini bisa bernafas lega.
Pasalnya, mereka tidak merasakan dampak kenaikan harga elpiji ukuran 13 kg maupun ukuran 3
kg, setelah mengembangkan teknologi tepat guna dengan memanfa’atkan limbah tahu menjadi
biogas alternatif, yang mampu menggantikan gas elpiji.

Warga desa yang kebanyakan berprofesi sebagai perajin tahu ini, sudah menggunakan dan
menikmati energi alternatif untuk kebutuhan memasak sehari-hari. Dalam sebulan, mereka hanya
mengeluarkan uang sebesar lima ribu rupiah saja, untuk biaya perawatan.

Untuk memulai mengolah limbah cair tahu menjadi energi alternatif, pertama-tama diperlukan
pembuatan sistem dan peralatan yang memadai. Yakni membuat unit utama yang disebut
digester, jaringan pipa pengumpul limbah, trickling filter, jaringan sisa limbah hasil olahan,
kolam penampung air hasil proses, dan penampung gas. Sebagian besar peralatan yang disiapkan
berbasis pipa paralon, jaringan got sanitasi dan bak dari semen. Cara pengelolaan limbah tahu
menjadi energy alternative ini terbilang sangat sederhana bukan.

Limbah cair tahu yang diperoleh dari pabrik tahu, langsung dialirkan melalui selokan yang
ditampung di sebuah bak kontrol atau filter. Bak kontrol ini, berfungsi sebagai penyaring ampas
yang berasal dari pengepresan limbah tahu.

Dari bak kontrol inilah, limbah tahu kemudian dialirkan ke bak penampungan digester. Bak
penampungan akan dialiri limbah secara terus menerus hingga menjadi luber, yang dialirkan ke
bak peluap. Dari sinilah, gas metana muncul dan dapat diperoleh. Sedikitnya, untuk pembuatan
biogas ini, dibutuhkan waktu dua sampai tiga minggu pengisian.

Biogas yang sudah dihasilkan dan terkumpul di bak peluap, kemudian dialirkan melalui pipa
paralon ke dapur rumah – rumah warga, yang disambungkan ke tungku perapian.

Slamet Wahyudi, Kepala Dusun Nglebur, mengatakan, ide awal pembuatan biogas pengganti
elpiji ini berawal dari banyaknya home industry pembuatan tahu di desanya. Selain baunya yang
menyengat, limbah tahu juga mengotori lingkungan.

“Bau limbah pabrik tahu cukup menyengat, terlebih cukup berdekatan dengan pemukiman
penduduk. Selain itu, dikarenakan faktor semakin mahalnya harga elpiji kemasan 12 kilogram
dan 3 kilogram,” ucap Slamet.

Berkat saran dari badan lingkungan hidup kabupaten lamongan, akhirnya warga dapat
memanfaatkan limbah tahu menjadi energi alternatif biogas.
“Setelah berhasil memanfa’atkan limbah tahu menjadi biogas pengganti elpiji, warga merasa
sangat terbantu. Terlebih elpiji ukuran 12 dan 3 kilogram mengalami kenaikan harga,”
imbuhnya.

Kini, biogas  hasil karya warga desa ini, bias dinikmati dan sudah disalurkan ke 31 Kepala
Keluarga di dusun kecil ini. Meski dengan keterbatasan peralatan dan biaya, energi alternatif
biogas ini mejadi tumpuan warga sejak tiga tahun terkahir.

“Biogas dari ampas tahu ini, menghasilkan api yang jauh lebih panas. Setiap kepala keluarga
hanya dikenai biaya perawatan sebesar lima ribu rupiah per bulan,” ucap Sumarlik, warga
penguna biogas ampas tahu.

Sayangnya, Pemerintah Daerah Maupun Pemerintah Pusat, tidak merespon dan mendorong
pengembangan energi alternatif biogas limbah tahu warga ini. Padahal, energi biogas ini sangat
murah dan menjadi solusi ditengah krisis energy dan gas yang melanda negeri ini.

Kini warga Desa Nglebur Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, sudah


tidak lagi dipusingkan dan terpengaruh dengan kekosongan stok elpiji yang langka di
pasaran

LPG merupakan bahan bakar berupa gas yang dicairkan (Liquified Petroleum Gasses) merupakan
produk minyak bumi yang diperoleh dari proses distilasi bertekanan tinggi. Fraksi yang digunakan
sebagai umpan dapat berasal dari beberapa sumber yaitu dari Gas alam maupun Gas hasil dari
pengolahan minyak bumi (Light End). Komponen utama LPG terdiri dari Hidrokarbon ringan
berupa Propana (C3H8) dan Butana (C4H10), serta sejumlah kecil Etana (C2H6,) dan Pentana (C5H12).
LPG digunakan sebagai bahan bakar untuk rumah tangga dan industri. LPG terutama
digunakan oleh masyarakat tingkat menengah keatas yang kebutuhannya semakin meningkat dari
tahun ketahun karena termasuk bahan bakar yang ramah lingkungan. Sebagai bahan bakar untuk
keperluan rumah tangga, LPG harus memenuhi beberapa persyaratan khusus dengan tujuan agar
aman dipakai dalam arti tidak membahayakan bagi si pemakai dan tidak merusak peralatan yang
digunakan serta effisien dalam pemakaiannya.
Oleh sebab itu untuk menjaga faktor keselamatan, LPG dimasukan ke dalam tabung yang
tahan terhadap tekanan yang terbuat dari besi baja dan dilengkapi dengan suatu pengatur
tekanan. Disamping itu untuk mendeteksi terjadinya kebocoran LPG, maka LPG sebelum
dipasarkan terlebih dahulu ditambahkan zat pembau ( odor) sehingga apabila terjadi kebocoran
segera dapat diketahui. Pembau yang ditambahkan harus melarut sempurna dalam LPG, tidak
boleh mengendap. Untuk maksud itu digunakan etil merkaptan (C 2H5SH) atau butil merkaptan
(C4H9SH). Sedangkan dibidang industri produk elpiji digunakan sebagai
pengganti freon, aerosol, refrigerant / cooling agent, kosmetik dan dapat pula digunakan sebagai
bahan baku produk khusus.

Anda mungkin juga menyukai